Tugas LP TTN [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN TRANSIENT TACHYPNEA OF THE NEWBORN (TTN) A. Defenisi Transient tachypnea of the newborn (TTN) adalah kondisi saat janin lahir dan mulai menarik napas terjadi inflasi paru yang mengakibatkan peningkatan tekanan hidrolik yang menyebabkan cairan berpindah ke interstitial. Volume darah paru juga meningkat pada saat bayi menarik napas, tetapi cairan dalam perut belum mulai berkurang sampai 30-60 menit post natal dan lengkap diabsorbsi dalam 24 jam (Emory P, 2015). Transient tachypnea of the newborn (TTN) karena tidak terjadi proses fisiologi masuknya udara ke paru saat menarik napas sehingga mendorng cairan ke interstitial dan mengakibatkan tekanan hidrostatistik dalam sirkulasi paru, janin tidak terjadi pernafasan spontan saat bayi melewati jalan lahir. (Rsd DI, 2013). TTN disebabkan adanya penumpukan cairan yang berlebihan dalam paru akibatnya tejadi gangguan mekanik saat lahir pada pasien yang dilahirkan secara operasi Caesar, terlambatnya penyerapan kembali karena tekanan pada vena sentral meingkat dan terganggunya penyerapan cairan melalui system limfatik ( Kusyanti E, 2014) B. Anatomi Fisiologi Menurut Pusdiknakes (2003) perubahan fisiologis pada bayi baru lahir adalah salah satunya



system pernafasan. Selama dalam uterus, janin mendapatkan



oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta. Setelah lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru. a. Perkembangan paru-paru Paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari faring yang bercabang-cabang membentuk struktur percabangan bronkus. Proses ini berlanjut setelah kelahiran sampai usia 8 tahun, sampai jumlah bronchiolus dan alveolus akan sepenuhnya berkembang, walaupun janin memperlihatkan bukti gerakan nafas sepanjang trimester kedua dan ketiga. Kematangan paruparu akan mengurangi peluang kelangsungan hidup bayi baru, yang disebabkan oleh keterbatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru, dan tidak mencukupinya jumlah surfaktan. Dua faktor yang berperan pada rangsangan pertama nafas bayi :



1) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan dua rahim yang merangsang pusat pernafasan otak. 2) Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru-paru selama persalinan yang merangsang masuknya udara ke dalam paru-paru secara mekanis. Interaksi antara sistem pernafasan, kardiovaskuler dan susunan saraf pusat menimbulkan pernafasan teratur dan berkesinambungan. Jadi sistem-sistem harus berfungsi secara normal.



Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk mengeluarkan cairan dalam paru-paru dan mengembangkan alveolus paru-paru untuk pertama kali. Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan dan jumlahnya akan meningkat sampai paru-paru matang sekitar 30-40 minggu kehamilan. Surfaktan ini berfungsi mengurangi tekanan permukaan paru-paru dan membantu menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernafasan. Tanpa surfaktan alveoli akan kolaps setiap saat setelah akhir setiap pernafasan yang menyebabkan sulit bernafas Bayi cukup bulan mempunyai cairan di dalam paru-parunya. Pada saat bayi melalui jalan lahir selama persalinan, sekitar 1/3 cairan ini akan diperas keluar paru-paru. Dengan beberapa kali tarikan nafas pertama, udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus bayi baru lahir. Dengan sisa cairan di dalam paru-paru dikeluarkan dari paru-paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan darah. Oksigenasi sangat penting dalam mempertahankan kecukupan pertukaran udara. Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan mengalami



vasokontriksi. Pengerutan pembuluh darah ini berarti tidak ada pembuluh darah yang terbuka, guna menerima oksigen yang berada dalam alveoli, sehingga penurunan oksigenasi jaringan akan memperburuk hipoksia. Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan menghilangkan cairan paru-paru akan mendorong terjadinya peningkatan sirkulasi limfe dan membantu menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim C. Etiologi Transient tachypnea of the newborn (TTN) disebut juga wet lungs atau respiratory distress syndrome tipe II yang dapat didiagnosis beberapa jam setelah lahir. TTN tidak dapat didiagnosis sebelum lahir. TTN dapat terjadi pada bayi prematur (paru-paru bayi prematur belum cukup matang) ataupun bayi cukup bulan. Penyebab TTN lebih dikaitkan dengan beberapa faktor risiko yang meningkatkan kejadian TTN pada bayi baru lahir. Faktor risiko TTN pada bayi baru lahir di antaranya: a. Lahir secara secar b. Lahir dari ibu dengan diabetes c. Lahir dari ibu dengan asma d. Bayi kecil untuk usia kehamilan (small for gestational age). Selama proses kelahiran melalui jalan lahir, terutama bayi cukup bulan, tekanan sepanjang jalan lahir akan menekan cairan dari paru-paru untuk keluar. Perubahan hormon selama persalinan juga berperan pada penyerapan cairan di paru-paru. Bayi yang kecil atau prematur atau yang lahir melalui jalan lahir dengan durasi singkat atau dengan secar tidak mengalami penekanan yang normal terjadi dan perubahan hormonal seperti kelahiran normal, sehingga mereka lebih berisiko mengalami penumpukan cairan di paru-paru saat mereka menarik napas untuk pertama kali. D. Tanda dan Gejala a. Bernapas cepat dan dalam (takipnea) lebih dari 60 x/menit b. Napas cuping hidung (nasal flare) c. Sela iga cekung saat bernapas (retraksi interkostal) d. Mulut dan hidung kebiruan (sianosis)



e. Grunting atau merintik/mendengkur saat bayi mengeluarkan napas Selain tanda dan gejala tersebut, bayi dengan TTN tampak seperti bayi lainnya E. Komplikasi Apabila tatalaksananya buruk, komplikasi yang mungkin seperti : a. Hipoksia karena penanganan terlalu lama, akibatnya terjadi kekurangan nutrisi pada organ-organ vital (otak, jantung, paru, ginjal. b. Asidosis metabolic (hipoglikemia, hipotermia). F. Test Diagnostik a. Pemeriksaan Laboratorium 1) Analisis Gas Darah biasanya akan memperlihatkan hipoksia ringan. Hipokarbia biasanya didapatkan. Jika ada, hipokarbia biasanya ringan (PCO2 >55 mm Hg). Extreme hypercarbia sangat jarang, namun jika terjadi, merupakan indikasi untuk mencari penyebab lain. 2) Differensial Count adalah normal pada TTN, tapi sebaiknya dilakukan untuk menentukan apakah terdapat proses infeksi. Nilai hematokrit akan menyingkirkan polisitemia. 3) Urine and serum antigen test dapat membantu menyingkirkan infeksi bakteri. b. Pemeriksaan Radilogi Rontgen thoraks. Berikut adalah gambaran khas pada TTN: 1) Hiperexpansi paru, khas pada TTN. 2) Garis prominen di perihiler. 3) Pembesaran jantung ringan hingga sedang. 4) Diafragma datar, dapat dilihat dari lateral. 5) Cairan di fisura minor dan perlahan akan terdapat di ruang pleura. 6) Prominent pulmonary vascular markings. G. Penatalaksanaan Medis Bayi dengan TTN diawasi dengan cermat. Kadangkala dapat diawasi di NICU (perawatan intensif bayi baru lahir). Pemantauan frekuensi jantung, pernapasan dan kadar oksigen. Beberapa bayi diawasi dan dipastikan frekuensi pernapasan menurun dan kadar oksigen tetap normal, lainnya mungkin membutuhkan oksigen tambahan melalui masker, selang di bawah hidung atau kotak oksigen (headbox). Jika bayi tetap berusaha keras untuk bernapas meskipun oksigen sudah diberikan, maka continous positive airway pressure (CPAP) dapat digunakan untuk



memberikan aliran udara ke paru-paru. Dengan CPCP bayi mengenakan selang oksigen di hidung dan mesin secara berkesinambungan memberikan udara bertekanan ke hidung bayi untuk membantu paru-paru tetap terbuka selama pernapasan. Pada kasus berat maka bayi dapat membutuhkan bantuan ventilator, namun ini jarang terjadi. Nutrisi dapat menjadi masalah tambahan jika bayi bernapas terlalu cepat sehingga bayi tidak dapat mengisap,menelan dan bernapas secara bersamaan. Pada kasus ini maka infus melalui pembuluh darah perlu diberikan agar bayi tidak dehidrasi dan kadar gula darah bayi tetap terjaga. Dalam 24-48 jam proses pernapasan bayi dengan TTN biasanya akan membaik dan kembali normal dan dalam 72 jam semua gejala TTN sudah tidak ada. Jika keadaan bayi belum membaik maka dokter harus mencari kemungkinan penyebab lainnya yang mungkin menyertai. Setelah bayi pulih dari TTN umumnya bayi akan pulih sepenuhnya, inilah syarat dimana bayi boleh dipulangkan. Sebelum pulang berikan edukasi kepada ibu agar melakukan observasi di rumah dengan memantau tanda-tanda gangguan pernapasan seperti kesulitan bernapas, tampak biru, sela iga cekung saat bernapas, bila hal ini muncul segera hubungi dokter dan unit gawat darurat terdekat. H. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Menurut Dermawan (2012) pengkajian adalah pemikiran dasar yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenal masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial, dan lingkungan 1. Pengkajian a. Identitas TTN biasanya terjadi pada bayi baru lahir yang berlangsung singkat yang biasanya berlangung short-lived (< 24 jam). b. Riwayat Penyakit Lahir secara secar,lahir dari ibu dengan diabetes, lahir dari ibu dengan asma, bayi kecil untuk usia kehamilan (small for gestational age).



c. Pemeriksaan Fisik 1) Inspeksi Perlu kita perhatikan adanya tachypnea, dyspnea, cyanosis sirkumoral pernafasan cuping hidung. Perlu kita perhatikan adanya tarikan dinding dada ke dalam saat fase inspirasi. Pernapasan >60x/m. 2) Palpasi Nadi kemungkinan mengalami peningkatan (takikardi) 3) Perkusi



4) Auskultasi Dengarkan bunyi pernafasan apakah normal atau tidak I. Diagnosa keperawatan a. (D.0005) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas neurologis b. (D.0131) hipotermi berhubungan dengan belum terbentuknya lapisan lemak pada kulit. c. (D.0019) Deficit nutrsi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan Tujuan rencana keperawatan / intervensi keperawatan No



Diagnosa



Tujuan Dan Kriteria



Intervensi



Hasil 1



D.0005) Pola



Tujuan



nafas tidak



Pola nafas membaik



efektif



Kriteria hasil :



berhubungan



Observasi



1. Ventilasi



-



Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)



-



Monitor bunyi napas tambahan (mis.



dengan



semenit



Gurgling, mengi, wheezing, ronkhi



imaturitas



meingkat



kering)



neurologis



2. Kapasitas



-



Monitor sputum (jumlah, warna,



vital



aroma)



meningkat



Terapeutik



3. Pernafasan



-pertahankan kepatenan jalan napas



cuping



-posisikan semi fowler atau fowler



hidung



- melakukan fisioterapi dada



menurun



- Melakukan penghisapan lender



4. Frekuensi



kurang dari 15 detik



napas



-berikan oksigen, jika perlu



membaik



Edukasi -



Anjurkan asupan cairan 200nl/hari



Kolaborasi 2.



ekspektoran, mukolitik, jika perlu Observasi



(D.0131)



Tujuan



hipotermi



Hipotermi menurun



-



Monitor suhu tubuh



berhubungan



Kriteria hasil



-



Identifikasi penyebab hipoternia



dengan



1. Menggigil



belum terbentuknya lemak pada



(mis. Terpapar suhu lingkungan



menurun



rendah, kerusakan hipotalamus,



2. Memerah



lapisan



menurun



kekurangan lemak subkutan ) -



Monitor tanda dan gejala akibat



3. Konsumsi



hipotemia



oksigen



terapeutik



kulit.



meningkat



-



pucat menurun membaik



-



Lakukan penghangatan pasif (selimut dan penuuto kepala)



-



5. Suhu kulit membaik



Sediakan lingkungan yang hangat (mis. Atur suhu ruangan, incubator)



4. Suhu tubuh



Lakukan penghangatan aktif(kompres hangat).



-



6. Ventilasi



Lakukan penghangatan internal (infus cairan hangat, oksigen hangat)



membaik 3.



Kolaborasi pemberian bronkodilator,



Edukasi Anjurkan makan / minum Observasi



(D.0019)



Tujuan



Deficit nutrsi



Deficit nutrisi dapat



-



Identifikasi status nutrisi



berhubungan



teratasi



-



Identifikasi alergi dan intoleransi



dengan



Kriteria hasil



ketidakmamp



1. Kekuatan



makanan -



Monitor asupan mkanan



uan menelan



otot menelan



-



Monitor berat badan



makanan



cukup



-



Monitor hasil pemeriksaan



meningkat



laboratorium



2. Verbalisasi



Terapeutik



keinginan



-



Berikan makanan tinggi serat



untuk



-



Berikan makanan tinggi kalori



meningkatka n nutrisi



Edukasi -



meningkat 3. Berat badan



Kolaborasi -



membaik 4. Frekuensi



Ajarkan diet yang diprogramkan Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan



-



Kolaborasi dengan ahli gizi untuk



makan



menentukan jumlah kalori dan jenis



membaik



nutris yang dibutuhkan



5. Nafsu makan membaik 6. Membrane mukosa membaik