Tugas Cerita Ramayana - Siap Print [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

CERITA RAMAYANA



A. PENDAHULUAN Cerita



Ramayana



adalah



sebuah



cerita



kepahlawanan



yang berasal dari India. Kata Ramayana berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Rāmâyaṇa yang berasal dari kata Rāma dan Ayaṇa yang berarti "Perjalanan Rama", adalah sebuah cerita epos dari India yang digubah oleh Walmiki (Valmiki) atau Balmiki. Cerita epos lainnya adalah Mahabharata. Di India dalam bahasa Sansekerta, Cerita Ramayana dibagi menjadi tujuh kitab atau kanda sebagai berikut: •



Balakanda







Ayodhyakanda







Aranyakanda







Kiskindhakanda







Sundarakanda







Yuddhakanda







Uttarakanda Banyak yang berpendapat bahwa kanda pertama dan ketujuh



merupakan sisipan baru. Dalam bahasa Jawa Kuna, Uttarakanda didapati pula. Beberapa babak maupun adegan dalam Ramayana dituangkan ke dalam bentuk lukisan maupun pahatan dalam arsitektur bernuansa Hindu. Wiracarita Ramayana juga diangkat ke dalam budaya pewayangan di Nusantara, seperti misalnya di Jawa dan Bali. Selain itu di beberapa negara (seperti misalnya Thailand, Kamboja, Vietnam, Laos, Philipina, dan lainlain), Wiracarita Ramayana diangkat sebagai pertunjukan kesenian.



B. CERITA RINGKAS Ayah Rama adalah Raja Dasarata dari Ayodhya, sedangkan ibunya adalah Kosalya. Dalam Ramayana diceritakan bahwa Raja Dasarata yang merindukan putera mengadakan upacara bagi para dewa, upacara yang disebut Putrakama Yadnya. Upacaranya diterima oleh para Dewa dan utusan mereka memberikan sebuah air suci agar diminum oleh setiap permaisurinya. Atas anugerah tersebut, ketiga permaisuri Raja Dasarata melahirkan putera. Yang tertua bernama Rama, lahir dari Kosalya. Yang kedua adalah Bharata, lahir dari Kekayi, dan yang terakhir adalah Laksmana dan Satrugna, lahir dari Sumitra. Keempat pangeran tersebut tumbuh menjadi putera yang gagahgagah dan terampil memainkan senjata di bawah bimbingan Resi Wasista. Rama dan Wiswamitra Pada suatu hari, Resi Wiswamitra datang menghadap Raja Dasarata. Dasarata tahu benar watak resi tersebut dan berjanji akan mengabulkan permohonannya sebisa mungkin. Akhirnya Sang Resi mengutarakan permohonannya, yaitu meminta bantuan Rama untuk mengusir para rakshasa yang mengganggu ketenangan para resi di hutan. Mendengar permohonan tersebut, Raja Dasarata sangat terkejut karena merasa tidak sanggup untuk mengabulkannya, namun ia juga takut terhadap kutukan Resi Wiswamitra. Dasarata merasa anaknya masih terlalu muda untuk menghadapi para rakshasa, namun Resi Wiswamitra menjamin keselamatan Rama. Setelah melalui perdebatan dan pergolakan dalam batin, Dasarata mengabulkan permohonan Resi Wiswamitra dan mengizinkan puteranya untuk membantu para resi. Di tengah hutan, Rama dan Laksmana memperoleh mantra sakti dari Resi Wiswamitra, yaitu bala dan atibala. Setelah itu, mereka menempuh perjalanan menuju kediaman para resi di Sidhasrama. Sebelum tiba di Sidhasrama, Rama, Laksmana, dan Resi Wiswamitra melewati hutan Dandaka. Di hutan tersebut, Rama mengalahkan rakshasi Tataka dan



membunuhnya. Setelah melewati hutan Dandaka, Rama sampai di Sidhasrama bersama Laksmana dan Resi Wiswamitra. Di sana, Rama dan Laksmana melindungi para resi dan berjanji akan mengalahkan rakshasa yang ingin mengotori pelaksanaan yadnya yang dilakukan oleh para resi. Saat rakshasa Marica dan Subahu datang untuk megotori sesajen dengan darah dan daging mentah, Rama dan Laksmana tidak tinggal diam. Atas permohonan Rama, nyawa Marica diampuni oleh Laksmana, sedangkan untuk Subahu, Rama tidak memberi ampun. Dengan senjata Agneyastra atau Panah Api, Rama membakar tubuh Subahu sampai menjadi abu. Setelah Rama membunuh Subahu, pelaksanaan yadnya berlangsung dengan lancar dan aman. Mendapatkan Dewi Sita Wiswamitra mendengar adanya sebuah sayembara di Mithila demi memperebutkan Dewi Sita. Ia mengajak Rama dan Laksmana untuk mengikuti sayembara tersebut. Mereka menyanggupinya. Setibanya di sana, Rama melihat bahwa tidak ada orang yang mampu memenuhi persyaratan untuk menikahi Sita, yaitu mengangkat serta membengkokkan busur Siwa. Namun saat Rama tampil ke muka, ia tidak hanya mampu mengangkat serta membengkokkan busur Siwa, namun juga mematahkannya menjadi tiga. Saat busur itu dipatahkan, suaranya besar dan menggelegar seperti guruh. Melihat kemampuan istimewa tersebut, ayah Sita yaitu Raja Janaka, memutuskan agar Rama menjadi menantunya. Sita pun senang mendapatkan suami seperti Rama. Kemudian utusan dikirim ke Ayodhya untuk memberitahu kabar baik tersebut. Raja Dasarata girang mendengar puteranya sudah mendapatkan istri di Mithila, kemudian ia segera berangkat ke sana. Setelah menyaksikan upacara pernikahan Rama dan Sita, Wiswamitra mohon pamit untuk melanjutkan tapa di Gunung Himalaya, sementara Dasarata pulang ke Ayodhya diikuti oleh Resi Wasistha serta pengiring-pengiringnya. Di tengah jalan, mereka berjumpa dengan Resi Parasurama, yaitu brahmana sakti yang ditakuti para ksatria. Parasurama memegang sebuah busur di bahunya yang



konon merupakan busur Wisnu. Ia sudah mendengar kabar bahwa Rama telah mematahkan busur Siwa. Dengan wajah yang sangar, ia menantang Rama untuk membengkokkan busur Wisnu. Rama menerima tantangan tersebut dan membengkokkan



busur



Wisnu



dengan



mudah.



Melihat



busur



itu



dibengkokkan dengan mudah, seketika raut wajah Parasurama menjadi lemah lembut. Rama berkata, "Panah Waisnawa ini harus mendapatkan mangsa. Apakah panah ini harus menghancurkan kekuatan Tuan atau hasil tapa Tuan?". Parasurama menjawab agar panah itu menghancurkan hasil tapanya, karena ia hendak merintis hasil tapanya dari awal kembali. Setelah itu, Parasurama mohon pamit dan pergi ke Gunung Mahendra. Rama diusir ke hutan Dasarata yang sudah tua ingin mengangkat Rama sebagai raja. Dengan segera ia melakukan persiapan untuk upacara penobatan Rama, sementara Bharata menginap di rumah pamannya yang jauh dari Ayodhya. Mendengar Rama akan dinobatkan sebagai raja, Mantara menghasut Kekayi agar menobatkan Bharata sebagai raja. Kekayi yang semula hanya diam, tibatiba menjadi ambisius untuk mengangkat anaknya sebagai raja. Kemudian ia meminta agar Dasarata menobatkan Bharata sebagai raja. Ia juga meminta agar Rama dibuang ke tengah hutan selama 14 tahun. Dasarata pun terkejut dan menjadi sedih, namun ia tidak bisa menolak karena terikat dengan janji Kekayi. Dengan berat hati, Dasarata menobatkan Bharata sebagai raja dan menyuruh Rama agar meninggalkan Ayodhya. Sita dan Laksmana yang setia turut mendampingi Rama. Tak berapa lama kemudian, Dasarata wafat dalam kesedihan. Sementara Rama pergi, Bharata baru saja pulang dari rumah pamannya dan tiba di Ayodhya. Ia mendapati bahwa ayahnya telah wafat serta Rama tidak ada di istana. Kekayi menjelaskan bahwa Bharata-lah yang kini menjadi raja, sementara Rama mengasingkan diri ke hutan. Bharata menjadi sedih mendengarnya, kemudian menyusul Rama. Harapan Kekayi untuk melihat puteranya senang menjadi raja ternyata sia-sia. Di dalam hutan, Bharata mencari Rama dan memberi berita duka karena Prabu Dasarata telah



wafat. Ia membujuk Rama agar kembali ke Ayodhya untuk menjadi raja. Rakyat juga mendesak demikian, namun Rama menolak karena ia terikat oleh perintah ayahnya. Untuk menunjukkan jalan yang benar, Rama menguraikan ajaran-ajaran agama kepada Bharata. Akhirnya Bharata membawa sandal milik Rama dan meletakkannya di singasana. Dengan lambang tersebut, ia memerintah Ayodhya atas nama Rama. Peristiwa di Pancawati Saat menjalani masa pengasingan di hutan, Rama dan Laksmana didatangi seorang rakshasi bernama Surpanaka. Ia mengubah wujudnya menjadi seorang wanita cantik dan menggoda Rama dan Laksmana. Rama menolak untuk menikahinya dengan alasan bahwa ia sudah beristri, maka ia menyuruh agar Surpanaka membujuk Laksmana, namun Laksmana pun menolak. Surpanaka iri melihat kecantikan Sita dan hendak membunuhnya. Dengan sigap Rama melindungi Sita dan Laksmana mengarahkan pedangnya kepada Surpanaka yang hendak menyergapnya. Hal itu membuat hidung Surpanaka terluka. Surpanaka mengadukan peristiwa tersebut kepada kakaknya yang bernama Kara. Kara marah terhadap Rama yang telah melukai adiknya dan hendak membalas dendam. Dengan angkatan perang yang luar biasa, Kara dan sekutunya menggempur Rama, namun mereka semua gugur. Akhirnya Surpanaka melaporkan keluhannya kepada Rahwana di Kerajaan Alengka. Rahwana marah dan hendak membalas perbuatan Rama. Ia mengajak patihnya yang bernama Marica untuk melaksanakan rencana liciknya. Pada suatu hari, Sita melihat seekor kijang yang sangat lucu sedang melompat-lompat di halaman pondoknya. Rama dan Laksmana merasa bahwa kijang tersebut bukan kijang biasa, namun atas desakan Sita, Rama memburu kijang tersebut sementara Laksmana ditugaskan untuk menjaga Sita. Kijang yang diburu Rama terus mengantarkannya ke tengah hutan. Karena Rama merasa bahwa kijang tersebut bukan kijang biasa, ia memanahnya. Seketika hewan tersebut berubah menjadi Marica, patih Sang Rahwana. Saat Marica sekarat, ia mengerang dengan keras sambil menirukan suara Rama. Merasa



bahwa ada sesuatu yang buruk telah menimpa suaminya, Sita menyuruh Laksmana agar menyusul Rama ke hutan. Pada mulanya Laksamana menolak, namun karena Sita bersikeras, Laksmana meninggalkan Sita. Sebelumnya ia sudah membuat lingkaran pelindung agar tidak ada orang jahat yang mampu menculik Sita. Rahwana yang menyamar sebagai brahmana, menipu Sita sehingga Sita keluar dari lingkaran pelindung dan diculik oleh Rahwana. Saat Laksmana menyusul Rama ke hutan, Rama terkejut karena Sita ditinggal sendirian. Ketika mereka berdua pulang, Sita sudah tidak ada. Petualangan menyelamatkan Sita Setelah mendapati bahwa Sita sudah menghilang, perasaan Rama terguncang. Laksmana mencoba menghibur Rama dan memberi harapan. Mereka berdua menyusuri pelosok gunung, hutan, dan sungai-sungai. Akhirnya mereka menemukan darah tercecer dan pecahan-pecahan kereta, seolah-olah pertempuran telah terjadi. Rama berpikir bahwa itu adalah pertempuran raksasa yang memperebutkan Sita, namun tak lama kemudian mereka menemukan seekor burung tua sedang sekarat. Burung tersebut bernama Jatayu, sahabat Raja Dasarata. Rama mengenal burung tersebut dengan baik dan dari penjelasan Jatayu, Rama tahu bahwa Sita diculik Rahwana. Setelah memberitahu Rama, Jatayu menghembuskan nafas terakhirnya. Sesuai aturan agama, Rama mengadakan upacara pembakaran jenazah yang layak bagi Jatayu. Dalam perjalanan menyelamatkan Sita, Rama dan Laksmana bertemu raksasa aneh yang bertangan panjang. Atas instruksi Rama, mereka berdua memotong lengan raksasa tersebut dan tubuhnya dibakar sesuai upacara. Setelah dibakar, raksasa tersebut berubah wujud menjadi seorang dewa bernama Kabanda. Atas petunjuk Sang Dewa, Rama dan Laksamana pergi ke tepi sungai Pampa dan mencari Sugriwa di bukit Resyamuka karena Sugriwalah yang mampu menolong Rama. Dalam perjalanan mereka beristirahat di asrama Sabari, seorang wanita tua yang dengan setia menantikan kedatangan mereka berdua. Sabari menyuguhkan buah-buahan kepada Rama dan



Laksmana. Setelah menyaksikan wajah kedua pangeran tersebut dan menjamu mereka, Sabari meninggal dengan tenang dan mencapai surga. Persahabatan dengan Sugriwa Dalam misi menyelamatkan Sita, Rama dan Laksmana melanjutkan perjalanannya sampai ke sebuah daerah yang dihuni para kera dengan rajanya bernama Sugriwa. Sebelum berjumpa dengan Sugriwa, Rama bertemu dengan Hanoman yang menyamar menjadi brahmana. Setelah bercakap-cakap agak lama, Hanoman menampakkan wujud aslinya dan mengantar Rama menuju Sugriwa. Sugriwa menyambut kedatangan Rama di istananya. Tak berapa lama kemudian mereka saling menceritakan masalah masing-masing. Akhirnya Rama dan Sugriwa mengadakan perjanjian bahwa mereka akan saling tolong menolong. Rama berjanji akan merebut kembali Kerajaan Kiskenda dari Subali sedangkan Sugriwa berjanji akan membantu Rama mencari Sita. Kemudian Sugriwa dan Rama beserta rombongannya pergi menuju kediaman Subali di Kiskenda. Di sana Subali dan Sugriwa bertarung. Setelah pertarungan sengit berlangsung agak lama, Rama mengakhiri riwayat Subali. Sesuai dengan janjinya, Sugriwa bersedia membantu Rama mencari Sita. Ia mengirim Hanoman sebagai utusan Sang Rama. Setelah Hanoman menemukan Sita di Alengka, ia mengumumkan kabar gembira kepada Rama. Atas petunjuk Hanoman, bala tentara wanara berangkat menuju Kerajaan Alengka. Membangun jembatan Situbanda Saat Rama dan tentaranya bersiap-siap menuju Alengka, Wibisana, adik Sang Rahwana, datang menghadap Rama dan mengaku akan berada di pihak Rama. Setelah ia menjanjikan persahabatan yang kekal, Rama menobatkannya sebagai Raja Alengka meskipun Rahwana masih hidup dan belum dikalahkan. Kemudian Rama dan pemimpin wanara lainnya berunding untuk memikirkan cara menyeberang ke Alengka mengingat tidak semua prajuritnya bisa terbang. Akhirnya Rama menggelar suatu upacara di tepi laut untuk memohon bantuan dari Dewa Baruna. Selama tiga hari Rama berdo'a dan tidak mendapat jawaban, akhirnya kesabarannya habis. Kemudian ia



mengambil busur dan panahnya untuk mengeringkan lautan. Melihat laut akan binasa, Dewa Baruna datang menghadap Rama dan memohon ma'af atas kesalahannya. Dewa Baruna menyarankan agar para wanara membuat jembatan besar tanpa perlu mengeringkan atau mengurangi kedalaman lautan. Nila ditunjuk sebagai arsitek jembatan tersebut. Setelah bekerja dengan giat, jembatan tersebut terselesaikan dalam waktu yang singkat dan diberi nama "Situbanda". Rama menggempur Alengka Setelah jembatan rampung, Rama dan pasukannya menyeberang ke Alengka. Pada pertempuran pertama, Anggada menghancurkan menara Alengka. Untuk meninjau kekuatan musuh, Rahwana segera mengirim matamata untuk menyamar menjadi wanara dan berbaur dengan mereka. Penyamaran mata-mata Rahwana sangat rapi sehingga banyak yang tidak tahu, kecuali Wibisana. Kemudian Wibisana menangkap mata-mata tersebut dan membawanya ke hadapan Rama. Di hadapan Rama, mata-mata tersebut memohon pengampunan dan berkata mereka hanya menjalankan perintah. Akhirnya Rama mengizinkan mata-mata tersebut untuk melihat-lihat kekuatan tentara Rama dan berpesan agar Rahwana segera mengambalikan Sita. Mata-mata tersebut sangat terharu dengan kemurahan hati Rama dan yakin bahwa kemenangan akan berada di pihak Rama. Pada hari pertempuran terahir, Dewa Indra mengirim kereta perangnya dan meminjamkannya kepada Rama. Kusir kereta tersebut bernama Matali, siap melayani Rama. Dengan kereta ilahi tersebut, Rama melanjutkan peperangan yang berlangsung dengan sengit. Kedua pihak samasama kuat dan mampu bertahan. Akhirnya Rama melepaskan senjata Brahma Astra ke dada Rahwana. Senjata sakti tersebut mengantar Rahwana menuju kematiannya.



Seketika



bunga-bunga



bertaburan



dari



surga



karena



menyaksikan kemenangan Rama. Wibisana meratapi jenazah kakaknya dan sedih karena nasihatnya tidak dihiraukan. Sesuai aturan agama, Rama mengadakan upacara pembakaran jenazah yang layak bagi Rahwana kemudian memberikan wejangan kepada Wibisana untuk membangun



kembali Negeri Alengka. Setelah Rahwana dikalahkan, Sita kembali ke pelukan Rama dan mereka kembali ke Ayodhya bersama Laksmana, Sugriwa, Hanoman dan tentara wanara lainnya. Di Ayodhya, mereka disambut oleh Bharata dan Kekayi. Di sana para wanara diberi hadiah oleh Rama atas jasajasanya.



C. TOKOH-TOKOH CERITA  Dasarata



 Sugriwa



 Rama



 Subali



 Sita



 Hanoman



 Kekayi



 Manthala



 Bharata



 Laksmana



 Rahwana



 Satrugna



 Supranaka



 Resi Wiswamitra



 Kumbakarna



Resi Wasista, dll.



 Wibisana



D. TANYA JAWAB 1. Siapakah Rama, Sita, Laksmana, Rahwana, Kumbakarna, dan



Wibisana? Jawab: • Rama



: Putera sulung dari pasangan Raja Dasarata dengan Kosalya,



ia



dipandang



sebagai



Maryada



Purushottama, yang artinya "Manusia Sempurna". Setelah dewasa, Rama memenangkan sayembara dan beristerikan Dewi Sita, inkarnasi dari Dewi Laksmi. Rama memiliki anak kembar, yaitu Kusa dan Lawa.



• Sita



: Istri dari Sri Rama, ia merupakan okoh protagonis dan tokoh utama dalam wiracarita Ramayana. Menurut



pandangan



Hindu,



Sita



merupakan



inkarnasi dari Laksmi, dewi keberuntungan, istri Dewa Wisnu. • Laksmana



: Putera Raja Dasarata dengan Sumitra, ia merupakan tokoh protagonis dalam wiracarita Ramayana, dan merupakan adik tiri dari Rama, pangeran kerajaan Kosala.



• Kumbakarna: Adik kandung Rahwana, raja rakshasa dari



Alengka. Kumbakarna merupakan seorang rakshasa yang sangat tinggi dan berwajah mengerikan, tetapi bersifat perwira dan sering menyadarkan perbuatan kakaknya yang salah. Ia memiliki suatu kelemahan, yaitu tidur selama enam bulan, dan selama ia menjalani masa tidur, ia tidak mampu mengerahkan seluruh kekuatannya. • Wibisana



: Adik kandung Rahwana yang menyeberang ke pihak Sri Rama, ia merupakan tokoh protagonis dalam wiracarita Ramayana. Dalam perang besar antara bangsa Rakshasa melawan Wanara, Wibisana banyak berjasa membocorkan kelemahan kaumnya, sehingga pihak Wanara yang dipimpin Rama memperoleh kemenangan. Sepeninggal Rahwana, Wibisana menjadi raja Alengka.



2. Mengapa terjadi Perang Aloka? Jawab: Perang Aloka terjadi karena pihak Rama dan pihak Rahwana saling memperebutkan Sita. Pada awalnya Rahwana menculik Sita, istri Rama, karena hanya ingin membalas dendam



atas perbuatan Laksmana yang tidak sengaja melukai hidung adik Rahwana yaitu Surpanaka. Laksmana melakukan hal tersebut karena Surpanaka ingin melukai Sita yang iri kepada kecantikan Sita. 3. Bagaimanakah sikap Kumbara dalam perang tersebut? Jawab: Dalam perang ketika Rahwana kewalahan menghadapi Sri Rama,



maka



ia



menyuruh



Kumbakarna



menghadapinya.



Kumbakarna sebenarnya tahu bahwa kakaknya salah, tetapi demi membela Alengka tanah tumpah darahnya dia pun maju sebagai prajurit melawan serbuan Rama. Kumbakarna sering dilambangkan sebagai perwira pembela tanah tumpah darahnya, karena ia membela Alengka untuk segala kaumnya, bukan untuk Rahwana saja, dan ia berperang melawan Rama tanpa rasa permusuhan, hanya semata-mata menjalankan kewajiban. 4. Bagaimanakah sikap Wibisana dalam perang tersebut? Jawab: Dalam perang Wibisana memutuskan untuk berpihak pada Rama yang diyakininya sebagai pihak yang benar. Hal ini berarti dia harus melawan kakaknya sendiri (Rahwana) demi membela kebenaran. Menarik untuk dilihat bahwa Kumbakarna (yang juga masih saudara kandung dengan Wibisana dan Rawana) mengambil sikap yang berlawanan, dimana Kumbakarna tetap membela tanah air, walaupun menyadari bahwa dia berada di pihak yang salah. Wibisana merupakan tokoh yang menunjukkan bahwa kebenaran itu



menembus



persaudaraan.



batas-batas



nasionalisme,



bahkan



ikatan



5. Bagaimanakah pendapat Saudara tentang sikap Kumbakarna dalam perang tersebut? Jawab: Menurut saya sikap Kumbakarna dalam perang tersebut adalah salah. Seharusnya ia tidak berada dalam pihak Rahwana, walaupun sebenarnya alasan Kumbakarna ada dipihak Rahwana adalah untuk membela tumpah darahnya sendiri. Namun dalam perang ini terkesan Kumbakarna membela Rahwana, padahal ia sudah tahu kalau sikap kakaknya itu salah. Karena kebenaran itu harus dijunjung tinggi, dan kebenaran itu menembus batas-batas nasionalisme, atau bahkan ikatan persaudaraan. 6. Bagaimanakah pendapat Saudara tentang sikap Wibisana dalam perang tersebut? Jawab: Menurut saya sikap Wibisana dalam perang tersebut adalah benar. Karena kebenaran itu harus dijunjung tinggi, dan kebenaran itu



menembus



batas-batas



nasionalisme,



bahkan



ikatan



persaudaraan. 7. Menurut Saudara sikap siapa yang lebih tepat? Jawab: Seperti yang sudah saya jawab di atas, saya lebih setuju dengan sikap Wibisana. Karena sekali lagi kebenaran itu harus dijunjung tinggi, dan kebenaran itu menembus batas-batas nasionalisme, bahkan ikatan persaudaraan. 8. Bagaimanakah sikap Saudara dalam perang tersebut seandainya Saudara sebagai:



 Panglima Perang Alengka Saya akan berada dalam pihak Rama dan akan membantu melawan Rahwana untuk mendapatkan Sita kembali.  Prajurit Alengka Saya tidak akan ikut berperang bersama Rahwana, tetapi justru akan membantu Rama dalam melawan Rahwana.  Rakyat Alengka Saya tidak akan mau mengikuti perintah Rahwana untuk ikut berperang melawan Rama.  Orang Tua Rahwana Saya akan menasehati Rahwana bahwa tindakannya itu adalah salah, dan saya akan menyuruh Rahwana untuk meminta maaf kepada Rama sekaligus mengembalikan Sita ke tangan Rama, serta sebisa mungkin mencegah terjadinya perang.  Kakak atau Adik Rahwana Saya tidak akan membantu Rahwana dalam perang melawan Rama dan sebisa mungkin mencegah terjadinya perang tersebut.  Anak Rahwana Saya



akan



memohon



kepada



Rahwana



untuk



tidak



menyelenggarakan perang tersebut.  Istri Rahwana Saya akan membujuk sebisa mungkin kepada Rahwana untuk tidak menyelenggarakan perang tersebut.



E. PENUTUP Kesimpulan Cerita



Ramayana



adalah



sebuah



cerita



kepahlawanan



yang berasal dari India. Ceritanya bermula dari kisah keberhasilan Rama dalam memenangkan sayembara di negeri Mantili dan perkawinannya dengan Dewi Sita. Kisah selanjutnya adalah cerita tentang tuntutan Kekayi (ibu tiri Rama) agar Raja Dasarata (ayah Rama) mengangkat puteranya Barata sebagai raja Ayodya dan menuntut agar Rama dan Sita diusir ke tengah hutan Dandaka selama 13 tahun. Didalam hutan Dandaka Rama, Laksamana, dan Sita banyak bertemu dengan para pertapa. Suatu ketika, Sita melihat kijang kencana dan meminta Rama menangkapnya. Ternyata kijang tersebut adalah kijang jadi-jadian Marica, patih dari Rahwana. Ketika Rama berusaha mengejar kijang tersebut, Sita diculik oleh Rahwana dan diterbangkan ke negeri Alengka. Dalam perjalanan, Sita ditolong oleh Jatayu. Tetapi Jatayu dapat dikalahkan oleh Rahwana. Dalam keadaan terluka Jatayu berhasil menemui Rama. Demi mengetahui bahwa Sita diculik, maka Rama berangkat menuju Alengka. Kisah berikutnya adalah cerita tentang perjalanan Rama di hutan Maliawan. Disana dia menolong Sugriwa (raja monyet) mengalahkan Subali. Atas jasanya tersebut, Sugriwa dan Hanuman menyatakan keinginannya untuk membantu Rama mencari Sita. Kemudian Hanuman berangkat ke Alengka sebagai duta dari Rama. Bagian terakhir dari kisah ramayana adalah cerita ketika rombongan Rama dan tentara monyet membangun jembatan menuju negeri Alengka. Selanjutnya, Rahwana dan bala-tentaranya dapat dikalahkan. Rama berhasil membawa kembali Sita ke Ayodya dengan selamat.



DAFTAR PUSTAKA



Rajagopalachari, C.. 2009. Ramayana. Jakarta: Diva Press ---. 2010. Ramayana. www.wikipedia.or.id/Ramayana/Html