Tugas Uts Pemahaman Peserta Didik-Rizki Maulani [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN DATA OBSERVASI Untuk memenuhi tugas UTS mata kuliah Pemahaman Peserta Didik dan Pembelajarannya Dosen Pengampu : Nidar Yusuf, M.Pd



Oleh:



Rizki Maulani



PENDIDIKAN PROFESI GURU (PPG) PRAJABATAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2022



DAFTAR ISI



DAFTAR ISI .............................................................................................. 1 BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 2 Identitas Peserta DIdik ..................................................................... 2 Perencanaan Observasi..................................................................... 3 BAB II HASIL ANALISIS DATA .............................................................. 6 BAB III PENUTUP .................................................................................. 12 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 13 LAMPIRAN ............................................................................................. 14



1



BAB I PENDAHULUAN 1. Identitas Peserta Didik Pengambilan data subjek observer lakukan di SDN Ciputat 06, terdapat dua peserta didik yang menjadi data observasi, keduanya merupakan siswa kelas 5C, wali kelas 5C adalahIbu Rani Ernawati, S.Pd. Observasi dilaksanakan pada tanggal 02 November 2022. A. M. Ikram Irsyadi Nama Lengkap : Muhammad Ikram Irsyadi Umur : 11 tahun Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang Selatan, 03-10-2011 TB/BB : 130 cm/45 kg Hobi : membaca, mencari imformasi tentang luar angkasa Cita- cita : Seorang Astronot Catatan : Ikram (siswa yang sedang merenggangkan tangannya) merupakan anak yang santai, suka mata pelajaran matematika dan tidak suka pelajaran komputer. B. Rafael Lintang Panjarino Nama Lengkap : Rafael Lintang Panjarino Umur : 11 Tahun Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 21-11-2011 TB/BB : 135 cm/ 49 kg Hobi : Makan Cita-cita : Dokter Catatan : Rafael (siswa yang duduk disebelahnya ikram) merupakan anak pertama dari dua bersaudara, dia memiliki adik perempuan bernama anne. Rafael menyukai mata pelajaran tematik dan tidak menyukai pelajaran matematika.



2



2. Perencanaan Observasi Adapun untuk perencanaan observasi kepada data subjek aspek yang diamati adalah : perilaku subjek pada proses pembelajaran dan teori yang melatar belakanginya, kesesuaian subjek dengan tugas-tugas perkembangannya yang meliputi perkembangan fisik, kognitifbahasa, sosio-emosional, serta moral. A. Teori-teori Perkembangan Anak Usia SD a. Teori Perkembangan Fisik Pada usia 10 – 12 tahun atau mendekati permulaan masa remaja, anakanak mengalami periode lemak. Pada masa ini anak mengalami pematangan kelamin yang sebagian besar berasal dari hormon yang muncul bersamaan dengan itu. Gejalanya pada masa dua tahun terakhir ini (10-12 tahun). Perkembangan fisik tidak hanya berarti pertumbuhan dan penambahan ukuran tubuh (tinggi dan berat badan), tetapi juga proporsi tubuh atau perbandingan besar kecilnya anggota badan secara keseluruhan. Secara umum, perubahan proporsi tubuh mengikuti hukum arah perkembangan di mana terjadi pertumbuhan kepala berlangsung lambat, sedangkan anggota tubuh yaitu kaki dan tangan berlangsung cepat, sedangkan bagian tubuh lainnya berlangsung sedang. Ketidaksinkronan pertumbuhan bagian-bagiantubuh mengakibatkan proporsi tubuh peserta didik usia SD/MI berbeda dengan proporsitubuh ketika bayi maupun dewasa. Pertumbuhan fisik anak pada usia SD ditandai dengan anak menjadi lebih tinggi, berat, dan kuat dibandingkan pada saat anak berada di PAUD/TK, hal ini tampak pada perubahan sistem tulang, otot dan keterampilan gerak. Anak lebih aktif dan kuat untuk melakukan kegiatan fisik seperti berlari, memanjat,melompat, berenan dan kegiatan luarrumah lainnya. Kegiatan fisik ini dilakukan oleh anak dalam upaya melatih koordinasi, motorik, kestabilan tubuh maupun penyaluran energi yang tertumpuk. (Izzaty, 2008). Perkembangan fisik anak SD laki-laki dan perempuan berbeda. Anak perempuan biasanya lebih ringan dan lebih pendek daripada anak laki-laki. (Slavin, 2011). Aspek perkembangan fisik-motorik ini berpengaruh terhadap aspek perkembangan lainnya, sebagai contoh, keadaan fisik anak yang kurang normal misalnya anak terlalu tinggi atauterlalu pendek, anak terlalu kurus atau gemuk akan mempengaruhi rasa kepercayaan diri anak. Rasa kepercayaan ini akan berkaitan dengan emosi, kepribadian, dan sosial anak (Latifa, 2017). b.



Teori Perkembangan Kognitif dan Bahasa Anak usia 7 sampai 11 tahun menurut Piaget (1954) memasuki perkembangan kognitif tahap operasional konkrit. Pada tahap ini, anak dinilai telah mampu melakukanpenalaran logis terhadap segala sesuatu yang bersifat konkret, tetapi anak belum mampu melakukan penalaran untuk hal-hal yang bersifat abstrak (Trianingsih, 2016). Pada masa ini anak sudah bisa melakukan berbagai macam tugas mengkonservasiangka melalui tiga macam proses operasi, yaitu: a) negasi sebagai kemampuan anak dalam mengerti proses yang terjadi di antara kegiatan dan memahami hubungan antara keduanya; b) resiprokasi sebagai kemampuan untuk melihat hubungan timbal balik; serta c) identitas dalam mengenali benda-benda yang ada. 3



Dengan demikian, pada tahap ini anak sudah mampu berpikir konkret dalam memahami sesuatu sebagaimana kenyataannya, mampu mengkonservasi angka, serta memahami konsep melalui pengalaman sendiri dan lebih objektif. Menurut Santrock, Perkembangan Bahasa pada saat anak berusia sebelas sampai empat belas tahun. Kosakata anak tidak hanya mencakup kata-kata konkret tetapi anak sudah bisa memahami kata abstrak. Sudah mulai bisa memahami bentuk kalimat yang komplek. Anak sudah memahami fungsi kata dalam kalimat, memahami kata metapora atau kiasan. Periode kesebelas berlansung saat anak berusia lima belas sampai dua puluh tahun. Anak sudah dapat memahami karya sastra seperti puisi, syair dan lainnya (Santrock, 2004). Jadi secara umum, menurut ahli perkembangan bahasa hampir sama tiap periode usia anak, yang membedakan hanya pembagian atau rentang dari masa perkembangan tersebut. Santrock periode perkembangan bahasanya lebih detail atau lebih lengkap dibandingkan dengan pembagian menurut ahli yang lain. Perkembangan kemampuan atau keterampilan bahasa erat kaitannya dengan perkembangan kemampuan berpikir seseorang. Komunikasi berarti pertukaran pikiran dan perasaan. Agar dapat berkomunikasi dengan baik, maka anak harus menggunakan bahasa yang bermakna bagi orang yang diajak berkomunikasi. Perkembangan bahasa menjadi berkurang (sedikit berbicara) pada anak yang mendekati masa puber dan dewasa. Pada masa puber terjadi perubahan fisik yang sangat cepat dan dihadapkan pada masalahyang dipikirkan orang dewasa. c.



Teori Perkembangan Sosio-emosional Diri atau aku adalah sesuatu yang unik dan tidak tercampur dengan orang lain. Sedangkan harga diri adalah pandangan keseluruhan seseorang terhadap dirinya. Carl Roger mengatakan bahwa orang memiliki harga diri rendah karena tidak diberi dukungan emosional dan peneriman sosial yang memadai. Harga diri ini bisa berubah dan bisa menetap tergantung kondisi. Secara umum ketika menginjak usia remaja penelitian menunjukkan bahwa harga diri perempuan turun 2x lipat dibandingkan pria. Perkembangan identitas ini terjadi pada usia remaja menjelang dewasa, sehingga masa ini dikenal dengan masa pencarian identitas. Identitas terkait dengan eksplorasi dan komitmen yang menunjukkan penerimaan seseorang terhadap satu identitas dan menerima konsekuensi dari identitas tersebut (Santrock, 2004). Terdapat empat model identitas yaitu: Model pertama adalah model identity diffusion yaitu identitas seseorang sebelum mengalami krisis. Model kedua adalah model identity foreclosure, sedikit lebih komplek dari model pertama. Model ini terjadi saat individu sudah membuat komitmen tetapi belum mengalami krisis. Model ketiga adalah model identity moratorium, model ini saat individu berada ditengah krisis tetapi komitmen mereka belum ada. Model keempat adalah model Identity achievement, saat individu telah mengalami krisis dan telah membuat komitmen. Dari empat model ini, model yang keempat ini dikatakan sudah stabil yaitu sudah teruji oleh krisis dan sudah adanya komitmen. Pada usia tujuh sampai dua belas tahun anak telah mampu melakukan regulasi diriyang lebih variatif. Anak mulai mampu menunjukkan sikap yang pantas dalam ekspresiemosinya. Mereka telah lebih mampu menyembunyikan emosi-emosi yang dianggap melanggar aturan sosial. Mereka juga lebih mampu menunjukkan emosiemosi yang membuat orang lain senang, misalnya emosi gembira, senang, malu, kagum, dan cinta. 4



d. Teori Perkembangan Moral Menurut teori Kohlberg, mengatakan bahwa konsep utama perkembangan moral dalam teorinya adalah internalisasi nilai-nilai moral. Idealnya perilaku dikontrol secara internal bukan oleh faktor eksternal. Jadi kesadaran berperilaku berasal dari diri sendiri bukan orang lain. Kohlberg menyusun teori perkembanganya ke dalam tiga level dan dua tahap setia levelnya yaitu: 1) Level 1 adalah level Prakonvensional, pada periode ini belum ada internalisasi nilai moral dalam diri anak. Level ini terbagi dalam dua tahap yaitu: Tahap 1 Heteronomous morality. Pada tahap ini anak patuh kepada orang dewasa yang menyuruhnya patuh karena takut pada hukuman bukan karena kesadaran. Tahap 2 individualism, tujuan dan pertukaran. Pada tahap ini individu atau anak melakukan kepentinganya dan begitu juga dengan orang lain. Kebenaran menurut anak ketika melibatkan pertukaran yang seimbang. 2) Level 2 adalah level konvensional, sudah ada intenalisasi yang disebut dengan internalisasi pertengahan atau masih sebagian. Level ini dibagi dalam dua tahap juga yaitu: Tahap 3 Individu atau anak percaya diri, sangat perhatian dan loyal kepada orang lain sebagai basis untuk penilaian moral. Hubungan dengan orang lain sangat baik. Tahap 4 merupakan tahap moralitas. Pada tahap ini anak sudah bisa memberikan penilaian moral yang didasarkan kepada pemahaman dan aturan sosial, hukuman, keadilan dan kewajiban. 3) Level 3 adalah Post konvensional, terjadinya internalisasi penuh. Level tiga dibagi dalam dua tahap yaitu: Tahap 5 kontrak sosial atau utilitas dan hak individual. Pada tahap ini individu memahami bahwa nilai, hak dan prinsip mendasari atau mengatasi hukum. Tahap 6 prinsip etika universal, orang telah mengembangkan penilaian moral berdasarkan hak asasi manusia. Ketika berhadapan dengan dilema hukum dan kesadaran mereka mendahulukan kesadaran individu (Santrock, 2004). Anak yang bagus perkembangan kognitifnya cenderung bagus perkembangan sosioemosionalnya. Hal ini didukung oleh pendapat Lazarus yang mengatakan bahwa emosi mengikuti penilaian kognitif (Ling & Catling, 2012).



5



BAB II HASIL ANALISIS DATA



A. Peserta Didik M. Ikram Irsyadi 1) Kondisi saat Pembelajaran di Kelas Menurut Bu Rani, Ikram merupakan anak yang aktif dan bertindak atas kemauannya sendiri, sehingga seringkali ia menghiraukan akan perintah guru, namun ia cukup bertanggung jawab akan tugas yang diberikan oleh guru dan termasuk anak yang cukup tanggap dan cepat mengerti tentang materi yang di ajarkan. Ketika pelajaran matematika dijelaskan oleh bu Rani dan diminta untuk mendengarkan, ikram tidak mendengarkannya, ia malah sibuk dengan kegiatannya dan mengobrol dengan teman sebangkunya, meskipun begitu ketika diberikan tugas ia selalu menyelesaikannya dengan benar dan cepat. Dengan demikian menurut penulis walaupun ia mengobrol ia masih mendengarkan penjelasan dari gurunya. 2) Teori Mengenai Perilaku Ikram Accelerated learning merupakan salah satu hasil dari inovasi dalam pendidikan. Inovasi ini dilakukan karena tuntutan zaman yang berkembang sangat cepat. Belajar yang harus sesuai dengan waktu yang ditentukan agaknya sudah tidak menjadi tradisi yang relevan di masa sekarang, karena laju informasi dan teknologi yang semakin cepat, dunia kerja yang terus berubah, kegiatan masyarakat bahkan kegiatan rekreasipun menjadi semakin kompleks. Oleh karena itu kita harus mengetahui pula cara menyerap informasi lebih cepat lagi. Belajar yang sekarang kita lakukan kemungkinan besar tidak akan sama dengan belajar yang kita lakukan ke depan. DePorter mengemukakan bahwa istilah accelerated learning dengan dipertukarkan dengan suggestology (pemercepatan belajar) yang didefinisikan sebagai memungkinkan siswa untuk belajar dengan kecepatan yang mengesankan,dengan upaya yang normal, dan dibarengi dengan kegembiraan. Cara ini menyatukan unsur-unsur yang sekilas tampak tidak mempunyai persamaan, misalnya hiburan, permainan, warna, cara bepikir positif, kebugaran fisik dan kesehatan emosional. Namun semua unsur ini bekerja sama untuk menghasilkan pengalaman belajar yang efektif. Ralibi menyebutkan pembelajaran yang dirancang secara “fun” atau menyenangkan akan menimbulkan motivasi belajar peserta didik dan terus bertambah. Dengan demikian efektivitas belajar akan berjalan dengan baik. Dalam kaidah fiqih disebutkan “sesuatu, bila dengannya menjadi sempurna sebuah kewajiban, maka sesuatu itu adalah wajib”, sama halnya jika belajar merupakan kewajiban, sementara suasana belajar yang menyenangkan diperlukan untuk memotivasi peserta didik dalam belajar dan memudahkannya untuk menyerap beragam ilmu, maka pembelajaran yang menyenangkan menjadi sesuatu yang wajib dan tidak bisa dilepaskan dalam kegiatan belajar mengajar. Dapat disimpulkan bahwa Accelerated Learning adalah suatu cara yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa sehingga siswa dapat menyerap dan memahami materi baru dengan cepat dan menguasai materi tersebut. Konsep dasar dari pembelajaran ini adalah bahwa pembelajaran itu lebih baik berlangsung secara cepat, menyenangkan dan memuaskan serta memberikan sumbangan sepenuhnya pada kebahagiaan, kecerdasan, kompetensi dan keberhasilan. Salah satu alasan utama 6



mengapa Accelereted Learning (AL) membantu manusia untuk belajar lebih cepat dan efisien adalah karena AL menghargai perbedaan preferensi proses pembelajaran individu. 3) Perkembangan Fisik Menurut teori, perkembangan fisik ikram sesuai dengan perkembangan fisik seusianya hal ini ditandai dengan dengan tinggi badan ikram yang mencapai 130 cm dan berat badannya 21 kg. saat observer mengamati, tidak terdapat kelainan perilaku, baik itu perilaku yang dilakukan ikram seperti mengobrol dan bermain Bersama teman-teman kelasnya dan sebagainya, ikram berperilaku normal dan aktif sesuai dengan usianya. 4) Perkembangan Kognitif dan Bahasa Menurut teori perkembangan kognitif yang berada pada tahap oprasional konkret, ikram mampu melakukan dan menfoprasikan sesuatu hal disertai dengan benda atau contoh yang konkret, hal ini terbukti bahwa ikram kesulitan memahami konsep matematika yang rumit tetpi ikram menyukai pelajaran matematika yang pembelajarannya menggunakan benda atau alat peraga yang konkret. Adapun perkembangan Bahasa ikram dari segi sistem aturan berbahasa pun ia normal dan berani mengungkapkan pendapatnya dengan Bahasa yang jelas. 5) Perkembangan Sosio-emosional Ikram sudah mampu membaur dengan teman-teman kelasnya bahkan hingga lupa waktu untuk pulang saking asiknya bermain dan mengobrol dengan temannya, menurut penulis karena dia merupakananak satu-satunya sehingga dia lebih banyak menghabiskan waktunya bersama teman- temannya. Untuk perkembangan emosi pun dia sudah mampu mengontrol dirinya dan memahami emosi yang dia terima, seperti guru melarang dia untuk bercanda saat belajar, kemudian dia perbaiki sikapnya agar tidak terkena teguran lagi. 6) Perkembangan Moral Menurut teori Kohlberg, Ikram berada pada tahapan ke 2 yaitu tahap konvensional, di mana segala aturan disepakati bersama agar dapat dipahami olehnya antara yang benar dan yang salah.



B. Peserta Didik Rafael Lintang Panjarino 1) Kondisi saat Pembelajaran di Kelas Rafael anak yang sangat berisik, jahil, serta kurang lancer dalam membaca dan lamban dalam menerima pembelajaran, khususnya pada pembelajaran matematika. Hal ini karena menurutnya kelas itu harus ramai dan tidak boleh sepi, serta ia tidak menyukai pelajaran matematika yang rumit. Untuk hal ini menurut dugaan penulis karena Rafael anak yang dapat leluasa mengekspresikan yang ia rasakan, karena menurut penuturan bu Rani latar belakang keluarganya yang cukup terbuka atas apa yang disuka oleh anaknya. Bu Rani menjelaskan karena sifatnya yang jahil dan tidak bisa diam, Rafael menjadi kesulitan dalam mengontrol energinya sehingga ia cepat kelelahan. Hal ini bisa jadi 7



mengakibatkan Rafael lambat dalam pembelajaran matematika, namun jika mengerti suatu pelajaran akan bertanggung jawab menyelesaikannya sampai akhir. Menurutnya, kelambatan yang terjadi karena efek dari Covid 19 dan kurangnya pembimbingan terhadap Rafeal oleh orang tunya. Sehingga, Bu Rani sebagai wali kelas menerapkan pembelajaran dengan pembiasaan atau latihan-latihan mengerjakan soal matematika kepada peserta didiknya. 2) Teori Perilaku Rafael Anak lamban belajar memiliki fisik yang normal, memiliki memori, dan akal yang sehat (Amelia, 2016:55). Namun terdapat suatu ciri yang menunjukkan karakteristik anak lamban belajar yaitu kurang konsentrasi dan kurang bertahan dalam berpikir abstrak (Sangeeta, 2011:282). Muhibbin Syah (2012) menambahkan bahwa “permasalahan yang sering muncul pada anak lamban belajar adalah anak mudah frustasi atau menghindari tugas-tugas sekolah yang cukup sulit baginya”. Kebiasaan anak yang sering menolak dan menghindari tugas yang diberikan oleh guru jika mereka merasa kesulitan adalah salah satu bentuk mekanisme pertahanan ego (ego defens mechanism). “Mekanisme pertahanan ego adalah suatu cara yang digunakan orang untuk menghilangkan atau mengurangi kegelisahan dan konflik” (Izati, 2013:21). Dalam hal ini, konflik yang dialami oleh anak lamban belajar adalah kesulitan ketika mengerjakan tugas dan mengikuti materi pelajaran. Anak lamban belajar sering mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal ataupun mengikuti pembelajaran. Untuk menghindari konflik yang mungkin terjadi dalam diri anak saat anak mengalami kesulitan ketika mengerjakan tugas dan mengikuti pembelajaran, maka seringkali anak lamban belajar menghindari untuk mengerjakan soal ataupun mengikuti pembelajaran tersebut. Mekanisme pertahanan ego adalah sesuatu yang normal dan digunakan oleh semua orang, namun bila digunakan secara ekstrem (berlebihan) mekanisme itu menyebabkan tingkah laku kompulsif, repetitif, dan neurotic (Semius, 2006:96). Menurut Prastisi (2009) Kemampuan membaca merupakan kemampuan dasar bagi siswa yang harus mereka kuasai agar dapat mengikuti seluruh kegiatan dalam proses pendidikan dan pengajaran. Selanjutnya menurut Nurbiana Dhieni (2008), kemampuan membaca termasuk kegiatan yang kompleks dan melibatkan berbagai keterampilan. Jadi, kegiatan membaca merupakan kesatuan kegiatanya yang terpadu yang mencakup beberapa kegiatan seperti mengenali huruf dan kata-kata, menghubungkannya dengan bunyi, maknanya serta menarik kesimpulan mengenai maksud bacaan. Sehingga dapat disimpulkan kemampuan membaca dilakukan seseorang untuk memperoleh pesan/informasi yang disampaikan melalui media bahasa tulis. Rafael yang belum lancar membaca mengalami ketertinggalan dari temantemannya dalam pelajaran. Misalnya dalam mengisi soal dan ulangan, khasbi mengalami keterlambatan dalam mengisi soal karna harus memahami maksud soal tersebut dan jika waktu yang diberikan habis, dia lebih memilih mengosongkan jawaban. Hal ini membuat guru kesulitan dalam mengambil penilaian. Sehingga perlunya bimbingan lebih dari guru, orangtua bahwa teman sebagai tutor sebaya untuk menumbuhkan motivasi untuk terus belajar. Berdasarkan hasil observasi peserta didik tersebut memiliki semangat untuk terus mencoba, terlihat dibantu oleh temannya. Seperti dikemukakan oleh Hamzah B. Uno (2012), bahwa motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. 8



3) Perkembangan Fisik Menurut teori, perkembangan fisik Rafael sesuai dengan perkembangan fisik seusianya hal ini ditandai dengan dengan tinggi badan Rafael yang mencapai 135 cm dan berat badannya 49 kg. namun dalam belajar fisik Rafael mudah kelelahan. Faktor kelelahan dalam hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Kholil (2020:45) sebelumnya, bahwa keadaan fisik yang kurang baik dapat menyebabkan penerimaan dan respons pelajaran berkurang, saraf otak tidak mampu bekerja secara optimal memproses, mengelola, menginterprestasi dan mengorganisasi bahan pelajaran melalui indra manusia 4) Perkembangan Kognitif dan Bahasa Berdasarkan pengamatan yang telah dilaksanakan, peneliti mendapatkan hasil bahwa Rafael memiliki keterbatasan dalam hal membaca. Dalam kasus ini, Rafael belum lancar membaca dan masih kesulitan dalam memahami isi dari bacaan yang diberikan oleh guru sehingga hal tersebut menghambat dalam memahami isi materi. Dalam hal ini, peneliti mendapatkan hasil bahwa salah satu alasan Ia kesulitan membaca adalah karena Ia jarang belajar dan belum terlihatnya dalam berusaha agar dapat membaca, ditambah dengan sifatnya yang moody-an. Hal ini sesuai dengan teori Maria (2020:81), yang mengemukakan bahwa faktor-faktor penyebab kesulitan membaca yang dialami oleh setiap anak dapat disebabkan oleh faktor internal pada diri anak itu sendiri atau faktor ekternal di luar diri anak. Faktor internal pada diri anak meliputi faktor fisik, intelektual dan psikologis. Adapun faktor eksternal di luar diri anak mencakup lingkungan keluarga dan sekolah. Selanjutnya Maria (2020:90) menambahkan kembali bahwa Selain itu faktorfaktor yang menyebabkan anak mengalami kesulitan belajar membaca adalah a) Minat baca. Minat baca adalah suatu hal timbul secara sadar dalam diri seorang anak, maka dari itu minat perlu dikembangkan oleh orang tua atau guru akan dapat membawa kebaikan pada anak; b) Motivasi. Kegiatan belajar mengajar didalam kelas akan berjalan dengan lancar apabila diri siswa terdapat motivasi yang besar sehingga dapat mencapai tujuan dalam belajar; dan c) Kepemilikan minat membaca. Selain kesulitan membaca, Rafael juga memiliki keterbatasan di bidang matematis, Ia belum memahami konsep matematika baik dari segi operasi hitung, maupun berbentuk logika matematika, Ia juga menganggap bahwa Matematika adalah pelajaran yang sulit. Rafael juga kurang berkonterasi dalam belajar khususnya dalam mata pelajaran matematika, Ia sering bercanda dan belajar sesuai dengan minatnya saja. Hal ini sesuai dengan teori Kholil (2020:159), yang mengemukakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa adalah minat, karena tidak adanya minat seseorang anak terdahap suatu pelajaran akan timbul kesulitan belajar. Belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai dengan bakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhan, tidak sesuai dengan kecakapan, tidak sesuai dengan tipe-tipe khusus anak banyak menimbulkan problema pada dirinya. Karena itu pelajaranpun tidak pernah terjadi proses dalam otak, akibatnya kesulitan dalam belajar. Jadi dari hasil temuan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tingginya Rafael tidak mempunyai minat terhadap pembelajaran matematika dikarenakan tidak sesuainya bakat yang dimiliki oleh anak yang mengakibatkan terjadinya kesulitan dalam memahami konsep matematika di tambah Ia masih kesulitan dalam membaca yang disebabkan oleh sisa yang tidak memiliki keinginan untuk belajar. 9



5) Perkembangan Sosio-emosional Berdasarkan pengamatan yang telah dilaksanakan, peneliti mendapatkan hasil bahwa Rafael merupakan peserta didik yang jahil dan suka menganggu temannya. Adapun kajian permasalahan pada Rafael, observer menduga bahwa perilaku menganggu tersebut termasuk Disruptive Classroom Behaviors (DCB) yang mana dapat didefinisikan sebagai perilaku tampak yang terjadi di dalam kelas yang menganggu guru dan atau siswa yang lain, hal ini sesuai dengan teori Bidell & Deacon, (2010: 3) yang memberikan contoh atas perilaku DCB yaitu menolak berpartisipasi atau bekerjasama dalam kegiatan kelas, mengabaikan hak orang lain, tidak memperhatikan pelajaran, membuat keributan dan meninggalkan tempat duduk tanpa izin. Namun dalam kajian ini Disruptive behavior yang dimaksud berbeda dengan indikator yang terjadi pada siswa yang mempunyai gangguan perilaku (behavior problems) yang berifat patologis seperti: externalizing behavior (perilaku berlebihan), antisosial, maupun deliquency (menyimpang). Siswa ini sering disebut sebagai siswa ”jahil atau nakal” dan kategori perilaku mengganggu yang mereka tampakkan bisa digolongkan berat atau bisa dikategorikan sebagai perilaku disruptive behavior in the classroom. Menurut Wicaksono (2013:118) disruptive behavior in the classroom merupakan perilaku yang mengganggu tindakan pengajaran, mengganggu siswa lain dalam proses belajar mengajar baik secara psikologis maupun secara fisiologis, yang terjadi pada siswa biasa dan disebabkan oleh banyak faktor yang tidak hanya berasal dari diri mereka tapi juga bisa disebabkan orang lain, situasi atau waktu yang ada. 6) Perkembangan Moral Sama seperti Ikram, Rafael pun sudah memahami antara mana yang boleh ia lakukan dan tidak boleh dilakukan. Sehingga bukan lagi karena takut akan hukuman, namun karena ia sudah memahami bahwa perilaku yang tidak baik akan merugikannya. 7) Motivasi Belajar Dalam permasalahan dan hasil pengamatan yang telah dilaksanakan, didapatkan hasil bahwa motivasi belajar Rafael tergolong kurang, hal ini terlihat dari kurangnya Ia dalam berpartisipasi belajar, Rafael juga seringkali menganggu temannya dalam belajar, dan sangat disayangkan Ia belajar ketika mood dan minatnya sedang baik saja. Selain itu, dilatarbelakangi dengan guru yang memberikan materi dengan metode ceramah saja. Tentunya hal ini senada dengan pendapat Wicaksono (2013:119) yang mengemukakan bahwa dalam teori behavioristik memandang perilaku mengganggu di kelas ditentukan oleh guru berdasarkan perilaku yang ditunjukkan siswa. Guru memegang peran penting dalam menguatkan dan meredakan perilaku mengganggu di kelas. Teori Behavioristik memandang perilaku mengganggu sebagai perilaku yang tampak dan mudah dinilai orang lain, misalnya berbicara di luar gilirannya, membuat kebisingan yang tidak perlu, yang keluar dari kursi tanpa izin, berkelahi, memaki dan berdebat dengan guru dengan kata lain teori Behavioristik memandang dari sudut pandang eksternal siswa. Tujuan guru adalah menciptakan lingkungan kelas yang positif. Perilaku yang ditargetkan adalah perilaku yang mengganggu seluruh kelas yang meliputi perilaku berbicara, membuat kebisingan yang tidak perlu, yang keluar dari kursi tanpa izin, berkelahi, memaki dan berdebat dengan guru (Wicaksono, 2013:120). Selain itu, untuk 10



meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, guru dapat mengatasin permasalahan seperti; 1) mempersiapkan matode yang sesuai dengan gaya belajar dan kebutuhan peserta didik; 2) Guru mengadakan jam tambahan bagi siswa yang masih kesulitan membaca; 3) Guru memberikan kesempatan siswa untuk membaca 15 menit setiap hari sebelum KBM dimulai, dan 4) Guru memberikan perhatian khusus untuk siswa yang belum lancar membaca dan masih mengeja dalam membaca. Adapun terkait kurangnya motiasi belajar yang didominasi oleh minat belajar siswa, hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Kholil (2020:160) bahwa Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan belajarnya. Seorang yang besar motivasinya akan giat berusaha, tampak gigih tidak mau menyerah. Sebaliknya mereka yang motivasinya lemah, tampak acuh-tak acuh, mudah putus asa, perhatiannya tidak tertuju pada pelajaran, akibatnya banyak mengalami kesulitan belajar.



11



BAB III PENUTUP KESIMPULAN Dari kedua anak diatas, masalah yang mereka hadapi berbeda-beda, Ikram memiliki masalah pada kurang fokusnya dalam pembelajaran, dan Rafael memiliki masalah pada kurang lancarnya membaca, lamban dalam menerima pelajaran dan kurangnya motivasi dalam belajar. Dengan demikian, jika hal tersebut dibiarkan, maka guru akan menghadapi kesulitan untuk membimbing peserta didik dan peserta didik pun akan semakin mengalami ketertinggalan dalam memahami materi pembelajaran. Serta peserta didik tidak akan maksimal dalam mencapai hasil dan tujuan pembelajaran, yakni dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Maka, sebaiknya guru dapat memahami minat dari peserta didik, sehingga guru dapat memberikan treatment yang sesuai dengan kebutuhan peserta didiknya dan mampu mencapai tujuan pembelajaran.



12



DAFTAR PUSTAKA



Anisah, Ani Siti. Jurnal Gangguan Prilaku Pada Anak Dan Implikasinya Terhadap Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar. Bidell & Deacon. 2010. School Counselors Connecting the Dots Between Disruptive Classroom Behavior and Youth Self-Concept Boby DePorter & Mike Herncki. 2002. Quantum Learning : Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa Khaulani, Fatma, dkk. 2019. Jurnal Fase Dan Tugas Perkembangan Anak Sekolah Dasar. Universitas Negeri Padang, Kurnia, Ingridwati, dkk. 2008. Perkembangan Belajar Peserta Didik. DEPDIKNAS. Maria, Sonya Kristiani. 2020. Analisis Kesulitan Membaca pada Siswa Kelas V SDI Wairotang. Jurnal Pendidikan : Paedagogia, Vol 9. No. 2. Di unduh pada 28 November 2022 Mera Putri Dewi, Neviyarni, Irdamurni. 2020. PERKEMBANGAN BAHASA, EMOSI, DAN SOSIAL ANAK USIA SEKOLAH DASAR. Prodi Pendidikan Dasar, Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang Rahmiati, Neviyarni . 2021. Teori Belajar Accelerated Learning dalam Meningkatkan Motivasi Belajar .Pendidikan Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Padang .Ralibi, Imam Maliki. 2008. Fun Teaching. Cikarang: Duha Hasanah. Wicaksono, Taufiq Hendra. 2013. PERILAKU MENGGANGGU DI KELAS. Artikel Alumni BK FIPUniversitas Negeri Yogyakart. Diakses pada 28 November 2022



13



LAMPIRAN



FOTO RAFAEL



FOTO IKRAM



14



LEMBAR OBSERVASI PESERTA DIDIK NAMA SISWA : M. Ikram Irsyadi KELAS : 5 C NO



ASPEK YANG DIAMATI 1



1



Penskoran 2 3



PERKEMBANGAN FISIOLOGIS Makanan 4 sehat 5 sempurna







Kebersihan gigi







Tinggi dan berat badan







Kebersihan kuku







Kerapian rambut



✓ ✓



Kelincahan



Terampil menggunakan tangan kanan dan tangan kiri











Menggunakan alat tulis dengan benar



2



PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS Kognitif Peserta didik mampu menyelesaikan tugas kelompok



KET 4







Peserta didik memakan sayur, daging, buah dan susu 2-3 kali dalam seminggu Peserta didik memiliki kondisi gigi yang baik, dan sudah menggosok giginya minimal 2 kali sehari. Tinggi badan 130 cm dan berat badannya 45 kg Kuku selalu dipotong dengan bersih dan rapi. Rambut bersih dan wangi serta disisir dengan rapih. Sangat lincah dan aktif ketika di kelas maupun di luar kelas. Sudah bisa menggunakan tangan kanannya dan tangan kirinya. Sudah menggunakan alat tulis dengan sangat benar.



Peserta didik mampu menyelesaikan



15



Peserta didik berpartisipasi aktif dalam kelompok







Peserta didik mampu menyebutkan refleksidan apersepsi pembelajaran







Peserta didik mampu mengemukakan pendapat dengan baik







Peserta didik mampu mendemontstrasikan tugas didepan kelas











Siswa mampu memberikan contoh sesuai dengan pengalaman sendiri



Siswa dapat menunjukan bakatnya didepan temantemannya Emosi Siswa mampu menunjukan rasa percaya diri Siswa mampu berinteraksi dengan teman sejawat



Siswa mampu mengendalikan amarahnya



Psikososial Siswa mampu bekerja sama dengan kelompoknya Siswa mampu bersosialisasi dengan warga sekolah







✓ ✓







✓ ✓



tugas kelompok dengan baik Peserta didik sudah aktif berpartisipasi karena belum bisa membantu menjawab soal Peserta didik sudah bisa menjawab refleksidan apersepsi pembelajaran Peserta didik belum berani mengungkapkan pendapatnya Peserta didik belum mampu mendemonstrasikan tugas di depan kelas Siswa mampu mengungkapkan contoh sesuai dengan kehidupan konkrit yang dialami/ditemuinya. Siswa mampu menunjukkan bakatnya, namun masih malu-malu. Percaya diri siswa sudah baik. Siswa sudah berinteraksi dengan teman sejawatnya dengan sangat baik Siswa sudah mulai bisa mengendalikan amarahnya ketika emosi Siswa sudah mampu bekerja sama dengan kelompok. Sosialisasi siswa dengan warga sekolah sudah 16







Siswa mampu mengungkapkan pendapatnya dalam forum diskusi



Moral Siswa patuh dan hormat kepada guru Siswa tidak menganggu teman sejawat saat proses pembelajaran



3



terjalin dengan sangat baik Siswa bisa mengungkapkan pendapatnya dan menanyakan kepada guru.







Siswa sudah patuh pada gurunya. Siswa kadang masih suka mengajak temannya ngobrol ketika pembelajaran







Motivasi belajar Siswa mampu hadir tepat waktu







Siswa menunjukan minat terhadap materi pembelajaran







Siswa tidak mudah putus asa dalam mengerjakan sesuatu







Siswa antusias dalam mengikuti proses pembelajaran







Siswa sangat senang pada pembelajaran ini sehingga ingin mengetahui lebih lanjut pokok bahasan ini Siswa bersemangat dalam mengerjakan tugas kelompok







Selalu hadir tepat waktu Siswa terlihat antusias mengikuti pembelajaran. Iya, tetapi jika lelah maka dia kurang bersemangat. Siswa antusias mengikuti pembelajaran. Iya







Iya



Kesimpulan : Berdasarkan hasil yang didapatkan dapat disimpulkan bahwa aspek perkembangan peserta didik sudah terlihat baik dan menunjukkan perkembangan yang sesuai dengan usianya. Akan tetapi masih ada berapa hal yang perlu dikembangkan lagi agar aspek yang diharapkan dapat tercapai.



Keterangan : 1 = Tidak Baik (TB) 2 = Kurang Baik (KB) 3 = Baik (B) 4 = Sangat Baik (SB)



17



PANDUAN OBSERVASI PESERTA DIDIK (PERKEMBANGAN KOGNITIF) Berikut merupakan panduan dalam melakukan observasi peserta didik di SD Negeri Ciputat 06 : Nama peserta didik : M. Ikram Irsyadi Kelas :5C No Hal yang Diobservasi Hasil Observasi 1. Peserta didik mampu mengelompokkan objek atau Peserta didik mampu situasi tertentu dan mengurutkan sesuatu. mengelompokkan benda seperti pengelompokan bentuk benda yang ada di sekitarnya, serta mampu mengurutkan benda dari yang terkecil dan terbesar. 2. Peserta didik mampu dalam mengingat dan berpikir Peserta didik mampu logis. mengingat pembelajaran apa saja yang dilakukan hari kemarin serta peserta didik juga sudah mulai bisa menyimpulkannya. 3. Peserta didik mampu memahami konsep sebab- Peserta didik mulai bisa akibat secara rasional dan sistematis. memahami konsep sebab akibat, seperti memberikan contoh jika membuang sampah sembarangan maka akan terjadi penyumbatan pada saluran air dan mengakibatkan banjir. 4. Peserta didik mampu bekerjasama dengan peserta Terkadang peserta didik didik lain dan tidak mementingkan ego sendiri. masih terlihat egois atas kemauannya, seperti ingin dia yang selalu menjawab dan maju.



18



PANDUAN OBSERVASI PESERTA DIDIK (PERKEMBANGAN BAHASA) Berikut merupakan panduan dalam melakukan observasi peserta didik di SD Negeri Ciputat 06 : Nama peserta didik : M. Ikram Irsyadi Kelas :5C No Hal yang Diobservasi Hasil Observasi 1. Peserta didik mampu membaca sesuai dengan Peserta didik sudah bisa jenjang kelas. membaca dengan lancar. 2. Peserta didik sudah jarang melakukan kesalahan Peserta didik terlihat sudah dalam mengeja. benar dalam mengeja. 3. Peserta didik mampu memulai dan mengakhiri Peserta didik mulai bisa obrolan dengan baik. membuka obrolan namun terkadang tidak menutup obrolannya dengan baik. 4. Peserta didik mampu berbicara dengan jelas dan Peserta didik mampu menyesuaikan volume suara dengan situasi. berbicara dengan sangat jelas menyesuaikan situasi. 5. Peserta didik mampu menulis materi pembelajaran Peserta didik sudah mulai dengan baik. bisa menulis materi pembelajaran dengan rapi dan bagus.



19



PANDUAN OBSERVASI PESERTA DIDIK (PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL) Berikut merupakan panduan dalam melakukan observasi peserta didik di SD Negeri Ciputat 06: Nama peserta didik : M. Ikram Irsyadi Kelas :5C No Hal yang Diobservasi Hasil Observasi 1. Peserta didik mengalami perubahan sosial emosi Tidak karena hubungan dengan orang lain. 2. Peserta didik mampu menyesuaikan emosi kepada Peserta didik mampu temannya. menyesuaikan emosinya tetapi terkadang dia emosi jika diganggu ketika fokus. 3. Peserta didik mudah berinteraksi dengan sesama Peserta didik melakukan teman saat bermain. interaksi dengan baik bersama teman temannya. 4. Peserta didik mudah untuk bergaul dengan Iya peserta didik sudah mulai sesamanya dan belajar dengan lebih baik. mampu ke arah tersebut.



20



PANDUAN OBSERVASI PESERTA DIDIK (PERKEMBANGAN MORAL) Berikut merupakan panduan dalam melakukan observasi peserta didik di SD Negeri Ciputat 06: Nama peserta didik : M. Ikram Irsyadi Kelas :5C No Hal yang Diobservasi Hasil Observasi 1. Peserta didik mampu menghargai dan menyayangi Dia terlihat sangat sesama peserta didik. penyayang. 2. Peserta didik mampu menghormati guru, teman, Iya dan keluarga. 3. Peserta didik berani meminta maaf apabila Iya, meminta maaf ketika dia melakukan kesalahan. salah. 4. Peserta didik mampu bertanggungjawab dengan Iya, selalu selesai tepat tugas yang diberikan. waktu ketika mengerjakan tugas



21



LEMBAR OBSERVASI PESERTA DIDIK NAMA SISWA : Rafael KELAS : 5 C NO



ASPEK YANG DIAMATI 1



1



Penskoran 2 3



PERKEMBANGAN FISIOLOGIS Makanan 4 sehat 5 sempurna







Kebersihan gigi







Tinggi dan berat badan







Kebersihan kuku







Kerapian rambut







Kelincahan







Terampil menggunakan tangan kanan dan tangan kiri











Menggunakan alat tulis dengan benar



2



PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS Kognitif Peserta didik mampu menyelesaikan tugas kelompok Peserta didik berpartisipasi aktif dalam kelompok



KET 4











Peserta didik memakan sayur, daging, buah dan susu 2-3 kali dalam seminggu Peserta didik memiliki kondisi gigi yang baik, dan sudah menggosok giginya minimal 2 kali sehari. Tinggi badan 135 cm dan berat badannya 45 kg Kuku selalu dipotong dengan bersih dan rapi. Rambut bersih dan wangi serta disisir dengan rapih. lincah dan aktif ketika di kelas maupun di luar kelas. Sudah bisa menggunakan tangan kanannya dan tangan kirinya. Sudah menggunakan alat tulis dengan sangat benar.



Siswa sudah bisa menjawab refleksi dan apersepsi pembelajaran Peserta didik belum terlalu aktif berpartisipasi karena belum bisa 22



Peserta didik mampu menyebutkan refleksidan apersepsi pembelajaran







Peserta didik mampu mengemukakan pendapat dengan baik







Siswa mampu mendemontstrasikan tugas didepan kelas







Siswa mampu mengaitkan antar materi



✓ ✓



Siswa mampu memberikan contoh sesuai dengan pengalaman sendiri



Siswa dapat menunjukan bakatnya didepan teman-temannya



Emosi Siswa mampu menunjukan rasa percaya diri Siswa mampu berinteraksi dengan teman sejawat



Siswa mampu mengendalikan amarahnya



Psikososial Siswa mampu bekerja sama dengan kelompoknya Siswa mampu bersosialisasi dengan warga sekolah







✓ ✓







✓ ✓



membantu menjawab soal Peserta didik belum bisa menjawab refleksidan apersepsi pembelajaran Peserta didik belum berani mengungkapkan pendapatnya Siswa mampu mendemonstrasikan tugas di depan kelas, namun masih sedikit malu. Siswa sudah bisa mengaitkan antar materi. Siswa mampu mengungkapkan contoh sesuai dengan kehidupan konkrit yang dialami/ditemuinya. Siswa mampu menunjukkan bakatnya, namun masih malu-malu. Percaya diri siswa sudah baik. Siswa sudah berinteraksi dengan teman sejawatnya dengan sangat baik Siswa sudah mulai bisa mengendalikan amarahnya ketika emosi Siswa sudah mampu bekerja sama dengan kelompok. Sosialisasi siswa dengan warga sekolah sudah terjalin dengan sangat baik 23



Siswa mampu mengungkapkan pendapatnya dalam forum diskusi



Moral Siswa patuh dan hormat kepada guru Siswa tidak menganggu teman sejawat saat proses pembelajaran



3







Siswa bisa mengungkapkan pendapatnya dan menanyakan kepada guru.







Siswa sudah patuh pada gurunya. Siswa kadang masih suka mengajak temannya ngobrol ketika pembelajaran







Motivasi belajar Siswa mampu hadir tepat waktu







Siswa menunjukan minat terhadap materi pembelajaran







Siswa tidak mudah putus asa dalam mengerjakan sesuatu







Siswa antusias dalam mengikuti proses pembelajaran







Siswa sangat senang pada pembelajaran ini sehingga ingin mengetahui lebih lanjut pokok bahasan ini Siswa bersemangat dalam mengerjakan tugas kelompok







Selalu hadir tepat waktu Siswa terlihat antusias mengikuti pembelajaran. Iya, tetapi jika lelah maka dia kurang bersemangat. Siswa antusias mengikuti pembelajaran. Iya







Iya



Kesimpulan : Berdasarkan hasil yang didapatkan dapat disimpulkan bahwa aspek perkembangan peserta didik sudah sedikit terlihat baik dan menunjukkan perkembangan yang sesuai dengan usianya. Akan tetapi masih ada berapa hal yang perlu dikembangkan lagi agar aspek yang diharapkan dapat tercapai. Keterangan : 1 = Tidak Baik (TB) 2 = Kurang Baik (KB) 3 = Baik (B) 4 = Sangat Baik (SB)



24



PANDUAN OBSERVASI PESERTA DIDIK (PERKEMBANGAN KOGNITIF) Berikut merupakan panduan dalam melakukan observasi peserta didik di SD Negeri Ciputat 06 : Nama peserta didik : Rafael Kelas :5C No Hal yang Diobservasi Hasil Observasi 1. Peserta didik mampu mengelompokkan objek atau Peserta didik mampu situasi tertentu dan mengurutkan sesuatu. mengelompokkan benda seperti pengelompokan bentuk benda yang ada di sekitarnya, serta mampu mengurutkan benda dari yang terkecil dan terbesar. 2. Peserta didik mampu dalam mengingat dan berpikir Peserta didik mampu logis. mengingat pembelajaran apa saja yang dilakukan hari kemarin serta peserta didik juga sudah mulai bisa menyimpulkannya. 3. Peserta didik mampu memahami konsep sebab- Peserta didik mulai bisa akibat secara rasional dan sistematis. memahami konsep sebab akibat, seperti memberikan contoh jika membuang sampah sembarangan maka akan terjadi penyumbatan pada saluran air dan mengakibatkan banjir. 4. Peserta didik mampu bekerjasama dengan peserta Terkadang peserta didik didik lain dan tidak mementingkan ego sendiri. masih terlihat egois atas kemauannya, seperti dia hanya ingin mendengarkan teman saja yang berbicara, dan melemparkan jawabannya kepada temannya.



25



PANDUAN OBSERVASI PESERTA DIDIK (PERKEMBANGAN BAHASA) Berikut merupakan panduan dalam melakukan observasi peserta didik di SD Negeri Ciputat 06 : Nama peserta didik : Rafael Kelas :5C No Hal yang Diobservasi Hasil Observasi 1. Peserta didik mampu membaca sesuai dengan Peserta didik sudah bisa jenjang kelas. membaca meskipun masih terbata-bata. 2. Peserta didik sudah jarang melakukan kesalahan Peserta didik masih terlihat dalam mengeja. sedikit kesulitan dalam mengeja. 3. Peserta didik mampu memulai dan mengakhiri Peserta didik mulai bisa obrolan dengan baik. membuka obrolan namun terkadang tidak menutup obrolannya dengan baik. 4. Peserta didik mampu berbicara dengan jelas dan Peserta didik mampu menyesuaikan volume suara dengan situasi. berbicara dengan sangat jelas menyesuaikan situasi. 5. Peserta didik mampu menulis materi pembelajaran Peserta didik sudah mulai dengan baik. bisa menulis materi pembelajaran dengan baik.



26



PANDUAN OBSERVASI PESERTA DIDIK (PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL) Berikut merupakan panduan dalam melakukan observasi peserta didik di SD Negeri Ciputat 06: Nama peserta didik : Rafael Kelas :5C No Hal yang Diobservasi Hasil Observasi 1. Peserta didik mengalami perubahan sosial emosi Tidak karena hubungan dengan orang lain. 2. Peserta didik mampu menyesuaikan emosi kepada Peserta didik mampu temannya. menyesuaikan emosinya tetapi terkadang dia emosi jika diganggu terus-menerus. 3. Peserta didik mudah berinteraksi dengan sesama Peserta didik melakukan teman saat bermain. interaksi dengan baik bersama teman temannya. 4. Peserta didik mudah untuk bergaul dengan Iya peserta didik sudah mulai sesamanya dan belajar dengan lebih baik. mampu ke arah tersebut.



27



PANDUAN OBSERVASI PESERTA DIDIK (PERKEMBANGAN MORAL) Berikut merupakan panduan dalam melakukan observasi peserta didik di SD Negeri Ciputat 06: Nama peserta didik : Rafael Kelas :5C No Hal yang Diobservasi Hasil Observasi 1. Peserta didik mampu menghargai dan menyayangi Dia terlihat sangat sesama peserta didik. penyayang. 2. Peserta didik mampu menghormati guru, teman, Iya dan keluarga. 3. Peserta didik berani meminta maaf apabila Iya, meminta maaf ketika dia melakukan kesalahan. salah. 4. Peserta didik mampu bertanggungjawab dengan Iya, selalu selesai tepat tugas yang diberikan. waktu ketika mengerjakan tugas



28