Tugas Praktek Komunikasi Dengan Mahasiswa Kedokteran 1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS PRAKTEK KOMUNIKASI DENGAN MAHASISWA KEDOKTERAN



Disusun Oleh : Ismi Fadhila



G1F013022



Risa Sintya Dewi



G1F013030



Kiki Faysh Fauzy



G1F013032



Rina Wahyu Kurnia Wulandari



G1F013066



JURUSAN FARMASI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO 2016



TUGAS PRAKTEK KOMUNIKASI DENGAN MAHASISWA KEDOKTERAN



I.



Tujuan kegiatan a. Menyelesaikan tugas dari mata kuliah konseling b. Menjalin komunikasi yang baik antara calon tenaga medis kesehatan. c. Mengetahui pandangan mahasiswa kedokteran mengenai figur seorang pharmacist. d. Memberikan informasi kepada mahasiswa kedokteran mengenai kewajiban seorang pharmacist e. Memberikan informasi mengenai pentingnya collaborating working relationship antar tenaga medis kesehatan khususnya antara dokter dan apoteker dalam meningkatkan kualitas hidup pasien.



II.



Transkrip dialog/wawancara MF: Selamat sore kami dari mahasiswa farmasi Unsoed dalam rangka memenuhi tugas konseling kami ingin menanyakan beberapa pertanyaan mengenai tentang apoteker kepada mas Angga sebagai calon dokter, apakah mas Angga bersedia? MK : Iya bersedia MF : Pertama saya mau menanyakan mas Angga tau gak tentang apoteker itu apa? Gambaran nya bagaimana? MK : Emmm kalo setahu saya sih apoteker itu kayak orang yang tugasnya tu meracik obat , nah disitu tu dia menerima instruksi dari seseorang yang disebut dokter yang khusus nya buat ngasih kayak jenis obat, dosis obat nanti misalkan kalo apoteker buat diresepkan ke apoteker kek gitu kalo menurut saya MF : Iya, berarti tadi sudah menjelaskan tentang pekerjaan dan tanggung jawab apoteker begitu ya MK : Iya sih bisa di bilang kek gitu MF : Oh gitu ya, trus harapan dari mas Angga sebagai calon dokter pada apoteker itu sendiri bagaimana? MK : Eeee Kalo harapannya sih yang jelas tu gak serta merta gitu suka memberikan obat ke hal layak awam, biasanya kan kalo sering kita temuinkan, ex : pak saya lagi pusing nih obat nya apa? dikasih obat mixagrip nah kek gitu lah, kalo kayak gitu kan kita gak tau nih efek yang bakalan ngefek ke masyarakat awam takutnya ntar ada efek-efek berkelanjutan kan kita gak tau setiap orang itu beda-beda kek gitu, kalo bisa tu lebih eee terinci gitu, terperinci dan lebih kayak lebih mengutamakan tanggung jawab dan keselamatan umat



MF : Selain ee tadi kan mas nya ngomong apoteker itu dia meracik obat dan memberi resep kepada pasien nah selain itu apa lagi yang mas ketahui gitu? MK: emmm, saya klarifikasi dulu ya, tadi tu bukan mengasih resep tetapi memberikan obat yang sudah di resepkan, kalo yang lain mungkin mmm lebih kepelayanan masyarakat mungkin ya, karena kan apoteker juga merupakan bagian dari kesehatan gitu . Salah satu nya dalam promodif jadi melakukan pelayan kepada masyarakat gitu MF : berarti kayak ngasih konseling gitu yaa MK : iya bisa,, bisa konseling bisa sosialisasi, mungkin bisa kayak, apa yaa... bisa mendekatkan diri kepada masyarakat MF : Mengenai yang mas jelaskan tadi itu sudah benar, disini saya akan menjelaskan lebih detail nya lagi mengenai pekerjaan kefarmasian atau apoteker. Menurut UU No. 51 Tahun 2009, Disini apoteker itu pekerjaan nya melakukan pengadaan sediaan farmasi, kemudian ada produksi sediaan farmasi, dan penyaluran sediaan farmasi, kemudian ada pelayanan sediaan farmasi. Kemudian mengenai pekerjaan farmasi MK : eee tadi disebutin gitu ya tentang pengadaan ya, nah pengadaan itu seperti apa ya? MF : Pengadaan itu maksudnya menyediakan hal-hal yang dibutuhkan dalam memenuhi atau membuat sediaan farmasi yang meliputi dilakukannya pengadaan fasilitas produksi, jadi kegiatan produksi barang-barang kesehatan atau obat fasilitas dalam membuat atau menyediakannya di ada in. Selain itu ada fasilitas distribusi juga atau penyaluran, juga pelayanan sediaan farmasi seperti konseling, terus dalam melakukankegiatan tadi kita jamin keamanan, mutu, manfaat, dan khasiat dari semua tadi itu. MF2 : Mungkin mau menambahkan ya kalo pengadaan itu, kan ada nih di industri sama di bagian klinis, nah kalo di industri mungkin pengadaan seperti bahan baku kek gitu, apoteker itu bertanggung jawab terhadap pengadaan tersebut, terhadap kualitasnya sedangkan di klinis itu kayak di apotek pengadaan seperti pengadaan obat yang di kasihkan ke pasien kita juga wajib buat mengkontrol mutunya sama kek Expireded MK : jadi kek mengecek-ngecek gitu ya, mengecek apakah sudah kadaluarsa apa belum kek gitu ya



MF : nah iya, kita bertanggung jawab terhadap mutu tersebut, ya selain pengadaan sama perencanaan dan pengendalian mutu tadi, kita tu juga bertanggung jawab terhadap pelayanan informasi obat juga, trus memonitoring juga terhadap obat-obatan yang telah kita berikan kepada pasien seperti itu. Kita juga menjelaskan mengenai efek samping obat itu apa, agar pasien nya itu bisa menanggulangi jika efek samping nya itu muncul, kemudian cara penyimpanan obat, kita menjelaskan bagaimana menyimpanan obat, cara penggunaan nya yang tepat bagaimana seperti obat-obat khusus seperti insulin, inhaler, kan kebanyakan pasien awam misal pasien yang baru pertama kali yang menggunakan insulin atau inhaler kan belum tau cara menggunakan nya bagaimana, nah kita melakukan penjelasan bagaimana penggunaan dari obat tersebut dan lainnya. Dan begitupun sediaan yang lain nya kita juga kasih tau bagaimana penggunaan nya. Yang kita sudah jelaskan tadi bagaimana menurut mas Angga tentang peran apoteker, apakah sudah jelas atau belum, atau ada yang ingin ditanyakan lagi? MK : Eeeemmm sebenarnya sih dari ranah teori seperti itu, tapi kalau dilihat dari realitasnya kek gitu, apakah seorang apoteker tu seperti yang kalian omongin kek gitu MF : Masalahnya seperti ini ya, yang saya lihat kenyataan nya itu masih kurang banget terutama di daerah saya ya, saya pribadi kan juga pernah praktek kerja kek gitukan, melihat sendiri, nah disitu apoteker juga masih terbatas dalam satu rumah sakit disutu cuman ada 3 apoteker saja, lalu yang melakukan monitoring terhadap pasien itu cuma satu orang dan itu monitoringnya pada pasien yang menderita stroke, jadi distroke center nya aja. Jadi kurang banget kek gitu, nah harapan kita sendiri dari apoteker juga bisa kerja sama dari bidang kesehatan lain seperti dokter untuk memberikan edukasi kepada pasien. Dan kita juga butuh bantuan para dokter juga untuk melakukan konseling seperti itu, seperti yang telah kami jelaskan. Jadi dari pemaparan tadi itu kan apoteker melakukan konseling, nah konseling itu seperti bagaimana penggunaan obat, efek samping dari obat, obatnya digunain berapa kali, dosis obatnya. Intinya tu kita menjelaskan bagaimana cara penggunaan obat yang tidak dijelaskan oleh dokter, kita juga bertanggung jawab terhadapmonitoringnya juga suapaya keberhasilan dari tujuan terapik tersebut itu tercapai. Jadi menurut kami konseling itu meliputi KIE (komunikasi informasi dan edukasi ) kepada pasien.



MK : Eeemmm, sebenarnya aku agak bingung gitu, konseling yang kalian maksud itu kek gimana? Kalo sepengetahuan aku yang kalian jelaskan tadi tu lebih ke edukasinya nya, kalo kalian sendiri tu konseling itu kek gimana kek gitu? MF: menurut kami konseling itu meliputi KIE kepada pasien, KIE tersebut itu yang tidak didapatkan oleh dokter kita yang jelasin seperti cara penggunaan obatnya, atau riwayat penggunaan obatnya yang telah dia pakai kita harus punya data dan apakah efek yang terjadi setelah penggunaan obat ter sebut atau efek samping yang mungkin terjadi dan cara penanggulangan jika efek samping itu terjadi, lalu mungkin kita juga bisa menyarankan tentang terapi non farmakologinya selain terapi farmakologi yang telah diberikan oleh dokter, bagaimana menjaga pola hidupnya agar tidak terjadi kekambuhan terhadap pasien tersebut. Riwayat penyakit juga dilihat, dia punya riwayat penyakit apa kemudian di bandingkan dengan obat yang diterima oleh pasien nya. Misalkan ada kejanggalan kita bisa konfirmasi ke dokter. Tetapi kembali lagi ke dokternya juga, misalkan obat tersebut baik untuk pasien, jadi apoteker nurut apa kata dokternya. Tetapi kita juga memberikan saran juga kepada dokter, sebaiknya apa. MK : Jadi sebenarnya itu saling berhubungan kek gitu ya? MF : iya, jadi apoteker dan dokter bisa berkolaborasi, menurut mas angga konseling itu seperti apa? MK : Konseling itu kek kita memberikan waktu kita untuk mendengarkan curhatancurhatan dari seorang pasien, melihat keluh kesah nya pasien, apa yang dia derita, apa yang dia rasakannya terkait psikologinya . kita disitu Cuma memberikan suatu saran yang nantinya tu bisa berguna buat dirinya. Sebenarnya Cuma beda istilah aja sih, antara konseling yang kalian maksud dengan konseling yang di saya kek gitu. Kalo konseling yang kalian sebutkan tadi tu lebih mirip ke edukasi kalo di ranah dokter, jadi di edukasi tu banyak hal komponen nya mulai dari penjelasan mengenai penyakitnya, efek obatnya, terapi yang digunakan kenapa kayak gitu, terus riwayat penyakitnya dan lain sebagainya sudah ada di edukasi kek gitu. MF : ya seperti tadi yang temen saya jelaskan, jadi konseling menurut kami dengan konseling menurut para dokter ya bedanya memberikan edukasi, kalo kita konselingnya tu sudah mencakup semuanya kek gitu. Jadi dokter dan apoteker bisa saling mengenal dulu apa saja pekerjaan dari apoteker, nah jadi bisa



berkolaborasi agar tujuan pasien itu tercapai. Jadi bagaimana penjelasan kami tadi? Apakah masih ada pertanyaan? MK: Eeemmm insyaallah cukup menjelaskan sih MF : terimakasih untuk waktunya, selamat sore mas MK : Iya sama-sama, sore...



III.



Pembahasan hasil wawancara Wawancara ini dilakukan dengan narasumber yang merupakan calon dokter yang sedang menjalani study di UNSOED dan merupakan mahasiswa semester 6. Berdasarkan hasil dari wawancara yang telah dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 18 juni 2016, menurut narasumber gambaran seorang pharmacist masih sebatas memberikan obat menurut resep yang diberikan oleh dokter kepada pasien, kemudian pharmacist memberikan edukasi kepada masyarakat seperti melakukan sosialisasi mengenai dunia pengobatan. Terkait peran pharmasit yang melakukan konseling kepada pasien yang meliputi informasi akan kebutuhan obat, cara penggunaan obat, efek-efek apa saja ketika obat itu diberikan yang meliputi efek positif atau keberhasilan dari menggunakan obat tersebut dan juga efek negatif atau efek samping yang justru menimbulkan bahaya bagi penggunanya, selain itu konseling mengenai cara menanggulangi ketika efek samping yang tidak dikehendaki itu muncul, kemudian perlunya empati saat melakukan konseling kepada pasien belum sepenuhnya diketahui oleh dokter. Hal tersebut menjadi tantangan bagi kami untuk memberikan informasi yang sejelas-jelasnya mengenai peran seorang pharmacist dalam melakukan konseling dan memberikan penjelasan mengenai pentingnya kegiatan konseling. Kemudian kami juga menjelaskan bahwa perlunya menjalin kerja sama yang baik antar tenaga kesehatan khususnya apoteker dan dokter dalam memberikan pengobatan yang efektif dan efisien dalam meningkatkan kualitas hidup pasien. Tidak hanya melakukan konseling dan melakukan kerja sama yang baik, kami juga memberikan sedikit informasi mengenai ruang lingkup pekerjaan farmasi yang tidak hanya di dunia klinik seperti di RS dan apotek-apotek tetapi juga dalam dunia industri seorang pharmacist juga memiliki peran, diantaranya yang dijelaskan pada UU No. 35 Tahun 2014. Mengenai harapan dari seorang dokter kepada apoteker juga tidak jauh dari apa yang seorang apoteker harapkan kepada seorang dokter, yaitu melakukan kerja sama yang baik antar tenaga medis kesehatan dalam meningkatkan kualitas hidup pasien.



IV.



Kesimpulan Berdasarkan hasil wawancara kepada narasumber yang merupakan calon dokter kami menyimpulkan bahwa pendapat calon dokter mengenai peran apoteker ini masih sebatas menyerahkan obat yang diresepkan oleh para dokter dan memberikan sosialisasi kepada masyarakat mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pengobatan.