Tugas Ikm Dan PKM [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Penyakit Anemia Faktor – faktor yang mempengaruhi kesehatan seseorang dalam ilmu epidemiologi dikenal dengan istilah segitiga epidemiologi yaitu Host - Agent – Environment (AHE). Segitiga epidemiologi ini sangat umum digunakan oleh para ahli dalam menjelaskan konsep berbagai permasalahan kesehatan termasuk salah satunya adalah terjadinya penyakit anemia. Hal ini sangat komprehensif dalam memeprediksi suatu penyakit. Terjadinya suatu penyakit sangat tergantung dari keseimbangan dan interaksi ke tiganya. Dari ketiga istilah segitiga epidemiologi yaitu Host



- Agent – Environment, saya akan



menjelaskan satu persatu tentang faktor – faktor yang mempengaruhi penyakit anemia. 1.



Host Faktor host (penjamu) dalam kasus anemia adalah yang terdiri dari: a.



Umur Dilihat dari segi umur yang rentan terkena penyakit anemia yaiut pada ibu hamil. Dimana,



Semakin muda umur ibu hamil, semakin berisiko untuk terjadinya anemia.. Hal ini dapat dikarenakan pada remaja, asupan zat besi dibutuhkan lebih banyak karena pada masa tersebut remaja membutuhkannya untuk pertumbuhan, ditambah lagi jika hamil maka kebutuhan akan zat besi lebih besar. Selain itu, faktor usia yang lebih muda dihubungkan dengan pekerjaan, status sosial ekonomi dan pendidikan yang kurang. b.



Pola Hidup Anemia juga dapat terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara asupan gizi dengan



aktifitas yang dilakukan oleh seseorang. Dimana, meningkatnya kebutuhan zat besi pada seseorang disebabkan oleh tingginya laju pertumbuhan dan perkembangan pada saat itu. Peningkatan kebutuhan tersebut terjadi karena meningkatnya volume darah, massa otot, dan myoglobin. Dilihat Pada remaja putri, kebutuhan zatbesi tambahan diperlukan untuk menyeimbangkan kehilangan zat besi akibat darah haid, dimana terjadi peningkatan kebutuhan besi untuk ekspansi darah total. Jika kebutuhan besi tak terpenuhi maka akan berisiko menimbulkan kelelahan, badan lemah, penurunan produktivitas kerja, penurunan fungsi kognitif, dan bahkan berisiko menderita anemia pada kehamilan dimasa yang akan datang. Penyebabnya karena banyak remaja yang tidak suka mengonsumsi makanan sumber zat besi termasuk sayuran dan buah-buahan serta lebih senang mengonsumsi makanan siap saji yang umumnya mengandung kalori, kadar lemak dan gula yang tinggi tetapi rendah serat, zat besi, vitamin A, vitamin B12, asam folat dan kalsium, meskipun mereka tahu bahwa salah satu penyebab anemia adalah karena kurangnya asupan zat besi dalam tubuh.



c.



Jenis kelamin



Remaja putri memiliki risiko sepuluh kali lebih besar untuk menderita anemia dibandingkan dengan remaja putra. Hal ini dikarenakan remaja putri mengalami menstruasi setiap bulannya dan sedang dalam masa pertumbuhan sehingga membutuhkan asupan zat besi yang lebih banyak. Selain itu, ketidakseimbangan asupan zat gizi juga menjadi penyebab anemia pada remaja. Remaja putri biasanya sangat memperhatikan bentuk tubuh, sehingga banyak yang membatasi konsumsi makanan dan banyak pantangan terhadap makanan. Bila asupan makanan kurang maka cadangan besi banyak yang dibongkar. Keadaan seperti ini dapat mempercepat terjadinya anemia. Remaja putri termasuk golongan rawan menderita anemia karena remaja putri dalam masa pertumbuhan dan setiap bulan mengalami menstruasi yang menyebabkan kehilangan zat besi. d. Pola makanan Banyak remaja putri yang tidak suka mengonsumsi makanan, salah satunya sumber makanan zat besi termasuk sayur-sayuran dan buah-buahan. Remaja putri yang membatasi makanan atau mempunyai kebiasaan diet yang tidak terkontrol dengan tujuan untuk mendapat bentuk badan yang sempurna (langsing). Akibat dari perilaku yang kurang tepat ini mengakibatkan kurang gizi pada remaja seperti terlalu kurus, kadar Hb rendah/anemia, kekurangan kalsium atau defisiensi mikronutrien yang lain. e. Sosial ekonomis Faktor sosial ekonomi diantaranya adalah kondisi ekonomi, pekerjaan dan pendidikan. Ibu hamil dengan keluarga yang memiliki pendapatan yang rendah akan mempengaruhi kemampuan untuk menyediakan makanan yang adekuat dan pelayanan kesehatan untuk mencegah dan mengatasi kejadian anemia. f.



Riwayat penyakit Anemia dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena infeksi. Telah



diketahui secara luas bahwa infeksi merupakan faktor yang penting dalam menimbulkan kejadian anemia, dan anemia merupakan konsekuensi dari peradangan dan asupan makanan yang tidak memenuhi kebutuhan zat besi. Kehilangan darah akibat trauma dapat menyebabkan defisiensi zat besi dan anemia. Angka kesakitan akibat penyakit infeksi meningkat pada populasi defisiensi besi akibat efek yang merugikan terhadap sistem imun. Malaria karena hemolisis dan beberapa infeksi parasit seperti cacing, menyebabkan kehilangan darah secara langsung dan kehilangan darah tersebut mengakibatkan defisiensi besi. g.



Genetik Penyakit karena kelainan genetik yang berkaitan dengan penyakit anemia ini contohnya



adalah Thalasemia. Thalasemia adalah gangguan genetik yang dimana produksi hemoglobin menjadi sangat rendah.



2.



Agent Agent atau sumber penyakit anemia diantaranya yaitu: a.



Unsur gizi.



Terjadinya anemia pada seseorang juga dapat disebabkan karena kekurangan zat besi, asam folat dan vitamin B12 dalam makanan. Defisiensi ini dapat terjadi karena kebutuhan zat besi yang meningkat, kurangnya cadangan zat besi dan berkurangnya zat besi dalam tubuh seseorang. b.



Kimia dari dalam dan luar Anemia pada seseorang juga dapat terjadi karena berhubungan



racun kimia dan



menggunakan obat yang berpengaruh pada produksi sel darah merah. c.



Faktor faali/ fisiologis Faktor fisiologis penyakit anemia yaitu karena kekurangan zat besi, pendarahan usus,



pendarahan, genetik, kekurangan vitamin B12, kekurangan asam folat, gangguan sum –sum tulang. Namun, bukan hanya itu, pola hidup yang tidak sehat juga menjadi faktor penyebab terjadinya penyakit anemia. Mulai dari perilaku makan makanan yang tidak mengandung zat besi, kurang memakan asupan vitamin, melakukan kegiatan yang beresiko mengalami pendarahan, hingga kebiasaan begadang. Yang dimana seseorang yang menderita “Anemia” akan terlihat seperti 5L, yakni: letih, lesu, lemah, lunglai, dan lelah.



3.



Environment (Lingkungan) Faktor lingkungan terdiri atas 3 yaitu: fisik, biologis, dan sosial ekonomi. Dari ketiga faktor lingkungan tersebut yang dapat mempengaruhi penyakit anemia yaitu faktor sosial ekonomi. Keadaan sosial ekonomi yang rendah meliputi pendidikan orang tua dan penghasilan yang rendah serta keadaan kesehatan lingkungan yang buruk. 1.



Penghasilan atau pendapatan yang rendah Pendapatan merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas makanan,



sehingga terjadi hubungan yang erat antara pendapatan dan gizi. Apabila pedapatan berubah secara langsung dapat mempengaruhi perubahan konsumsi pangan keluarga. Meningkatnya pendapatan berarti memperbesar peluang untuk membeli pangan dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik. Sebaliknya, penurunan pendapatan akan menyebabkan penurunan dalam hal kualitas dan kuantitas pangan yang dibeli, yang dapat mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan tubuh akan zat gizi, salah satunya tidak terpenuhinya kebutuhan tubuh akan zat besi, sehingga dapat berdampak timbulnya kejadian anemia. 2.



Tingkat pendidikan Hubungan antara tingkat pendidikan dengan kejadian anemia pada remaja putri , berkaitan



dengan pemilihan bahan makanan sumber zat besi yang berfungsi untuk mencegah terjadinya anemia. Tingkat pengetahuan seseorang berhubungan dengan kejadian anemia. Pendidikan mengenai bahan makanan dan pola hidup sehat menyebabkan pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan terhadap status anemia di Indonesia. Tingkat pendidikan dan pengetahuan gizi ibu juga sangat berpengaruh terhadap kualitas zatzat yang dikonsumsi. Pengetahuan gizi berkembang secara bermakna dengan sikap positif



terhadap perencanaan dan persiapan makanan. Semakin tinggi pengetahuan ibu maka makin positif sikap ibu terhadap gizi makanan sehingga makin baik pula konsumsi energi, protein dan besi keluarganya. Ada dua kemungkinan hubungan tingkat pendidikan orangtua dengan makanan dalam keluarga, yaitu: a.



Tingkat pendidikan kepala rumah tangga secara langsung maupun tidak langsung menentukan kondisi ekonomi rumah tangga, yang pada akhirnya sangat mempengaruhi konsumsi keluarga.



b.



Pendidikan istri, di samping merupakan modal utama dalam menunjang perekonomian keluarga juga berperan dalam penyusunan pola makan keluarga. Pendidikan ibu merupakan faktor yang sangat penting. Tinggi rendahnya pendidikan ibu erat kaitannya dengan tingkat perawatan kesehatan, higiene, kesadaran terhadap anak dan keluarga. Kondisi sosial berupa dukungan dari keluarga dan komunitas akan mempengaruhi kejadian



anemia pada seseorang . Jika keluarga mendukung terhadap kondisi asupan nutrisi dan vitamin pada kerabatnya atau anaknya atau orang tuanya dan memotivasi untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin maka kemungkinan kita dapat mengetahui apakah terjadi penyakit anemia atau tidak.



Referensi: http://nutrioneask.blogspot.co.id/2011/10/epidemiologi-anemia-pada-ibu-hamil.html https://www.trendilmu.com/2015/09/penyebab.terjadinya.anemia.seo.html# http://asserianitimah.blogspot.co.id/2015/12/faktor-faktor-penyebab-anemia-pada.html www.aladokter.com/anemia-defisiensi-besi/penyebab