Tugas Makalah Mata Kuliah Filsafat Ilmu An. RIYAN DHANA, ST Kelas C [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS MAKALAH INDIVIDU PROF. DR. H. YUSRI MUNAF, SH., M.SI Tugas Ini Dibuat Sebagai Syarat Mata Kuliah: Filsafat Ilmu



FILSAFAT ILMU



DISUSUN OLEH: NAMA



: RIYAN DHANA, ST



NPM



: 207121083



KELAS



:C



PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM RIAU 2020



KATA PENGANTAR



Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Filsafat Ilmu” ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang sempurna dan menjadi anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta. Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas pengumpulan mata kuliah Filsafat Ilmu ini. Disamping itu, Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkonstribusi dalam pembuatan makalah ini dimulai dari berlangsungnya penelitian hingga dapat terealisasikanlah makalah ini. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan supaya makalah ini setelah diselesaikan dapat menjadi referensi untuk melasanakan perkuliahan. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya dapat kami perbaiki. Karena penulis sadar, makalah yang di buat ini masih banyak terdapat kekurangannya.



Pekanbaru, 13 September 2020



Penulis



Riyan Dhana, ST



DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ............................................................................. i DAFTAR ISI............................................................................................ ii



BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ............................................................................... 1 1.2.Rumusan Masalah .......................................................................... 1 1.3.Tujuan Masalah .............................................................................. 1 1.4.Materi Penulisan ............................................................................. 2



BAB II PEMBAHASAN ......................................................................... 3 2.1.Definisi Filsafat ............................................................................. 3 2.2.Definisi Filsafat Menurut Para Ahli ............................................... 3 2.3.Teori dalam Filsafat Ilmu ............................................................... 4 2.4.Pendekatan Filsafat Ilmu ................................................................ 5 2.5.Analisis ........................................................................................... 7



BAB III PENUTUP ................................................................................. 9 3.1.Kesimpulan ..................................................................................... 9



DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 10



ii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses memahami suatu pengetahuan diperlukan sebuah pendekatan, hal ini terkait jenis pengetahuan itu sendiri yaitu pengetahuan rasional (melalui penalaran rasional), pengetahuan empiris (melalui pengalaman konkrit), dan pengetahuan intuitif (melalui perasaan secara individu). Sehinga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan adalah hasil tau manusia atas kerjasama antara subjek yang mengetahui dan objek yang diketahui. Pengetahuan bersifat dinamis, dalam artian terus berkembang menuju kesempurnaan. Perkembangan pengetahuan sangat dipengaruhi oleh ilmu dimana ilmu dibangun berdasarkan metode ilmiah yang bersifat objektif, ada aturan atau prosedur eksplisit yang mengikat; bersifat empiris karena dapat dibuktikan, diketahui dan diukur; dapat menjelaskan dan memprediksi peristiwa dalam bidang ilmunya. Dari sinilah lahir ilmu-ilmu pengetahuan yang selanjutnya berkembang menjadi lebih tersepesialisasi dalam bentuk yang lebih kecil dan sekaligus semakin aplikatif dan terasa manfaatnya. Filsafat sebagai induk dari segala ilmu membangun kerangka berfikir dengan meletakkan tiga dasar utama,yaitu ontology,epistemologi dan aksiologi.Maka filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemology(filsafat ilmu pengetahuan yang secara specifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Dalam pokok bahasan ini akan diuraikan pengertian filsafat ilmu dan objek yang menjadi cakupan tujuan filsafat dan kesimpulan).



1.2. Rumusan Masalah Dalam hal ini, terdapat beberapa aspek yang kami rangkum mengenai Filsafat ilmu itu sendiri, yang masing-masing akan menunjukkan penjelasan yang signifikan terhadap materi “Filsafat Ilmu”. Aspek tersebut antara lain: Apa itu Filsafat ? Pengertian Filsafat menurut Para Ahli ?Dan Analisis Filsafat menurut Pandangan Pribadi ?



1.3. Tujuan Makalah 1.



Sesuai dengan tema-nya makalah ini bertujuan untuk mempelajari dan memahami Pengertian filsafat ilmu dan menganalisisnya.



2.



Tugas makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat ilmu yang diampu oleh Prof. Dr. H. Yusri Munaf, S.H., M.Si 1



1.4. Materi Penulisan Materi yang akan dipaparkan dan dijelaskan dalam makalah ini adalah terdiri dari beberapa komponen sehingga gambaran pengertian dan maksud dapat dipahami dengan baik. Berikut komponen penjelasan yang akan dibahas dalam makalah ini : a. Definisi Filsafat b. Pengertian Filsafat Menurut Para Ahli c. 10 Konsep Filsafat Ilmu d. Analisis Filsafat



2



BAB II PEMBAHASAN Pada BAB II ini saya akan menjabarkan mulai dari pengertian Filsafat, Filsafat menurut para ahli, Teori-Teori Filsafat Ilmu dan kemudian menganalisis Kedua baik filsafat dan filsafat ilmu itu sendiri.



2.1. Definisi Filsafat Filsafat dalam peranya tidak bertugas menjawab pertanyaan yang muncul dalam kehidupan, namun justru mempersoalkan jawaban yang diberikan. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa berfilsafat adalah berpikir radikal (hingga sampai ke-akarnya], menyeluruh dan mendasar.Dari realita itulah nampak bahwa ilmu berasal dari filsafat, perkembagan ilmu senantiasa dirintis oleh filsafat. Oleh karena itu untuk memahami ilmu terlebih dahulu harus memahami filsafat. Filsafat mendorong orang untuk mengetahui apa yang sudah diketahui dan apa yang belum diketahui. Filsafat merupakan suatu ilmu pengetahuan yang bersifat ekstensial, artinya sangat erat hubungannya dengan kehidupan kita sehari-hari. Bahkan dapat dikatakan filsafat menjadi motor penggerak kehidupan sehari-hari sebagai manusia pribadi maupun sebagai manusia kolektif dalam bentuk suatu masyarakat atau bangsa. Dalam konteks filsafat hidup, seseorang selalu mempertimbangkan hal-hal yang penting dan terpenting sebelum menetapkan keputusan untuk berperilaku. Hal-hal yang terpenting tersebut tergolong esensial. Dalam pengertian ini, hal-hal yang esensial meliputi pengertian filsafat.



2.2. Definisi Filafat Menurut Para Ahli Terdapat banyak sarjana yang telah mengkaji tema Filsafat, sehingga terdapat variasi konsep tentang Filsafat yang kita ketahui. Namun bila diamati dan dikaji lebih jauh, tentang derajat perbedaan konsep tersebut tidaklah begitu besar, sehingga tetap dalam satu pemahaman dan rambu-rambu yang sama. Berikut ini merupakan pengertian dari beberapa ahli tentang Filsafat: a. Menurut Dogobel Runes Filsafat berasal dari kata Yunani philein (cinta) dan sophia (kebijaksanaan), asalnya penjelasan rasional dari sesuatu (the most general science), prinsip prinsip umum yang menerangkan segala fakta, dalam pengertian ini tidak dibedakan dengan sains. b. Menurut Soetrionon dan Rita Hanafie Pengertian filsafat secara umum adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran. 3



Ilmu pengetahuan tentang hakikat yang menanyakan apa hakikat atau sari atau inti atau esensi segala sesuatu. c. Menurut Notonegoro Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut intinya yang mutlak, yang tetap tidak berubah, yang disebut hakekat. d. Menurut Harun Nasution Filsafat adalah berfikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas (tak terikat tradisi, dogma atau agama) dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalan e. Menurut Prof. Dr. N Driyarkara S. J Filsafat sebagai perenungan yang sedalamdalamnya tentang sebab-sebabnya ada dan berbuat, perenungan tentang kenyataan yang sedalam-dalamnya sampai mengapa yang penghabisan.



2.3. Teori dalam Filsafat Ilmu Filsafat ilmu adalah sejarah perkembangan ilmu dan teknologi, hakekat dan sumber pengetahuan serta kreteria kebenaran. Disamping itu, filsafat ilmu juga membahas persoalan objek, metode dan tujuan ilmu yang tidak kala pentingnya adalah sarana ilmiah. Filsafat ilmu memberi spirit bagi perkembangan dan kemajuan ilmu dan sekaligus nilai-nilai moral yang terkandung pada setiap ilmu, baik pada tatanan ontologis, epistimologis, maupun aksiologis yang dalam hal ini penulis menempatkan filsafat ilmu dalam Islamisasi ilmu pengetahuan terletak pada dataran aksiologinya. Yaitu agama sebagai pemberi nilai terhadap ilmu pengetahuan. Filsafat ilmu dan Islamisasi ilmu pengetahuan memberikan wawasan yang lebih luas bagi penuntut ilmu untuk melihat sesuatu itu tidak hanya dari jendela ilmu masing-masing. Ada banyak jendela yang tersedia, ketika melihat sudut pandang sesuatu, karena itu, tidak boleh arogansi dalam sebuah disiplin ilmu karena arogansi adalah pertanda bahwa tidak kreatif lagi dan cepat merasa puas. Diharapkan perkembangan ilmu yang begitu sepektakuler di satu sisi dan nilai-nilai agama yang statis dan universal disisi lain dapat dijadikan arah dalam menentukan perkembangan ilmu selanjutnya. Sebab, tanpa adanya bimbingan agama terhadap ilmu dikhawatirkan kehebatan ilmu dan teknologi tidak semakin mensejahterahkan manusia, tetapi justru merusak dan bahkan menghancurkan kehidupan mereka.



4



Adanya kebenaran itu selalu dihubungkan dengan pengetahuan dan ilmu manusia (subyek yang mengetahui) mengenai obyek. Jadi, kebenaran ada pada seberapa jauh subjek mempunyai pengetahuan mengenai objek. Sedangkan pengetahuan atau ilmu berasal dari banyak sumber. Sumber-sumber itu kemudian sekaligus berfungsi sebagai ukuran kebenaran. Berikut ini adalah 5 Teori dalam Filsafat Ilmu : 1. Teori Korespondensi (Correspondence Theory of Truth) adalah teori yang berpandangan bahwa Kebenaran atau suatu keadaan dikatakan benar jika ada kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pendapat dengan fakta. 2. Teori Koherensi (Coherence Theory of Truth) Teori koherensi adalah teori yang didasarkan kepada kriteria koheren (SalingBerhubungan) atau konsistensi. 3. Teori Pragmatisme (The pramagtic theory of truth) adalah teori yang berpandangan bahwa arti dari ide dibatasi oleh referensi pada konsekuensi ilmiah, personal atau sosial. Kebenaran suatu pernyataan harus bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. 4. Teori Performatif adalah teori yang menjelaskan, suatu pernyataan dianggap benar jika ia menciptakan



realitas.



Jadi



pernyataan



yang benar



bukanlah



pernyataan yang



mengungkapkan realitas, tetapi justeru dengan pernyataan itu tercipta realitas sebagaimana yang diungkapkan dalam pernyataan itu. Teori ini disebut juga “tindak bahasa” mengaitkan kebenaran satu tindakan yang dihubungkan dengan satu pernyataan. 5. Agama sebagai Teori Kebenaran, Pada hakekatnya, manusia hidup di dunia ini adalah sebagai makhluk yang suka mencari kebenaran. Salah satu cara untuk menemukan suatu kebenaran adalah agama. Agama dengan karakteristiknya sendiri memberikan jawaban atas segala persoalan asasi yang dipertanyakan manusia; baik tentang alam, manusia, maupun tentang Tuhan.



2.4. Pendekatan Filsafat Ilmu a. Rasionalisme merupakan aliran filsafat yang berpegang teguh pada akal. Itulah sebabnya mengapa Rasionalisme menganggap akal adalah alat terpenting dalam memperoleh dan menguji pengetahuan. Menurut aliran ini, pengetahuan dapat dicari dengan akal dan penemuan dapat diukur dengan akal pula. Maksud dari dicari dengan akal adalah dengan menggunakan pemikiran yang logis, sementara maksud dari diukur dengan akal adalah menentukan apakah penemuan tersebut dapat dikatakan logis atau tidak. Jika logis maka dapat dipastikan benar, jika tidak logis maka sebaliknya.



5



b. Empirisme Berbeda dengan Rasionalisme yang hanya mengandalkan akal untuk menentukan kebenaran. Empirisme memerlukan pembuktian secara indrawi untuk menentukannya. Pembuktian secara indrawi yaitu dilihat, didengar, dan dirasa. Menurut aliran filsafat ini, pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman dan perantaraan indera. Kebenaran berdasarkan pengalaman berhasil membawa pengaruh terhadap bidang Hukum dan Hak Asasi Manusia. c. Positivisme adalah aliran filsafat yang bersifat faktual. Artinya, menjadikan fakta-fakta sebagai dasar kebenaran. Pengetahuan tidak diperbolehkan membelakangi fakta. Menurut aliran ini, satu-satunya pengetahuan adalah ilmu, dan yang dapat dijadikan obyek pengetahuan hanyalah fakta. d. Kritisisme adalah aliran filsafat yang melakukan penyelidikan terhadap rasio beserta batasan-batasannya. Kritisisme melakukan kritik terhadap Rasionalisme dan Empirisme karena kedua aliran filsafat itu sangatlah berlawanan. Untuk menentukan kebenaran, Rasionalisme mengandalkan akal sedangkan Empirisme mengandalkan pengalaman. e. Idealisme adalah aliran filsafat yang percaya bahwa sesuatu yang konkret hanyalah hasil pemikiran manusia. Kaum Idealisme menyebutnya sebagai ide atau gagasan. Menurut Idealisme, ide atau gagasan adalah pengetahuan dan kebenaran tertinggi. Untuk memahami sesuatu, Idealisme menggunakan metode dialektik. Yaitu metode yang menggunakan dialog, pemikiran, dan perenungan. f. Naturalisme adalah aliran filsafat dari hasil berlakunya hukum alam fisik. Menurut aliran Naturalisme, setiap manusia yang lahir ke bumi membawa tujuan yang baik dan tidak ada seorang pun membawa tujuan yang buruk. Layaknya setiap bayi yang terlahir dalam keadaan suci dan Tuhan telah menganugerahkan berbagai potensi yang dapat berkembang secara alami kepadanya. Kaum Naturalisme menyebut hal itu sebagai kodrat. Untuk mempertahankan kodrat tersebut, maka diperlukan adanya pendidikan. g. Materialisme adalah aliran filsafat yang menghakikatkan materi sebagai segalanya. Oleh sebab itu, materialisme menggunakan metafisika. Jenis metafisika yang digunakan tentu saja metafisika materialisme. Materialisme menekankan bahwa faktorfaktor material memiliki keunggulan terhadap spiritual dalam fisiologi, efistemologi, penjelasan histori, dan sebagainya. Menurut Materialisme, pikiran (roh, jiwa, dan kesadaran) merupakan materi yang bergerak. h. Intuisionisme adalah aliran filsafat yang menganggap intuisi (naluri atau perasaan) sebagai sumber pengetahuan dan kebenaran. Intuisi adalah aktivitas berpikir yang tidak 6



didasarkan atas penalaran dan tidak bercampur aduk dengan perasaan. Ketika seseorang telah berpikir dengan keras namun ia tak kunjung mendapatkan solusi dari suatu masalah, lalu setelah itu ia menghentikan dan mengistirahatkan pikirannya sejenak, maka pada saat itulah intuisi kerap hadir. Intuisi ada begitu saja secara tiba-tiba. i. Fenomenalisme adalah aliran filsafat yang menganggap fenomena (gejala) sebagai sumber pengetahuan dan kebenaran. Fenomenalisme bergerak di bidang yang pasti. Kaum Fenomenalisme menggunakan metode penelitian "a way of looking at things". Oleh sebab itu, mereka berbeda dengan ahli ilmu positif yang menggunakan metode penelitian berupa mengumpulkan data, mencari korelasi dan fungsi, serta menentukan hukum dan teori. j. Sekularisme adalah aliran filsafat yang membebaskan manusia dari hal-hal yang bersifat supernaturalisme atau keagamaan. Dalam kata lain, sekularisme hanya bersifat keduniawian. Sekularisme mengarahkan manusia untuk tidak percaya kepada Tuhan, kitab suci, dan hari akhir. Pada mulanya, sekularisme bukanlah salah satu aliran filsafat, melainkan hanya gerakan protes terhadap bidang sosial dan politik.



2.5. Analisis Kita tau bahwa dalam proses memahami suatu pengetahuan diperlukan sebuah pendekatan hal tersebut sudah dijelaskan pada pengertian filsafat itu sendiri. Pada bagian analisis ini saya akan menganalisis pendekatan yang menurut saya sangat menarik yaitu Metode pendekatan empirisme yang menyatakan segara sesuatu mengenai kebenaran harus berdasr pada esensi segala sesuatu yang nyata dan jelas. Hal tersebut sejalan dengan pengertian filsafat ilmu itu sendiri yaitu suatu kajain yang menyelidiki mengenai hakikat untuk memperoleh suatu kebenaran. Menurut metode emprisme itu sendiri suatu kebenaran dalam pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis manusia. Dalam artian, suatu pernyataan adalah benar, jika pernyataan itu atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis bagi kehidupan manusia. Menurut saya setiap manusia yang lahir ke bumi membawa tujuan yang baik dan tidak ada seorang pun membawa tujuan yang buruk. Hal tersebut adalah kebenaran. Namun kembali pada sifat manusia yang dapat dikatakan sebagai ego sentik, mendorong manusia untuk melakukan hal yang buruk, sebagai contoh merusak alam. Itu juga merupakan kebenaran. Sebenarnya dalam proses mencari kebenaran menurut pendekatan empirisme adalah suatu



7



penelitian untuk menciptakan pernyataan atas sesuatu yang tampak jelas dan benar adanya serta dapat diterima oleh logika manusia sebagai objek pencari kebenaran. Kebenaran dalam pandangan ini membuat manusia menjadi alat terpenting dalam memperoleh dan menguji pengetahuan.



8



BAB III PENUTUP



3.1. Kesimpulan Dari pembahasan tentang pengertian dan ruang lingkup filsafat ilmu maka dapat kita ambil kesimpulan bahwa filsafat itu bersifat universal (umum),yaitu segala sesuatu yang ada (realita) sedangkan obyek material ilmu (pengetahuan ilmiah) itu bersifat khusus dan empiris. Artinya, ilmu hanya terfokus pada disiplin bidang masing-masing secara kaku dan terkotakkotak,sedangkan kajian filsafat tidak terkotak-kotak dalam disiplin tertentu.Filsafat ilmu, kata lain dari epistomologi, berasal dari bahasa Latin, episteme yang berarti knowledge, yaitu pengetahuan, logos berarti theory. Jadi epistomologi bararti”teoei pengetahuan” atau teori tentang metode, cara, dan dasar dari ilmu pengetahuan, atau studi tentang hakikat tertinggi, kebenaran, dan batasan ilmu manusia.



9



DAFTAR PUSTAKA Adib, Mohammad. 2010. Filsafat Ilmu: Ontologi, Efistemologi, Aksiologi dan Logika Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. http://repositori.uin-alauddin.ac.id/11781/1/KUMPULAN%20MAKALAH% 20FILSAFAT. pdfdiaksespadatanggal 9 september 2020 padapukul 13.32wib Lubis, Akhyar Yusuf, Filsafat Ilmu; Klasik Hingga Kontemporer,Jakarta: Rajawali Pers, 2014. Nur Mufid Ali, Cet. IV; Bandung: Mizan, 1994. Tafsir, Ahmad, Filsafat Umum, Akal dan Hati Sejak Thales SampaiCatra, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002. http://arkalalandshary.blogspot.com/2015/04/contoh-tugas-makalah-pengertianfilsafat.htmldiaksespadatanggal 9 september 2020 padapukul 13.44wib



10