8 0 304 KB
ANWA’UL KALIMAT (KATA) ISIM, FI’IL DAN HURUF Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Bahasa Arab Dosen Pengampu: Ahmad Zaky Fuady, M.Pd.I
Disusun Oleh : Kelompok 1 –MBS A 1. Riska Permatasari
1820310001
2. Siti Maryam
1820310020
3. Atun Prihatini
1820310021
4. Sukma Fitriyana Lestari
1820310039
PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS SYARIAH JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS TAHUN 2018
KATA PENGANTAR
Pertama, kami ingin mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya kepada kami sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan karya tulis ini dan berbagai sumber yang telah kami pakai sebagai data dan fakta pada karya tulis ini. Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengerti dan memahami tentang materi anwa’ul kalimat (kata) isim, fi’il dan huruf. Makalah ini disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri tim penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan pertolongan Allah SWT akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan bermanfaat kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan, kami mohon untuk diberikan kritik dan sarannya.
Kudus, 11 September 2018 Tim penyusun
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai umat Islam kita wajib untuk mempelajari Al Qur’an karena sebagai pedoman hidup setiap manusia dan di dalam Al Qur’an terdapat aturan-aturan tertentu yang mengatur kehidupan. Al Qur’an diturunkan sejak zaman Nabi Muhammad SAW menggunakan bahasa arab maka dari itu setiap manusia diharuskan untuk bisa dan mempelajari bahasa Arab. Dalam bahasa Arab terdapat ilmu nahwu yang digunakan sebagai dasar dalam mempelajari bahasa Arab, terdapat juga ilmu sharaf yang merupakan bagian dari ilmu nahwu. Di dalam Bahasa Arab mempelajari Ilmu Nahwu sangatlah penting karena dari situlah bisa mempelajari bahasa arab dengan mudah. Selain itu, mempelajari Ilmu Nahwu sangat penting untuk memahami Al-Qur’an, artinya karena menurut kaidah hukum Islam, mengerti Ilmu Nahwu bagi mereka yang ingin memahami Al-Qur’an hukumnya fardlu ‘ain. Dan sangat dianjurkan bagi manusia untuk menjaga lisannya dari kesalahan dan biasa faham artinya Al-Qur’an dan Hadits maka oleh karena itulah Ilmu Nahwu harus dipelajari dan difahami lebih didahulu dibanding ilmu yang lain karena tanpa Ilmu Nahwu tidak akan pernah dapat dipahami dengan sendirinya tanpa belajar. Tuntutan untuk mengerti dan memahami Ilmu Nahwu sangat penting jika ingin bisa menggunakan Bahasa Arab dengan tatanan bahasa yang benar, selain itu upaya peningkatan kuliatas bukan hal yang mudah untuk pembelajaran yang berbasis pada Bahasa Arab.
B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pembahasan dari kalimah isim? 2. Bagaimana pembahasan dari kalimah fi’il ? 3. Bagaimana pembahasan dari harf?
C. Tujuan Penulisan 1. Agar dapat mengerti dan memahami apa pengertian, ciri dan contoh dari isim secara umum. 2. Agar dapat memahami apa pengertian, ciri, dan pembagian dari kalimah fi’il secara umum. 3. Agar dapat memahami apa pengertian, ciri dan contoh dari harf secara umum.
BAB II PEMBAHASAN
Kalimah secara bahasa diartikan “kata”. Secara istilah kalimah adalah kata yang berdiri sendiri (mufrad) atau kata yang belum tersusun dengan kata-kata lain untuk membentuk sebuah kalimah.1 Kalimat dibagi menjadi 3 kategori, Isim, Fi’il dan Huruf. A. ISIM 1. Pengertian dari isim Setiap kata yang merujuk ke orang/manusia, hewan, tumbuhan, benda mati, tempat, waktu, sifat, atau makna lainnya yang tidak terkait dengan waktu. Ringkasnya, semua kata yang tidak termasuk dalam kata kerja dan "huruf" maka ia adalah isim.2 2. Contoh dari isim ( أ َس ٌدsinga), ( شهرbulan), ( اِستِقالَلkemerdekaan) 3. Tanda-tanda kalimat isim a. Tanwin, artinya setiap kata yang memiliki atau memungkinkan untuk di-tanwin (harakat akhirnya) maka ia adalah isim. Contoh: ٌلPPرج (rajulun = seorang laki-laki). b. Adanya alif-lam, contoh: ( الكتابal-kitabu = buku). c. Terletak setelah huruf nida' (untuk memanggil). Contoh: يا محمد (wahai/ya Muhammad). Setiap kata yang terletak setelah ( ياwahai) maka ia adalah isim. Dalam Bahasa Indonesia pun demikian, setiap kata yang muncul setelah 'wahai' biasanya adalah kata benda (nama orang misalnya). Dan kata benda termasuk bagian dari isim. d. Majrur, yang di antara tandanya adalah harakat kasrah. Majrur merupakan salah satu kekhususan yang dimiliki oleh isim. Majrur-nya isim bisa karena didahului oleh huruf jar, atau karena merupakan bentuk idhafah. Zona Dasar, Belajar Bahasa Arab, blajar-bahasaarab.blogspot.com/2012/08/kata-bahasaarab-dan-pembagiannya.html?m=1, 2013. 1
Al Farisi, Pembagian Kata/Kalimah Dalam Bahasa Arab, http://alfarisi.web.id/articles/pembagian-kalimah-kata-bahasa-arab/, 2013. 2
Contoh: الشج َر ِة َلى َ َ ( عdi atas pohon) merupakan bentuk jar-majrur, عَل َى adalah huruf jar, sedangkan َج َر ِةP( الشasy-syajarati) adalah isim yang karena didahului oleh huruf jar sehingga dibaca majrur dengan kasrah. ْ (ghushnusy-syajarati = Untuk bentuk idhafah, misalnya َج َر ِةPن الشPغص ranting pohon). Kata غصْ نadalah mudhaf, sedangkan الش َج َر ِةmudhaf ilaih. Perlu diingat, mudhaf ilaih selalu majrur. Jika ada satu kata yang berfungsi sebagai mudhaf ilaih dan kata tersebut dapat langsung dimajrurkan (contoh: ج َر ِةPPالش yang majrur dengan kasrah) maka ia َ ْ ) sebenarnya pun adalah adalah isim. Mudhaf (dalam hal ini نPغص isim. Sehingga dapat kita katakan bahwa bentuk idhafah dalam kasus di atas, baik itu mudhaf maupun mudhaf ilaih, keduanya adalah isim.3 e. Setiap kata yang menjadi pokok pembicaraan. Misalnya, ٌدPابُ ُمفِ ْيPPال ِكت (buku itu bermanfaat). Yang menjadi pokok pembicaraan dalam kalimat tersebut adalah kata ُال ِكتاب, sehingga ُ ال ِكتابadalah isim. B. FI’IL 1. Pengertian dari fi’il Sebuah kata yang berfungsi untuk menunjukkan atas terjadinya suatu peristiwa pada waktu tertentu.4 2. Tanda-tanda kalimat Fi’il a. Ta' Fa'il, yaitu huruf تyang berkedudukan sebagai "pelaku" pekerjaan. ُ Contoh: كتبت (katabtu = aku telah menulis), huruf ta' di sini maknanya kembali ke dhamir (kata ganti) أناsebagai fa'il (pelaku). َ( كتبتkatabta = kamu telah menulis), huruf ta' maknanya kembali ke dhamir َ انتsebagai pelaku. b. Ta' Ta'nits, yaitu huruf تyang menunjukkan jenis muannats/perempuan. ْ Contoh: كتبت (katabat = dia perempuan telah menulis). Huruf ta' sukun di akhir, maknanya kembali ke dhamir ( هيdia perempuan). ( كتبtaktubu = dia perempuan sedang/akan menulis). Huruf ta' di awal, maknanya kembali ke dhamir ( هيdia perempuan). c. Ya' Mukhathabah, yaitu huruf يyang menunjukkan kata ganti orang kedua atau "kamu" atau pihak yang diajak bicara. Contoh: P( تكتب ْينtaktubiina = kamu perempuan sedang menulis) بيPPP( كتuktubii = wahai kamu perempuan, tulislah!) d. Nun Taukid, yaitu huruf نyang ditambahkan di akhir kata untuk َّ menunjukkan makna penekanan. Contohnya ليكتبن (liyaktubanna = hendaklah dia benar-benar menulis). 3
Al Farisi, Op.Cit., 2013.
4
Yahya Arif, Kitab Matan Jurumiyah, 1986.
3. Macam-macam kalimat Fi’il
a.
Fi’il Madli, kata kerja bentuk lampau. Kata kerja menunjukkan kejadian bentuk lampau yang telah terjadi sebelum masa berbicara. Contoh: قَا َم خَالِ ٌد Tanda-tanda yang khusus Fi’il Madli 1) Ta’ Fa’il 2) Ta’ Ta’nis yang mati
b.
Fi’il Mudlari’, kata kerja bentuk sedang atau akan. Kata kerja menunjukkan kejadian sesuatu pada saat berbicara atau setelahnya. Contoh: ر ٌ يَجلِسُ بَك Tanda-tanda yang khusus Fi’il Mudlari’ adalah bisa dipasang لم
c.
Fi’il Amar, kata kerja bentuk perintah. Contoh: اُكتُب Tanda-tanda yang khusus Fi’il Amar 1) Menunjukkan makna perintah 2) Bisa dipasang nun taukid
C. HURUF
1.
Pengertian Huruf yang termasuk kategori "kalimah" adalah huruf ma'ani. Huruf ma'ani dikategorikan sebagai "kalimah" karena huruf tersebut sudah memiliki arti/makna sebagaimana dikemukakan pada contoh di awal. Hanya saja, maksud/maknanya belum dapat kita pahami secara utuh kecuali jika sudah digandengkan dengan kata lainnya. Dalam bahasa Indonesia, huruf identik dengan kata sambung atau yang sejenisnya.5
اِلى, لَم, فِى,هَل
2.
Contoh ِمن
3.
Tanda-tanda huruf Tidak bisa dipasangkan dengan alamatnya kalimah isim dan fi’il.6
5
Al Farisi, Op.Cit., 2013.
6
Ma’ruf Asnawi, Terjemah Alfiyah Ibnu Malik, Cetakan Kedua.
BAB III PENUTUP
Simpulan 1. Isim digunakan untuk menunjukkan semua kata selain kata kerja dan “huruf”. Kalimah isim memiliki 5 tanda. 2. Fi’il digunakan untuk menunjukkan kata kerja. Ada 4 tanda yang menunjukkan kalimah fi’il. Dan Fi’il terbagi menjadi 3 macam. 3. Huruf digunakan sebagai kata sambung atau suatu kata yang tidak bisa berdiri sendiri tanpa lainnya (Isim atau Fiil).
DAFTAR PUSTAKA Yahya Arif, Terjemah Matan Jurumiyah, Kudus, 1986. Ma’ruf Asnawi, Terjemah Alfiyah Ibnu Malik, Kudus. Zona Dasar, Belajar Bahasa Arab, blajarbahasaarab.blogspot.com/2012/08/kata-bahasa-arab-dan-pembagiannya.html? m=1, 2013. Al Farisi, Pembagian Kata/Kalimah Dalam Bahasa Arab, http://alfarisi.web.id/articles/pembagian-kalimah-kata-bahasa-arab/, 2013.