Tugas Mandiri - Laporan Praktikum Pembuatan Kapsul Ekstrak Daun Jambu Biji [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM FITOFARMASETIKA “PEMBUATAN KAPSUL EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI ”



Laporan ini disusun sebagai salah satu tugas Mata Kuliah yang di ampu oleh : Apt. Hayatun Nufus, S.Farm.,M.Farm



Disusun Oleh: Qonitah Khalda



1948301020



PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI POLITEKNIK KESEHATAN GENESIS MEDICARE DEPOK 2021



BAB I



PENDAHULUAN 1.1



Tujuan



1. Menentukan formula sediaan kapsul dari bahan ekstrak herbal 2. Membuat sediaan kapsul dari daun jambu biji 1.2



Dasar Teori



1.2.1 Tanaman Jambu Biji (Psidium guajava L.) 1.2.2 Taksononi Jambu Biji Kingdom



: Plantae



Divisi



: Spermatophyta



Subdivisi



: Angiospermae



Kelas



: Dicotyledoneae



Ordo



: Myrtales



Famili



: Myrtaceae



Genus



: Psidium



Spesies



: Psidium guajava Linn.



(Parimin, 2005) 1.2.3 Deskripsi Buah Jambu Jambu biji atau bahasa latinnya Psidium guajava. Psidium berasal dari bahasa Yunani yaitu “psidium” yang berarti delima. Sementara “guajava” berasal dari nama yang diberikan oleh orang Spanyol.Jambu biji merupakan jenis tanaman perdu bercabang banyak. Tingginya 3-10 meter. Umumnya umur tanaman jambu biji hingga sekitar 30-40 tahun. Tanaman yang berasal dari biji relative berumur lebih panjang dibandingkan hasil cangkokan atau okulasi. Namun, tanaman yang berasal dari okulasi memiliki postur lebih pendek (dwarfing) dan bercabang lebih banyak sehingga memudahkan perawatan tanaman. Tanaman ini sudah mampu berbuah saat berumur sekitar 2-3 bulan meskipun ditanam dari biji. Batang jambu memiliki ciri khusus, diantaranya berkayu keras, liat, tidak mudah patah dan kuat, serta padat. Kulit kayu tanaman jambu biji



halus dan mudah terkelupas. Pada fase tertentu, tanaman jambu biji halus dan mudah terkelupas. Pada fase tertentu, tanaman mengalami pergantian atau peremajaan kulit. Batang dan cabang-cabangnya mempunyai kulit berwarna coklat atau coklat keabu-abuan. Daun jambu biji berbentuk bulat panjang, bulat langsing, atau bulat oval dengan ujung tumpul atau lancip. Warna daunnya beragam seperti hijau tua, hijau muda, merah tua, dan hijau berbelang kuning. Permukaan daun ada yang halus mengilap dan halus biasa. Tata letak daun saling berhadapan dan tumbuh tunggal. Panjang helai daun sekitar 5-15 cm dan lebar 3-6 cm. sementara panjang tangkai daun berkisar 3-7 cm. Tanaman jambu biji dapat berbuah dan berbunga sepanjang tahun. Bunga keluar di ketiak daun. Kelopak dan mahkota masing-masing terdiri dari lima helai. Benang sari banyak dengan tangkai sari berwarna putih. Bunganya ada yang sempurna (hermaprodit) sehingga pembuahannya akan terbentuk bila terjadi penyerbukan. Ada pula yang tanpa penyerbukan (partenokarpi) sehingga terbentuk buah jambu biji tanpa biji. Jumlah bunga di setiap tangkai antara 1-3 bunga. Buah jambu biji berbentuk bulat atau bulat lonjong dengan kulit buah berwarna hijau saat muda dan berubah kuning muda mengilap setelah matang. Untuk jenis tertentu, kulit buah berwarna hijau berbelang kuning saat muda dan berubah menjadi kuning belang-belang saat matang. Ada pula yang berkulit merah saat muda dan merah tua saat tua. Warna daging buah pada umumnya putih biasa, putih susu, merah muda, merah menyala, serta merah tua. Aroma buah biasanya harum saat buah matang. Biji jambu biji pada umumnya cukup banyak, meskipun ada beberapa Janis buah yang berbiji sedikit bahkan tanpa biji. Umumnya, buah jambu yang berbiji bentuknya lebih sempurna dan simetris, sesuai karakter jenisnya. Sementara bentuk buah jambu tanpa biji relative tidak beraturan. Buah jambu tanpa biji tersebut terbentuk tanpa penyerbukan. Tanaman jambu biji berakar tunggang. Perakarannya lateral, berserabut cukup banyak, dan tumbuh relative cepat. Perakaran jambu biji



cukup kuat dan penyerapan unsur haranya cukup efektif sehingga mampu berbuah sepanjang tahun (Parimin, 2005). 1.2.4 Kandungan Kimia Jambu Biji Menurut Taiz dan Zeiger (2006) metabolit sekunder yang dihasilkan tumbuhan merupakan bagian dari sistem pertahanan diri. Senyawa tersebut berperan sebagai pelindung dari serangan infeksi mikroba patogen dan mencegah pemakanan oleh herbivora. Metabolit sekunder dibedakan menjadi tiga kelompok besar yaitu terpen, fenolik, dan senyawa mengandung nitrogen terutama alkaloid. Tanin pada tanaman jambu biji dapat ditemukan pada bagian buah, daun dan kulit batang, sedangkan pada bunganya tidak banyak mengandung tanin. Daun tanaman jambu biji selain mengandung tanin, juga mengandung zat lain seperti triterpenoid, asam malat, asam ursolat, asam guajaverin, minyak atsiri berwarna kehijauan yang mengandung eganol sekitar 0,4%, damar 3%, minyak lemak 6%, dan garam-garam mineral, vitamin, dan zat-zat penyamak (psiditanin) sekitar 9% (Kartasapoetra, 2004 & Dalimartha, 2004). Menurut Sudarsono dkk (2002), daun jambu biji mengandung flavonoid, tanin (17,4%), fenolat (575,3 mb/g) dan minyak atsiri. 1.2.5 Khasiat Jambu Bji Daun jambu biji sejak lama digunakan untuk pengobatan secara tradisional, dan sudah banyak produk herbal dari sediaan jambu biji.. Efek farmakologis dari daun jambu biji yaitu antiinflamasi, antidiare, analgesik, antibakteri, antidiabetes, antihipertensi dan penambah trombosit. Selain daunnya, buah jambu biji terutama dari jenis berwarna merah sering digunakan untuk mengobati penyakit demam berdarah. Jus jambu ini dapat meningkatkan nilai trombosit penderita demam berdarah, namun sampai ini belum diketahui senyawa yang dapat meningkatkan nilai trombosit (Yuliani et al, 2003). Menurut Sipahutar (2000) Tanaman jambu biji banyak digunakan sebagai obat. Tanaman tersebut bersifat anti diare, anti radang (inflamasi), dan menghentikan pendarahan (hemostatik). Daun segarnya



dapat digunakan untuk pengobatan luar pada luka akibat kecelakaan, pendarahan akibat benda tajam, dan borok (ulcus) di sekitar tulang. Daun jambu biji berkhasiat astringen (pengelat), antidiare, antiradang, penghenti perdarahan (homeostatis) dan peluruh haid. Buah berkhasiat antioksidan karena kandungan beta karoten dan vitamin C yang tinggi sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh (Hasanah, 2013). Pengujian daun jambu biji pada beberapa patogen yang menyerang ikan dan udang menunjukan bahwa daun jambu biji dapat digunakan untuk pengobatan terhadap virus dan bakteri pada hewan yang hidup di air (akuatis) seperti infeksi. Jambu biji mengandung pektin tinggi sehingga dapat menurunkan kolesterol serta mengandung tanin yang berfungsi untuk memperlancar system pencernaan. Quersetin merupakan senyawa golongan flavonoid jenis flavonol dan flavon yang terkandung di dalam jambu biji, yang berkhasiat diantaranya untuk mengobati kerapuhan pembuluh kapiler pada manusia (Yuliani dkk.2003). Kuersetin menunjukkan efek antibakteri dan antidiare dengan kemampuannya untuk mengendurkan otot polos usus dan menghambat kontraksi usus,dimana adanya kuersetin dapat menghambat pelepasan asetilkolin disaluran cerna (Netty,2008).Berdasarkan literatur yang kami temukan aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jambu biji daging buah putih dan jambu biji daging buah merah terhadap bakteri penyebab diare yaitu Escherichia coli, Shigella dysenteriae, Shigella flexneri, dan Salmonella typhi menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun jambu biji daging buah putih memiliki kemampuan hambat bakteri yang lebih besar daripada jambu biji daging buah merah dimana KHM terhadap Escherichia coli (60 mg/ml vs >100 mg/ml), Shigella dysenteriae (30 mg/ml vs 70 mg/ml), Shigella flexneri (40 mg/ml vs 60 mg/ml), dan Salmonella typhi (40 mg/ml vs 60 mg/ml).(Adnyana,2004) Departemen Kesehatan pada tahun 1989 menyatakan bahwa bagian tanaman yang sering digunakan sebagai obat adalah daunnya, karena daunnya diketahui mengandung senyawa tanin 9-12%, minyak atsiri, minyak lemak dan asam malat (Yuliani dkk. 2003). Penelitian Claus dan



Tyler pada tahun 1965 menyebutkan bahwa tannin mempunyai daya antiseptic yaitu mencegah kerusakan yang disebabkan bakteri atau jamur (Rohmawati 2008).



BAB III METODE KERJA 3.1 a.



Alat dan Bahan Alat - Alat Destilasi Sederhana



- Mortir



- Gelas Beker



- Stamper



- Erlenmeyer



- Corong



- Pipet Volume



- Ayakan



- Pipet Tetes



- Wadah Kapsul



- Pipet Ukur



- Timbangan



- Gelas Ukur



- Perkamen



b. Bahan - Simplisia Daun Jambu Biji



- Cangkang Kapsul No 00



- Lactosa



- Etanol 96%



- Avicel PH 102 - Methtyl Paraben 3.2 a.



Prosedur Kerja Pembuatan Ekstrak Daun Jambu Biji



1. Serbuk simplisia sebanyak 250 gram dimasukan maserator kemudian dibasahai dengan etanol 96 % sampai terbasahi semua. 2. Selanjutnya dituangi dengan etanol 96% hingga volume 1000 ml, maserator ditutup rapat dan dibiarkan selama 24 jam. 3. Kemudian dilakukan penyarian dengan corong Buchner. 4. Filtrat yang terkumpul diukur volumemya dan dipekatkan dengan rotavapor hingga dapat ekstrak yang kental dan ditimbang. 5. Selanjutnya ekstrak dibagi menjadi dua bagian, ¼ bagian dikeringkan sampai kering, dan ¾ bagian dikeringkan dengan bahan pengering b. Pembuatan Kapsul Daun Jambu Biji Tabel 3.2 Formulasi Sediaan Kapsul Daun Jambu Biji sebagai Antidiare



NO



1



NAMA ZAT



Ekstrak Daun Jambu Biji



2



Lakotsa



KEGUNAAN



Zat aktif/ anti



Jumlah Tiap



Jumlah 100



Kapsul (0.5



kapsul



gram)



(gram)



0.1



10



0.1



10



diare Pembuatan ekstrak kering



3



Avicel PH 102



Pengisi/pengikat



0.25



25



4



Methyl PABA



Pengawet



0.005



0.5



5



Jumlah Berat



-



0.455



45.5



Kapsul



Pembuatan Kapsul Daun Jambu Biji (Psidium guajava) sebagai berikut: 1. Timbang ekstrak kering daun jambu biji, avicel ph 102 methyl PABA sesuai berat yang dibutuhkan pada formulasi 2. Campurkan avicel PH102 , ekstrak kering, Methyl PABA daun jambu biji hingga homogen 3. Ayak dengan ayakan mesh yang sesuai, dimasukan kedalam cangkang kapsul 4. Periksa bobot masing-masing kapsul hasil pengisian 5. Masukan pada wadah tertutup rapat.



BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.1



Hasil Percobaan Dari hasil penetapan kadar, seperti tertera pada masing-masing monografi, hitung jumlah zat aktif dalam tiap kapsul, dengan anggapan bahwa zat aktif terdistribusi secara homogen. Untuk kriterianya kecuali dinyatakan lain dalam masing - masing monografi, persyaratan keseragaman bobot dipenuhi jika tidak kurang dari 9 dari 10 satuan sediaan seperti di tetapkan dari cara keseragaman bobot terletak dalam rentang 85.0% hingga 115% dari yang tertera pada etiket dan tidak ada satuan terletak di luar rentang 75,0% hingga 125,0% yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif dari 10 satuan sediaan kurang dari atau sama dengan 6,0%.



4.2



Pembahasan Pada praktikum kali ini dilakukan formulasi sediaan kapsul dari daun jambu biji. Hal pertama yang dilakukan adalah pembuatan ekstrak kental daun jambu biji. Yakni Serbuk simplisia sebanyak 250 gram dimasukan maserator kemudian dibasahai dengan etanol 96 % sampai terbasahi semua. Selanjutnya dituangi dengan etanol 96% hingga volume 1000 ml, maserator ditutup rapat dan dibiarkan selama 24 jam. Kemudian dilakukan penyarian dengan corong Buchner. Filtrat yang terkumpul diukur volumemya dan dipekatkan dengan rotavapor hingga dapat ekstrak yang kental dan ditimbang. Selanjutnya ekstrak dibagi menjadi dua bagian, ¼ bagian dikeringkan sampai kering, dan ¾ bagian dikeringkan dengan bahan pengering. Kemudian dibuatlah Kapsul Daun Jambu Biji dengan menimbang ekstrak kering daun jambu biji, avicel ph 102 methyl PABA sesuai berat yang dibutuhkan pada formulasi, dicampurkan avicel PH102 , ekstrak kering, Methyl PABA daun jambu biji hingga homogen, diayak dengan ayakan mesh yang sesuai, dimasukan kedalam cangkang kapsul, periksa



bobot masing-masing kapsul hasil pengisian dan masukan pada wadah tertutup rapat DAFTAR PUSAKA Adnyana, i. K.,2004. Efek ekstrak daun jambu biji daging buah putih dan jambu biji daging buah meraH sebagai anti diare . Acta Pharmaceutica Indonesia. Vol XXIX. No. 1. Hal. 18-20 Ajizah, A. 2004. Sensivitas Salmonella typhimurium terhadap ekstrak daun Psidium guajava l. Bioscientiae. Vol.1 (31-38) Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.