Tujuan Hidup Dan Tujuan Pendidikan [PDF]

  • Author / Uploaded
  • WINDA
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAULUAN A. Latar belakang Ketika seseorang mendengar kata “filsafat”, seringkali yang terbayang adalah sesuatu yang aneh, angker, absurd, atau membingungkan. Filsafat seringkali dikaitkan dengan model-model pemikiran yang rumit, penuh digenangi dengan istilah-istilah yang khas, bersifat abstrak, sehingga sulit dipahami. Ada anggapan bahwa pemikiran filsafat berada di langit yang menjulang tinggi, seperti juga sekelompok orang yang berada di menara gading. Memang, filsafat kadang-kadang dilabelkan sebagai suatu bentuk elitisme intelektual. Anggapan-anggapan yang seperti itu bisa jadi memang bersumber dari suatu kesalahpahaman orang terhadap filsafat itu sendiri. Filsafat oleh para pembelanya sering disebut sebagai induk ilmu pengetahuan. Filsafat mengklaim hendak merengkuh kedalaman realitas sehingga tuntas tak tersisa.Persoalan ketegangan pembentukan citra terhadap filsafat ini mungkin memang tak akan pernah berakhir. Akan tetapi, ada satu hal yang sebenarnya cukup menarik dan bersifat mendasar berhubungan dengan hal ini, yakni pertanyaan mengapa kita (harus) berfilsafat? Apa kekhasan corak berpikir filsafati sehingga ada orang-orang yang sabar dan tekun masuk dalam model pemikiran ini? Dengan pertanyaan-pertanyaan seperti ini, sebenarnya secara tidak langsung orang yang ditanya—dan juga diri kita—sudah diajak berfilsafat. Berfilsafat dalam pengertian yang paling sederhana, yakni dalam konteks ini, adalah usaha merumuskan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar perihal sesuatu hal. Filsafat, menurut arti kata yang sebenarnya, adalah cinta akan kebijaksanaan, dan karena itu filsafat seharusnya lebih dilihat sebagai pandangan hidup: bagaimana seorang manusia memandang dunianya, berpikir dan memahami dunia dan lingkungannya, dan bagaimana ia menata hidupnya dalam dan bersama dengan dunianya. Filsafat juga dilihat sebagai ilmu yang membutuhkan refleksi dan pemikiran sistematis-metodis dengan secara aktif menggunakan intelek dan rasio kita. Namun filsafat sebagai pandangan hidup dan sebagai ilmu tidak terpisah satu sama lain, melainkan berkaitan sangat erat, malahan saling memuat dan mencakupi melalui



1



karya rasional yang abstrak-spekulatif namun berpijak pada alam kosmis yang konkret dan riil ini. Lewat berpikir dan berefleksi, kita sebenarnya mengonfrontasikan diri dengan lingkungandunia dan bagaimana kita memandang dan memahami diri kita. Kaitan erat antara filsafat sebagai pandangan hidup dan sebagai ilmu dapat kita lihat dalam biografi setiap filsuf dalam setiap era berpikir manusia. Di sini kita bisa melihat bagaimana filsafat langsung berhubungan dalam pembentukan tujuan hidup, tujuan pendidikan, prinsip dasar hidup yang benar, dan pentingnya kehidupan yang benar bagi kehidupan manusia dan pendidikan.



B. Identifikasi Masalah Masalah pokok yang muncul dalam makalah ini meliputi: 1. Apa tujuan hidup dan tujuan pendidikan ? 2. Apa komponen-komponen dari kehidupan yang baik ? C. Tujuan Analisis makalah ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui tujuan hidup dan tujuan pendidikan. 2. Mengetahui komponen-komponen dari kehidupan yang baik.



2



BAB II PEMBAHASAN A. Tujuan Hidup dan Tujuan Pendidikan



1. Tujuan Hidup Manusia dan hidup di dunia ini hanya sekedar untuk hidup, tetapi ada suatu tujuan yang ia harus tempuh dalam kehidupannya. Yakni bagaimana ia dapat menempuh kesejahteraan dalam hidupnya. Kehidupan manusia di dunia ini dikelilingi oleh fenomena-fenomena alam yang tidak terbilang, masing-masing muncul membawa maksud dan pesan tertentu. Jika kenyataannya demikian, maka keberadaan manusia dalam alam ini tidak terlepas dari tujuan-tujuan. Manusia sebagai makhluk hidup yang menempati alam, eksistensinya di alam ini ia tuntut agar dapat menggunakan, memanfaatkan serta melestarikan untuk kesejahteraan hidupnya. Pendidikan sebagai bagian dari kehidupan manusia, karena dalam pendidikan manusia sebagai inti utamanya. Pendidikan hendak mengantarkan manusia dan mengarahkannya dalam kehidupan yang lebih baik. Dalam integrasinya dengan alam, maka pendidikan harus mengarahkan kehidupan manusia dan membekali manusia untuk persiapan perjuangannya di dunia ini.Pengertian tersebut menunjukan bahwa tujuan hidup dan tujuan pendidikan tidak boleh terpisah, artinya harus sesuai. Karena keduanya merupakan atau kesatuan yang mengarahkan manusia kepada derajat yang lebih tinggi, yakni untuk mencapai kebutuhan dan kesejahteraannya. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan dalam uraian berikutnya a) Manusia Sebagai Makhluk Hidup Manusia sebagai makhluk hidup berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Perbedaannya dapat kita lihat dari cara mengatur kehidupannya. Manusia merupakan makhluk hidup yang paling unik. Keunikannya dapat kita lihat dari segi berpikir, berbicara, dan seterusnya. Keunikannya itu tidak didapati pada makhluk lainnya selain manusia.



3



Manusia sebagai makhluk yang menempati alam yang paling mulia. Karena kedudukannya sebagai pemimpin alam. Sebagai bagian dari alam, manusia harus berjuang untuk memanfaatkan alam dan memakmurkannya untuk memenuhi kebutuhan dirinya. Semua yang ada di alam ini digunakan oleh manusia dan kadang-kadang diubah untuk memudahkan hidupnya. Dalam menggunakan jasa alam ini, syarat yang harus ada padanya adalah kemampuan untuk mengontrol. Perkataan kontrol dapat diartikan bahwa manusia itu adalah makhluk yang menundukkan dan mengontrol energi alam untuk melanjutkan aktivitasnya. Hidup itu bagi makhluk hidup adalah proses pembaruan diri sendiri melalui tindakannya mengendalikan lingkungannya. Hal ini menunjukan bahwa kelanjutan hidup adalah kelanjutan menyesuaikan diri terhadap lingkungannya dan dengan kebutuhan organisme hidupnya. Manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya harus kreatif. Ia harus dapat memasuki realitasnya serta mengubahnya. Integrasi manusia dengan lingkungannya adalah has aktivitas manusia. Integrasi manusia dengan lingkungannya dapat terlihat kemampuannya dalam menyesuaikan diri dengan realitas ditambah dengan kemampuan kritis untuk membuat pilihan dalam mengubah realitas. b) Kehidupan Manusia dan Tujuan Hidupnya Kehidupan manusia di permukaan bumi ini, baik yang menyangkut aspek fisik maupun yang menyangkut aspek sosial budayanya senantiasa mengalami perubahan. Sampai kapanpun perubahan itu akan berlangsung cepat atau lambat. Akibat dari perubahan itu menimbulkan permasalahan bagi kehidupan manusia. Ketidakseimbangan antara pertumbuhan penduduk dengan sarana penunjang kebutuhannya, akan menimbulkan masalah yang kompleks. Permasalahan itu menuntut perhatian dan pemikiran manusia untuk mengantisipasi agar dapat diatasi dengan baik, sehingga tidak menimbulkan masalah yang kompleks lagi. Pemanfaatan dan pengembangan akal budi manusia telah terungkap pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah cara berpikir manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya juga menjadi tulang punggung pembangunan bangsa kita. Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah sebagian hamparan alam menjadi hamparan budaya. Hutan, rawa, gunung, telah dapat



4



dimanfaatkan oleh manusia untuk pemukiman, dan seterunya yang menjamin kelangsungan hidup manusia.



Tujuan hidup secara garis besar adalah : 



Untuk menjadi manusia yang dap[at mengabdi pada sang penciptanya ( Allah )







Mencari kebenaran dan keabsahan yang baik sesuai dengan filsafat dan ajaran agama yang telah diwahyukan oleh Allah SWT







Menjadi manusia seutuhnya dan sebagai penata sosial yang kuat serta berwibawa sehingga mampu menjalankannvisi dalam kehidupan sebagai manusia utuh.







Dapat mengolah alam semesta yang disesuaikan oleh Allah SWT dengan menggunakan akal pikiran yang telah dianugrahkan oleh Allah SWT







Menjadi manusia yang bahagia, kaya serta sehat jasmani dan rohani sehingga terjadi keseimbangan kehidupan di dunia dan kehidupan di akhirat. 2. Tujuan Pendidikan Menurut M. Arifin (1991:33) pendidikan adalah “Suatu proses tanpa akhir, atau



pendidikan itu berlangsung sepenjang hidup” Pendidikan sebagai usaha membentuk pribadi manusia harus melalui proses yang panjang, dengan hasil yang tidak dapat diketahui dengan segera, berbeda dengan membentuk benda mati yang dapat dilakukan sesuai dengan keinginan pembuatnya. Dalam proses pembentukan tersebut diperlukan suatu perhitungan yang matang dan hati-hati berdasarkan pandangan dan pikiranpikiran atau teori yang tepat, sehingga kegagalan atau kesalahan-kesalahan langkah terhadap pembentukan anak didik dapat dihindarkan. Karena lapangan dan sasaran pendidikan adalah makhluk yang mengandung berbagai kemungkinan. Bila kita salah bentuk, maka kita akan sulit memperbaikinya.



.



5



Tingkah laku manusia sebagaian dipengaruhi oleh hasil belajar (pendidikan). Apabila belajar (pendidikan) itu terjadi, maka keberagaman tingkah laku akan terjadi pula. Dan hal ini dapat dilihat atau dipelajari dari kebudayaan, dimana manusia sendiri ada di dalamnya. Kebutuhan berarti menunjukan kekurangan yang menimbulkan suatu ketidakseimbangan seseorang secara optimal. Kekurangan ini menumbuhkan aktivitas, dan merupakan pendorong untuk bertindak. Rangsangan sekunder yang timbul dari lingkungan sosial hendaknya diperhatikan, karena sangat berpengaruh terhadap anak didik, tetapi tidak bertanggung jawab atas kedewasaan dari anak didik. Mengenai hal ini Imam Barnadib (1987:119) berpendapat “sajikanlah lingkungan yang baik kepada anak dan singkirkan jauh-jauh lingkungan yang berbahaya kepada anak, dan harus diusahakan agar anak memiliki lingkungan yang baik”. Pendidikan diupayakan dengan berawal dari manusia apa adanya (aktualisasi) dengan mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang apa adanya (potensialitas), dan diarahkan menuju terwujudnya manusia yang seharusnya atau manusia yang dicita-citakan (idealitas). Tujuan pendidikan itu tiada lain adalah manusia yang beriman dan bertaqwa kapada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, cerdas, berperasaan, berkemauan, dan mampu berkarya; mampu memenuhi berbagai kebutuhan secara wajar, mampu mngendalikan hawa nafsunya; berkepribadian, bermasyarakat dan berbudaya. Implikasinya, pendidikan harus berfungsi untuk mewujudkan (mengembangkan) berbagai potensi yang ada pada manusia dalam konteks dimensi keberagaman, moralitas, moralitas, individualitas/personalitas, sosialitas dan keberbudayaan secara menyeluruh dan terintegrasi. Dengan kata lain, pendidikan berfungsi untuk memanusiakan manusia. Tujuan Pendidikan Nasional, sesuai dengan Tap MPRS No. XXVI/MPRS/1966 tentang Agama, pendidikan dan kebudayaan, maka dirumuskan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk membentuk manusia Pancasila sejati berdasarkan pembukaan UUD 1945. Selanjutnya dalam UU No. 2 tahun 1989 ditegaskan lagi bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan YME dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. 6



Fungsi pendidikan adalah menghilangkan segala sumber penderitaan rakyat dari kebodohan dan ketertinggalan. Sedangkan menurut UUSPN No.20 tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.



B. Komponen Kehidupan yang Baik



1. Prinsip Dasar Hidup yang Benar Agar hidup kita bahagia, perlu kita miliki beberapa prinsip hidup: 1. Menempatkan rasa aman dan harapan pada Tuhan. 2. Kita harus memilki sasaran yang tepat dalam hidup. 3. Kita juga perlu memiliki pola pikir yang benar. 4. Berusahalah memahami orang lain dengan menempatkan diri kita sendiri pada posisi orang yang bersangkutan 5. Apabila dinasehati janganlah melihat oleh siapa kita dinasehati dan bagaimana orang tersebut menasehati, tetapi perhatikan apa isi nasehat dan mengapa orang menasehati (jangan siapa dan bagaimana, lihat apa dan mengapa). 6. Waktu tidak akan pernah berhenti, maka pergunakanlah sebaik-baiknya! Proyeksikanlah kegiatan-kegiatan kita dalam rencana-rencana, karena gagal merencanakan sama dengan merencanakan kegagalan. 7. Jangan menyakiti orang lain jika kita sendiri tidak mau disakiti. Yang hina itu bukan orang yang dihina tapi orang yang menghina. 8. Ingat 5 perkara sebelum 5 perkara 9. Nikahilah wanita karena 4 perkara 10. Jaga jarak dengan orang/ hal-hal yang dapat mendatangkan madharat 11. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.



7



12. Dalam menjalani hidup kejarlah hal-hal yang pasti terjadi, insya Allah hal-hal yang mungkin terjadi dapat kita raih. 13. Apabila kita menghadapi masalah yang penting dan masalah yang mendesak, selesaikanlah masalah yang mendesak terlebih dahulu, sebab hal yang penting belum tentu mendesak. 14. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. [Q.S. Alam Nasyrah: 5-7] 15. Orang sukses mempunyai kebiasaan mengerjakan hal-hal yang tidak dikerjakan oleh orang-orang gagal. Mereka (orang-orang sukses) belum tentu suka mengerjakannya. Namun ketidaksukaan mereka tunduk pada kekuatan tujuan mereka. 16. Orang yang berbakat gagal adalah orang yang mencari-cari alasan atas kegagalannya, sedangkan orang yang berbakat sukses adalah orang yang mencari alasan bagaimana bangkit dari kegagalannya. 17. Janganlah kita melihat tokoh dalam mencari kebenaran, tetapi selamilah kebenaran itu sendiri niscaya kita akan mengetahui siapa tokoh di baliknya. 18. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. [QS Al-Baqarah: 216] 19. Perumpamaan orang yang bertakwa dalam bertingkah laku adalah seperti berjalan di jalan yang lurus namun banyak duri yang berserakan. 20. Jangan biasakan berprasangka, sebab sebagian besar prasangka adalah dusta. 21. Dalam berusaha lihatlah orang yang nasibnya lebih bagus dari kita (orang di atas kita), namun dalam hasil lihatlah orang yang nasibnya lebih buruk dari kita (orang di bawah kita). 22. Hiduplah sesukamu tapi engkau pasti mati; berbuatlah sesukamu tapi pasti engkau dibalas (menurut perbuatanmu itu); cintailah siapa saja tapi engkau pasti akan berpisah dengannya. Memandang perasaan secara positif, menyebabkan kebanyakan dari kita sependapat bahwa menolong seseorang yang sedang menghadapi masalah kesehatan, keuangan atau masalah-



8



masalah lain adalah hal yang “benar”. Jika kita melihat seseorang sedang berada dalam ancaman serangan secara fisik, adalah tindakan tepat jika kita menolong orang tersebut. Demikian juga, kebajikan dan kasih, serta kalimat penghiburan dan dukungan, kita anggap sebagai hal yang “benar” dan dibutuhkan. Namun, dalam banyak aspek kehidupan masalah benar dan salah tidak selalu dapat dengan mudah dibedakan. Lalu bagaimana kita merumuskan apa yang diperlukan untuk membangun suatu “hidup yang benar” manakala hal yang awalnya terpisah secara jelas dalam pola hitamputih bergeser menjadi daerah “abu-abu” yang meragukan. Hidup dengan benar berarti setiap berada pada jalan yang benar. Mereka yang sudah memutuskan untuk melakukan apa yang benar tidak terusik oleh hal-hal sepele atau menyimpang karena memilih jalan alternatif yang tampaknya lebih menggiurkan. Komitmen untuk hidup dengan benar menyebabkan mereka tetap berjalan di jalan yang sempit, dan tidak memilih jalan yang lebih menarik atau menguntungkan. Dalam kehidupan manusia diperlukan pendidikan agar tercapai kehidupan yang benar dengan hal-hal yang harus dilakukan adalah: 1. Memelihara kesucian diri baik jasmani maupun rohani. 2. Menanamkan disiplin baik terhadap diri sendiri maupun terhadap keluarga. 3. Memelihara kerapian diri sebagai memperserasikan adanya disiplin pribadi dan keharmonisan pribadi. 4. Bersikap tenang dan tidak terburu-buru. 5. Menjaga keutuhan dan kebulatan serta kesinambungan dalam mewujudkan pembinaan konseptual nilai-nilai dan moral dalam kehidupan sehari-hari.



2. Penting Kehidupan yang Benar bagi Kehidupan Manusia dan Pendidikan Kita kini hidup di era yang menganut nilai relativisme, suatu masa di mana berlaku ungkapan, “Tidak ada kemutlakan!” Dalam banyak hal, garis pemisah antara kebenaran dan kekeliruan telah menjadi kabur, jika tidak ingin dikatakan terhapus sama sekali. Tetapi, jauh di 9



dalam lubuk hati, kebanyakan dari kita masih tetap dapat membedakan mana yang benar dan yang salah – paling tidak dalam beberapa aspek kehidupan. Misalnya, tidak ada satu pun di antara kita yang rela seseorang mengambil sesuatu yang menjadi milik kita. Kita tidak suka dibohongi, dan ketidakjujuran cenderung menghancurkan hubungan di tempat kerja, di rumah, dalam jalinan persahabatan, dan dalam organisasi kemasyarakatan. Tak seorangpun dapat menerima apabila kerusakan mesin mobil dijadikan alasan pengalih kecerobohan pengemudi mabuk yang mengakibatkan seseorang cedera atau meninggal dunia. Kita sepakat memandang sebagai hal yang tercela, bila seorang eksekutif menjual rahasia perusahaan demi keuntungan pribadi. Atlet yang “bermain sabun” merekayasa skor pertandingan juga dikategorikan melakukan tindakan yang salah. Dan masih banyak hal salah lainnya yang dapat kita sebutkan. Mungkin tidak semua orang sependapat dalam setiap kasus, namun tampaknya kita semua mempunyai perasaan naluriah mengenai cara yang benar menjalani hidup – apa yang oleh Alkitab disebut sebagai, “kebenaran”. Memandang perasaan tersebut secara positif, menyebabkan kebanyakan dari kita sependapat bahwa menolong seseorang yang sedang menghadapi masalah kesehatan, keuangan atau masalah-masalah lain adalah hal yang “benar”. Jika kita melihat seseorang sedang berada dalam ancaman serangan secara fisik, adalah tindakan tepat jika kita menolong orang tersebut. Demikian juga, kebajikan dan kasih, serta kalimat penghiburan dan dukungan, kita anggap sebagai hal yang “benar” dan dibutuhkan.Namun, dalam banyak aspek kehidupan masalah benar dan salah tidak selalu dapat dengan mudah dibedakan. Lalu bagaimana kita merumuskan apa yang diperlukan untuk membangun suatu “hidup yang benar” manakala hal yang awalnya terpisah secara jelas dalam pola hitam-putih bergeser menjadi daerah “abu-abu” yang meragukan? Kitab Amsal memang tidak secara eksplisit memberikan panduan rinci menghadapi setiap kondisi, namun Kitab ini menyediakan prinsip dan panduan yang sangat membantu, yaitu: Hidup dengan benar ditandai oleh pemilihan jalan yang benar. Seseorang yang menjalani kehidupan pribadi dan pekerjaannya berdasarkan standar moral dan etika yang tinggi dapat menjadi inspirasi bagi kita. Tidak jarang kita berusaha mencontoh perilaku terpuji para tokoh panutan karena bagi kita mereka telah meletakkan standar menjalani kehidupan dengan benar. Seperti diungkapkan dalam Amsal 4:18-19, “Tetapi jalan orang benar itu seperti cahaya fajar, 10



yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari. Jalan orang fasik itu seperti kegelapan; mereka tidak tahu apa yang menyebabkan mereka tersandung.” Hidup dengan benar berarti setia berada pada jalan yang benar. Mereka yang sudah memutuskan untuk melakukan apa yang benar tidak terusik oleh hal-hal sepele atau menyimpang karena memilih jalan alternatif yang tampaknya lebih menggiurkan. Komitmen untuk hidup dengan benar menyebabkan mereka tetap berjalan di jalan yang sempit, dan tidak memilih jalan yang lebih menarik atau menguntungkan. Sebagaimana dicatat dalam Amsal 4:26-27, “Tempuhlah jalan yang rata dan hendaklah tetap segala jalanmu. Janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, jauhkanlah kakimu dari kejahatan.”



11



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1. Tujuan hidup manusia adalah bagaimana menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran bagi suatu negara dan bangsa. Bagaimana melindungi diri dari bahaya, gangguan, rintangan dan seterusnya yang mengancam kelestarian dan kelanggengan hidup bangsa dari masa ke masa, untuk menjadi manusia yang dapat mengabdi pada sang penciptanya, mencari kebenaran dan keabsahan yang baik sesuai dengan filsafat dan ajaran agama yang telah diwahyukan oleh Allah SWT, menjadi manusia seutuhnya dan sebagai penata sosial yang kuat serta berwibawa sehingga mampu menjalankannvisi dalam kehidupan sebagai manusia utuh, dan dapat mengolah alam semesta yang disesuaikan oleh Allah SWT dengan menggunakan akal pikiran yang telah dianugrahkan oleh Allah SWT 2. Pendidikan sebagai usaha membentuk pribadi manusia harus melalui proses yang panjang, dengan hasil yang tidak dapat diketahui dengan segera, berbeda dengan membentuk benda mati yang dapat dilakukan sesuai dengan keinginan pembuatnya



B. Saran 1. Disarankan masyarakat agar mampu memahami tujuan hidup dan tujuan pendidikan yang seutuhnya. 2. Disarankan masyarakat agar mampu menjalankan prinsip hidup yang benar dan menyadari akan pentingnya menjaani kehidupan yang baik bagi kehidupan manusia dan juga pendidikan.



12