Tugas UTS Pengkajian Drama [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ANALISIS UNSUR INTRINSIK DALAM NASKAH DRAMA “S.A.M.P.A.H” KARYA BZO SUTEDJO



Disusun Oleh: Vinny Shoffa Salma



(1806210363)



FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK



1



2019 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengkajian drama merupakan salah satu mata kuliah yang wajib diikuti oleh mahasiswa semester tiga program studi Indonesia di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI). Sebagai tugas ujian tengah semester ganjil pada mata kuliah ini, penulis membuat makalah analisis naskah drama yang berjudul “S.A.M.P.A.H”. Tujuan dari tugas ujian tengah semester pembuatan makalah ini untuk memberikan analisis mendalam dari sebuah naskah drama, dalam hal ini penulis akan menganalisis unsur intrinsik dalam naskah drama terkait dengan penokohan, alur, latar, tema, diksi, dan unsur intrinsik pendukung lainnya. 1.1 Data Naskah Drama Judul



: S. A. M. P. A. H



Nama pengarang : Bzo Sutedjo Tebal halaman



: halaman



Tahun terbit



: 2016



Kota terbit



: Jakarta



1.2 Alasan Memilih Naskah Drama Alasan penulis memilih naskah drama karya Bzo Sutedjo yaitu “S.A.M.P.A.H” unruk di analisis adalah karena Bzo Sutedjo sudah pernah mementaskan drama ini dalam Festival Pelajar yang dipentaskan Tahun 2018 silam. Penulis pun sudah melihat secara langsung pementasan drama yang diarahkan oleh Bzo Sutedjo. Bzo Sutedjo juga dikenal namanya sebagai pelatih Teater di salah satu SMA di Depok dan sudah cukup sering membuat naskah untuk drama serta menyutradarainya. Alur cerita yang menarik dan memuat premis-premis masalah pendidikan di Indonesia menjadi daya tarik utama, walaupun dari segi teknik penulisan naskah, drama “S.A.M.P.A.H” masih harus diperbaiki.



2



1.3 Permasalahan dalam Naskah Drama Permasalahan cerita sudah dimulai saat halaman pertama naskah dibuka. Di halaman tersebut, tokoh murid bernama Tasya berpendapat bahwa ijazah sekolah adalah segalanya, terutama dalam mencari pekerjaan. Para murid pun mengiyakan pernyataan tersebut. Ketika ujian pun, tokoh murid-murid dalam naskah tidak menjawab pertanyaan guru mereka dengan benar. Bahkan, mereka tidak terlalu menanggapi pertanyaan tersebut dengan serius (halaman 3). Salah satu murid bernama Eza pun berusaha menjawab pertanyaan guru mereka dengan benar, namun ditanggapi dengan sikap sinis teman-temannya (halaman 5). Cerita terus bergulir, dan sebuah percakapan antara murid bernama Eza dengan beberapa ibu-ibu memperlihatkan dengan jelas bahwa stigma sekolah favorit masih menjadi hal yang diutamakan ketika memasukkan anak ke dalam sebuah institusi pendidikan karena menurut mereka sekolah favorit adalah yang terpenting (halaman 10). Tokoh Eza pun menanyakan eksistensi dirinya setelah mendengar permyataan tersebut, dan menganggap bahwa dirinya adalah sampah (halaman 13). Di akhir cerita, hal yang tidak terduga terjadi. Tokoh Eza nyatanya memiliki gangguan jiwa, dan semua tokoh serta alur di awal cerita adalah khayalan dia. Eza adalah seorang anak yang menjadi korban betapa stigma sekolah favorit, anak pintar berdasarkan nilai, adalah sebuah hal yang patut dipertanyakan kembali kebenarannya. Karena sekolah adalah proses, bukan sekadar nilai angka belaka (halaman 24). B. Kerangka Teori Sastra menurut Danziger dan Johnson (1961) seperti yang dikutip oleh Budianta, dkk, adalah suatu “seni bahasa, yakni cabang seni yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sedangkan menurut Daiches (1964) yang mengacu pada Aristoteles melihat sastra sebagai suatu karya yang “menyampaikan suatu jenis pengetahuan yang tidak bisa disampaikan dengan cara lain”, yakni suatu cara yang memberikan kenikmatan yang unik dan pengetahuan yang memperkaya wawasan pembaca. Karya sastra sendiri ada banyak jenisnya, salah satunya adalah drama. Drama adalah komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan 3



dan watak melalui tingkah laku (peran) atau dialog yang dipentaskan (KBBI: 2016). Drama menurut Budianta dkk (2002) genre sastra yang menunjukkan penampilan fisik secara lisan setiap percakapan atau dialog antara pemimpin disana. Drama sendiri memiliki beberapa jenis, yaitu drama komedi, tragedi, dan absurd. Drama absurd adalah drama yang sengaja mengabaikan atau melanggar konvensi alur, penokohan, dan tematik (KBBI: 2016). Dengan melihat pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa naskah drama “S.A.M.P.A.H” masuk ke dalam jenis drama absurd dengan melihat pengabaian konvensi alur dan penokohannya. C. Metode Penelitian Analisis unsur dalam naskah drama yang digunakan oleh penulis adalah deskriptif dengan penelitian pustaka (studi literatur). Pendekatan deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status suatu kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi suatu set pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Nazar, 1988:63). Dengan pendekatan deskriptif, penulis mengumpulkan data melalui sumber literatur dan sumber pustaka internet. Hal ini dilakukan untuk mengetahui keakuratan dari analisis unsur prosa, yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik serta kaitannya dengan pendapat para ahli.



4



BAB II ANALISIS NASKAH DRAMA A. Alur Alur adalah rangkaian peristiwa yang diurutkan dalam urutan tertentu. Sesungguhnya pengaluran adalah pengaturan urutan penampilan peristiwa untuk memenuhi beberapa tuntutan (Sudjiman, 1986:4). Alur dalam drama “S.A.M.P.A.H” adalah maju (progressif), karena pada awal cerita disajikan masalah-masalah yang terjadi dalam dunia pendidikan. Di akhir naskah, terdapat sebab yang terjadi dari semua rangkaian cerita di awal, dan tokoh Eza yang ternyata mengalami gangguan jiwa akibat stigma pendidikan yang terjadi saat ini. B. Latar Latar adalah keterangan mengenai waktu, ruang, dan suasana terjadinya lakukan dalam karya sastra (KBBI: 2016). Latar tempat yang terjadi di dalam pengisahan drama tersebut adalah sekolah dan tempat dimana tokoh Eza dirawat, yaitu Rumah Sakit Jiwa. Latar waktu dalam drama tersebut terjadi saat pagi, siang, malam, dan sore, di rentang waktu sebelum dan sesudah tokoh Eza mengalami gangguan jiwa. Untuk latar suasana sendiri, drama absurd ini mencitrakan suasana tegang, humor, dan sedih. C. Tokoh dalam Naskah Drama Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berkelakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Berdasarkan fungsinya, tokoh dibedakan menjadi tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh yang memegang peran pimpinan disebut tokoh utama atau protagonis dan selalu menjadi tokoh sentral dalam cerita (Sudjiman, 1986:61). Sedangkan tokoh bawahan adalah tokoh yang 5



tidak sentral kedudukannya di dalam cerita, tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk menunjang atau mendukung tokoh utama (Grimes, 1975:43-44). Berdasarkan cara menampilkan tokoh di dalam cerita dibedakan menjadi tokoh datar dan tokoh bulat. Tokoh datar bersifat statis; di dalam perkembangan lakukan, watak tokoh itu sedikit sekali berubah, bahkan ada kalanya tidak berubah sama sekali (Sudjiman, 1986:75). Sedangkan tokoh bulat berbagai segi wataknya tidak ditampilkan sekaligus melainkan berangsur-angsur atau berganti-ganti. Dengan demikian, tokoh bulat mampu memberikan kejutan karena tiba-tiba (di) muncul(kan) segi wataknya yang tak terduga-duga (Sudjiman, 1984:75). Tokoh protagonis dalam cerita ini adalah Eza. Dia sebagai penggerak cerita dan menjadi titik dimana alur cerita berawal dan berakhir dengan konflik yang dibawanya. Tokoh antagonis sendiri adalah tokoh murid-murid di dalam cerita, karena selalu bertentangan dengan tokoh Eza. Semua tokoh di dalamnya adalah tokoh bulat karena selalu berubah di setiap adegan yang ditampilkan. D. Tema Tema adalah pokok pikiran; dasar cerita (yang dipercakapkan, dipakai sebagai dasar mengarang menggubah sajak, dan sebagainya) (KBBI: 2016). Tema dalam drama absurd ini adalah pendidikan, karena pendidikan adalah hal yang selalu dipertanyakan dari awal hingga akhir cerita. Pendidikan selalu disorot dan menjadi topik utama dalam drama ini. E. Diksi Diksi adalah pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan) (KBBI: 2016). Diksi yang digunakan sangat mewakili karakter dan watak para tokoh dalam drama ini, karena menggunakan kata-kata yang sesuai dengan usia dan jenjang pendidikan tokoh-tokoh di dalamnya.



6



BAB III PENUTUP A. Simpulan Analisis dalam naskah drama “S.A.M.P.A.H” membantu penulis dalam memahami lebih jauh mata kuliah pengkajian drama secara teoritis dengan lebih mendalam, terutama dalam analisis unsur intrinsik di dalamnya. Secara keseluruhan, naskah drama ini sangat layak untuk diapresiasi, dan penulis memilih untuk mengapresiasinya melalui analisis untuk makalah tugas ujian tengah semester ganjil. Nyatanya, tugas analisis naskah drama kali ini menjadi salah satu bekal menuju tingkatan selanjutnya dalam memahami karya sastra di Indonesia lainnya. B. Saran Ke depannya, proyek analisis karya sastra bisa semakin variatif dengan perbedaan poin unsur untuk dianalisis baik intrinsik dan ekstrinsik untuk menambah pengetahuan serta khazanah seputar karya sastra (drama), khususnya bagi masyarakat Indonesia dan apresiasi terhadap karya sastra bisa semakin meningkat.



7



DAFTAR PUSTAKA Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: PT Pustaka Jaya. Aminudin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Jakarta: Sinar Baru. Budianta, Melani, dkk. 2003. Membaca Sastra. Jakarta: Indonesia Tera. Tjahyono, Libertus Tengsoe. 1988. Sastra Indonesia: Pengantar, Teori, dan Apresiasi. EndeFlores: Nusa Indah.



Sumber Pustaka Internet: https://idtesis.com https://headlinebogor.com www.zonareferensi.com Aplikasi KBBI edisi kelima (2016) oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.



8



9