Tugas Pengantar Ilmu Perpustakaan (Tugas 2) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama : Aulia Safira Putri NIM : 043567329 Pelajaran : Pengantar Ilmu Perpustakaan 1. Tahapan yang dilakukan dalam pengorganisasian bahan pustaka serta masingmasing pedoman yang digunakan 1.1Pengorganisasian bahan pustaka Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengorganisasian adalah proses, cara, perbuatan untuk mengorganisasi. Sedangkan menurut Darmono pengorganisasian koleksi perpustakaan adalah metode penyusunan item (berisi informasi atau keterangan tertentu) dilakukan secara sistematis baik menurut abjad maupun urutan logika yang lain. Berdasarkan Standar Nasional Perpustakaan (SNI) kegiatan pengorganisasian dimulai dengan mendeskripsikan bahan pustaka, diklasifikasi, diberi tajuk subjek dan disusun secara sistematis dengan pedoman yang berlaku secara nasional dan/atau internasional Di dalam menjalankan sebuah perpustakaan pengorganisasian juga diterapkan untuk mengelola bahan pustaka sampai siap disajikan bagi pengguna Setiap perpustakaan memiliki proses pengolahan bahan pustaka yang berbeda-beda, tergantung dengan sistem dan teknologi yang di gunakan.Tentu saja semakin canggih, proses pengolahannya akan semakin singkat karena terbantu dengan teknologi. Pada umumnya proses pengolahan bahan pustaka terdiri dari pemberian stempel, inventarisasi, klasifikasi, katalogisasi dan kelengkapan. Adapun kegiatan dalam pengorganisaian bahan pustaka ialah sebagai berikut: A. Inventarisasi Inventarisasi adalah kegiatan pencatatan buku atau bahan pustaka yang masuk ke perpustakaan setelah melakukan pengadaan buku. Tujuan dari investarisasi ini agar pengelola perpustakaan mengetahui jumlah koleksi, jenis koleksi, judul, dan tanggal masuknya koleksi tersebut. Dalam inventarisasi terdapat beberapa kegiatan yaitu : a) Pemeriksaan Bahan Pustaka Setiap buku yang masuk ke perpustakaan harus diperiksa terlebih dahulu baik dari segi fisik, isi sampai kualitas buku. Hal ini dilakukan untuk mencagah terjadinya buku yang cacat atau rusak dan tidak sesuai dengan profil pemustaka. Selain itu untuk memeriksa kesesuaian antara jumlah judul dan eksemplar yang dipesan dengan yang diterima b) Pengelompokan Koleksi Selain memeriksa satu persatu, bahan pustaka sekaligus dikelompokkan ke dalam bidang-bidang tertentu, bisa dibedakan berdasarkan judul dan cabang ilmu. Tidak perlu mendetail, yang terpenting dapat memudahkan pekerjaan selanjutnya c) Pengecapan Sebagai tanda kepemilikan resmi setiap buku harus dicap, cap tersebut sebagai tanda bahwa buku tersebut merupakan miliki perpustakaan. Tujuannya agar sewaktu-waktu memudahkan dalam pengidentifikasian dan menghindari kehilangan koleksi bahan pustaka. Umumnya pengecapan stempel kepemilikian dilakukan minimal sebanyak 3 kali yaitu di bagian halaman judul, di halaman sub judul (tengah) dan di halam terakhir. Selain cap kepemilikan juga ada cap inventaris yang diletakkan pada setiap halaman judul.



d) Pencatatan Semua buku yang sudah dicap juga harus di catat atau dimasukkan kedalam database di komputer, sehingga pengelola perpustakaan memiliki arsip tersendiri terkait dengan koleksi bahan pustaka. Pencatatan dapat dilakukan dengan menggunakan komputer. Pencatatan buku ini minimal terdiri dari :  Nomor urut  Tanggal pencatatan  Nomor inventaris  Asal bahan pustaka  Pengarang  Judul  Keterangan Tambahan A. Klasifikasi Kegiatan dalam pengolahan bahan pustaka selanjutnya adalah klasifikasi. Klasifikasi dapat diartikan sebagai pengelompokkan, pembagian, dan pembedaan. Buku-buku yang masuk ke perpustkaan akan dikelompokkan berdasarkan subyek, isi, judul atau hal lain sesuai dengan sistem klasifikasi yang digunakan. Pengorganisasian koleksi suatu perpustakaan pada umunya didasarkan pada pedoman standar Internasional seperti:  Dewey Decimal Classification (DDC) Tidak bisa dipungkiri bahwa sampai saat ini sistem klasifikasi yang paling banyak digunakan di dunia adalah DDC. Kelebihan DDC tentunya bukan semata karena luas penggunaannya, melainkan juga sistem klasifikasi ini menggunakan notasi angka yang logis, sederhana, fleksibel, dan mudah dipahami. Penciptanya adalah Melvil Dewey atau nama lengkapnya adalah Melvil Louis Kassuth Dewey (1851-1931). Towa P. Hamakonda menjelaskan bahwa sistem klasifikasi persepuluhan dewey membagi ilmu pengetahuan menjadi 10 kelas utama, kemudian dari 10 kelas utama masing-masing dibagi menjadi 10 divisi, dan selanjutnya masing-masing divisi dibagi lagi menjadi 10 seksi. Sehingga DDC terdiri dari 10 ilmu pengetahuan, 100 divisi, dan 1000 seksi. Meskipun demikian, DDC masih memungkinkan pembagian lebih lanjut dari seksi menjadi sub-seksi, dari sub-seksi menjadi sub-sub-seksi dan seterusnya  Universal Decimal Classification (UDC) UDC pada dasarnya merupakan adaptasi dari sistem klasifikasi DDC yang tentunya telah diberi izin oleh Melvil dewey sendiri. Perintis pengembangan UDC adalah bibliographer asal Belgia bernama Paul Otlet dan Henri La Fontane sekitar akhir abad ke-19. Sebagai sistem klasifikasi baru, para penggagas berupaya agar hasil karyanya mempunyai kelebihan terutama dibandingkan dengan sistem DDC. Sistem klasifikasi DDC pada saat iitu dianggap terlalu umum sehingga sulit memfasilitasi subjek-subjek yang spesifik. Sementara itu, UDC memiliki lebih dari seratus ribu divisi pada tabel utama (bagan utama) sehingga lebih memungkinkan untuk mengklasifikasi dokumen dengan sangat rinci. Oleh karena UDC memungkinkan memberikan nomor secara mendetail, tidak mengherankan apabila



banyak perpustakaan khusus menggunakan sistem ini.



yang



koleksinya



subjek-subjek



terperinci



 Library of Congress Clasification (LCC) Sistem klasifikasi ini dikembangkan oleh Library of Congress Amerika Serikat. Usianya sudah cukup tua, dan telah digunakan oleh Library of Congress sejak tahun 1897. LCC pada prinsipnya membagi semua bidang ilmu pengetahuan menjadi 21 kelas. Kelas utama diberikan symbol dengan huruf capital (A-Z). Divisi utama diberikan symbol dengan huruf capital ganda (AA-AZ sampai ZA-ZZ). B. Katalogisasi Salah satu kegiatan pokok dalam pengelolaan perpustakaan adalah katalogisasi, yaitu proses pengolahan data-data bibliografis yang terdapat dalam bahan-bahan perpustakaan untuk menjadi katalog. Katalog adalah daftar yang disusun secara sistematis dan menunjukkan lokasi bahan tersebut disimpan yang mana dalam katalog tersebut memuat semua informasi penting mengenai bahan pustaka. Berdasarkan pendapat mengenai pengertian katalog diatas dapat menarik kesimpulan mengenai tujuan utama diadakannya katalog perpustakaan adalah untuk memudahkan pemustaka mendapatkan bahan pustaka yang diinginkan. Keterangan atau deskripsi katalog mencakup :  Tajuk entri yang berupa nama pengarang utama (heading).  Judul buku, baik judul utama maupun sub judul.  Keterangan tentang kota terbit, nama penerbit dan tahun terbit (imprit).  Keterangan tentang jumlah halaman, ukuran buku, ilustrasi, indeks, tabel, bibliografi dan apendik.  Keterangan singkat mengenai isi penerbitan, judul asli dan pengarang aslinya (apabila buku tersebut hasil terjemah). C. Input Data Setelah selesai di klasifikasi dan katalogisasi, semua buku harus di input data-datanya. Input data ini terdiri dari beberapa hal yaitu :  Katalogisasi Koleksi. Semua data-data buku di masukkan dalam katalog (daftar buku yang ada di perpustakaan tersebut.  Scan cover / sampul  Barcoding. Dengan sistem barcode akan memudahkan pengelola perpustakaan dalam pendataan. Ketika akan dipinjam oleh pemustaka, pengelola tingga melakukan scan barcode maka otomatis data buku dan peminjaman akan tampil di layar komputer.  Tes Barcoding D. Pelebelan dan Penyampulan Pelabelan berfungsi untuk memberikan label pada punggung buku, label ini berisi kode tertentu yang telah dibuat sebelumnya. Kode ini sering dikenal sebagai nomor buku/kode buku yang didapat pada proses klasifikasi. Selain itu pelabelan juga berfungsi untuk memasang berbagai kelengkapan bahan pustaka sebagai identitas buku seperti label buku, dan lembaran tanggal kembali peminjaman.Selain pelabelan, buku selanjutnya diberi sampul untuk menjaga buku agar tetap dalam kondisi baik, mencegah kerusakan dan agar terlihat rapi dan bersih. Penyampulan dapat digunakan menggunakan plastik bening, gunting dan solasi bening. E. Shelving ( Penyusunan Buku )



Setelah semua sudah siap, langkah terakhir dalam kegiatan pengolahan buku adalah penyusunan buku dalam rak perpustakaan. Penyusunan bahan pustaka ini didasarkan pada penomoran yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu nomor klasifikasi. Sehingga pemustaka dapat dengan mudah menemukan buku yang mereka cari berdasarkan klasifikasi-klasifikasi tersebut. Pemustaka juga dapat dengan mudah menemukan buku berdasarkan nomor yang terdapat dalam katalog buku 1.2 Pedoman yang digunakan dalam pengorganisasian bahan pustaka Pedoman ini bertujuan untuk memberikan acuan dan standar kerja bagi pustakawan dalam mengolah bahan perpustakaan agar dapat dilakukan secara terarah, konsisten dan taat azas. Kegiatan pengolahan bahan perpustakaan merupakan kegiatan intelektual yang bersifat kompleks terkait dengan kandungan dalam bahan perpustakaan. Kegiatan pengolahan juga erat hubungannya dengan visi dan misi suatu perpustakaan, minat, dan perilaku masyarakat dalam memenuhi kebutuhan informasi yang beragam konsep serta perkembangan istilahnya. Kompleksitas dalam pengolahan antara lain terjadinya perbedaan persepsi dan ketidaktaatasasan (inkonsistensi) sehingga menimbulkan kondisi ketidakpastian dalam pelaksanaan kegiatan, masing-masing jenis bahan pustaka memerlukan teknik pengolahannya sendiri. Pada era digital, pengolahan bahan perpustakaan perlu disesuaikan dengan mempertimbangkan penggunaan Resource Description and Access (RDA) sebagai standar baru pengatalogan menggantikan peran AACR2. RDA dibangun atas dasar pondasi AACR2 dan menjadi standar baru pendeskripsian dan akses semua jenis konten dan media. Kemunculan RDA didorong oleh adanya fakta bahwa perpustakaan kini beroperasi dalam dunia digital dan berbasis web yang membuat hubungan antara pembuat metadata dan pengguna di luar perpustakaan menjadi semakin penting. Pedoman Pengolahan Bahan Perpustakaan ini merupakan salah satu usaha penyesuaian perubahan standar pengolahan bahan perpustakaan untuk mendukung pelaksanaaan tugas dan fungsi katalogisasi, klasifikasi, dan pasca katalogisasi bahan perpustakaan yang lebih dikenal sebagai kegiatan pengolahan bahan perpustakaan. Deskrips bahan perpustakaan menggunakan pedoman Resource Descirption and Access ( RDA ) , dan Dewey Decimal Classification (DDC) untuk klasifikasinya. Pedoman pengolahan bahan perpustakaan ini mencakup kebijakan dalam pilihan atau opsi yang disediakan dalam RDA dan DDC, serta istilah dan singkatan dalam bahasa Indonesia untuk pendeskripsian bahan perpustakaan. Sementara petunjuk teknis yang lebih rinci mengenai pelaksanaan kegiatan pengolahan bahan perpustakaan akan disusun khusus dalam Peraturan Pengatalogan Indonesia berdasarkan standar dan peraturan tertentu yang digunakan dalam kegiatan pengolahan bahan perpustakaan, dan panduan lainnya, seperti Petunjuk Teknis Penentuan Kata Utama dan Ejaan untuk Tajuk Nama Pengarang Indonesia Pedoman Pengolahan Bahan Perpustakaan ini berfungsi sebagai pedoman dalam kegiatan pengolahan bahan perpustakaan yang akan menjad koleksi Perpustakaan Nasional, namun tidak menutup kemungkinan berfungsi pula sebagai acuan bagi perpustakaan lain di Indonesia. Secara umum tujuan Pedoman Pengolahan Bahan Perpustakaan adalah sebagai berikut:  Tersedianya pedoman kerja pengolahan bahan perpustakaan



   



Terciptanya kesamaan persepsi, bahasa, serta arah gerak yang konsisten dalam pelaksanaan kegiatan pengolahan bahan perpustakaan Tersedianya sarana pengambilan kebijakan pimpinan Perpustakaan dan pengawasan kegiatan pengolahan bahan perpustakaan Tersedianya materi kerja sama regional dan internasional dalam kegiatan pengolahan bahan perpustakaan Tersedianya acuan dalam pelaksanaan pendidikan dan pelatihan bagi pustakawan



2. Layanan Referensi Layanan Referensi adalah salah satu kegiatan pokok yang dilakukan di perpustakaan yang khusus melayankan/menyajikan koleksi referensi kepada para pemakai/pengunjung perpustakaan. .Layanan referensi merupakan salah satu jasa perpustakaan yang disediakan bagi pengguna untuk menemukan informasi yang dibutuhkannya. Suatu kegiatan pelayanan untuk membantu para pemakai pengunjung perpustakaan menemukan informasi dengan cara :  Menerima pertanyaan-pertanyaan dari para pemakai/pengunjung perpustakaan dan kemudian menjawab dengan menggunakan koleksi referensi  Memberi bimbingan untuk menemukan koleksi referensi dan mencari informasi yang dibutuhkan  Memberi bimbingan kepada para pemakai tentang penggunaan bahan pustaka koleksi referensi  Memberikan petunjuk tentang bagaimana cara memilih dan memilah bahan pustaka dalam kelompok koleksi referensi yang bermutu dan berbobot ilmiah agar diperoleh sumber referensi yang berdaya guna maksimal 2.1 Sedangkan tujuan dari layanan referensi adalah : 1) Memungkinkan pengguna menemukan informasi secara cepat dan tepat 2) Memungkinkan pengguna menelusur informasi dengan pilihan yang lebih luas 3) Memungkinkan pengguna menggunakan koleksi referensi dengan lebih tepat guna 2.2 Bentuk layanan referensi Pengunjung perpustakaan atau user boleh mengajukan pertanyaan kepada pustakawan atau staf perpustakaan di bagian tersebut. Pustakawan atau staf perpustakaan menjawab pertanyaan user dengan menggunakan koleksi referensi. Ada pertanyaan yang bisa langsung dijawab dengan menggunakan koleksi referensi, ada pula jawabannya merujuk ke koleksi lain atau ke tempat lain.



2.3 Jenis koleksi yang dilayankan pada layanan referensi Jenis-jenis koleksi referensi menurut Purwono dalam Bahan Rujukan (Referensi), 1990 antara lain yaitu :



1) Kamus Kamus adalah koleksi referensi yang berisi kumpulan atau daftar katakata yang terpilih dan disusun secara alfabetis, biasanya dilengkapi dengan pengejaan, pengucapan, pembagian suku kata, asal kata, penggunaannya serta keteranganan lain yang sehubungan. Kamus dapat digolongkan menurut : jenis yaitu kamus bahasa, kamus khusus atau subjek, 2) Ensiklopedia Buku ini merupakan bahan rujukan yang berisi informasi atau uraian ringkas tentang berbagai hal atau ilmu pengetahuan, yang disusun secara alfabetis atau menurut subjek. 3) Sumber Rujukan Fakta Yang di maksud sumber rujukan fakta yaitu bentuk sumber rujukan yang dirancang untuk keperluan khusus berisi informasi berupa data atau fakta tertentu dari suatu hal misalnya data statistik, alamat, dsb. Sumber rujukan fakta meliputi : a) Almanak dan Buku Tahunan b) Buku Pegangan dan Manual c) Direktori 4) Indeks dan Abstrak. Adalah bahan rujukan yang berisi daftar karya tulis yang disusun secara sistematis untuk menunjukan dimana bahan-bahan tersebut dapat diketemukan. Karya tulis tersebut dapat berupa artikel terbitan berkala, bagian-bagian buku teks, thesis, disertasi, laporan penelitian, pidato-pidato, penerbitan pemerintah, dan sebagainya Abstrak merupakan perluasan dari indeks, memuat ringkasan isi (sari karangan) dari karya tulis yang diindeks dan sering terbatas pada subjek tertentu. 5) Sumber Biografi Adalah bahan rujukan yang memuat informasi mengenai tanggal kelahiran dan atau kematian seseorang, kualifikasinya, kedudukannya, alamatnya dan riwayat hidup 6) Sumber Geografi. Adalah bahan rujukan yang khusus memuat informasi geografi dalam bentuk penyajian yang berupa atlas, peta, globe, kamus geografi / ilmu bumi (gazetter) atau buku petunjuk (guidebooks). Atlas, peta dan globe menyajikan informasi mengenai letak 7) Bibliografi. Adalah bahan rujukan yang berisi daftar bahan pustaka dalam susunan yang sistematis. Bibliografi tidak memberikan uraian mengenai subjeknya tetapi hanya menunjukan baha-bahan pustaka yang memuat informasi mengenai subjek itu. 8) Sumber-sumber rujukan lain Penerbi tan resmi pemerintah (Lembaran Negara, Berita Negara dan sebagainya), laporan penelitian, brosur, pamflet dan lain-lain dapat pula menjadi sumber rujukan untuk informasi mengenai perundaundangan, peraturan pemerintah, data statistik, hasil penelitian dan keterangan lain yang dibutuhkan pemakai. 9) Kumpulan Karangan (Bunga Rampai)



a) umpulan karya terpilih atau kutipan karangan (essay) puisi, drama, cerita pendek, artikel, majalah dan berbagai bentuk literatur yang lain b) Berguna sebagai bahan sumber penelitian kesusasteraan, sejarah pendidikan, psikologi dan bidang subjek yang lain 10) Rujukan sejarah Memberikan informasi faktual arah perkembangan, yang meliputi : a) Kronologi b) Interpretasi kejadian c) Data biografi d) Informasi bibligrafis 3. perbedaan layanan sirkulasi non-elektoronik dengan layanan sirkulasi elektronik beserta dengan contoh masing-masing Kata sirkulasi berasal dari bahasa inggris “circulation” yang mempunyai arti perputaran, peredaran. Sedangkan dalam ilmu perpustakaan, kata sirkulasi sering dikenal dengan peminjaman namun demikian pengertian pelayanan sirkulasi sebenarnya adalah mencakup semua bentuk kegiatan pencatatan yang berkaitan dengan pemanfaatan bahan pustaka. Layanan sirkulasi bertujuan untuk membantu pemustaka dalam proses peminjaman, pengembalian, dan perpanjangan bahan pustaka. Prosedur layanan peminjaman dalam sirkulasi ini meliputi aktivitas pemilihan buku sampai buku bisa dipinjam oleh pemustaka dengan melalui proses peminjaman di bagian layanan sirkulasi. Sedangkan prosedur layanan pengembalian dan perpanjangan bahan pustaka ini meliputi aktivitas penyerahan pustaka yang dipinjam sampai dengan petugas memproses pengembalian ataupun perpanjangan pustaka di bagian layanan sirkulasi. Salah satu kegiatan utama atau jasa utama perpustakaan adalah peminjaman buku dan materi lainya. Kegiatan peminjaman ini sering dikenal dengan nama sirkulasi artinya peminjaman. Meja sirkulasi, seringkali di anggap ujung tombak jasa perpustakaan karena bagian inilah yang pertama kali berhubungan dengan pengguna atau pemakai serta paling sering di gunakan pemakai, karenanya unjuk kerja staf sirkulasi dapat berpengaruh terhadap citra perpustakaan (Sulistiyo-Basuki 1991 : 257). Tujuan dari pelayanan sirkulasi yaitu : 1. Supaya pemustaka mampu memanfaatkan koleksi tersebut semaksimal mungkin 2. Mudah untuk mengetahui siapa yang meminjam koleksi tersebut, dimana alamatnya serta kapan koleksi itu harus kembali. Dengan demikian apabila koleksi itu diperlukan peminat lain maka akan segera dapat diketahui alamat sipeminjam atau dinantikan pada waktu pengembalian. 3. Terjaminya pengembalian pinjaman dalam waktu yang jelas, dengan demikian keadaan pustka akan terjaga 4. Diperoleh data kegiatan perpustakaan terutama yang berkaitan dengan pemanfaatan koleksi. 5. Apabila terjadi pelanggaran segera diketahui. Dengan adanya tujuan pelayanan sirkulasi maka pemakaian koleksi dapat secara efektif, pengawasan terhadap bahan pustaka akan mudah dilakukan dan koleksi perpustakaan akan terjaga karena diketahui siapa peminjam koleksi, waktu pengembalian yang jelas dan pelanggaran dapat diketahui dengan segera. Salah satu



layanan sirkulasi adalah layanan non-elektronik dan layanan sirkulasi elektronik. Perbedaan layanan sirkulasi non-elektronik dan elektronik adalah :  Layanan sirkulasi non-elektronik Layanan sirkulasi elektronik ini masih menggunakan catatan manual. Contoh peminjaman atau pengembalian buku pada sistem manual 



Layanan sirkulasi elektronik Layanan sirkulasi elektronik ini sudah menggunakan sistem otomatis. Contoh melayani permintaan penulusuran artikel atau jurnal yang dikirim melalui email dan WhatsApp.



Sekian dan terimakasih. Saya mohon maaf bila ada kesalahan dalam penulisan kalimat dan kata atau penjelasan saya kurang jelas, sekali lagi terimakasih. Sumber : 1. https://akbarlibrary.blogspot.com/2015/10/pengorganisasian-bahan-pustaka.html 2. https://penerbitbukudeepublish.com/pengadaan/pengolahan-bahan-pustaka/ 3. https://library.unismuh.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/ OWZiMTAyODBkYjc5NjQ0MDJjNGViZjhiYWZkYzVjM2ZmNjMzNWRlMg== .pdf 4. https://id.wikipedia.org/wiki/Layanan_referensi