Tugas Rangkuman Sub Bab-1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

RINGKASAN MATERI ARSITEKTUR TRADISIONAL BALI YEMIMA NATHANIA KURNIAWAN DESAIN INTERIOR 201905016 Judul Buku Oleh Penerbit Kota Terbit Cetakan 1 Bab/Sub Bab Halaman



:Wajah Bali Tanpa Kasta :I Wayab Budi Utama :Pustaka Ekspresi :Tabanan, Bali :Desember 2015 :Bab 1 Potret Bali Aga di Cempaga Sub Bab 1.3 Cempaga Dalam Memori Rakyat :13-18 Cempaga Dalam Memori Rakyat



Penelusuran asal usul sebuah desa biasanya susah dikarenakan tidak adanya data yang mendukung. Begitu juga dengan desa Cempaga. Asal usul desa Cempaga berasal dari cerita aturun temurun yang diceritakan dari generasi ke generasi. Terdapat 3 versi yang beredar yaitu : Petama menurut buku Adat Kuna Catur Desa, dituliskan asal usul Desa Cempaga berdasarkan cerita rakyat yang berkembang. Zaman dahulu ada serombongan orang yang ingin menuju suatu tempat. Mereka bergerak menuju ke arah pegunungan, tetapi perjalanan mereka melewati hutan belantara yang sangat melelahkan. Tetapi mereka kemudian sampai di tempat dengan pohon rindang berbunga yang sangat harum. Kemudian pohon tersebut diberi nama Campa sesuai dengan daerah asal mereka. Kemudian nama Campa berkembang menjadi cempaga. Kemudian kedua ada tafsir lain menyebutkan kata cempaga berasal dari campa dan aga. Campa adalah sebuah negri di Muangthai sedangkan aga adalah pnduduk yang tinggal di pegunungan. Orang-orang dari campa dianggap sebagai penduduk pertama di Bali. Daerah tersebut ditata semedikian rupa dan memiliki sistem pemerintahan sendiri. Suatu saat terjadi perselisihan antara pasek kayu salem dan pasek runcing tentang tata letak Desa Cekik dan Desa Patas. Perselisihan itu berujung perkelahian dan pasek kayu salem terbunuh. I Ulun Desa kecewa dan mengutuk penduduk berjuamlah 500kk menjadi 30kk. Pendudukan yang takut akan kutukan melarikan diri sampai di Desa Les dan Desa Batur. Mereka kemudian berkumpul di dekat Puri Bangli dan memberi nama tempat itu Cempaga. Terahir ada versi lain yang menuturkan kisah Desa Cempaga. Pada zaman dahulu orangorang desa mengadakan rapat dan kemudian terjadilah perselisihan mengenai lebih tinggi mana sarang burung gagak dengan sarang babi betina. Diskusi diadakan dan masing-masing kubu bersikukuh lalu kelompok yang kalah menetap di Desa Cempaga Bangli (Simpen, 1986). Simpen juga mengatakan, cempaga berasal dari kata cem = kotor dan paga = para-para terbuat dari bambu yang terletak di atas tempat tidur sebagai tempat sesaji. Sehingga arti cempaga adalah sesaji yng telah dikotori. Hal inilah yang menjadi sumber permasalahan. Perkelahian tersebut diperkirakan memperdebatkan tempat sesaji yang kalau di bawah cem “kotor´dan di atas paga “bersih”.



I Putu Mertha, Pemangku/ Baliakn Desa Cempaga, menanggapi tulisan Simpen dan menarik sumber perkelahian yang mirip dengan dua karya sastra spiritual yaitu Sebun Bangkung dan Bubuksah Gagak Aking. Sebun Bangkugn berisi ajaran kadiatmikan dan Bubuksah Gagak Aking berkisah tentang dua bersaudara yang pergi ke sorga dengan cara yang berbeda. Dua bersaudara itu berdebat antara ajaran Siwaisme dan Buddhisme. Dilihat dari lokasi Desa Cempaga, persaingan antara Siwaisme dan Budhaisme besar kemungkinan terjadi pada masa lalu. Dengan demikian juga dapat disimpulkan kedua ajaran itu merupakan suatu yang kurang tepat bagi penduduk asli Bali pada waktu itu. Penolakan-penolakan itu dapat terjadi deikarenakan etidakmauan untuk tunduk terhadap Majapahit termasuk isme-isme yang muncul. Sistem keagamaan yang dianut memanglah sangat berbeda dengan ajaran yang dimuat di dalam kedua karya satra tersebut.