Tugas TM 5 PB Aspek Tanah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS TERSTRUKTUR MENSINTESIS KEBUTUHAN GIS UNTUK PENERAPAN PRESISI PERTANIAN DALAM SISTEM PERTANIAN BERLANJUT



Disusun Oleh: Kelompok 5 Faysca Fera Inayah



205040100111036



Nadya Tirta Ningtyas



205040101111019



Fitri Yuliana



205040101111024



Kelas : Pertanian Berlanjut Aspek Tanah (V)



PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2022



BAB 1 LATAR BELAKANG Pada era ini telah terjadi revolusi pertanian 4.0 yang terdiri dari internet of things, artificial intelligence, human machine interface, serta teknologi robotik dan sensor yang telah mendorong berkembangnya inovasi pertanian setelah meningkatnya penggunaan informasi dan teknologi komunikasi dalam bidang pertanian. Mesin autonomous (mesin tanpa awak) dengan menggunakan robot sebagai pengganti SDM telah dikembangkan untuk tujuan budidaya pertanian seperti membersihkan gulma secara mekanis, aplikasi pupuk, serta memanen buah. Pada sektor pertanian, adanya pengembangan mesin tanpa awak di udara (drone) dengan mesin yang sangat ringan serta dukungan kamera yang dapat menghitung pengembangan biomassa dan status pemupukan tanaman yang kemudian akan memberikan saran rekomendasi untuk petani. Hal ini tentunya sangat memudahkan para petani dalam menjalankan produksi pertaniannya. Selain itu, drone juga dapat memberikan saran kepada petani agar mampu membedakan berbagai jenis penyakit tanaman berdasarkan penampakan fisiologis tanaman sehingga bisa mengambil tindakan pengaplikasian pestisida secara tepat. Adanya revolusi teknologi ini akan menghasilkan perubahan yang besar terhadap praktik budidaya pertanian. Sistem pertanian saat ini yang telah semakin modern harus didukung dengan penerapan sistem pertanian presisi. Pertanian presisi merupakan konsep manajemen pertanian berdasarkan pengamatan, pengukuran, dan respons terhadap variabilitas dalam dan antar-bidang pada tanaman. Tujuan dari penerapan pertanian presisi yaitu untuk mengoptimalkan pengembalian input sambil menjaga sumber daya yang ada. Pertanian presisi berarti pengaplikasian jumlah input seperti air, pupuk, dan pestisida secara tepat, sesuai dengan waktu yang tepat bagi tanaman untuk meningkatkan produktivitas dan memaksimalkan hasil. Praktik manajemen pertanian presisi dapat secara signifikan mengurangi jumlah nutrisi dan input tanaman lain yang digunakan sambil meningkatkan hasil panen. Selain itu, penggunaan input dalam skala besar akan menimbulkan dampak lingkungan. Menerapkan jumlah bahan kimia yang tepat di tempat yang tepat dan pada waktu yang tepat menguntungkan tanaman, tanah dan air tanah, dan dengan demikian juga bagi seluruh siklus tanaman. Implementasi Sistem Informasi geografi (SIG) sebagai salah satu teknologi yang mampu merancang suatu perencanaan pengelolaan lingkungan dengan cepat diharapkan mampu menanggulangi permasalahan-permasalahan yang ada dalam bidang pertanian. GIS



(Geographical Information System) merupakan Sistem informasi yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, mengolah, menganalisis, dan menghasilkan data bereferensi geografis atau data geospasial untuk mendukung pengambilan keputusan dalam perencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan, sumber daya alam, lingkungan, transportasi, fasilitas kota,dan pelayanan umum lainnya (Murai dalam Prayitno 2000). Sumber data untuk keperluan GIS dapat berasal dari data citra, data lapangan, survey kelautan, peta, sosial ekonomi, dan GPS. Selanjutnya, diolah di laboratorium atau studio GIS dengan software tertentu sesuai dengan kebutuhannya untuk menghasilkan produk berupa informasi yang berguna, bisa berupa peta konvensional, maupun peta digital sesuai keperluan user, maka harus ada input kebutuhan yang diinginkan. Adanya presisi pertanian dengan didukung GIS (Geographical Information System) sangat mendukung terjadinya pertanian yang berkelanjutan. Sebelumnya telah dijelaskan bahwa pertanian presisi merupakan manajemen pertanian yang memiliki tujuan untuk mengoptimalkan pengembalian input, tetapi tetap memperhatikan dan menjaga sumber daya atau lingkungan disekitarnya. Penerapan GIS (Geographical Information System) dalam pertanian presisi yaitu mengolah, menganalisis, dan menghasilkan data bereferensi geografis atau data geospasial, untuk mendukung pengambilan keputusan dalam perencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan, sumber daya alam, lingkungan. Oleh karena itu, dengan adanya GIS maka tujuan dari pertanian presisi ini akan dapat tercapai karena tidak hanya berfokus pada produksi pertanian, tetapi juga masih memperhatikan lingkungannya.



BAB 2 KARAKTERISTIK DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN PRESISI PERTANIAN DALAM SISTEM PERTANIAN BERLANJUT Sektor pertanian telah terbukti sebagai pilar penting ekonomi Indonesia, namun nyatanya belum dapat mencapai potensi secara maksimal. Globalisasi ekonomi telah mendorong penerapan paradigma pembangunan pertanian secara berkelanjutan dimana harus bertumpu pada kemampuan sendiri untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam mengoptimalkan potensi yang telah ada. Pada perkembangan terakhir, konsep dan metode pertanian presisi mulai banyak dikembangkan oleh berbagai belahan dunia. Pertanian presisi merupakan konsep dalam manajemen pertanian berdasarkan pengukuran, pengamatan, dan respon terhadap variabilitas dalam antar bidang pada tanaman. Tujuan dari pertanian presisi ini adalah untuk dapat mengoptimalkan pengembalian input dan menjaga sumber daya yang ada. Praktik pertanian presisi disebabkan oleh munculnya Global Positioning System (GPS) dan Global Navigation Satellite System (GNSS). Penerapan pertanian presisi dapat lebih optimal jika dikombinasikan dengan nanoteknologi. Penerapan nanoteknologi pada subsektor pertanian dan pangan memiliki urgensi dan potensi dampak yang tinggi. Pertanian presisi tidaklah mudah, beberapa tantangan yang akan dihadapi antara lain prasarana penerapan teknologi tinggi yang masih terbatas, terbatasnya sumber daya petani, dan golongan muda yang kurang tertarik untuk masuk ke dalam dunia pertanian. Namun, dengan teknologi yang dapat memudahkan pekerjaan maka pertanian presisi dapat menjadi daya tarik bagi kalangan muda. Pengembangan pertanian presisi membutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang dapat menguasai teknologi. Dengan kemampuan tersebut maka generasi ini akan memiliki banyak peluang dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Penerapan pertanian presisi juga membutuhkan dukungan pemerintah yaitu dengan melakukan penerapan inovasi pertanian pada sebagian besar negara berkembang untuk mempercepat proses adopsi teknologi melalui program dan fasilitas (Mardianto 2014). 2.1 Pertanian Presisi dan Keunggulannya Pertanian presisi merupakan komponen kunci dari gelombang ketiga revolusi pertanian modern. Pertanian presisi berupaya mengoptimalkan hasil dengan menggunakan input secara tepat sehingga tidak membuang-buang sumber daya, tetapi dapat menghasilkan pertanian yang sehat dan berkelanjutan. Konsep dasar pertanian presisi adalah memanfaatkan sumber daya secara efisien dan efektif dalam rangka meningkatkan produktivitas semaksimal



mungkin dengan teknologi yang tepat dan akurat. Menurut Seminar (2016), menyatakan bahwa pertanian presisi merupakan sistem pertanian terpadu berbasis pada teknologi produksi untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan profitabilitas produksi pertanian dari hulu ke hilir yang berkelanjutan, spesifikasi lokasi serta meminimalkan dampak yang tidak diinginkan pada lingkungan. Pertanian presisi menggunakan pendekatan dan teknologi yang memungkinkan perlakukan presisi pada setiap simpul proses rantai bisnis pertanian dari hulu ke hilir sesuai kondisi spesifik yang dihadapi mencakup lokasi, waktu, produk, dan preferensi konsumen. Menurut Whelan dan McBratney (1995), mengemukakan bahwa pertanian presisi menggunakan informasi dan teknologi pada sistem pengelolaan pertanian untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mengelola informasi keragaman spasial dan temporal di dalam lahan untuk mendapatkan keuntungan optimum, berkelanjutan, dan menjaga lingkungan. Tujuan dari pertanian presisi adalah mencocokkan beberapa sumber daya dan kegiatan budi daya pertanian dengan kondisi tanah dan keperluan tanaman berdasarkan karakteristik spesifik lokasi di lahan. Jadi, pertanian presisi menerapkan jumlah input yang tepat dan benar berupa air, pupuk, pestisida, dan lain-lain. Aplikasi dilakukan pada waktu yang tepat bagi tanaman untuk meningkatkan produktivitas dan memaksimalkan hasil. 2.2 Karakteristik Pertanian Presisi Dalam pendekatan pertanian presisi, harus memandang aktivitas pertanian secara holistik dari hulu ke hilir sebagai rantai proses yang terpadu dan berkesinambungan. Proses ini untuk memastikan aliran konversi produk pertanian (tanaman, ternak, ikan, dan turunannya) dengan aman, efisien, dan efektif dari lahan hingga ke meja makan, memperhatikan keragaman (heterogenitas) dan dinamika lokasi, waktu, iklim, geografi, kultur, pasar, dan konsumen. Di samping itu, juga mendayagunakan teknologi yang memungkinkan pengamatan dan perlakuan presisi serta berbasis kepada data, informasi, dan pengetahuan yang sahih. Penerapan konsep pertanian presisi secara prinsip perlu mempertimbangkan aspek keberlanjutan (sustainability). Penerapan pertanian presisi dalam budi daya tanaman dapat berpotensi menghasilkan produksi yang lebih besar dengan tingkat input (pupuk, kapur, herbisida, insektisida, fungisida, bibit) yang sama; atau dapat menghasilkan produksi yang sama dengan penggunaan input yang lebih rendah. Oleh karena itu, pertanian presisi merupakan perubahan



dalam pengelolaan sumber daya alam berbasis teknologi informasi. SDM yang terlibat perlu mengenal secara baik komponen peralatan pendukung tambahan dari setiap alat modern yang diciptakan dan digunakan pada setiap proses humanware. Penerapan sistem pertanian presisi lebih menekankan pada manajemen produksi modern dari hulu ke hilir dengan inovasi teknologi modern yang dapat meningkatkan produktivitas secara maksimal. Di antara banyak teknologi pertanian berbasis informasi teknologi di atas, digunakan pula pendekatan fito geomorfologi, yang mengikat stabilitas/ karakteristik pertumbuhan tanaman tahunan (multiyear) dengan atribut tipologi medan. Pendekatan fito geomorfologi digunakan dengan dasar bahwa komponen geomorfologi biasanya menentukan hidrologi dari lahan pertanian. 2.3 Peluang Penerapan Pertanian Presisi di Indonesia Indonesia sangat membutuhkan penerapan pertanian presisi, karena selain menghemat sumber daya juga ramah lingkungan. Praktik pertanian presisi dimungkinkan oleh karena munculnya Global Position System (GPS) dan Global Navigation Satellite System (GNSS). Alat ini dapat menemukan posisi yang tepat di lapangan, sehingga memungkinkan untuk membuat peta variabilitas spasial dari banyak variabel yang dapat diukur seperti hasil panen, fitur medan/topografi, kandungan bahan organik, tingkat kelembaban, kadar nitrogen, pH, EC, Mg, K, dan lainnya. Teknologi drone dengan sensor infra-merah dekat, dapat mendeteksi stress pada tanaman sebelum gejala penyakit terlihat. Dengan alat ini, petani dapat menandai area tanaman bermasalah untuk inspeksi lebih lanjut, sehingga pengelolaan OPT dapat dilakukan lebih cepat dan tepat. Saat ini, komponen teknologi presisi telah tersedia cukup dari hulu sampai ke hilir untuk proses produksi pertanian. Untuk pemilihan lokasi dengan menggunakan GPS data agroklimat dan data spasial seperti luas, topografi lahan dan kontur lahan, serta jenis tanah dapat diakuisisi dari satelit. Untuk membantu pemilihan bibit yang lebih tepat, teknologi microarray dan DNA sequencer mampu melakukan rekayasa varietas unggul sehingga memberikan prospek yang sangat besar. Untuk pengolahan tanah yang lebih tepat, penggunaan GPS dan GIS sangat bermanfaat untuk penentuan alat dan waktu pelaksanaan pengolahan tanah yang akan digunakan secara tepat dan akurat. Dosis herbisida dapat ditentukan sesuai dengan populasi gulma yang dihitung secara real time menggunakan sensor kamera yang ditempatkan pada traktor tangan yang dioperasikan di lahan. Khusus



untuk membantu proses panen, yield monitoring systems dapat memantau dengan menggunakan kombinasi mounted sensors dan volume meters. Untuk membantu proses sortasi, Jaringan Syaraf Probabilistik (Probabilistic Neural Network / PNN) dapat melakukan penyortiran produk pertanian untuk meningkatkan keseragaman, akurasi, dan waktu pemrosesan. Untuk membantu pemasaran dan distribusi, sistem komputer cerdas mampu mengoptimalkan pemilihan jalur transportasi berbasis data spasial dan nonspasial untuk pemilihan jalur distribusi mencakup peta pasar dan jalan, jarak, kondisi trafik dan kecepatan kemudi (drive time), serta kecepatan rata-rata perjalanan. 2.4 Tantangan Penerapan Pertanian Presisi di Indonesia Meskipun pertanian presisi akan berdampak positif bagi Indonesia, namun penerapannya tidak mudah. Sejumlah tantangan yang akan dihadapi antara lain prasarana penerapan teknologi tinggi yang masih terbatas, terbatasnya sumber daya petani, dan golongan muda yang kurang tertarik masuk ke pertanian. Tantangan penerapan pertanian presisi lebih terfokus pada penerapan teknologi di bidang pertanian dan pangan, yang diharapkan dapat menghasilkan pertanian presisi dimana input pertanian disediakan hanya sesuai kebutuhan, yang berkontribusi pada efisiensi biaya produksi yang dibutuhkan sekaligus meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian. Peningkatan alsintan modern dalam sektor pertanian menjadi tantangan sekaligus peluang karena pemanfaatannya menjadi tumpuan hidup manusia sebagai sumber pangan saat ini dan ke depan. Ada banyak keuntungan ekonomi, sosial dan lingkungan jika dapat menerapkan sistem pertanian presisi dengan baik. Tantangan yang besar bagi pemerintah adalah agar sektor ini dilirik oleh generasi milenial. Untuk itu, pemerintah perlu memberikan pelatihan serta menyediakan alat dan mesin pendukung pertanian presisi dalam jumlah massal dan penyebarannya sesuai kebutuhan. Koordinasi antara berbagai stakeholder harus diefektifkan, pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta, dan petani harus mengambil peran sesuai bidangnya secara kolaboratif.



2.5 Deskripsi Bentang Lahan Pertanian



Gambar 1. Bentangan Lahan Pertanian Padi Pertanian presisi merupakan bertani dengan input dan teknik yang tepat sehingga tidak terjadi pemborosan sumber daya. Dengan precision farming, petani dapat mengolah tanah, menanam, merawat, memanen tanaman secara presisi. Dimana semua itu dilakukan dengan bantuan perangkat teknologi digital yang membantu petani agar mampu menghitung jarak tanam tepat, kebutuhan benih dan pupuk tepat, serta umur panen dan jumlah panen tepat. Salah satu komponen utama juga termasuk informasi cuaca. Di Jepang, petani yang tidak mengikuti informasi prakiraan cuaca itu bisa jadi. Tanaman rusak karena serbuan hujan badai, salju turun, atau angin kencang. Akurasi prakiraan cuaca Japan Meteorological Agency (JMA) menjadi referensi petani untuk melakukan tindakan antisipatif. Tugas JMA adalah merilis informasi, termasuk hujan badai. Para petani menyiapkan segala perlengkapan untuk melindungi tanaman contohnya seperti pemilik greenhouse yang segera mengerudungi plastik di atap bangunan supaya tanaman di dalamnya terhindar dari kerusakan akibat guyuran hujan.



BAB 3 REKOMENDASI PENERAPAN DAN PEMANFAATAN GIS UNTUK MENDUKUNG IMPLEMENTASI PERTANIAN BERLANJUT Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah suatu sistem berbasis komputer untuk menangkap, menyimpan, mengecek, mengintegrasikan, memanipulasi, dan men-display data dengan peta digital. SIG ini memudahkan pengguna untuk mengetahui informasi potensi dibidang pertanian, perkebunan dan perindustrian. Selain itu, SIG juga dapat memberikan kemudahan dalam mengatur pengolahan data potensi wilayah, serta SIG bisa dimanfaatkan dalam pengolahan data agar dapat memudahkan pengembangan wilayah. SIG merupakan sistem kompleks yang biasanya terintegrasi dengan lingkungan sistem-sistem komputer yang lain di tingkat fungsional dan jaringan. SIG terdiri dari beberapa komponen yaitu: perangkat keras, perangkat lunak, data dan informasi geografi, dan manajemen. Manfaat utama penggunaan SIG dengan komputer dibandingkan dengan metode pembuatan peta tradisional dan masukan data manual atau informasi manual, adalah memperkecil kesalahan manusia, kemampuan memanggil kembali peta tumpang susun dari simpanan data SIG secara cepat, dan menggabungkan tumpang susun tersebut. Teknologi yang digunakan dalam SIG memperluas penggunaan peta, model-model kartografik dan statistik spasial dengan memberikan kemampuan analisis, tidak hanya tersedia untuk pengembangan model medan komplek dan pengujian masalah bentang lahan serta masalah penggunaan lahan. Geographical Information System (GIS) atau Sistem Informasi Geografis (SIG) memiliki banyak manfaat dalam mendukung implementasi pertanian yang berkelanjutan. Sistem Informasi Geografis (SIG) yang terintegrasi dengan internet mampu mengolah dan menampilkan informasi lahan pertanian maupun perkebunan berdasarkan titik koordinat lahan dan status kondisi lahan. Sistem Informasi Geografis ini dibangun berbasis web dimana informasi dilengkapi dengan peta dinamis. Aplikasi SIG pemetaan lahan pertanian dengan menggunakan API Google Maps dapat memberikan informasi lokasi, luas lahan, produksi lahan dan status kondisi lahan yang berbasis web. Hal ini dapat membantu publikasi serta promosi potensi produksi dan pengembangan sektor pertanian di suatu wilayah. Adanya sistem ini dapat memudahkan dalam pengontrolan setiap data yang terlibat dan dapat dikembangkan serta penambahan fungsi-fungsi dari komponen Sistem. Pada aplikasi tersebut memuat data pertanian berupa peta lahan pertanian, data komoditi hasil panen, data kelompok tani, data anggota kelompok tani, data tanaman, data penyuluhan, data



kondisi lahan dan data jenis lahan. Hal ini tentunya akan sangat memudahkan para petani dalam melakukan kontrol lahan atau kegiatan produksi pertanian yang dilakukannya. Sistem ini dapat diakses dimana saja dengan menggunakan jaringan internet. Sistem Informasi Geografis (SIG) juga berperan dalam mencegah terjadinya tanah longsor. Pada kegiatan pertanian, tanah yang terus-menerus ditanami tanaman monokultur akan mengalami penurunan kualitas tanah. Terjadinya penurunan kualitas tanah ini akan dapat menyebabkan tanah menjadi tidak kokoh, sehingga menimbulkan terjadinya tanah longsor. SIG berperan dalam upaya mitigasi bencana tanah longsor. Dalam hubungannya dengan penentuan kawasan rawan bencana, SIG dapat digunakan untuk menentukan daerah atau lokasi dimana rawan bencana kemungkinan terjadi. Dalam hal ini digunakan analisis query spasial dan analisis tumpang susun peta melalui sistem pembobotan. Penghindaran bencana dapat dimulai dengan mengidentifikasi resiko yang ditimbulkan dalam suatu area yang diikuti oleh identifikasi kerentanan orang-orang, hewan, struktur bangunan dan aset terhadap bencana. Pengetahuan tentang kondisi fisik, manusia dan kepemilikan lainnya berhadapan dengan resiko adalah sangat mendesak. SIG berdasarkan pemetaan tematik dari suatu area kemudian ditumpangkan dengan kepadatan penduduk, struktur yang rentan, latar belakang bencana, informasi cuaca dan lain lain akan menentukan siapakah, apakah dan mengetahui lokasi mana saja yang paling beresiko terhadap bencana. Kapabilitas SIG dalam pemetaan bencana dengan informasi tentang daerah sekelilingnya membuka trend geografi yang unik dan pola spasial yang mempunyai kejelasan visual, akan lebih dapat dipahami dan membantu mendukung proses pembuatan keputusan. Penggunaan SIG dalam rentang manajemen resiko bencana dari pembuatan basis data, inventori, overlay SIG yang paling sederhana hingga tingkat lanjut, analisis risiko, analisis untung rugi, proses geologi, statistik spasial, matriks keputusan, analisis sensitivitas, proses geologi, korelasi, autokorelasi dan banyak peralatan dan algoritma untuk pembuatan keputusan spasial yang komplek lainnya. Kegiatan pertanian bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani serta meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi berbagai varian komoditi sehingga akan mendorong kelancaran roda perekonomian. Penggunaan sistem informasi geografis dalam peningkatan sektor pertanian daerah berperan dalam memetakan komoditi apa saja yang terdapat pada masing-masing daerah yang dipilih dan telah berhasil menampilkan data pertanian dari tahun-tahun sebelumnya. Dengan adanya beberapa topik riset yang berhubungan sistem informasi geografis pada bidang pertanian menunjukkan pemanfaatan teknologi sistem informasi geografis akan sangat mempengaruhi kecepatan perencanaan,



antisipasi, langkah strategis serta upaya peningkatan komoditas unggulan di masing-masing daerah. Penerapan teknologi sistem informasi geografis dalam pemetaan hasil produksi pertanian sangat memberi manfaat kepada stakeholder / dinas pertanian dalam menentukan kebijakan berdasarkan informasi yang disajikan melalui peta geografis maupun grafik.



BAB 4 REKOMENDASI TEKNOLOGI PERTANIAN PRESISI Pertanian presisi memiliki beberapa manfaat bagi lingkungan yang berasal dari penggunaan input yang lebih bertarget guna mengurangi kerugian dari aplikasi berlebih dan dari pengurangan kerugian karena ketidakseimbangan nutrisi, lolosnya gulma, kerusakan serangga, dan lain-lain. Adapun manfaat lain dari pertanian presisi adalah pengurangan pengembangan resistensi pestisida. Oleh karena itu, pertanian presisi merekomendasikan beberapa teknologi, diantaranya yaitu SSM, peta lapangan spasial dan temporal dari distribusi gulma, variable rate technology (VRT), dan peta hasil sebagai alat diagnosis. Pertanian presisi menyediakan cara untuk mengotomatisasi SSM menggunakan teknologi informasi, sehingga membuat SSM menjadi lebih praktis jika diaplikasikan dalam pertanian komersial. Pertanian presisi mencakup semua praktik produksi pertanian yang menggunakan teknologi informasi, baik untuk menyesuaikan penggunaan input guna mencapai hasil yang diinginkan, maupun digunakan untuk memantau hasil (misalnya penerapan tingkat variabel (VRA), pemantauan hasil, dan penginderaan jauh). SSM didefinisikan sebagai pemantauan dan kontrol elektronik yang diterapkan pada pengumpulan data, pemrosesan informasi, dan dukungan keputusan untuk alokasi input temporal dan spasial pada produksi tanaman (Lowenberg-DeBoer dan Swinton, 1997). Teknologi SSM tidak hanya difokuskan pada tanaman agronomis, tetapi juga dapat diterapkan pada tanaman hortikultura dan penandaan elektronik ternak. SSM temporal membutuhkan pengelolaan input berdasarkan informasi mengenai siklus hidup tanaman pertanian, ternak dan hama. Informasi temporal disebut sebagai developmental stage (DS) information. Contoh penggunaan DS untuk mengintai hama yaitu digunakan untuk menentukan kebutuhan dan waktu pengendalian hama, selain itu manajemen DS juga digunakan dalam manajemen ternak yaitu sebagai bar-coding dan sensor lainnya untuk melacak produksi susu sapi perah secara individu, konsumsi makanan, serta melacak kesehatan (Swinton, 1997). Pertanian presisi berpotensi dalam penyediaan alat yang lebih baik bagi produsen untuk mengelola input pada pertanian. Pertanian presisi membuat produsen dapat menargetkan aplikasi dengan lebih baik, dimana pertanian presisi dapat menggantikan sistem informasi dan pengetahuan untuk beberapa input fisik eksternal, sehingga berpotensi dalam menggerakkan tambak agar lebih dekat dengan keseimbangan biologis yang ideal.



Pertanian presisi juga menyediakan serangkaian teknologi yang dapat membantu mengurangi potensi masalah lingkungan dari gangguan hama. Teknologi ini terdiri dari peta lapangan spasial dan temporal dari distribusi gulma, variable rate technology (VRT) yang digunakan untuk menerapkan herbisida pada area infestasi gulma, serta peta hasil sebagai alat diagnosis untuk efek gulma pada hasil panen. Serangga dan penyakit dapat diperlakukan sama dengan gulma menggunakan prinsip yang sama (Hatfield, 2000). Model manajemen pestisida perlu menyeimbangkan manfaat pribadi dari biaya herbisida yang lebih rendah dan manfaat sosial dari pengurangan penggunaan herbisida dengan biaya penerapan VRT, sehingga pertanian presisi dapat menjadi bagian dari strategi dalam mengatasi gangguan hama. Kualitas tanah dan air adalah dua komponen utama dari sistem pertanian berkelanjutan. Atribut kualitas tanah dan air saling berkaitan, dimana tanah yang baik tidak dapat memastikan bahwa kualitas air juga baik, tetapi tanah yang buruk dapat berpengaruh pada kualitas air yang buruk (NRC, 1993). Kualitas tanah didefinisikan sebagai kapasitas tanah yang berfungsi dengan cara produktif dan berkelanjutan, dengan mempertahankan atau meningkatkan basis sumber daya, lingkungan, dan kesehatan tumbuhan, hewan, dan manusia. Kemampuan dari Tanah yang berfungsi dalam batas-batas ekosistem dan berinteraksi dengan lingkungan, eksternal dengan sistem itu membentuk dasar dalam menentukan dampak potensial dari sistem pengelolaan tanah terhadap lingkungan (Larson dan Pierce, 1991). Pertanian presisi memiliki potensi besar yang dapat melindungi lingkungan, tidak hanya untuk nutrisi tanah dan pestisida, tetapi juga untuk mengendalikan erosi tanah dan pemadatan tanah. Penemuan dan kuantifikasi penyebab variabilitas ini menunjukkan banyak aplikasi baru pertanian presisi dan kebutuhan untuk mengembangkan metode baru untuk menilai kualitas tanah, sehingga tindakan perbaikan dapat diambil dengan cara analitis. Seperti yang ditunjukkan Swinton (1997), sangat sulit untuk memantau polusi air NPS, yang menjelaskan mengapa bukti manfaat lingkungan didasarkan pada (1) perubahan dalam penggunaan input, atau (2) hasil menggunakan data dari uji lapangan tetapi dimodelkan di komputer. Oleh karena itu, lebih mudah untuk membuat peraturan lingkungan, daripada berdasarkan pada hasil NPS yang sebenarnya. Dalam hal ini, pertanian presisi menjadi alternatif sebagai sarana untuk mengumpulkan dan mencatat informasi tentang input yang diterapkan, serta teknik untuk memvariasikan laju input di lapangan sesuai dengan apa yang dibutuhkan-dapat digunakan untuk menerapkan peraturan lingkungan, mengurangi biaya tersebut peraturan saat meningkatkan hasil di bidang keseluruhan.



BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan sistem kompleks yang biasanya terintegrasi dengan lingkungan sistem-sistem komputer yang lain di tingkat fungsional dan jaringan. Geographical Information System (GIS) atau Sistem Informasi Geografis (SIG) memiliki banyak manfaat dalam mendukung implementasi pertanian yang berkelanjutan. Sistem Informasi Geografis (SIG) yang terintegrasi dengan internet mampu mengolah dan menampilkan informasi lahan pertanian maupun perkebunan berdasarkan titik koordinat lahan dan status kondisi lahan. Adanya sistem ini dapat memudahkan dalam pengontrolan setiap data yang terlibat dan dapat dikembangkan serta penambahan fungsi-fungsi dari komponen Sistem. Pada aplikasi tersebut memuat data pertanian berupa peta lahan pertanian, data komoditi hasil panen, data kelompok tani, data anggota kelompok tani, data tanaman, data penyuluhan, data kondisi lahan dan data jenis lahan yang akan memudahkan para petani dalam melakukan kontrol lahan atau kegiatan produksi pertanian yang dilakukannya. Sistem Informasi Geografis (SIG) juga berperan dalam mencegah terjadinya tanah longsor. SIG berperan dalam upaya mitigasi bencana tanah longsor. Dalam hubungannya dengan penentuan kawasan rawan bencana, SIG dapat digunakan untuk menentukan daerah atau lokasi dimana rawan bencana kemungkinan terjadi. Penggunaan sistem informasi geografis dalam peningkatan sektor pertanian daerah berperan dalam memetakan komoditi apa saja yang terdapat pada masing-masing daerah yang dipilih dan telah berhasil menampilkan data pertanian dari tahun-tahun sebelumnya. Dengan adanya beberapa topik riset yang berhubungan sistem informasi geografis pada bidang pertanian menunjukkan pemanfaatan teknologi sistem informasi geografis akan sangat mempengaruhi kecepatan perencanaan, antisipasi, langkah strategis serta upaya peningkatan komoditas unggulan di masing-masing daerah. Penerapan teknologi sistem informasi geografis dalam pemetaan hasil produksi pertanian sangat memberi manfaat kepada stakeholder/dinas pertanian dalam menentukan kebijakan berdasarkan informasi yang disajikan melalui peta geografis maupun grafik. Pertanian presisi dapat membantu mengelola input dengan cara yang ramah lingkungan. Dengan menggunakan pengetahuan spesifik lokasi, Pertanian presisi dapat menargetkan tingkat pupuk, benih dan bahan kimia untuk tanah dan kondisi lainnya. Pertanian presisi dapat berkontribusi dalam banyak cara untuk keberlanjutan produksi



pertanian jangka panjang, membenarkan gagasan intuitif bahwa Pertanian presisi harus mengurangi beban lingkungan dengan menerapkan pupuk dan pestisida hanya di tempat yang dibutuhkan, saat dibutuhkan. Manfaat Pertanian presisi bagi lingkungan berasal dari penggunaan input yang lebih bertarget yang mengurangi kerugian dari aplikasi yang berlebihan dan dari pengurangan kerugian karena ketidakseimbangan nutrisi (kekurangan K mengurangi efisiensi N, misalnya), lolosnya gulma, kerusakan serangga, dll. Manfaat lainnya termasuk pengurangan perkembangan resistensi pestisida. Sebagian besar dari mereka memperkirakan secara tidak langsung manfaat lingkungan dengan mengukur pengurangan beban kimia. Pertanian presisi juga menyediakan serangkaian teknologi yang dapat membantu mengurangi potensi masalah lingkungan dari gangguan hama. Teknologi ini terdiri dari peta lapangan spasial dan temporal dari distribusi gulma, variable rate technology (VRT) yang digunakan untuk menerapkan herbisida pada area infestasi gulma, serta peta hasil sebagai alat diagnosis untuk efek gulma pada hasil panen. Pertanian presisi memiliki potensi besar yang dapat melindungi lingkungan, tidak hanya untuk nutrisi tanah dan pestisida, tetapi juga untuk mengendalikan erosi tanah dan pemadatan tanah. Penemuan dan kuantifikasi penyebab variabilitas ini menunjukkan banyak aplikasi baru pertanian presisi dan kebutuhan untuk mengembangkan metode baru untuk menilai kualitas tanah, sehingga tindakan perbaikan dapat diambil dengan cara analitis. 5.2 Saran Dengan kemampuan generasi dalam melakukan banyaknya peluang maka penerapan pertanian presisi juga membutuhkan dukungan pemerintah yaitu dengan melakukan penerapan inovasi pertanian pada sebagian besar negara berkembang untuk mempercepat proses adopsi teknologi melalui program dan fasilitas. Oleh karena itu, pemerintah harus membantu sektor swasta untuk membuat aplikasi pertanian presisi yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan kondisi pertanian tertentu dan merancang cara untuk mengintegrasikan teknologi secara efektif dalam operasi lapangan. Misalnya, perangkat keras dan perangkat lunak pengumpulan data, perangkat lunak manajemen informasi, dan perangkat GPS harus mudah digunakan untuk dioperasikan oleh individu yang baru mengenal teknologi ini. Cara-cara inovatif tentang bagaimana sektor swasta dapat bekerja dengan petani, pemerintah dan lembaga lain dalam mempromosikan teknologi pertanian presisi harus dijajaki. Investasi yang lebih besar dalam transfer teknologi pertanian presisi juga diperlukan, mungkin dengan mempromosikan layanan dukungan kepada LSM dan sektor swasta.



DAFTAR PUSTAKA Sumardin, A., & Arfandi, A. 2016. Penerapan Sistem Informasi Geografis Dalam Pemetaan Produksi Pertanian di Kabupaten Bone. Inspiration: Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi, 6(2). Bongiovanni, R., & Lowenberg-DeBoer, J. 2004. Precision agriculture and sustainability. Kluwer Academic Publishers. Manufactured in The Netherlands. Yanto, M. (2019). Sistem Informasi Geografis Lokasi Perkebunan Disepanjang Garis Pantai Pesisir Selatan Berbasis Android. Jurnal Ilmiah Media Sisfo, 13(1), 28-37. Sulistyo, B. (2016). Peranan sistem informasi geografis dalam mitigasi bencana tanah longsor. In Presntasi Seminar Nasional Mitigasi Bencana Dalam Perencanaan Pengembangan Wilayah, Maret Bengkulu. Sondakh, J., Rembang, J. H. W., & Syahyuti, N. (2021). Karakteristik, Potensi Generasi Milenial Dan Perspektif Pengembangan Pertanian Presisi Di Indonesia. Forum Penelitian Agro Ekonomi, 38(2), 155. Masnur, M., Alam, S., & Muhammad, I. (2022). Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) Pemetaan Lahan Pertanian dan Komoditas Hasil Panen Di Kabupaten Sidrap Berbasis Web. Jurnal Sintaks Logika, 2(1), 229-235.