Tumor Palpebra [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN



NAMA : FEBRYNA RIZKY NIM : 110100006



BAB 1 PENDAHULUAN



1.1.



Latar Belakang Tumor palpebra adalah benjolan massa abnormal pada daerah sekitar mata



dan kelopak mata. Tumor palpebra bisa berasal dari kulit, jaringan ikat, jaringan kelenjar, pembuluh darah, saraf, maupun dari otot sekitar palpebra.1,2 Tumor palpebra dapat dikelompokkan menjadi tumor jinak dan tumor ganas. Tumor jinak palpebra sangat umum dan bertambah banyak dengan meningkatnya usia. Kebanyakan mudah dikenali secara klinis. Tumor ganas palpebra dibagi menjadi dua, yaitu tumor primer dan tumor metastatik (jarang).3 Tumor ganas yang paling sering mengenai palpebra adalah karsinoma sel basal, karsinoma sel squamous, karsinoma sel sebasea, melanoma, dan sarkoma kaposi. Sedangkan tumor jinak palpebra seperti hemangioma dan xanthalesma.3 Karsinoma sel basal dan sel skuamosa palpebra merupakan tumor ganas mata paling umum yang ditemukan. Tumor ini paling sering terdapat pada orang berkulit terang yang terpajan sinar matahari secara kronik. 95% karsinoma palpebra berjenis sel basal sedangkan 5% nya terdiri atas karsinoma sel skuamosa, karsinoma kelenjar meibom, dan tumot-tumor lain yang jarang, seperti karsinoma sel merkel dan karsinoma kelenjar keringat.3 Melanoma adalah tumor palpebra berpigmen yang jarang yang harus dibedakan dari Nevi dan karsinoma sel basal. Terdapat peningkatan 4% kejadian melanoma maligna yang didiagnosa setiap tahun. Ada 51.400 kasus baru melanoma didiagnosa pada tahun 2002 dengan 7.800 kematian. 25% pasien melanoma maligna dijumpai pada umur di bawah 40 tahun. Sarkoma Kaposi merupakan salah satu manifestasi yang sering dijumpai pada penderita AIDS (24%) dan 20% dari sarkoma dapat mengenai mata, yaitu palpebra



1



PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN



NAMA : FEBRYNA RIZKY NIM : 110100006



atas/bawah menyerupai hordeolum atau hemangioma dan pada konjuntiva forniks, dan bulbi bagian inferior (menyerupai perdarahan subkonjuntiva granuloma atau hemangioma). Tumor ini bersifat agresif, multifokal dan sering kambuh.29 1.2.



Tujuan Penulisan Tujuan paper ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan



Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas



Sumatera Utara/ Rumah Sakit Pusat Haji Adam Malik



Medan dan paper ini diharapkan dapat digunakan penulis dan pembaca untuk menambah ilmu, khususnya mengenai Tumor ganas pada Palpebra. 1.3.



Manfaat Penulisan Adapun manfaat dari penulisan ini adalah : 1. Untuk menambah pengetahuan pembaca tentang tumor ganas pada palpebra. 2. Menjadi sumber untuk dilakukan penelitian atau penulisan karya ilmiah pada masa mendatang.



BAB 2 2



PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN



NAMA : FEBRYNA RIZKY NIM : 110100006



TINJAUAN PUSTAKA



2.1.



Anatomi Palpebra Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat



menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip melindungi kornea dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis mata; palpebra inferior menyatu dengan pipi.4 Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke dalam terdapat lapiskulit, lapis otot rangka (orbikularis okuli), jaringan areolar, jaringan fibrosa (tarsus), dan lapis membran mukosa (konjungtiva pelpebrae).4 1. Kulit Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis, longgar, dan elastis,dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan. 2. Muskulus Orbikularis okuli Fungsi muskulus orbikularis okuli adalah menutup palpebra. Serat-serat ototnya mengelilingi fissura palpebra secara konsentris dan meluas sedikit melewati tepian orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang terdapat di dalam palpebral dikenal sebagai bagian pratarsal; bagian diatas septum orbitae adalah bagian praseptal. Segmen luar palpebra disebut bagian orbita. Orbikularis okuli dipersarafi oleh nervus facialis. 3. Jaringan Areolar Terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli, berhubungan degan lapis subaponeurotik dari kulit kepala.



3



PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN



NAMA : FEBRYNA RIZKY NIM : 110100006



Gambar 1. Anatomi kelopak mata potongan sagital. (sumber: American Academy of Ophtalmology, 2012. Orbital Anatomy, In: Orbit, Eyelids, and Lacrimal System. Chapter 1. Section 7. American Academy of Ophtalmology.)



4



PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN



NAMA : FEBRYNA RIZKY NIM : 110100006



4. Tarsus Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa padat yang disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan penyokong kelopak mata dengan kelenjar Meibom. 5. Konjungtiva Palpebra Bagian posterior palpebra dilapisi selapis membran mukosa, konjungtiva palpebra, yang melekat erat pada tarsus.



Gambar 2. Anatomi Muskulus Orbikularis okuli. (sumber: American Academy of Ophtalmology, 2012. Orbital Anatomy, In: Orbit, Eyelids, and Lacrimal System. Chapter 1. Section 7. American Academy of Ophtalmology.)



Panjang tepian bebas palpebra adalah 27-30 mm dan lebar 2 mm. Ia dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan) menjadi tepian anterior dan posterior. Tepian anterior terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss dan Moll.4 Bulu mata muncul dari tepian palpebra dan tersusun teratur. Bulu mata atas lebih panjang dan lebih banyak dari yang di bawah dan melengkung ke atas; bulu mata bawah melengkung ke bawah. Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang bermuara dalam folikel rambut pada dasar bulu mata. Glandula Moll adalah modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu baris dekat bulu mata.4



5



PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN



NAMA : FEBRYNA RIZKY NIM : 110100006



Tepian palpebra posterior berkontak dengan bola mata, dan sepanjang tepian ini terdapat muara-muara kecil dari kelenjar sebasesa yang telah dimodifikasi (glandula Meibom atau tarsal).4 Punktum lakrimalis terletak pada ujung medial dari tepian posterior palpebra, berupa elevasi kecil dengan lubang kecil di pusat yang terlihat pada palpebra superior dan inferior. Punktum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui kanalikulus terkait ke sakus lakrimalis.4 Fisura palpebrae adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang dibuka. Fisura ini berakhir di kanthus medialis dan lateralis. Kanthus lateralis kira-kira 0,5 cm dari tepian lateral orbita dan membentuk sudut tajam.4 Septum orbitale adalah fascia di belakang bagian muskularis orbikularis yang terletak di antara tepian orbita dan tarsus dan berfungsi sebagai sawar antara palpebra orbita. Septum orbitale superius menyatu dengan tendo dari levator palpebra superior dan tarsus superior; septum orbitale inferius menyatu dengan tarsus inferior.4 Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra superior, bagian otot rangka adalah levator palpebra superioris, yang berasal dari apeks orbita dan berjalan ke depan dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan bagian yang lebih dalam yang mengandung serat-serat otot polos dari muskulus Muller (tarsalis superior). Di palpebra inferior, retractor utama adalah muskulus rektus inferior, yang menjulurkan jaringan fibrosa untuk membungkus muskulus obliqus inferior dan berinsersio ke dalam batas bawah tarsus inferior dan orbicularis okuli. Otot polos dari retraktor palpebrae disarafi oleh nervus simpatis. Levator dan muskulus rektus inferior dipasok oleh nervus okulomotoris.4,13 Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a. Palpebra. Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V, sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V.4,13



6



PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN



NAMA : FEBRYNA RIZKY NIM : 110100006



Gambar 3. Anatomi septum. (sumber: American Academy of Ophtalmology, 2012. Orbital Anatomy, In: Orbit, Eyelids, and Lacrimal System. Chapter 1. Section 7. American Academy of Ophtalmology.)



Gambar 4. Anatomi vaskularisasi kelopak mata. (sumber: American Academy of Ophtalmology, 2012. Orbital Anatomy, In: Orbit, Eyelids, and Lacrimal System. Chapter 1. Section 7. American Academy of Ophtalmology.)



7



PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN



2.2.



NAMA : FEBRYNA RIZKY NIM : 110100006



Tumor Ganas Palpebra



2.2.1. Karsinoma Sel Basal 2.2.1.1 Definisi dan Epidemiologi Karsinoma sel basal berasal dari lapisan basal epitel kulit atau dari lapis luar sel folikel rambut. Berupa benjolan yang transparan, kadang dengan pinggir yang seperti mutiara. Bagian sentral benjolan tersebut lalu mencekung dan halus, seakanakan menyembuh. Tumbuhnya lambat dengan ulserasi. Jenis ulkus rodens tumbuh lebih cepat dan dapat menyebabkan kerusakan hebat disekitarnya.5 Karsinoma sel basal merupakan tumor ganas paling banyak di kelopak mata dengan frekuensi 90 – 95 % dari seluruh tumor ganas di kelopak mata. Karsinoma sel basal banyak berlokasi di kelopak mata bawah bagian pinggir atau palpebra inferior (50 – 60 %) dan di daerah kantus medial (25 – 30%). Selebihnya juga bisa tumbuh di kelopak mata atas atau palpebra superior (15 %) dan di kantus lateral (5 %).5 2.2.1.2 Faktor Resiko Pasien yang memiliki faktor resiko tinggi untuk terjadinya karsinoma sel basal adalah yang memiliki corak kulit putih, mata biru, rambut pirang, usia pertengahan dan usia tua pada keturunan Inggris, Irlandia, Skotlandia, dan Skandinavia. Pasien biasanya juga memiliki riwayat terpapar sinar matahari dalam jangka waktu lama pada usia dekade dua kehidupan. Riwayat merokok cerutu juga merupakan resiko unruk terjadinya karsinoma sel basal. Pasien dengan karsinoma sel basal sebelumnya, memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk berkembang menjadi kanker kulit.5 Karsinoma sel basal terlihat meningkat frekuensinya pada pasien yang lebih muda dan ditemukan lesi ganas di kelopak mata pada pasien ini atau mereka yang memiliki riwayat keluarga dengan kelainan sistemik lain seperti basal cell nevus syndrome atau xeroderma pigmentosum.Basal cell nevus syndrome (Gorlin syndrome) adalah kelainan autosomal dominan, kerusakan multisitem yang ditandai dengan karsinoma sel basal nevoid yang multipel yang muncul lebih awal dalam



8



PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN



NAMA : FEBRYNA RIZKY NIM : 110100006



kehidupan yang diikuti dengan anomali skeletal khususnya pada mandibula, maksila dan vertebra. Xeroderma pigmentosum merupakan kelainan resesif autosomal yang ditandai dengan sangat sensitif terhadap paparan sinar matahari dan kerusakan mekanisme repair terhadap sinar matahari sehingga merangsang kerusakan DNA pada sel kulit.5 2.2.1.3 Gejala Klinis Tumor ini umumnya ditemukan di daerah berambut, bersifat invasif, jarang mempunyai anak sebar atau bermetastasis. Dapat merusak jaringan di sekitarnya terutama bagian permukaan bahkan dapat sampai ke tulang (bersifat lokal destruktif), serta cenderung untuk residif lebih bila pengobatannya tidak adekuat. Ulserasi dapat terjadi yang menjalar dari samping maupun dari arah dasar, sehingga dapat merusak bola mata sampai orbita.5 Karsinoma sel basal merupakan tumor yang bersifat radiosensitif dengan diagnosis pasti dilihat dengan biopsi. Angka kematian untuk karsinoma sel basal adalah 2 – 3 % karena tumor ini jarang bermetastasis.5 2.2.1.4 Klasifikasi 5 Secara klinis dan secara patologi, karsinoma sel basal di bagi menjadi empat tipe, yaitu : a) Karsinoma sel basal tipe nodular merupakan manifestasi klinis terbanyak dari karsinoma sel basal, keras, berbatas tegas, nodul seperti mutiara dan disertai dengan telangiectasia and sentral ulkus. Secara histologi, tumor ini terbentuk dari sekumpulan sel basal yang asalnya dari lapisan sel basal epitelium dan terlihat seperti pagar di bagian pinggir. Pada tahap permulaan, sangat sulit ditentukan malah dapat berwarna seperti kulit normal atau menyerupai kutil.Kumpulan sel atipik merusak permukaan epitel, nekrosis di tengah karena lebih cekung dan timbul ulkus bila sudah berdiameter ± 0,5 cm yang pada pinggir tumor awalnya 9



PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN



NAMA : FEBRYNA RIZKY NIM : 110100006



berbentuk papular, meninggi, anular. Bila telah berkembang lebih lanjut, dapat melekat di dasarnya. Dengan trauma ringan atau bila krustanya diangkat mudah terjadi perdarahan. b) Karsinoma sel basal tipe morphea merupakan jenis yang paling sedikit ditemukan, tetapi tumor ini bersifat lebih agresif karena dapat berkembang lebih cepat daripada karsinoma sel basal tipe nodular. Lesi tipe morphea bersifat keras, lebih datar dengan pinggir yang secara klinis susah ditentukan. Secara histologi, lesi tidak terlihat seperti pagar di pinggirnya tetapi berbentuk seperti kawat tipis yang menyebar di daerah pinggir. Di sekitar stroma terlihat proliferasi dari jaringan penyambung menjadi pola fibrosis. Karsinoma sel basal mulai menstimulasi inflamasi kronis dari bagian pinggir kelopak mata dan sering disertai dengan rontoknya bulu mata (madarosis). Invasi dari karsinoma sel basal ke orbita bisa terjadi karena pengobatan yang tidak adekuat, klinis yang terlambat ditemukan serta karsinoma sel basal dengan tipe morphea. c) Karsinoma sel basal tipe ulserative d) Karsinoma sel basal tipe multisentrik atau superfisial terjadi akibat blefaritis kronis dan bisa menyebar ke bagian pinggir kelopak mata tanpa di sadari. Ukurannya dapat berupa plakat dengan eritema, skuamasi halus dengan pinggir yang agak keras seperti kawat dan agak meninggi. Warnanya dapat hitam berbintik-bintik atau homogen.



10



PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN



NAMA : FEBRYNA RIZKY NIM : 110100006



Gambar 5. Jenis-jenis karsinoma sel basal (sumber: American Academy of Ophtalmology, 2012. Orbital Anatomy, In: Orbit, Eyelids, and Lacrimal System. Chapter 1. Section 7. American Academy of Ophtalmology.)



2.2.1.5 Patofisiologi Radiasi telah terbukti menyebabkan pembentukan tumor melalui dua mekanisme. Mekanisme pertama meliputi inisiasi dan prolong seluler proliferasi, dengan cara demikian terjadi peningkatan kesalahan transkripsi yang menyebabkan transformasi seluler. Mekanisme kedua yaitu secara langsung merusak replikasi DNA, menyebabkan mutasi dari sel yang mengaktifkan proto-onkogen atau deaktivasi tumor supresor gen3. Karsinoma sel basal pada kelopak mata adalah tumor epitel yang paling umum, tetapi patogenesis dari molekular genetik masih belum jelas. Mutasi dari p53 (pada kasus ini, overekspresi gen p53) dapat merupakan bagain intergral dari



11



PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN



NAMA : FEBRYNA RIZKY NIM : 110100006



sekuensial yang patogenik. Zhang et al menunjukkan bahwa paparan sinar UV spesifik dapat mengubah nukleotida dari 2 tumor supresor gen yaitu p53 dan PTCH, keduanya mengimplikasikan perkembangan onset yang cepat dari karsinoma sel basal3. Secara



imunologi,



mekanisme



paparan



radiasi



UV



menyebabkan



perkembangan dari karsinoma sel basal melalui supresi sistem imun kulit, dan tidak responsifnya sistem imun terhadap tumor kulit. Efek lokalnya berupa penurunan dari sel Langerhan, sel dendritik T-epidermal, T-helper, dan lebih jauh lagi proliferasi Tsuppresor sel dan melepaskan imunosupresi faktor (tumor necrosis factor-α, interleukin-1, prostaglandin, interleukin-10), diyakini sebagai agen patogenik dalam perkembangan karsinoma sel basal3. Sinar UV yang secara kronik mengenai stem cell kulit menyebabkan photoaging,



imunosupresi,



dan



fotokarsinogen.



Fotokarsinogen



melibatkan



pembentukan foto produk yang merusak DNA. Jika DNA repair gagal, maka akan terjadi mutasi protoonkogen menjadi onkogen atau inaktivasi tumor supressor gene. Akumulasi mutasi akibat fotokarsinogen termasuk genetic deletion menyebabkan tidak aktifnya tumor supressor gene yang menyandi pembentukan protein penghambat proliferasi sel. Akumulasi mutasi gen inilah yang berperan dalam memicu terjadinya KSB.3 2.2.1.6 Tatalaksana Biopsi diperlukan untuk mengkonfirmasi kecurigaan secara klinis dari karsinoma sel basal. Diagnosis yang sangat akurat bisa dijamin jika pada setiap biopsi insisional jaringan yang akan diperiksa: a) Mewakili keadaan lesi secara klinis b) Ukuran yang tepat untuk pemeriksaan secara histopatologi c) Tidak menambah trauma atau kerusakan d) Mengikutsertakan jaringan normal di bagian pinggir sekitar daerah yang dicurigai



12



PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN



NAMA : FEBRYNA RIZKY NIM : 110100006



Biopsi insisi merupakan salah satu prosedur yang bisa digunakan untuk menkonfirmasi kecurigaan terhadap tumor ganas. Area dari biopsi insisi seharusnya di potret atau di gambar dengan pengukuran sehingga daerah asal tumor menjadi tidak sulit untuk ditemukan pada saat prose pengangkatan tumor berikutnya.5 Biopsi eksisi bisa menjadi pertimbangan ketika lesi di kelopak mata kecil dan tidak terlibatnya daerah di pinggir kelopak mata atau saat lesi di pinggir kelopak mata yang berlokasi di sentral jauh dari kantus lateral atau pungtum lakrimal. Biopsi eksisi harus diarahkan secara vertikal sehingga tidak terjadi traksi pada kelopak mata. Jika pinggir dari daerah kelopak mata yang di eksisi positif terdapat sel tumor, maka area yang terlibat harus di reeksisi secara pembedahan dengan teknik Mohs micrographic untuk mengetahui batas bawah atau teknik frozen-section untuk mengetahui batas samping.5 Untuk menatalaksana karsinoma sel basal dapat ada beberapa pilihan terapi, diantaranya : a) Bedah dilakukan dengan mengeksisi tumor sampai dengan benar-benar meninggalkan sisa. Pilihan terapi bedah : 



Eksisi dengan potong beku (frozen section)







Bedah mikrografi Mohs







Bedah dengan laser CO2







Eksisi tanpa potong beku



Bedah merupakan pilihan terapi dari karsinoma sel basal di kelopak mata. Bedah eksisi memberikan keuntungan dari diangkatnya tumor secara keseluruhan dengan batas areanya dikontrol secara histologi. Tingkat kekambuhan tumor pada terapi bedah lebih sedikit dan lebih jarang jika dibandingkan jika diterapi dengan modalitas terapi lain.5 Ketika karsinoma sel basal bertempat di daerah kantus medial, sistem aliran air mata juga bisa terangkat jika dilakukan eradikasi tumor secara komplet. Jika sistem drainase air mata telah terangkat setelah proses eradikasi tumor, rekonstruksi



13



PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN



NAMA : FEBRYNA RIZKY NIM : 110100006



sistem aliran keluar air mata tidak bisa dilakukan sampai pasien benar-benar bebas dari tumor. Beberapa tumor bisa menyebar ke daerah subkutan dan tidak dapat diketahui sebelum operasi.5 Kambuhnya tumor yang sudah diangkat secara total, infiltrasi yang lebih dalam, atau tumor tipe morphea dan tumor yang berada di kantus medial dikelola dengan cara bedah mikrografi Mohs. Jaringan diangkat secara lapis demi lapis dan dibuat tipis yang dilengkapi dengan gambar 3 dimensi untuk mengangkat tumor. Reseksi tumor secara mikrografik Mohs paling sering digunakan untuk mengeksisi karsinoma sel basal dan karsinoma sel skuamosa.5 Mikrografi eksisi bisa menjamin secara maksimal jumlah jaringan yang sehat untuk tidak terlibat sehingga hanya area tumor yang terangkat secara komplet. Kekurangan dari bedah mikrografi Mohs ini adalah dalam mengidentifikasi batas tumor ketika tumor sudah menginvasi daerah orbita.5 Setelah dilakukan reseksi tumor, kelopak mata seharusnya direkonstruksi dengan prosedur okuloplastik yang terstandar. Rekonstruksi ini penting walaupun bukan merupakan hal yang mendesak, pembedahan awal bertujuan untuk melindungi secara maksimal bola mata lalu diikuti dengan memperbaiki sisa kelopak mata yang masih baik. Jika rekonstruksi tidak bisa dilakukan segera, kornea harus dilindungi dengan cara menempelkan atau sementara dengan cara menutup kelopak mata. Jika defeknya kecil, maka granulasi jaringan secara spontan bisa menjadi alternatif terapi.5 Untuk lesi yang nodular, angka kekambuhan jika diterapi dengan cryotherapy lebih besar daripada setelah diterapi secara pembedahan. Saat cryotherapy digunakan untuk menangani diffuse sclerosing lesion, angka kekambuhan tinggi. Selain itu, secara histologi pinggir area tidak bisa dievaluasi dengan cryotherapy. Akibatnya, modalitas terapi ini dihindari untuk lesi yang kambuh, lesi dengan diameter lebih dari 1 cm, dan lesi tipe morphea. Lagipula, cryotherapy menimbulkan depigmentasi dan atropi pada jaringan. Maka dari itu, cryotherapy untuk karsinoma sel basal pada kelopak mata dijadikan cadangan terapi untuk pasien yang intoleran terhadap



14



PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN



NAMA : FEBRYNA RIZKY NIM : 110100006



pembedahan seperti pasien yang sangat tua yang aktifitasnya terbatas di tempat tidur, atau pasien dengan kondisi medis yang serius yang kontraindikasi untuk dilakukan intervensi bedah.5 Jika tumor terbatas pada adneksa dilakukan eksisi 3-5 mm dari batas makroskopis. Sedangkan jika tumor sudah menginvasi orbita, maka ada dua pilihan terapi secara eksentrasi yaitu dengan mengangkat seluruh bola mata disertai dengan adneksa mata dengan meninggalkan bagian tulang saja, selain itu juga bisa dilakukan radioterapi. Jika sudah menginvasi intrakranial harus dikonsultasikan ke bagian bedah saraf.5



Gambar 6. Teknik-teknik biopsi (sumber: American Academy of Ophtalmology, 2012. Orbital Anatomy, In: Orbit, Eyelids, and Lacrimal System. Chapter 1. Section 7. American Academy of Ophtalmology.)



15



PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN



NAMA : FEBRYNA RIZKY NIM : 110100006



b) Non bedah dilakukan jika lokasi cukup sulit untuk dilakukan pembedahan, respon dari terapi non bedah cukup bagus tetapi memiliki efek samping yang cukup banyak. Pilihan terapi non bedah yaitu : 



Radioterapi







Kemoterapi







Interferon



Terapi radiasi juga bisa dipertimbangkan sebagai terapi paliatif tetapi untuk lesi periorbita sebaiknya dihindari. Seperti cryotherapy, terapi radiasi juga tidak bisa digunakan untuk memantau area pinggir tumor secara histologi. Angka kekambuhan jika diterapi dengan radiasi juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan terapi pembedahan. Ditambah lagi, kekambuhan setelah radiasi sulit untuk dideteksi. Kekambuhan ini timbulnya lebih lama setelah terapi awal dan lebih sulit untuk menangani secara pembedahan karena telah terjadi perubahan dari struktur jaringan yang telah diradiasi sebelumnya.5 Komplikasi yang terjadi akibat terapi radiasi diantanya adalah timbulnya sikatrik pada kelopak mata, pembentukan scar pada drainase air mata disertai dengan obstruksi, keratitis sica. Radiasi juga merangsang timbulnya keganasan baru atau cedera pada bola mata yang timbul jika bola mata tidak dilindungi selama terapi.5 2.2.2. Karsinoma Sel Skuamosa Merupakan tumor ganas kelopak mata tersering kedua. Insidensinya hanya 5% jauh lebih kecil dari insidensi karsinoma sel basal. Umumnya sering muncul dari batas kelopak mata (gabungan kulit dengan mukosa) pada pasien yang tua. Dapat mengenai kelopak mata atas dan bawah.2 Gejala klinis dapat muncul dalam 2 bentuk yaitu sebuah luka dengan batas tinggi dan keras yang paling sering. Kedua adalah bentuk seperti jamur atau polip verukosa tanpa ada luka, tetapi jarang muncul.2



16



PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN



NAMA : FEBRYNA RIZKY NIM : 110100006



Karsinoma sel skuamosa dapat bermetastatis ke



kelenjar getah bening



preaurikular dan submandibular. Penemuan histologinya ditandai dengan proliferasi tidak teratur dari sel epidermis turun ke sel dermis. Dalam bentuk sempurnanya, sel ganas ini berbentuk lingkaran seperti mutiara yang tengahnya terdiri dari lapisan keratin yang tipis.2 Untuk pengobatan karsinoma sel skuamosa sama dengan pengobatan karsinoma sel basal.



Gambar 7. Karsinoma sel skuamosa (sumber: American Academy of Ophtalmology, 2012. Orbital Anatomy, In: Orbit, Eyelids, and Lacrimal System. Chapter 1. Section 7. American Academy of Ophtalmology.)



17



PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN



NAMA : FEBRYNA RIZKY NIM : 110100006



2.2.3. Karsinoma kelenjar sebasea 2.2.3.1 Epidemiologi dan Etiologi Etiologi dari karsinoma kelenjar sebasea adalah idiopatik. Jarang muncul pada anak-anak, dengan frekuensi tertinggi muncul pada orang dengan umur 60-79 tahun. Karsinoma kelenjar sebasea merupakan keganasan keempat pada daerah kelopak mata di Amerika Serikat (Karsinoma sel basal, Karsinoma sel skuamosa, dan melanoma merupakan 3 kasus tertinggi) dan merupakan keganasan tertinggi kedua di Cina (Karsinoma sel basal kasus tertinggi).14 Insiden karsinoma sel sebasea adalah 3,2% diantara tumor ganas dan 0,8% dari seluruh tumor palpebra. Angka kematiannya berkisar sekitar 22%. Karsinoma sel sebasea paling sering terjadi pada perempuan dibandingkan lelaki, terutama pada usia 70 tahun keatas.6 2.2.3.2 Gejala dan Tanda Karsinoma kelenjar sebasea bisa menunjukkan gambaran klinis berspektrum luas. Biasanya, berbentuk nodul yang kecil, keras seperti khalazion. Sering terlihat seperti khalazion yang tidak khas atau berulang, menunjukkan konsistensi yang kenyal. Beberapa pasien dengan karsinoma kelenjar Meibom mempunyai penebalan berbentuk plak yang difus dari tarsus atau sebuah pertumbuhan berbentuk jamur atau papilloma menyerupai papilloma sel skuamosa atau karsinoma sel skuamosa papilla.7 Tempat predileksinya terdapat pada palpebra superior dan terlihat massa bewarna kuning yang berisi lemak, massa ini juga dapat berupa papil-papil.



23,24



Tumor pada pinggir palpebra bisanya menyebabkan hilangnya bulu mata. Biasanya, lesi tidak nyeri, berindurasi atau berulkus diikuti dengan hilangnya silia pada daerah khalazion berulang.7 Pada



kondisi



inflamasi



seperti



blepharoconjungtivitis



atau



keratokonjungtivitis juga dapat menyertai karsinoma sel sebasea.7



18



PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN



NAMA : FEBRYNA RIZKY NIM : 110100006



Gambar 8. Karsinoma kelenjar sebasea (sumber: American Academy of Ophtalmology, 2012. Orbital Anatomy, In: Orbit, Eyelids, and Lacrimal System. Chapter 1. Section 7. American Academy of Ophtalmology.)



2.2.3.3 Diagnosis Untuk menegakkan diagnosa pasti dari karsinoma sel sebasea ini dilakukan biopsi.6 2.2.3.4 Diagnosis banding Diagnosis banding karsinoma sel sebasea dapat dibagi menjadi dua. Yaitu, menurut



gejala



klinis



dapat



di



diagnosa



banding



dengan



chalazion,



blepharoconjungtivitis atau keratokonhungtivitis. Secara histopatologis dapat didiagnosa banding dengan karsinoma sel basal, karsinoma mukoepidermoid dan hemangioma.6



19



PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN



NAMA : FEBRYNA RIZKY NIM : 110100006



2.2.3.5 Tatalaksana Pada penatalaksanaan karsinoma sel sebasea dilakukan terapi bedah. Pengobatan bertujuan untuk mengangkat lesi yang ganas untuk mencegah penyebaran local ataupun sistemik. Pengobatan dari karsinoma kelenjar sebasea adalah operasi eksisi yang adekuat, dengan batasan operasi yang luas dengan control potongan beku segar untuk menggambarkan pinggiran tumor. Evaluasi nodul limfatik diperlukan untuk menilai metastase.6,15 Jika terdapat keterlibatan difus dari kedua bola mata atas dan bawah, diperlukan tindakan eksentrasi. Buatkan biopsy pada area konjungtiva yang hyperemia yang dicurigai karsinoma kelenjar sebasea pada waktu operasi.6 2.2.3.6 Prognosis Karsinoma kelenjar sebasea dari kelopak mata dapat berhubungan dengan bagian yang agresif dan prognosa yang buruk. Identifikasi faktor-faktor risiko dengan pasti membantu menemukan pasien-pasien yang mungkin memperoleh keuntungan dari terapi yang lebih agresif.6,7 Indikator-indikator prognosa buruk, keterlibatan kelopak mata atas, durasi gejala lebih dari 6 bulan, bentuk pertumbuhan yang infiltrative, diferensiasi sebasea sedang sampai buruk, asal multisentrik, karsinoma intraepitel (penyebaran pagetoid), invasi vascular dan saluran limfatik, invasi ke orbita, ukuran lebih dari 10 mm.6 Dengan eksisi luas dan tanpa bukti metastase, hasil operasi dapat mencegah keganasan. Meskipun demikian, lesi-lesi sebasea mempunyai insiden kekambuhan dan metastase.6 2.2.4 Melanoma Maligna Palpebra 2.2.4.1 Epidemiologi Melanoma adalah tumor palpebra berpigmen yang jarang yang harus dibedakan dari Nevi dan karsinoma sel basal. Terdapat peningkatan 4% kejadian



20



PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN



NAMA : FEBRYNA RIZKY NIM : 110100006



melanoma maligna yang didiagnosa setiap tahun. Ada 51.400 kasus baru melanoma didiagnosa pada tahun 2002 dengan 7.800 kematian. 25% pasien melanoma maligna dijumpai pada umur di bawah 40 tahun.10 Meloma hanya ditemukan 1% dari keseluruhan lesi palpebra. Kenyataannya, walaupun hanya 3% dari semua kanker kulit melanoma, ini sangat penting karena lebih dari dua pertiga dari semua kematian akibat kanker kulit yang disebabkan melanoma maligna. Oleh karena itu, penting untuk mengenali lesi jinak dan ganas kelopak mata, terutama ketika berpigmen.11 2.2.4.2 Faktor Risiko Mereka yang paling berisiko untuk berkembangnya melanoma adalah kelompok yang mempunyai riwayat melanoma dalam keluarga dan pasien dengan nevus displastik. Kelompok berisiko tinggi adalah pasien dengan xeroderma pigmentosa, pasien dengan limfoma non- Hodgkin, dan pasien dengan transplantasi organ atau AIDS. Pasien melanoma memiliki risiko tinggi lima kali lipat untuk mengidap melanoma kedua.10



Gambar 9. Melanoma



21



PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN



NAMA : FEBRYNA RIZKY NIM : 110100006



(sumber: American Academy of Ophtalmology, 2012. Orbital Anatomy, In: Orbit, Eyelids, and Lacrimal System. Chapter 1. Section 7. American Academy of Ophtalmology.)



2.2.4.3 Diagnosis Ciri khas dari melanoma maligna adalah pigmentasi variabel (yaitu sebuah lesi dengan tingkat warna coklat, merah, putih, biru atau hitam gelap) batas tidak tegas, ulserasi dan perdarahan. Melanoma palpebra yang melibatkan konjungtiva biasanya lebih agresif daripada yang terbatas di kulit palpebra.11 Perubahan tampilan pada lesi berpigmen memerlukan biopsi eksisi pada lesi. Evaluasi sistemik untuk metastasis regional atau jauh diperlukan bila didiagnosis melanoma.11 Clark dan Breslow membagi kedalaman invasi ke dalam lima tingkat anatomis:11 



Tingkat 1 hanya terbatas pada epidermis (in situ).







Tingkat 2 menembus papiler dermis.







Tingkat 3 mengisi papila dermis.







Tingkat 4 meluas ke reticular dermis.







Tingkat 5 tumor meluas ke dalam jaringan subkutan.



2.2.4.4 Penatalaksanaan Terapi bedah dapat dilakukan untuk alasan kosmetik atau kecurigaan keganasan pada lesi jinak berpigmen. Prosedur pilihan untuk pengobatan melanoma maligna kulit kelopak mata adalah eksisi bedah lebar dengan 1 cm margin kulit dikonfirmasi oleh histologi. Pemotongan kelenjar getah bening regional harus dilakukan untuk tumor yang lebih besar dari 1,5 mm secara mendalam dan / atau untuk tumor yang menunjukkan bukti penyebaran vaskular atau limfatik.11



22



PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN



NAMA : FEBRYNA RIZKY NIM : 110100006



Laser dapat digunakan untuk lesi berpigmen kelopak mata tertentu, sebuah penelitian terbaru telah menunjukkan kasus uveitis bilateral setelah terapi laser pada lesi kelopak mata berpigmen.11



2.2.4.5 Prognosis Tingkat 4 atau Tingkat 5 melanoma ganas kulit palpebra biasanya mempunyai prognosis buruk. Breslow mengembangkan metode kuantitatif dengan mengukur kedalaman invasi dengan milimeter. Pasien dengan tebal tumor kurang dari 0,75 mm memiliki prognosis sangat baik dengan dapat bertahan hidup 5 tahun sebesar 100%. Pasien dengan lesi 0,75 mm sampai 1,5 mm memiliki prognosis yang cukup baik, dan pasien dengan tumor lebih dari 1,5 mm memiliki prognosis yang buruk dengan ketahanan hidup 5 tahun sebesar 50% sampai 60%.11 2.2.5



Sarkoma Palpebra



2.2.5.1 Epidemiologi Sarkoma Kaposi merupakan salah satu manifestasi yang sering dijumpai pada penderita AIDS (24%) dan 20% dari sarkoma dapat mengenai mata, yaitu palpebra atas/bawah menyerupai hordeolum atau hemangioma dan pada konjuntiva forniks, dan bulbi bagian inferior (menyerupai perdarahan subkonjuntiva granuloma atau hemangioma). Tumor ini bersifat agresif, multifokal dan sering kambuh.12 Pada tahun 1872, Kaposi melaporkan sarkoma multiple-pigmented dari kulit yang idiopatik. Sarkoma Kaposi endemik lazim di Afrika Tengah, terutama mempengaruhi laki-laki muda dengan lesi kulit yang agresif dan viseral.12 2.2.5.2 Etiologi Penyebabnya belum diketahui pasti, tetapi beberapa faktor terlibat yang ditemui pada pasien sarkoma Kaposi:12



23



PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN







NAMA : FEBRYNA RIZKY NIM : 110100006



Human herpesvirus-8 (HHV-8) DNA atau sarkoma Kaposi terkait virus herpes (KSHV) telah ditemui pada pasien yang HIV-negatif dan HIVpositive.







Laki-laki homoseksual dengan HIV mempunyai risiko yang tinggi. Risiko ini meningkat tajam dengan jumlah pasangan yang banyak.







Pasien yang sudah pernah transplantasi organ, dan menggunakan agen imunosupresif dan steroid berisiko tinggi.



2.2.5.3 Patofisiologi Sarkoma Kaposi kemungkinan besar disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk ekspresi deregulasi dari onkogen dan gen oncosuppressor oleh KSHV/HHV-8 dikombinasikan dengan penurunan kekebalan tubuh dan pelepasan sitokin (interleukin [IL] -6) dan faktor pertumbuhan dari HIV bertindak ke atas terjadinya infeksi sel. IL-6 menginduksi signal transducers andactivators of transcription 3 (STAT3), sehingga menyebabkan ekspresi onkogen. Meskipun mekanisme yang tepat tentang KSHV/HHV-8 bertindak sebagai perantara oncogenesis belum sepenuhnya diketahui, banyak KSHV/HHV-8 onkogen virus yang telah dikatakan dapat menyebabkan neoplasia.12 2.2.5.4 Diagnosis Sarkoma Kaposi pada mata biasanya asimptomatik, kadang-kadang disertai iritasi ringan. Tumor sarkoma Kaposi berwarna kemerah-merahan, padat, dengan gambaran proliferasi vaskuler, sel-sel spindle dan serat-serat retikulin, diduga berasal dari endotel.12 Untuk mengidentifikasi faktor risiko pada sarkoma Kaposi, dokter harus anamnesa tentang hal-hal berikut:12 



Demografi







Status kekebalan



24



PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN



NAMA : FEBRYNA RIZKY NIM : 110100006







Lesi kulit Sebelumnya







Pengobatan sebelumnya untuk sarkoma Kaposi







Riwayat infeksi oportunistik







Penggunaan obat saat ini.



Gejala sarkoma Kaposi adalah sebagai berikut:12 



Sakit







Fotofobia







Mata merah atau perdarahan berulang







Iritasi dan sensasi benda asing







Epiphora







Kering mata







Keluarnya mukopurulen







Kelopak mata keras atau bengkak







Ketidakmampuan untuk menutup mata







Penglihatan kabur



Pemeriksaan Fisik12 



Pemeriksaan mata penuh harus mencakup sebagai berikut:  Inspeksi dan eversi kelopak mata dan bulu mata.  Lakukan slit lamp biomicroscopy.  Periksa palpebral dan konjungtiva bulbi dan forniks dengan terperinci.  Palpasi kelenjar lakrimal, dan pemeriksaan pada massa.







Lesi yang merah keunguan hingga merah terang dengan pembuluh telangiekstatik sekitarnya, mungkin makula, seperti plak, atau nodular.







Dugel dkk menguraikan 3 tahapan klinis yang dapat membantu terapi langsung:



25



PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN



NAMA : FEBRYNA RIZKY NIM : 110100006



 Tahap I dan II, tumor merata dan datar. Lesi ini memiliki tinggi ketebalan kurang dari 3 mm vertikal dan timbul kurang dari 4 bulan.  Tahap III, tumor nodular dan kenaikan tinggi vertikal yang lebih besar dari 3 mm, cenderung timbul lebih dari 4 bulan. 



Lesi sarkoma Kaposi oftalmik ditemukan di kelopak mata, konjungtiva, dan jarang ditemukan di dalam orbital.







Keterlibatan konjungtiva dapat disertai pendarahan subkonjunctiva, injeksi, dan kemosis.



Pemeriksaan Lab 12 Pada pasien dengan sarkoma Kaposi diindikasikan: 



HIV enzyme-linked immunosorbent assay







HIV Western blot



Berhubung dengan kulit atau konjungtiva, biopsi dari lesi mungkin diperlukan untuk diagnosis pasti.



Gambar 10. Sarkoma kaposi (sumber: American Academy of Ophtalmology, 2012. Orbital Anatomy, In: Orbit, Eyelids, and Lacrimal System. Chapter 1. Section 7. American Academy of Ophtalmology.)



26



PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN



NAMA : FEBRYNA RIZKY NIM : 110100006



2.2.5.5 Penatalaksanaan Tidak ada pengobatan spesifik untuk sakoma Kaposi, hanya bersifat paliatif. Radioterapi memberikan respon yang baik pada 93-100% penderita dengan sarkoma Kaposi.12 Tujuan terapi pada pasien dengan sarkoma Kaposi adalah untuk meringankan iritasi mata, efek massa, dan kerusakannya. Sarkoma Kaposi cenderung untuk mempunyai respon terhadapkemoterapi. Jika pasien memiliki keterlibatan sistemik yang membutuhkan kemoterapi, lesi mata seringkali teratasi atau berkurang drastis setelah memulai terapi ini. Namun, biasanya terjadi kekambuhan berikut setelah penghentian kemoterapi.12 Pengobatan dengan Interferon hanya 10% memberikan respon baik, 20% memberikan respons partial sedangkan sebagian besar penderita tidak memberikan hasil yang baik.29 Indikasi untuk eksisi lokal mencakup lesi mengganggu secara kosmetik, ketidaknyamanan, dan obstruksi penglihatan dari bagian terbesar tumor. Pertimbangan dalam mengobati lesi untuk mencegah pembentukan entropion dengan trikiasis dan keratopati eksposur dan ulkus kornea.12 2.2.5.6 Komplikasi Keterlibatan pada kelopak mata dapat menyebabkan kerusakan dan disfungsi kelopak. Lagofthalmos dan trikiasis dapat menyebabkan iritasi mendalam dan kekeringan, infeksi, dan jaringan parut pada kornea. Keterlibatan konjungtiva dapat mengakibatkan pendarahan subkonjunctiva berulang. Pada akhirnya, penglihatan bisa hilang dari disfungsi kelopak, perubahan permukaan kornea, atau obstruksi penglihatan.12



BAB 3 KESIMPULAN 27



PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN



NAMA : FEBRYNA RIZKY NIM : 110100006



Tumor palpebra adalah benjolan massa abnormal pada daerah sekitar mata dan kelopak mata. Tumor palpebra bisa berasal dari kulit, jaringan ikat, jaringan kelenjar, pembuluh darah, saraf, maupun dari otot sekitar palpebra.1,2 Tumor ganas yang paling sering mengenai palpebra adalah karsinoma sel basal, karsinoma sel squamous, karsinoma sel sebasea, melanoma, dan sarkoma kaposi. Sedangkan tumor jinak palpebra seperti hemangioma dan xanthalesma.3 Karsinoma sel basal berasal dari lapisan basal epitel kulit atau dari lapis luar sel folikel rambut. Berupa benjolan yang transparan, kadang dengan pinggir yang seperti mutiara. Tumor ini umumnya ditemukan di daerah berambut, bersifat invasif, jarang mempunyai anak sebar atau bermetastasis. Dapat merusak jaringan di sekitarnya terutama bagian permukaan bahkan dapat sampai ke tulang (bersifat lokal destruktif), serta cenderung untuk residif lebih bila pengobatannya tidak adekuat. Untuk menatalaksana karsinoma sel basal dapat ada beberapa pilihan terapi, diantaranya adalah bedah eksisi dengan potong beku (frozen section), bedah mikrografi Mohs, bedah dengan laser CO2, dan eksisi tanpa potong beku. Pilihan terapi non bedah yaitu : Radioterapi, Kemoterapi, dan Interferon. Karsinoma sel skuamosa merupakan tumor ganas kelopak mata tersering kedua. Insidensinya hanya 5% jauh lebih kecil dari insidensi karsinoma sel basal. Umumnya sering muncul dari batas kelopak mata (gabungan kulit dengan mukosa) pada pasien yang tua. Dapat mengenai kelopak mata atas dan bawah. 2 Gejala klinis dapat muncul dalam 2 bentuk yaitu sebuah luka dengan batas tinggi dan keras yang paling sering. Kedua adalah bentuk seperti jamur atau polip verukosa tanpa ada luka, tetapi jarang muncul. Karsinoma kelenjar sebasea adalah karsinoma yang tumbuh dari kelenjar meibom pada kelopak mata. Etiologinya adalah idiopatik. Jarang muncul pada anakanak, dengan frekuensi tertinggi muncul pada orang dengan umur 60-79 tahun. Karsinoma kelenjar sebasea bisa menunjukkan gambaran klinis berspektrum luas.



28



PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN



NAMA : FEBRYNA RIZKY NIM : 110100006



Biasanya, berbentuk nodul yang kecil, keras seperti khalazion. Sering terlihat seperti khalazion yang tidak khas atau berulang, menunjukkan konsistensi yang kenyal. Pada penatalaksanaan karsinoma sel sebasea dilakukan terapi bedah. Pengobatan bertujuan untuk mengangkat lesi yang ganas untuk mencegah penyebaran local ataupun sistemik. Pengobatan dari karsinoma kelenjar sebasea adalah operasi eksisi yang adekuat, dengan batasan operasi yang luas dengan control potongan beku segar untuk menggambarkan pinggiran tumor. Evaluasi nodul limfatik diperlukan untuk menilai metastase.6,15 Melanoma adalah tumor palpebra berpigmen yang jarang yang harus dibedakan dari Nevi dan karsinoma sel basal. Ciri khas dari melanoma maligna adalah pigmentasi variabel (yaitu sebuah lesi dengan tingkat warna coklat, merah, putih, biru atau hitam gelap) batas tidak tegas, ulserasi dan perdarahan. Penatalaksanaan pada melanoma adalah terapi bedah untuk alasan kosmetik atau kecurigaan keganasan pada lesi jinak berpigmen. Sedangkan terapi laser dapat digunakan untuk lesi berpigmen kelopak mata tertentu. Sarkoma Kaposi merupakan salah satu manifestasi yang sering dijumpai pada penderita AIDS (24%) dan 20% dari sarkoma dapat mengenai mata, yaitu palpebra atas/bawah menyerupai hordeolum atau hemangioma dan pada konjuntiva forniks, dan bulbi bagian inferior. Gejala klinis sarkoma kaposi pada mata biasanya asimptomatik, kadang-kadang disertai iritasi ringan. Tumor sarkoma Kaposi berwarna kemerah-merahan, padat, dengan gambaran proliferasi vaskuler, sel-sel spindle dan serat-serat retikulin, diduga berasal dari endotel. Tidak ada pengobatan spesifik untuk sakoma kaposi, hanya bersifat paliatif. Radioterapi memberikan respon yang baik pada 93-100% penderita dengan sarkoma Kaposi.12



DAFTAR PUSTAKA



29



PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN



1. American



Academi



of



Opthalmologi



NAMA : FEBRYNA RIZKY NIM : 110100006



Palpebral



Tumours.



2012,



http://www.americanacademi.com/wpcontent/,uploads/2012/10/OS_Chapter-12Palpebral-tumours.pdf. 2. Khurana AK. Comprehensive Ophtalmology ed.4rd. New Delhi: New age international ; 2007. 3. Eva PR, Whitcher JP. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum ed.17. Terj.Brahm UP. Jakarta: ECG; 2013. 4. American Academy of Ophtalmology, 2012. Orbital Anatomy, In: Orbit, Eyelids, and Lacrimal System. Chapter 1. Section 7. American Academy of Ophtalmology, 5-19. 5. American Academy of Ophtalmology. Orbit, Eyelids, and Lacrimal System. Basic and Clinical Science Course, Section 7. The Foundation of AAO. San Fransisco: American Academy of Ophtalmology. 6. Michael L Glassman MD. Sebaceous Gland Carcinoma. 2010. Available from: URL: http://emedicine.medscape.com/. 7. Nurchaliza Hazaria Siregar. Karsinoma Kelenjar Sebasea. Avalaible at : repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15599/1/mkn-mar2006-%20(8).pdf 8. M.



Spencer



James,



Carcinoma.2012.



MD.



Dermatologic Available



Manifestation



of



Sebaceous



from:



URL:



http://www.aafp.org/afp/980600ap/carter.html.. 9. Susan R.Carter, MD. Eyelid Disorders: Diagnosis and Management.2008. Available from: URL: http://www.aafp.org/afp/980600ap/carter.html. 10. Mark R. Levine, MD, FACS. Malignant Melanoma of the Eyelids an Increasing Threat. 2003. Available from: URL: http://www.osnsupersite.com/view.aspx?rid=6622. 11. Mounir Bashour, MD, CM, FRCS(C), PhD, FACS. Pigmented Lesions of the Eyelid. 2008. Available from: URL: http://emedicine.medscape.com/. Accessed 17 Agustus, 2012.



30



PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN



NAMA : FEBRYNA RIZKY NIM : 110100006



12. Jacqueline Freudenthal MD. Kaposi Sarcoma. 2010. Available from: URL: http://emedicine.medscape.com/. 13. Ilyas, S., Yulianti, S.R., 2012. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Keempat, Cetakan Kedua. Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 1-2. 14. Jiyo Shin, MD. Case Report: Sebaceous Cell Carcinoma of the Upper Eyelid in an Older Patient. Avalaible at : http://www.aafp.org/afp/2010/1101/p1046.html 15. Sukmawati, T.T., Gabriela, R. Diagnosis dan Tatalaksana Karsinoma Sel Basal. Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara, Jakarta, Indonesia.



31