Tugas David [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Hama Belalang Kembara ( Locusta migratoria )



Klasifikasi Belalang Kembara Belalang kembara (Locusta migratoria: Orthoptera; Acrididae) merupakan salah satu hama penting tanaman pangan yang ledakan populasinya dapat menyebabkan kerugian yang cukup parah. Belalang kembara termasuk ke dalam genus Locusta yang terdiri dari beberapa sub-spesies dengan wilayah penyebaran yang berbeda-beda. Locusta migratoria manilensis Meyen merupakan sub-spesies belalang kembara yang terdapat di seluruh Asia Tenggara, Timur dan Selatan Cina, negara-negara Pasifik dan tercatat sebagai hama penting di Indonesia (Rhode, & Crosby, 2012). Belalang kembara dikelompokkan ke dalam kingdom animalia, Kelas Inseckta, Ordo Orthoptera, Famili Acrididae, Genus Locusta. Organisme ini hidup dalam ekosistem darat, dan merupakan salah satu bagian dalam jaring-jaring makanan. Sehingga secara alami, belalang kembara hidup dan menjadi penghuni dalam suatu ekosistem (Lecoq, 1999). Belalang kembara diketahui mempunyai tiga fase populasi yang sangat khas. Yang pertama adalah fase soliter, yaitu ketika belalang kembara berada dalam populasi rendah di suatu hamparan sehingga mereka cenderung mempunyai perilaku individual. Dalam fase ini belalang kembara bukanlah merupakan hama yang merusak karena populasinya berada di bawah ambang luka ekonomi (economic injury level, tingkat populasi hama yang telah menyebabkan kerusakan ekonomis) dan perilakunya tidak rakus. Tahap berikutnya fase



transisi (transient), yaitu ketika populasi belalang kembara sudah cukup tinggi dan mulai membentuk kelompok-kelompok kecil. Fase ini sudah perlu diwaspadai karena apabila kondisi lingkungan mendukung maka belalang kembara akan membentuk fase gregarius, yaitu ketika kelompok-kelompok belalang telah bergabung dan membentuk gerombolan besar yang sangat merusak. Pada keadaan ini belalang kembara menjadi lebih agresif dan rakus sehingga setiap areal pertanian yang dilewatinya mengalami kerusakan total (Kalshoven, 1981). Proses transformasi belalang kembara dari fase soliter menjadi fase gregarius dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor utama pemicu proses transformasi ini adalah kepadatan populasi. Belalang kembara di Afrika L. m. migratoriode, misalnya, diketahui akan berubah dari fase soliter menjadi gregarius apabila populasinya mencapai sekitar 2000 ekor per ha. Sementara itu, belalang kembara spesies Schistocera gregaria akan mengalami transformasi populasi pada tingkat kepadatan 500 individu per ha (Luong-Skovmand, 1999). Belalang kembara merupakan serangga yang aktif pada siang hari, pada pagi hari belalang terbang dan berputar-putar untuk mencari lokasi dan pada senja hari belalang hinggap pada suatu lokasi untuk kawin, bertelur dan memakan tanaman yang dihinggapinya (Adnan, 2009). Kerusakan tanaman dipengaruhi oleh kemampuan makan belalang kembara yang sangat bergantung pada jenis tanaman serta kualitas dan kuantitas nutrisi pakan. Bahan pakan sangat diperlukan serangga untuk hidup, beraktivitas, tumbuh, berkembang dan meneruskan keturunannya (Nation, 2008). Tanaman yang paling disukai oleh hama belalang kembara adalah kelompok tanaman graminae dan salah satu tanaman yang sangat disukainya adalah tanaman jagung (Sudarsono, 2003). Gejala Serangan dan Keruskan Dari Belalang Kembara Gejala serangan yang ditimbulkan adalah terdapat robekan pada daun, dan pada serangan yang hebat dapat terlihat tinggal tulang-tulang daun saja. Gejala serangan belalang



tidak spesifik, bergantung pada tipe tanaman yang diserang dan tingkat populasi. Serangan pada daun biasanya bagian daun pertama. Hampir keseluruhan daun habis termasuk tulang daun, jika serangannya parah. Spesies ini dapat pula memakan batang dan tongkol jagung jika populasinya sangat tinggi dengan sumber makanan terbatas (Adnan, 2009). Belalang kembara memakan daun-daun tanaman sehingga mengurangi luas permukaan daun dan mengganggu fungsi fisiologis dari tanaman yang diserang. Kerusakan daun ini berpengaruh terhadap produktivitas tanaman tersebut. Jika serangan belalang ini dalam jumlah populasi yang tinggi, daun tanaman jagung yang diserang akan habis dimakannya (Palanysamy,2012). Belalang kembara menyerang daun, hanya menyisakan tulang daun dan batang, bahkan pada kondisi tertentu memakan tulang daun dan batang sehingga dapat merusak tanaman hingga 90%. Gejala serangan belalang tidak spesifik, bergantung kepada tipe tanaman yang diserang dan tingkat populasi. Daun biasanya bagian pertama yang diserang. Hampir keseluruhan daun habis termasuk tulang daun, jika serangannya parah (Hosang, 2010). Pengendalian Belalang Kembara Salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan program pengendalian populasi hama belalang kembara adalah kehandalan system peringatan dini (early warning system) berdasarkan prediksi populasi yang telah dibangun. Di negaranegara Afrika dan Madagaskar, misalnya, sistem ini telah mencapai kehandalan yang tinggi karena



dibangun



berdasarkan database biologi, ekologi, dan iklim selama puluhan tahun (Lecoq, 1999). Berdasarkan indikator ciri morfologis di atas maka kemungkinan terjadinya eksplosi hama belalang kembara dapat diprediksi apabila proporsi populasi belalang kembara yang diterok dari suatu wilayah telah melewati ambang batasnya. Apabila hal ini sudah diketahui maka tindakan preventif dapat segera dilakukan melalui tindakan pengendalian pada wilayah-



wilayah yang diketahui merupakan sentra populasi belalang kembara. Dengan membunuh titik-titik sentra populasi ini maka kemungkinan terjadinya eksplosi dan penyebaran hama ke wilayah yang lebih luas dapat dicegah secara efektif. Musuh-musuh alami belalang kembara yaitu berupa penyakit parasit dan predator. Penyakit yang menyerang belalang kembara antara lain penyakit bakteri, penyakit cendawan antara lain yaitu, parasit ini dari jenis Nematoda, dan predator dari bangsa burung dan semut. Dalam keadaan populasi belalang tinggi nampaknya peranan musuh alami ini relatif rendah. Cara-cara pengendalian yang dapat diterapkan antara lain : Kultur Teknis: Dengan mengatur pola tanam dan menanam tanaman alternatif yang tidak disukai oleh belalang seperti tanaman kacang tanah dan ubi kayu, melakukan pengolahan tanah pada lahan yang diteluri sehingga telur tertimbun dan yang terlihat diambil. Gropyokan/Mekanik/Fisik: Kelompok tani secara aktif mencari kelompok belalang di lapangan, dengan menggunakan kayu, ranting, sapu dan jaring perangkap. Kimiawi: Pengendalian yang dapat dilakukan pada Stadium Nimfa kecil karena belum merusak. Pengendalain terhadap imago dilaksanakan pada malam hari, mulai dari belalang hinggap senja hari sampai sebelum terbang waktu pagi hari. Pengendalian sebaiknya secara langsung terhadap individu/kelompok yang ditemui di lahan. Biologis Dengan menggunakan cendawan, dengan cara penyebaran pada tempat-tempat bertelur belalang kembara atau dengan penyemprotan dengan terlebih dahulu membuat suspense (larutan cendawan). Pengendaliandengan Ekstrak Tuba (Deris. Sp): Ekstrak Nimba (azadiracht



indica)



dilakukan



penyemproptan



pada tanaman



untuk meninggalkan



“Efek Residu” pestisida pada Tanaman. Pestisida nabati (Ekstrak Tuba dan Nimba) merupakan salah satu komponen yang memiliki prospek yang baik untuk digunakan dalam pengendalian belalang kembara dan juga OPT lainnya, khususnya tumbuhan tuba yang tersedia dilingkungan petani. Ekstrak bisa dibuat secara sederhana dan langsung di aplikasikan oleh petani sehingga bisa dianggap murah (Syamsul, 2020).



Kesimpulan 1. Belalang kembara (Locusta migratoria: Orthoptera; Acrididae) merupakan salah satu hama penting tanaman pangan yang ledakan populasinya dapat menyebabkan kerugian yang cukup parah. 2. Gejala serangan yang ditimbulkan adalah terdapat robekan pada daun, dan pada serangan yang hebat dapat terlihat tinggal tulang-tulang daun saja. 3. Musuh-musuh alami belalang kembara yaitu berupa penyakit parasit dan predator.



Daftar Pustaka Adnan, A.M. (2009). Teknologi Penanganan Hama Utama Tanaman Kelapa.. Prosiding Seminar Nasional Serealia, Balai Penelitian Tanaman Serealia. Hosang MLA, A.A Lolong, N. Lumentut, D. Novianti, Rahma dan Salim. 2013. Hama Baru Tungau Kelapa Aceria querreronis Keifer (Acari: Eriophyidae) pada Tanaman Kelapa di Minahasa Utara dan Kota Bitung, Sulawesi Utara. Buletin Palma. 14 (1): 47-53. Kalshoven LGE. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. PT Ichtiar Baru Va Hoeve, Jakarta. 701pp. Lecoq, M. & Sukirno, 1999. Drought and an Exceptional Outbreak of the Oriental Migratory Locust, Locusta migratoria manilensis (Meyen 1835) in Indonesia (Orthoptera: Acrididae). J. Orthoptera Res. No. 8: 153-161. Luong-Skovmand. 1999. Oriental migratory locust biology and ecology. Seminar for technology transfer of locust survey and control. Lampung, 12-16 July 1999. Nation, James L. (2008). Insect Physiology and Biochemistry. Boca Raton (US): CRC Press. Palanisamy, S. 2012. Development of an integrated pest management package for the eriophyid mite (aceria querreronis Keifer) of coconut in southern states. Professor dan Head Dept. Of Entomology, TNAU, Coimbatore. Sudarsono, Hamim. (2003). Hama Belalang Kembara (Locusta migratoria manilensis Meyen): Fakta dan Analisi Awal ledakan Populasi di Provinsi lampung. J. HPT Tropika, 5(2): 51-56.



Penggerek Tandan (Tirathaba mundella)



Klasifikasi Penggerek Tandan ( Tirathaba mundella ) Tirathaba sp. merupakan salah satu hama yang menyerang tanaman kelapa. Serangga ini masuk dalam kelompok ngengat yang aktif terbang dimalam hari (nokturnal) dan mudah terpancing oleh cahaya, saat beristirahat sayap akan ditekuk di sekitar badannya atau dibentangkan secara horizontal atau dilipat membentuk atap atau segitiga di atas abdomen. Ngengat mempunyai bercak hijau pada pangkal sayap. Ukuran tubuh dan sayap serangga betina lebih panjang daripada ngengat jantan. Panjang rentangan sayap antara 20-25 mm. Imago meletakkan telurnya pada buah kelapa yang masih muda berukuran kecil. Telur diletakkan secara terpisah. Telur akan menetas dalam waktu 4-5 hari, setelah menetas larva langsung



menggerek



masuk



ke



dalam



buah



kelapa



yang



masih



muda



(Comstok, 1972). Larva dapat ditemukan pada buah kelapa yang masih relatif muda atau diantara celah kelopak buah kelapa. Sedang menurut Hosang (2010), larva yang baru menetas umumnya bergerak menuju bunga jantan, kemudian menggerek dan memakannya, larva juga bersembunyi di sela-sela bunga jantan. Larva terdiri dari lima instar dan seluruh stadia larvanya tinggal dan menetap dalam buah kelapa. Larva instar pertama berwarna putih kotor sampai coklat muda, dan warna tubuh akan semakin gelap (coklat tua sampai hitam) bila larva tersebut telah mencapai instar akhir. Stadia larva instar terakhir mempunyai panjang tubuh mencapai 2-3 cm, namun terdapat spesies Tirathaba sp. yang lain mempunyai panjang



tubuh mencapai 4 cm, dan ditumbuhi dengan rambut-rambut yang jarang. Stadia larva berlangsung selama 16-21 hari atau antara 2-3. minggu. Menjelang berkepompong, larva tersebut akan membentuk kokon dari sisa gerekan dan kotorannya yang direkat dengan benang liur. Serangan yang terjadi pada buah muda dapat mengakibatkan buah muda gugur. Larva saat ganti kulit akan meninggalkan exuvia yang terbungkus dalam kotoran larva yang dirangkai dengan benang-benang sutera. Stadia yang paling banyak menyebabkan kerusakan pada tanaman kelapa adalah stadia larva. Fase yang paling aktif merusak terdapat larva instar dua hingga instar empat. Larva merusak buah kelapa dengan cara menggereknya, membuat liang dan tinggal di dalam buah tersebut. Sementara larva instar lima gerakannya tidak lincah dan mulai mengeluarkan serat sutera untuk membungkus tubuhnya pada saat berubah menjadi pupa. Pada saat larva akan berubah menjadi pupa, maka larva tersebut akan keluar dari buah kelapa (Kalshoven, 1981). Pupa berwarna coklat gelap dan stadia pupa berlangsung sekitar 5-10 hari. Stadia imago berlangsung selama 9-12 hari sehingga total siklus hidupnya adalah lebih kurang 1 bulan. Imago betina akan meletakkan telur pada hari kedua selama 2-3 hari berturut-turut pada malam hari. Telur diletakkan secara terpisah atau satu persatu (Lubillosa, 1997). Gejala dan Intensitas Serangan Tirathaba sp. Hama Tirathaba sp. dikenal sebagai hama yang merusak bunga jantan dan bunga betina pada seludang yang baru terbuka. Larva lebih memilih bunga muda yang masih lunak. Bunga yang terserang akan jatuh atau tidak berkembang menjadi buah. Larva dari Tirathaba sp. banyak menyerang tanaman kelapa yang berumur tua ataupun muda, asalkan masih aktif memproduksi buah. Larva merusak dengan memakan dimulai pada bagian ujung buah kelapa yang masih kecil (bakal buah) dan menggerek ke dalam. Serangan hama ini menyebabkan buah muda gugur.



Jika menyerang titik tumbuh pada pertanaman muda, maka akan terjadi kerusakan. Serangan yang parah menyebabkan layu dari titik pertumbuhan tanaman jadi terlambat. Gejala serangannya berupa bekas gerekan yang ditemukan pada permukaan buah. Bekas gerekan tersebut berupa faeces dan serat tanaman kelapa. Larva menutupi bagian bekas gerekan dan kotoran dengan benang-benang liur larva yang dihasilkannya. Larva sangat aktif dan bergerak cepat ketika merasa terganggu. Pada serangan baru, bekas gerekan masih berwarna merah muda dan larva masih aktif di dalamnya. Sedangkan pada serangan lama, bekas gerekan berwarna kehitaman dan larva sudah tidak aktif karena larva telah berubah menjadi kepompong (Balitka,1990). Pengendalian Hama Tirathaba sp. Dalam menekan perkembangan Tirathaba sp. yang menyerang tanaman kelapa dapat dilakukan dengan berbagai macam cara pengendalian antara lain : 1. Sanitasi dengan cara mengumpulkan bunga bunga-bunga yang terserang kemudian membakarnya, memotong mayang dan membersihkan pangkal daun kelapa dari pupa dan larva. 2. Pemanfaatkan musuh alami seperti lalat Tachinidae (Argyroplax basifulva), Venturia sp. (Ichneumonidae), Apenteles tirathabae (Braconidae), Telenemus tirathabae (Scelionidae), Devorgilla (Nemeritis) palmaris (Ichneumonidae) dan Palexorista patinei. Pengendalian dapat juga dengan menggunakan jamur entomopatogen seperti jamur Beuveria bassiana dan Metarhizium anisopliae. Larva juga dapat dikendalikan dengan nematoda entomopatogen, seperti Steinernema sp. dan predator sejenis cecopet yaitu Exypnus pulchripenneis yang memakan ulat (Crossley, 2007). 3. Penggunaan insektisida sesuai anjuran.



Kesimpulan 1. Tirathaba sp. merupakan salah satu hama yang menyerang tanaman kelapa. Serangga ini masuk dalam kelompok ngengat yang aktif terbang dimalam hari (nokturnal) dan mudah terpancing oleh cahaya, saat beristirahat sayap akan ditekuk di sekitar badannya atau dibentangkan secara horizontal atau dilipat membentuk atap atau segitiga di atas abdomen. 2. Hama Tirathaba sp. dikenal sebagai hama yang merusak bunga jantan dan bunga betina pada seludang yang baru terbuka. 3. Pengendalian dari Penggerek batang ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan musuh alami seperti lalat Tachinidae (Argyroplax basifulva).



Daftar Pustaka Balitka. 1989. Pengendalian kumbang kelapa secara terpadu. FAO/UNDP IPM Project. Manado, 29p. Crossley. 2007. Tirathaba rufivena (Walker, 1864) Greater Coconut Spike Moth (one s ynonym : Melissoblaptes rufovenalis Snellen, 1880) Gallerinaei, Pyralidae Hosang MLA, A.A Lolong, N. Lumentut, D. Novianti, Rahma dan Salim. 2013. Hama Baru Tungau Kelapa Aceria querreronis Keifer (Acari: Eriophyidae) pada Tanaman Kelapa di Minahasa Utara dan Kota Bitung, Sulawesi Utara. Buletin Palma. 14 (1): 47-53. Kalshoven LGE. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. PT Ichtiar Baru Va Hoeve, Jakarta. 701pp. Lubilosa. 1997. The Efficacy Issue. Lubilosa Newsletter No. 2, April 1997.