Tutorial Adaptasi Roy [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN HASIL TUTORIAL SKENARIO 1 “Model Konsep Sister Callista Roy: Adaptation Model”



Mata Kuliah: Keperawatan Anak Lanjut I Tutor: Lely Lusmilasari, S.Kp., MKes., Ph.D



Disusun Oleh: Kelompok 5 I Wayan Romantika



16/403440/PKU/16258



Idyatul Hasanah



16/403442/PKU/16260



Khumidatun Niswah



16/403446/PKU/16264



Lin Marhamah Azizah



16/403449/PKU/16267



Novi Istanti



16/403458/PKU/16276



Nila alfa Fauziah



16/403454/PKU/16272



PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA 2017



Sekenario I “Bagaimana Adaptation Model Di Terapkan Pada Klien” Ners G berusia 26 tahun adalah seorag perawat di ruang perawatan bedah anak. Selama melakukan asuhan keperawatan pada klien anak di ruangan tersebut, Ners G mengobservasi berbagai macam karakteristik anak baik dari segi usia, jenis penyakit dan pembedahan yang akan dilakukan, termasuk pola adaptasi anak dan keluarganya sebelum, selama dan setelah dilakukan pembedahan. Untuk dapat memahami lebih dalam terkait dengan peran perawat dalam meningkatkan kualitas hidup anak selama dan setelah menjalani perawatan di ruang rawat bedah. Ners G mempelajari salah satu model keperawatan yaitu Model Adaptasi Roy.Ners G juga berdiskusi dengan sesame teman perawat di ruangan tersebut. Bagaimana penerapan model tersebut untuk klien untuk klien bedah dan menyusun rencana perawatan menggunakan NANDA, NIC, NOC.



STEP 1 : Identifikasi kata sulit 1. Pola Adaptasi -



Respon stimulus baik bersifat adaptif maupun maladaptive



2. Kualitas Hidup Anak -



Pencapaian yang di capai oleh anak sesuai tumbuh kembangnya



-



Mutu hidup



3. Model Adaptasi Roy -



Teori yang di cetuskan roy tentang adaptasi yang terdiri dari 4 paradigma yaitu keperawatan, manusia, kesehatan, lingkungan.



-



Tujuannya untuk dapat membantu klien dapat beradaptasi



4. SNL -



Bahasa baku dalam keperawatan, di gunakan untuk menentukan diagnose keperawatanperencanaan dan tujuan.



STEP 2 : Membuat Pertanyaan 1.



Apa dan bagaimana konsep adaptasi Roy?



2.



Bagaimana aplikasi adaptasi Roy baik di Pendidikan maupun di pelayanan?



3.



Kekurangan dan kelebihan teori Roy?



4.



Bagaimana proses keperawatan teory Roy?



5.



Bagaimana karakteristik anak sesuai usia



6.



Evidence/hasil penelitian yang sudah menerapkan teori Roy khususnya pada anak.



STEP 3 : Menjawab pertanyaan 1.



Apa dan bagaimana konsep adaptasi Roy? -



Adaptasi Roy terdiri dari 4 paradigma antara lain : manusia sebagai penerima pelayanan, lingkungan merupakan konsep utama dalam interaksi, keperawatan dan kesehatan



-



Proses adaptasi roy membantu seseorang beradaptasi terhadap penyakitnya baik secara psikologis maupun fisiologis



2. Bagaimana aplikasi adaptasi Roy baik di Pendidikan maupun di pelayanan? -



Pendidikan : adanya penyesuaian dari lingkungan yang lama ke lingkungan yang baru dan sebagai kerangka penelitian



-



Pelayanan : hospitalisasi anak, adaptasi terhadap penyakit, stimulus hospitalisasi



3. Kekurangan dan kelebihan teori Roy? -



Kelebihan : Bias di terapkan diberbagai usia



-



Kekurangan : belum pernah di terapkan di ruang bedah anak



4. Apa yang perlu di kaji dan Bagaimana proses keperawatan teory Roy? Yang perlu di kaji : -



Karakteristik anak dn keluarganya



-



Strees anak



-



Jenis penyakitnya



-



Pola adaptasi anak dan keluarganya



-



Perilaku anak adaptif/maladaptive



Proses keperawatan Roy : Terdiri dari 4 mode adaptasi yaitu : fisik, konsep diri, interdependensi dan fungsi peran. Model adaptasi roy berfokus pada pengkajian bukan diagnose keperawatan. 5. Bagaimana karakteristik anak sesuai usia -



3-5 tahun : mempunyai rasa ingin tahu yang besar dan bergantung pada orang tua



-



0-5 tahun : respon stimulusnya cepat, trust Vs mistrust



-



Toddler : egosi (lebih cenderung ingin mendominasi)



-



Preschool : sosialisasi dengan teman



6. Evidence/hasil penelitian yang sudah menerapkan teori Roy khususnya pada anak :LO



STEP 4 : membuat Mind Maping Perubahan/stressor pada individua tau keluarga



Adaptif



maladaptif



Askep (SNL) diberikan oleh perawatberdasarkan teori Roy



STEP 5 : Merumuskan Learning Outcome 1.



Apa dan bagaimana konsep adaptasi Roy?



2.



Bagaimana aplikasi adaptasi Roy baik di Pendidikan maupun di pelayanan?



3.



Kekurangan dan kelebihan teori Roy?



4.



Bagaimana proses keperawatan teory Roy?



5.



Bagaimana karakteristik anak sesuai usia



6.



Evidence/hasil penelitian yang sudah menerapkan teori Roy khususnya pada anak.



STEP 6 : Belajar Mandiri 1.



Apa dan bagaimana konsep adaptasi Roy?



2.



Bagaimana aplikasi adaptasi Roy baik di Pendidikan maupun di pelayanan?



3.



Kekurangan dan kelebihan teori Roy?



4.



Bagaimana proses keperawatan teory Roy?



5.



Bagaimana karakteristik anak sesuai usia



6.



Evidence/hasil penelitian yang sudah menerapkan teori Roy khususnya pada anak.



STEP 7 : Diskusi 1. Konsep teori Roy Callista roy terinspirasi oleh teori yang disampaikan oleh Harry helson yaitu Helson theory. Helson theory menyebutkan bahwa adaptasi merupakan proses merespon secara positif terhadap perubahan lingkungan. Roy mulai mengembangkan teori model konseptual keperawatan pada tahun 1964-1966. Yang menjadi inspirasi roy adalah teori hary dan riwayat pendidikan serta pekerjaan sebelumnya.



Roy mendeskripsikan manusia sebagai sistem adaptif yang holistik. Setiap orang dipandang sebagai suatu kesatuan yang utuh dengan komponen biologi, psikologi dan sosial (biopsikososial) yang berinteraksi secara konstan dengan lingkungan (Pearson, Vaughan & Fitzgerald, 2000; Roy, 2009). Seorang manusia dalam mempertahankan homeostasis dan integritas, harus berespon dan beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi baik yang berasal dari internal maupun eksternal. Sistem regulator mengacu pada reflek fisiologis antara lain sistem endokrin dan sistem syaraf otonom. Sedangkan sistem kognator mengacu pada respon bijaksanan berdasarkan pemikiran terhadap suatu perubahan (Astuti, 2014). Konsep adaptasi Roy secara umum terdiri atas input, control process, effectors, dan output (Aligood, 2014). a.



Input Manusia menerima input/ stimulus dari lingkungan dan dirinya sendiri. Tingkat adaptasi muncul ketika manusia merespon secara positif terhadap perubahan lingkungan. Respon adaptasi bisa berupa: 1) Respon adaptif:meningkatkan integritas manusia yang akan membuat seseorang menjadi sehat 2) Respon inefektif: menyebabkan gangguan integritas pada manusia



b.



Control process Regulator dan cognotor sebagai metode koping 1) Regulator Coping Subsystem Dengan cara menyesuaikan diri secara fisiologis --> merespon secara fisiologis yaitu merespon secara otomatis melalui proses koping syaraf, kimiawi, dan endokrin 2) Cognator coping subsystem Dengan cara penyesuaian diri konsep diri, ketergantungan dengan orang lain, dan cara penyesuaian diri konsep diri. Respon melalui empat kognitive-emotive channel yaitu memproses informasi perseptual (interpretasi terhadap stimulus), pembelajaran, pembuatan penilaian, dan emosi.



c.



Effectors Terdiri atas empat hal: 1) Fungsi fisiologis 2) Konsep diri



3) Fungsi peran 4) Interdependensi d.



Output Berupa respon adaptasi yang akan diambil, yaitu adaptif atau respon inefektif.



Empat paradigm keperawatan menurut Roy : a.



Manusia Sebagai System Adaptive. Sistem, adalah suatu set dari beberapa bagian yang berhubungan dengan keseluruhan fungsi untuk beberapa tujuan dan demikian juga keterkaitan dari beberapa bagiannya. Dengan kata lain bahwa untuk memeliki keseluruhan bagian-bagian yang saling berhubungan, sistem juga memiliki input, out put, dan control, serta proses feedback. Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistim yang dapat menyesuaikan diri (adaptive system ). Sebagai sistim yang dapat menyesuaikan diri manusia dapat digambarkan secara holistik (bio, psicho, Sosial) sebagai satu kesatuan yang mempunyai Inputs (masukan), Control dan Feedback Processes dan Output (keluaran/hasil). Proses kontrol adalah Mekanisme Koping yang dimanifestasikan dengan cara-cara penyesuaian diri. Lebih spesifik manusia didefinisikan sebagai sebuah sistim yang dapat menyesuaikan diri dengan activifitas kognator dan Regulator untuk mempertahankan adaptasi dalam empat cara-cara penyesuaian yaitu : Fungsi Fisiologis, Konsep diri, Fungsi peran, dan Interdependensi. Dalam model adaptasi keperawatan menurut Roy manusia dijelaskan sebagai suatu sistim yang hidup, terbuka dapat menyesuaikan diri dari perubahan suatu unsur, zat, materi yang ada dilingkungan. Sebagai sistim yang dapat menyesuikan diri manusia dapat digambarkan dalam karakteristik sistem, manusia dilihat sebagai suatu kesatuan yang saling berhubungan antara unit unit fungsionil atau beberapa unit fungsionil yang mempunyai tujuan yang sama. Sebagai suatu sistim manusia dapat juga dijelaskan dalam istilah Input, Control, Proses Feedback, dan Output.



Gambar 1: Skema Manusia Sebagai Sistem Adaptive



Proses kontrol



Input



Stimuli internal dan external



Efektor



Tkt. Adaptasi



 Mekanisme koping



 Fokal



 Regulator



 Kontextual



 Kognator



 Fs. Fisiologi  Konsep Diri  Fs. Peran  Interdependen



Output



Respons :  Adaptif  Maladaptif



 Residual



Umpan Balik



Sumber : Tomey and Alligood.



2006. Nursing theoriest, utilization and application.



Mosby : Elsevier.



1) Stimulus. Roy menjelaskan bahwa Lingkungan digambarkan sebagai stimulus (stressor) lingkungan sebagai stimulus terdiri dari dunia dalam (internal) dan diluar (external) manusia.(Faz Patrick & Wall,1989). “Stimuluis Internal adalah keadaan proses mental dalam tubuh manusia berupa pengalaman, kemampuan emosional, kepribadian dan Proses stressor biologis (sel maupun molekul) yang berasal dari dalam tubuh individu. Stimulus External dapat berupa fisik, kimiawi, maupun psikologis yang diterima individu sebagai ancaman”(dikutip oleh Nursalam;2003).



2) Tingkat Adaptasi Tingkat adaptasi merupakan kondisi dari proses hidup yang tergambar dalam 3 (tiga kategori), yaitu 1) integrasi, 2) kompensasi, dan 3) kompromi. Tingkat adaptasi seseorang adalah perubahan yang konstan yang terbentuk dari stimulus. Stimulus merupakan masukan ( Input ) bagi manusia sebagai sistem yang adaptif. Lebih lanjut stimulus itu dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis stimulus, antara lain: 1) stimulus fokal, 2) stimulus kontektual, dan 3) stimulus residual.  Stimulus Fokal yaitu stimulus yang secara langsung dapat menyebabkan keadaan sakit dan ketidakseimbangan yang dialami saat ini. Contoh : kuman penyebab terjadinya infeksi  Stimulus Kontektual. yaitu stimulus yang dapat menunjang terjadinya sakit (faktor presipitasi) seperti keadaan tidak sehat. Keadaan ini tidak terlihat langsung pada saat ini, misalnya penurunan daya tahan tubuh, lingkungan yang tidak sehat.  Stimulus Residual yaitu sikap, keyakinan dan pemahaman individu yang dapat mempengaruhi terjadinya keadaan tidak sehat, atau disebut dengan Faktor Predisposisi, sehingga terjadi kondisi Fokal, misalnya ; persepsi pasien tentang penyakit, gaya hidup, dan fungsi peran.



b. Sehat-Sakit (Adaptive dan Maladaptif) Kesehatan dipandang sebagai keadaan dan proses menjadi manusia secara utuh dan integrasi secara keseluruhan . Integritas atau keutuhan manusia meyatakan secara tidak langsung bahwa kesehatan atau kondisi tidak terganggu mengacu kelengkapan atau kesatuan dan kemungkinan tertinggi dari pemenuhan



potensi manusia. Jadi



intergrasi adalah sehat sebaliknya kondisi tidak ada integrasi adalah kurang sehat. Definisi kesehatan ini lebih dari tidak adanya sakit tapi termasuk penekanan pada kondisi baik. Dalam model adaptasi keperawatan konsep sehat dihubungkan dengan konsep adaptasi. Adaptasi yang tidak memerlukan energi dari koping yang tidak efektif



dan memungkinkan



manusia berespon



terhadap stimulus yang lain.



Mengurangi dan tidak menggunakan energi ini dapat meningkatkan penyembuhan dan mempertinggi kesehatan, ini adalah pembebasan energi yang dihubungkan dengan konsep adaptasi dan kesehatan. Adaptasi adalah



komponen pusat



dalam model



adaptasi keperawatan didalamnya menggambarkan manusia sebagai sistem yang dapat



menyesuaikan diri . Adaptasi dipertimbangkan baik proses koping terhadap stressor dan produk akhir dari koping. Proses mempengaruhi kesehatan



secara positif



adaptasi termasuk fungsi



holistik



untuk



dan itu meningkatkan integritas. Proses



adaptasi termasuk semua interaksi manusia dan lingkungan dan dua bagian proses. Bagian pertama dari proses ini dimulai dengan perubahan dalam lingkungan internal dan eksternal yang membutuhkan sebuah respon. Perubahan-perubahan itu adalah stressor-strassor atau stimulus focal dan ditengahi oleh faktor-faktor kontekstual dan residual. Bagian bagian stressor menghasilkan interaksi yang biasanya disebut stress, bagian kedua dari stress adalah nekanisme koping yang merangsang menghasilkan respon adaftif atau inefektif . Produk adaptasi adalah hasil dari proses adaptasi dan digambarkan dalam istilah



kondisi yang



meningkatkan tujuan-tujuan manusia yang meliputi: kelangsungan hidup, pertumbuhan dan pengeuasaan yang disebut Intergritas. Kondisi akhir ini adalah kondisi keseimbangan



dinamik yang meliputi peningkatan dan penurunan respon respon.



Setiap kondisi adaptasi baru dipengaruhi oleh tingkat adaptasi, sehingga keseimbangan dinamik dari manusia berada pada tingkat yang lebih tinggi. Lingkup yang besar dari stimulus dapat disepakati dengan suksesnya manusia sebagai adaptive sistem. Jadi peningkatan adaptasi mengarah pada tingkat-tingkat yeng lebih tinggi pada keadaan baik atau sehat. Adaptasi kemudian disebut adalah suatu fungsi dari stimulus yang masuk dan tingkatan adaptasi lebih spesifik, fungsi yang lebih tinggi antara stimulus fokal dan sistim adaptasi.



c. Keperawatan. Roy menggambarkan keperwatan sebagai disiplin ilmu dan praktek . Sebagai ilmu, keperawatan “mengobservasi,mengklasifikasi dan menghubungkan “ proses yang secara positif



berpengaruh pada status kesehatan (1983) Sebagai disiplin



praktek keperawatan menggunakan pendekatan pengetahuan secara ilmiah untuk menyediakan pelayanan pada orang-orang (1983) Lebih spesifik dia mendefinisikan keperawatan sebagai ilmu



dan praktek



dari peningkatan adaptasi



untuk tujuan



mempengaruhi kesehatan secara positif. Keperawatan meningkatkan adaptasi individu dan kelompok dalam situasi yang berkaitan dengan kesehatan. Jadi model adaptasi keperawatan menggambarkan lebih spesifik perkembangan ilmu keperawatan dan



praktek keperawatan



yang berdasarkan ilmu keperawatan tersebut. Dalam model



tersebut keperawatan terdiri dari tujuan keperawatan dan aktivitas keperawatan. Keperawatan adalah sepanjang menyangkut seluruh



kehidupan manusia yang



berinteraksi dengan perubahan lingkungan dan jawaban terhadap stimulus internal dan eksternal yang mempengaruhi adaptasi. Ketika stressor yang tidak biasa (focal stimulus) atau koping mekanisme yang lemah membuat upaya manusia yang biasa menjadi koping yang tidak efektif manusia memerlukan seorang perawat. Ini tidak harus, bagaimanapun diinterpretasi untuk memberi arti bahwa aktivitas tidak hanya diberikan ketika manusia itu sakit . Roy menyetujui pendekatan holistic keperawatan dilihat sebagai proses untuk mempertahankan keadaan baik dan tingkat fungsi yang tinggi. Keperawatan terdiri dari dua yaitu tujuan keperawatan dan aktivitas keperawatan . Tujuan keperawatan adalah mempertinggi interaksi manusia dengan lingkungan. Jadi peningkatan adaptasi dalam tiap 4 cara menyesuaikan diri : yaitu fungsi fisiologi, konsep diri, fungsi peran dan



interdependensi. Harapan terhadap peningkatan



integritas adaptasi dan berkontribusi terhadap kesehatan manusia, kualitas hidup dan kematian yang bermanfaat. Tujuan keperawatan diraih ketika stimulus fokal berada didalam suatu area tingkatan adapatasi manusia, dan ketika stimulus fokal tersebut tidak ada dalam area , manusia dapat membuat suatu penyesuaian diri atau respon efektif . Adaptasi tidak memerlukan energi dari upaya koping yang tidak efektif dan memungkinkan individu untuk merespon stimulus yang lain . Kondisi tersebut dapat mencapai peningkatan penyembuhan dan kesehatan. Jadi, peranan penting adaptasi sangat ditekankan pada konsep ini. Tujuan dari adaptasi adalah membantu perkembangan aktivitas keperawatan, yang digunakan pada proses keperawatan meliputi pengkajian,diagnosa keperawatan, intervensi,dan evaluasi. Adaptasi model keperawatan ditetapkan “data apa yang dikumpulkan, bagaimana mengindentifikasi masalah dan tujuan utama, pendekatan apa yang dipakai dan bagaimana mengevaluasi efektifitas proses keperawatan. Unit unit analisis dari pengkajian keperawatan adalah interaksi manusia dengan lingkungan. Proses pengkajian termasuk dalam dua tingkat pengkajian. Tingkat pertama mengumpulkan data tentang perilaku manusia, dalam tiap empat cara penyesuaian diri. Data-data tersebut dikumpulkan dari hasil observasi penilaian respon dan komunikasi dengan individu. Dari data tersebut



perawat membuat alasan sementara



tentang apakah perilaku dapat menyesuaikan diri atau tidak efektif. Tingkat kedua pengkajian adalah mengumpulkan data tentang focal, kontekstual, dan residual stimuli. Sebelum tingkat pengkajian ini perawat mengidentifikasi factor-faktor yang mempengaruhi perilaku yang diobservasi pada pengkajian tingkat pertama. Keterlibatan ini penting



untuk menetapkan



factor-faktor



mempengaruhi perilaku. Intervensi keperawatan dibawa dalam



utama



yang



konteks proses



keperawatan dan meliputi pengelolaan atau manipulasi stimulus focal,kontekstual dan residual. Manipulasi atau pengaturan stimulus (baik internal dan eksternal) bisa termasuk didalam penghilangan, peningkatan, pengurangan , pemeliharaan atau merubah stimulus. Melalui pengelolaan



factor-faktor stimulus , pencetus tidak



efektifnya perilaku diubah atau meningkatkan kemampuan individu untuk mengatasi masalah. Itu adalah memperlebar penyesuaian diri. Jadi stimulus akan jatuh ke area yang



dibangun oleh tingkat penyesuaian diri manusia dan perilaku adaptif akan



terjadi . Intervensi keperawatan berikutnya, mengevaluasi hasil akhir perilaku dan memodifikasi pendekatan-pendekatan



keperawatan



sesuai kebutuhan



Ini harus



dicatat bahwa dalam model manusia dihormati sebagai individu yang berpartisipasi aktif dalam perawatan dirinya. Tujuan disusun berdasarkan tujuan



yang saling



menguntungkan.



d. Lingkungan Lingkungan menurut Roy adalah semua kondisi, keadaan dan pengaruh yang melingkupi dan berdampak pada perkembangan dan perilaku seseorang atau kelompok, dengan pertimbangan khusus pada hubungan timbal balikm antara manusia dan sumber-sumber bumi yang meliputi stimulus fokal, kontekstual dan residual.



Hubungan komponen Dasar dalam Model Adaptasi Keperawatan. Adaptasi adalah konsep sentral dan konsep yang menyatukan konsep-konsep lain dalam model ini. Penerima pelayanan keperawatan adalah manusia sebagai adaptif sistem yang menerima stimulus dari lingkungan internal dan eksternal. Stimulus-stimulus ini mungkin berada dalam area atau di luar area adaptasi manusia dan subsistem regulator dan kognator digunakan untuk mempertahankan adaptasi dengan memperhatikan 4 cara penyesuaian diri. Saat stimulus jatuh dalam area adaptasi manusia, respon adaptif akan terjadi dan energi dibebaskan untuk berespon terhadap stimulus lain. Dalam hal ini meningkatkan integritas



atau kesehatan. Keperawatan mendorong adaptasi melalui penggunaan proses keperawatan dengan tujuan meningkatkan kesehatan. Hubungan antar komponen dasar



dari model



adaptasi keperawatan digambarkan berikut ini: Keperawatan



Menggunakan proses Keperawatan untuk meningkatkan Manusia



Output



Adaptasi



Integriatas



Kesehatan



Respon



Input



Interaksi



inefektif Lingkungan



Gambar 5: Hubungan komponen Dasar dalam Model Adaptasi Keperawatan. (sumber: Craven, Ruth F, (2000). Fundamentals of Nursing: Human Health and Function, 3rd ed, DLMN/DLC.



2. Bagaimana aplikasi adaptasi Roy baik di Pendidikan maupun di pelayanan serta Evidence/hasil penelitian yang sudah menerapkan teori Roy khususnya pada anak. Penerapan teori Roy di bidang pelayanan diterapkan pada berbagai ruang perawatan di Rumah Sakit seperti di ruang PICU, NICU, pasien post operasi, pasien dengan penyakit kronis dan lain-lain. Sedangkan penerapan teori roy di bidang pendidikan diterapkan sejak tahun 1970 an. Penerapan teori ini dilakukan dalam penyusunan kurikulum. Peran perawat yang diharapkan berdasarkan teori Roy. Perawat harus mampu meningkatkan respon adaptif pasien pada situasi sehat atau sakit. Perawat dapat mengambil tindakan untuk memanipulasi stimuli fokal, kontextual maupun residual stimuli dengan melakukan analisa sehingga stimuli berada pada daerah adaptasi. Perawat harus mampu bertindak untuk mempersiapkan pasien mengantisipasi



perubahan melalui penguatan regulator, cognator dan mekanisme koping yang lain. Pada situasi sehat, perawat berperan untuk membantu pasien agar tetap mampu mempertahankan kondisinya sehingga integritasnya akan tetap terjaga. Misalnya melalui tindakan promotif perawat dapat mengajarkan bagaimana meningkatkan respon adaptif. Pada situasi sakit, pasien diajarkan meningkatkan respon adaptifnya akibat adanya perubahan lingkungan baik internal maupun eksternal. Misalnya, seseorang yang mengalami



kecacatan



akibat



amputasi



karena



kecelakaan.



Perawat



perlu



mempersiapkan pasien untuk menghadapi realita. Dimana pasien harus mampu berespon secara adaptif terhadap perubahan yang terjadi didalam dirinya. Kehilangan salah satu anggota badan bukanlah keadaan yang mudah untuk diterima. Jika perawat dapat berperan secara maksimal, maka pasien dapat bertahan dengan melaksanakan fungsi perannya secara optimal. Beberapa penelitian terkait aplikasi teori Roy sebagai berikut : 1) Chao-Hsing Yeh. 2001. Adaptation in Children With Cancer: Research With Roy’s Model. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed Hasil penelitian ini meneliti lima adaptasi yang dialami pasien kangker yaitu fisiologis dan psikologis, kognitif (konsep diri), saling ketergantungan, dan orientasi masa depan (konsep diri dan peran) 2) Ordin YS1, Karayurt O, Wellard S. 2012. Investigation of adaptation after liver transplantation



using



Roy's



Adaptation



Model.



https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23094933 Hasil empat tema diidentifikasi dalam data: modus fisiologis, modus konsep diri, modus fungsi peran , dan modus saling ketergantungan. Setiap tema termasuk perilaku baik adaptif dan efektif dari penerima transplantasi hati. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa penerima transplantasi hati membutuhkan informasi dan dukungan tentang perilaku tidak efektif mereka dalam semua mode dari Roy Adaptasi Model. Temuan ini juga mendukung penggunaan model keperawatan dalam pemberian asuhan keperawatan untuk penerima transplantasi hati. 3) Model adaptasi roy digunakan di mount saint mary’s college sebagai panduan pendidikan keperawatan. Sistem ini memberikan metode yang sistematis bagi pendidik untuk mengajarkan siswanya untuk mengkaji dan merawat pasien dalam



konteks kehidupan sendiri, bukan hanya sebagai pasien (korban penyakit). Di dukung penelitian Dobratz MC . 2003. Putting the pieces together: teaching undergraduate



research



from



a



theoretical



perspective.



https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed 4) Aplikasi roy dalam jurnal “Experiences with Nausea and Vomiting During Pregnancy in Turkish Women Based on Roy Adaptation Model: A Content Analysis”. Jenis penelitian ini kualitatif yang bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana perempuan Turki mengalami /merasakan mual dan muntah selama kehamilan menggunakan Adaptasi Model Roy. Untuk pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam yang dilakukan pada 35 wanita hamil yang merasakan mual dan muntah. Data diklasifikasikan menjadi empat tipe adaptif sesuai dengan model adaptasi Roy. Perilaku yang berhubungan dengan fisiologis seperti mual, muntah, kelelahan, perubahan pola tidur,Nutrisi kurang, nyeri inguinal, adanya sensasi dan iritasi seperti terbakar / panas di tenggorokan, ketosis, dan inkontinensia urin. Perilaku yang berhubungan dengan konsep diri seperti merasa lemah, menangis, perawatan diri yang tidak memadai, perubahan hubungan seksual, dan isolasi sosial. Perilaku yang berhubungan dengan fungsi peran seperti tidak mampu memenuhi tanggung jawab di rumah dan bekerja. Perilaku yang berhubungan dengan saling ketergantungan seperti ketidakpuasan dengan hubungan (Isbir and Mete, 2013). 5) Penelitian tentang “the roy adaptation model used as a guide for nursing care of an 8 year old child with leukimia” oleh penelopemet al. penelitian tersebut melakukan pengkajian perilaku dan stimulus yang mempengaruhi perilaku pada anak laki-laki umur 8 tahun dengan leukimia.



3. Kekurangan dan kelebihan teori Roy? Model Adaptasi Roy telah menggambarkan tahapan–tahapan dalam proses keperawatan yang lengkap. Berdasarkan teori Roy, tahapan proses keperawatan dimulai dari 2 level pengkajian, diagnosa keperawatan, tujuan tindakan keperawatan, intervensi keperawatan dan evaluasi keperawatan. Kelebihan proses keperawatan berdasarkan Model Adaptasi Roy ini adalah pada tahap 2 level pengkajian yang harus dilakukan perawat.



Pengkajian keperawatan dimulai dengan; level 1) perawat mengkaji respon prilaku pasien terhadap stimulus yaitu fisiologis adaptasi mode, konsep diri adaptasi mode, peran adaptasi mode dan ketergantungan adaptasi mode, level 2) perawat mengkaji stressor yang dihadapi pasein yaitu stimulus fokal & kontekstual ( yang pada dasarnya merupakan faktor presipitasi dari masalah yang dihadapi pasien) dan stimulus residual (yang pada dasarnya merupakan faktor predisposisi dari masalah yang dihadapi pasien), sehingga pengkajian yang dilakukan perawat lebih lengkap dan perawat dapat menegakkan diagnosa lebih akurat dari pengkajian tersebut. Di tatanan keperawatan jiwa sendiri, pendekatan yang digunakan pada Teori Adaptasi Roy ini sangat bermanfaat ketika perawat melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan jiwa, resiko gangguan dan sehat jiwa. Dengan teori ini, perawat tidak hanya dapat mengintervensi tanda dan gejala tapi juga dapat mengetahui & memberikan intervensi pada faktor presipitasi dan faktor predisposisi dari masalah yang dihadapi pasien. Sehingga perawat dapat mencegah pasien mengalami masalah resiko dan gangguan jiwa, mengatasi masalah resiko dan gangguan jiwa dan meningkatkan individu yang sehat agar tidak mengalami masalah resiko dan gangguan jiwa. Selain itu, dengan Teori Adaptasi Roy ini, perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan dapat lebih memahami tentang proses adaptasi yang terjadi pada individu, yang dimulai dari adanya stimulus/stressor yang dapat menjadikan individu mengalami stress, proses mekanisme koping (kognator dan regulator) dan effektor sebagai upaya individu mengat`si stressor dan terakhir timbulnya respon prilaku individu terhadap stressor yang dihadapinya. Teori ini hampir mirip dengan Teori Stress Adaptasi StuartLaraia yang ada di keperawatan jiwa. Adapun kekurangan dari teori roy adalah masukan dan perbaikan untuk Model Adaptasi Roy adalah untuk lebih menjabarkan hubungan antara mekanisme koping: kognator dalam meningkatkan adaptasi serta hubungannya dengan 4 adaptasi mode. Selain itu perlu penjabaran lebih lanjut tentang hubungan adaptasi dengan kesehatan. Di praktek klinis, perlu dikaji lebih lanjut bagaimana perawat dapat membantu individu ke arah yang positif dengan menggunakan Model adaptasi Roy misal: ketika memberikan asuhan keperawatan pada pasien-pasien dengan pemulihan kognitif / pasien dengan trauma / cedera kepala (Tiedman, 1996 dalam Araich, 2001).  Selain itu Model Adaptasi Roy merupakan model keperawatan yang komplex dengan konsep dan mempunyai hubungan antar konsep-konsep. Sehingga perlu diklarifikasi kembali tentang: Overlaping yang terjadi pada psikososial adaptif mode yaitu pada konsep diri, fungsi peran



dan interdependen. Konsep diri terdiri dari 5 komponen, salah satunya adalah fungsi peran. Bagaimana perawat dapat membedakan antara konsep diri, fungsi peran dan ketergantungan?  Ketika menilai prilaku adaptif dan maladaptif, ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi penilaian tersebut, salah satunya adalah sistem nilai yang dianut perawat  Kata adaptasi tidak secara umum menyampaikan pengertian tentang pertumbuhan (Lancester, 1992 dalam Araich, 2001).  Model Adaptasi Roy lebih berfokus pada proses adaptasi pasien dan bagaimana pemecahan masalah pasien dengan menggunakan proses keperawatan dan tidak menjelaskan bagaimana sikap dan prilaku caring perawat ketika melakukan asuhan keperawatan. Pada prinsipnya pemecahan masalah pasien sangat penting dalam keperawatan, tetapi prilaku caring juga sangat diperlukan ketika memberikan asuhan keperawatan pada pasien, karena bisa saja seorang perawat yang tidak mempunyai prilaku caring akan menjadi stressor baru bagi pasiennya.



4. Bagaimana proses keperawatan teory Roy? Teori



Model



adaptasi



Roy menuntun



perawat



mengaplikasikan



Proses



keperawatan. Element Proses keperawatan menurut Roy meliputi: Pengkajian Perilaku, Pengkajian stimulus, Diagnosa keperawatan Rumusan Tujuan, Intervensi dan Evaluasi. 1) Pengkajian Pengkajian terdiri dari 2 level pengkajian, antara lain : a. Pengkajian Perilaku Pengkajian perilaku (Behavior Assessment) merupakan tuntunan bagi perawat untuk mengatahui respon pada manusia sebagai sistim adaptive. Data spesifik dikumpulkan oleh perawat melalui proses Observasi, pemeriksaan dan keahlian wawancara. “Faktor yang yang mempengaruhi respon adaptif meliputi: genetic, jenis kelamin, tahap perkembangan, obat-obatan, alcohol, merokok, konsep diri, fungsi peran, ketergantungan, pola interaksi social, mekanisme koping dan gaya hidup, stress fifik dan emosi, budaya, lingkungan fisik” (a) Pengakajian Fisiologis. Ada 9 (Sembilan) perilaku Respon Fisiologis yang menjadi perhatian pengkajian perawat yaitu;  Oksigenasi: menggambarkan pola penggunaan oksigen berhubungan dengan respirasi dan sirkulasi.



 Nutrsisi: menggambarkan pola penggunaan nutrisi untuk memperbaiki kondidi tubuh dan perkembangan.  Eliminasi: menggambarkan Pola eliminasi.  Aktivitas dan istirahat: mengambarkan pola aktivitas, latihan, istirahat dan tidur.  Intergritas kulit: mengambarkan pola fisiologis kulit.  Rasa/senses: menggambarkan fungsi sensoris perceptual berhubungan dengan panca indra.  Cairan dan elektrolit: menggambarkan pola fisiologis penggunaan cairan dan elektrolit.  Fungsi Neurologis: menggambarkan pola kontrol neurologis, pengaturan dan intelektual.  Fungsi endokrin: menggambarkan pola kontrol dan pengaturan termasuk respon stress dan system reproduksi. (b) Pengkajian Konsep diri. Pengkajian Konsep diri: menggambarkan atau menidentifikasi tentang pola nilai, kepercayaan emosi yang berhubungan dengan Ide diri sendiri. Perhatian ditujukan pada keadaa diri sendiri tentang fisik, individual dan moral-etik. (c) Pengkajian Fungsi Peran. Pengkajian Fungsi peran (sosial): menggambarkan atau mengidentifikasi tentang pola interaksi sosial seseorang berhubungan dengan orang lain akibat dari peran ganda. (d) Pengkajian Interdpendensi. Pengkajian Interdependensi: menggambarkan atau Mengidentifikasi pola nilai menusia, kehangatan, cinta dan memiliki. Proses tersebut terjadi melalui hubungan interoersonal terhadap individu maupun kelompok.



Indikasi Kesulitan Adaptasi Gejala berat dari aktivitas Regulator :  peningkatan



deyut



jantung



Gejala Inefektiv dari Kognator :



dan  Gangguan persepsi/ proses informasi.



tekanan darah.



 Pembelajaran inefektive.



 Tegang.



 Tidak mampu membuat justifikasi.



 Hilang nafsu makan.



 Afektive tidak sesuai.



 Peningkatan kortisol serum Sumber: Julia B.George, RN,PhD (editor) 1995, Nursing Theories, The Base for Profesional Nursing Practice. 4th. Appleton & lange Norwalk, Connecticut.



b.



Pengkajian Stimulus. Setelah pengkajian perilaku, perawat menganalisis data-data yang muncul ke dalam pola perilaku pasien (empat model respon perilaku) untuk menfidentifikasi respon-respon inefektive atau respon-respon adaptive yang perlu didukung oleh perawat untuk dipertahankan. Ketika perilaku inefektive atau perilaku adaptive yang memerlukan dukungan perawat, perawat membuat pengkajian tentang stimulus internal dan ekternal yang mungkin mempengaruhi perilaku. Dalam fase pengkajian ini perawat mengumpulkan data tentang stimulus fokal, kontektual dan residual yang dimiliki



pasien.



Proses



ini



mengklarifikasi



penyebab



dari



masalah



dan



mengidentifikasi factor-faktor kontektual (faktor presipitasi) dan residual (factor Predisposisi) yang berhubungan erat dengan penyebab. Berikut ini stimulus yang berpengaruh yang telah diidentifikasi (dikutip dari Julia B.George; 1995)



Budaya



: Status sosial ekonomi, Ektnis (suku/Ras), sistim kepercayaan.



Keluarga



: Struktur keluarga, tugas keluarga.



Fase perkembangan



: Usia, jenis kelamin, tugas, keturunan dan faktor keturunan.



Intergritas dari cara-cara : Fisiologis (termasuk patologi penyakit), konsep penyesuaian Adaptive)



(modes diri, fungsi peran, interdependensi.



Efektivefitas Kognator



: Persepsi, pengatahuan, skill.



Pertimbangan lingkungan : Perubahan lingkungan internal dan ekternal, menajemen pengobatan, penggunaan obat-obatan. Alkohol, dan merokok.



2) Diagnosa Keperawatan Rumusan



Diagnosa



Keperawatan



adalah



problem



(P),



Etiologi



(E),



Sinthom/kharakteristik data (S). Roy menjelaskan ada tiga metode merumuskan diagnosa keperawatan. (dikutip dari Julia B.George; 1995. Nursalam;2003) adalah sebagai berikut:  Metode Pertama



Adalah menggunakan satu tipologi diagnosa yang berhubungan dengan 4 (empat) cara penyesuaian diri (adaptasi). Penerapan metode ini ialah dengan cara mengidentifikasi perilaku empat model adaptasi, perilaku adaptasi yang ditemukan disimpulkan menjadi respon adaptasi. Respon tersebut digunakan sebagai pernyataan Masalah keperawatan. Misalnya: inadekuat pertukuran gas.(masalah fisiologis) datanya ialah; sesak kalau beraktivitas, bingung/agitasi, bernafas dengan bibir dimoncongkan, sianosis. Konstipasi (masalah fisiplogis eliminasi) datanya: sakit perut, nyeri waktu defikasi, perubahan pola BAB. Kehilangan (masalah konsep diri) datanya: diam, kadan-kadang menangis, kegagalan peran (masalah fungsi peran).  Metode Kedua



Adalah membuat diagnosa keperawatan berdasarkan hasil observasi respon dalam satu cara penyesuaian diri dengan memperhatikan stimulus yang sangat berpengaruh. Metode ini caranya ialah menilai perilaku respon dari satu cara penyesuaian diri, respom perilaku tersebut dinyatakan sebagai statemen masalah. Sedangkan penyebab adalah hasil pengkajian tentang stimulus. Stimulus tersebut dinyakatan sebagai penyebab masalah. Misalnya: Nyeri dada yang disebabkan oleh kurannyag suplay oksigen ke otot jantung



 Metode Ketiga



Adalah kumpulan respon-respon dari satu atau lebih cara (mode Adaptive) berhubungan dengan beberapa stimulus yang sama. Misalnya pasien mengeluh nyeri dada sangat beraktivitas (olah raga) sedangkan pasien adalah atlit senam. Sebagai pesenam tidak mampu melakukan senam. Kadaan ini disimpulkan diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Kegagalan peran berkaitan dengan keterbatan fisik. Pasien tidak mampu untuk bekerja melaksnakan perannya.



1.      2.    3.     



Typologi Yang Biasanya Berkaitan Dengan Problem Adaptasi. FISIOLOGIS MODE Oksigenasi. 6. sensoris. Hipoksia/syoks.  Nyeri akut. Gangguan ventilasi.  Nyeri kronis. Inadekuat pertukaran gas.  Sensori overload. Inadekuat transport Gas  Gangguan sensori primer. Gangguan perfusi jaringan.  Potensial injuri.  Kehilangan kemampuan perawatan diri. nutrisi.  Gangguan persepsi. Malnutrisi.  Potensial injuri/ hilang kemam-puan Mual,muntah. merawat diri. Anoreksia. 7. cairan dan elektriolit. eliminasi.  Dehidrasi. Diare.  Retensi cairan intra seluler.; Konstipasi.  Edema. Kembung.  Shok hipo/hipervolemik. Retensi Urine.  Hyper atau hipokalsemia. Inkontinensia urine.  Ketidakseimbangan asam basa.



4. aktivitas dan istirahat.  Inadekuat pola aktivitas dan istirahat.  Intolenransi aktivitas.  Immobilisasi.  Gangguan tidur. 5. intergritas kulit.  Gatal-gatal.  Kekeringan.  Infeksi.  Dekubitus



8. Fungsi Nerologis.  Penurunan kesadaran.  Defisit memori.  Ketidakstabilan perilaku dan mood. 9. Fungsi endokrin.  Inefektiv regulator hormon.  Inefektiv pengembangan reproduksi.  Ketidakstabilan sikulus ritme stress internal.



KONSEP DIRI 



Pandangan terhadap fisik. Penurunan konsep seksual.







Pandangan terhadap personal. Cemas tidak berdaya.



  



Agresi. Kehilangan. Seksual disfungtion.



 



FUNGSI PERAN    



Transisi peran. Peran berbeda. Konflik peran. Kegagalan peran.



Harga diri rendah. Merasa bersalah.



INTERDEPENDENSI   



Kecemasan. Merasa. Ditinggalkan/isolasi.



Sumber: Julia B.George, RN,PhD (editor) 1995, Nursing Theories, The Base for Profesional Nursing Practice. 4th. Appleton & lange Norwalk, Connecticut.



3) Merumuskan Tujuan Tujuan adalah harapan perilaku akhir dari manusia yang dicapai. Itu



dicatat



merupakan indikasi perilaku dari perkembangan adaptasi masalah pasien. Pernyataan masalah meliputi perilaku. Pernyataan tujuan meliputi: perilaku, perubahan yang diharapkan dan waktu. Tujuan jangka panjang menggambarkan perkembangan individu, dan proses adaptasi terhadap masalah danm tersedianya energi untuk tujuan lain (kelangsungan hidup, tumbuh, dan reproduksi). Tujuan jangka pendek mengidentifikasi hasil perilaku pasien setelah managemen stimulus fokal dan kontektual. Juga keadaan perilaku pasien itu indikasi koping dari sub sistim regulator dan kognator. 4) Rencana Tindakan



Rencana tindakan keperawatan ialah perencanaan yang bertujuan untuk mengatasi/memanipulasi stimulus fokal kontektual dan residual, Pelaksanaan juga difokus pada besarnya ketidakmampuan koping manusia atau tingkat adaptasi, begitu juga hilangnya seluruh stimulus dan manusia dalam kemampuan untuk beradaptasi. Perawat merencanakan tindakan keperawatan spesifik terhadap gangguan atau stimulus yang dialami. Standar tindakan keperawatan menurut teori adaptasi roy adalah seperti terlihat pada tabel 3. (dikutip oleh Nursalam,2003) Tujuan intervensi keperawatan adalah pencapaian kondisi yang optimal, dengan menggunakan koping yang konstruktif (Julia B.George; 1995). Intervensi ditujukan pada peningktan kemampuan koping secara luas. Tindakan diarahkan pada subsistim regulator (proses fisiologis/biologis) dan kognator (proses pikir. Misalnya: perspesi, pengetahuan, pembelajaran).



kriteria standar Intervensi Keperawatan Menurut teori Adaptasi Roy



2. 3. 4. 5.



STANDAR TINDAKAN GANGGUAN FISIOLOGIS Memenuhi kebutuihan aktivitas dan Istirahat/tidur. Memenuhi kebutuhan Oksigen. Kriteria: Kriteria menyiapkan tabung oksigen dan flow meter. 1. melakukan latihan gerak pada pasien tidak sadar. menyiapkan hemodifier berisi air. 2. melakukan mobilisasi pad pasien pasca operasi. menyiapkan slang nasal dan masker. 3. mengatur posisi yg nyama pada pasien. memberikan penjelasan pada pasien. 4. menjaga kebersihan lingkungan. mengatur posisi pasien. 5. Mengopservasi reaksi pasien. memasang slang nsal dan masker. memperhatikan reaksi pasien. Memenuhi kebutuhan Intergritas kulit (kebersihan dan kenyamanan fisik) Kriteria Memenuhi kebutuhan Nutrisi: Kriteria 1. memandikna pasien yang tidak sadar/ kondisinya menyiapkan peralatan dalam dressing car. lemah. menyeiapkan cairan infus/makanan/darah. 2. mengganti alat-alat tenun sesuai kebutuhan/ kotor. memberikan penjelasan pada pasien. 3. Merapikan alat-alat pasien. mencocokan jenis cairan/darah/diet makanan mengatur posisi pasien. Mencegah dan mengatasi reaksi fisiologsi melakukan pemasangan infus/darah/makana Kriteria 1. Mengopservasi tanda-tanda vital sesuai kebutuhan. 2. melakukan tes alergi pada pemberian obat baru. Memenuhi kebutuhan Eliminasi kriteria 3. mengobservasi reaksi pasien. menyiapkan alat pemberian hukmah/gliserin, dulkolac & peralatan pemasangan kateter memperhatikan suhu cairan/ukuran kateter menutup dan memasang selimut. mengobservasi keadaan feses dan uerine. Mengobservasi rekasi pasien.



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.



Memenuhi kebutuhan emosional dan spiritual. Kriteria Melaksnakan Orientasi pada pasien baru. memberikan penjelasan tentang tibndakan yang kan dilakukan. memberikan penjelasan dangan bahasa sederhana. memperhatikan setiap keluhan pasien. memotivasi pasien untuk berdoa. membantu pasien beribadah. memperhatikan pesan-pesan pasien.



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.



1. 2. 3. 4. 5. 6.



1.



STANDAR TINDAKAN GANGGUAN KONSEP DIRI



STANDAR TINDAKAN PAD GANGGUAN PERAN 1. Menyakinkan kepada pasien bahwa dia adalah tetap sebagai individu yang berguna bagi keluarga dan msayarakat. 2. mendukung upaya kegiatan atau kreativitas pasien. 3. melibatkan pasien dalam setiap kegiatan, terutama dalam pengobatan dirinya. 4. Melibatkan pasien dalam setiap mengambil keputusan menyangkut diri pasien. 5. bersifat terbuka dan komunikastif pada pasien. 6. mengijinkan keluarga untuk memberikan dukungan kepada pasien 7. perawat dan keluarga selalu memberikan pujian atas sikap pasien yang dilakukan secara benar dalam perawatan. 8. Perawat dan keluarga selalu bersikap halus dan meneriman jika ada sikap yang negatif dari klein.



STANDAR TINDAKAN PADA GANGGUAN INTERDEPENSI



1. 2. 3. 4.



membantu pasien memenuhi kebutuhan makan dan minum. membantu pasien memenuhi kebutuhan eliminasi. membantu pasien memenuhi kebutuhan kebesihan diri (mandi). membantu pasien untuk berhias atau berdandan.



5) Evaluasi:



Proses keperawatan diselesaikan/dilengkapi dengan fase evaluasi. PerilakuTujuan dibandingkan dengan respon-respon perilaku yang dihasilkan, dan bagaimana pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperaweatan didasarkan pada perubahan perilaku dari kriteria hasil yang ditetapkan. Perawat memperbaiki tujuan dan intervensi setelah hasil evaluasi ditetapkan.



5. Karakteritik anak sesuai usia Anak usia dini merupakan sosok kecil yang unik dengan ber-bagai karateristik dan potensi yang berbeda-beda pula. anak usia dini sebagai anak yang mempunyai berbagai macam karakteristik, yaitu: (1) me-miliki rasa ingin tahu yang besar, merupakan pribadi yang unit; (2) suka berfantasi dan berimajinasi; (3) merupakan masa paling potensial untuk belajar; (4) suka menunjukkan sikap egosentris; (5) memiliki ren-tang daya konsentrasi yang pendek, sebagai makhluk sosial (NINGTYAS, 2014) Menurut Papalia, et al (2009), konsep adaptasi normal pada anak sesuai usia adalah sebagai berikut: 0-3 bulan



Bayi mulai bisa menerima stimulus dan rangsangan. Mereka mulai menunjukkan ketertarikan dan kepenasarannya, dan mulai bisa untuk tersenyum kepada orang-orang disekitarnya.



3-6 bulan



Bayi mulai bisa mengantisipasi apa saja yang terjadi pada sekitarnya dan mulai merasakan kekecewaan. Bayi pada usia ini menunjukkan kekecewaan dengan menjadi marah atau bertindak hati-hati. Mereka sering tersenyum, mengoceh, dan tertawa. Pada usia ini merupakan titik dari awal adanya interaksi antara bayi dengan pengasuhnya.



6-9 bulan



Bayi mulai mencoba untuk menarik perhatian dari orang-orang di sekitarnya. Mereka mulai berbicara, menyentuh, dan membujuk



bayi lain untuk bisa menarik perhatian. Expresi emosi mereka lebih bervariasi.



Mereka



menunjukkan



kegembiraan,



ketakutan,



kemarahan, dan keterkejutan. 9-12 bulan



Bayi menjadi sangat lekat dengan pengasuhnya dan berinteraksi dengan pengasuh secara intens, kadang-kadang merasa takut dengan orang asing, dan bertindak tenang dalam lingkungan dan situasi yang baru. Bayi lebih sering menghabiskan waktu bermain sendirian saja. Dan ketika ada orang asing yang meskipun tampak ramah mendekat, bayi akan memandanginya dan tiba-tiba saja meledakkan tangisnya sambil mendekati pengasuhnya.



12-18 bulan



Balita mulai mengeksplorasi lingkungannya, menggunakan orangorang yang paling dekat dengannya sebagai bodyguard. Ketika mereka menguasai lingkungannya, mereka menjadi lebih percaya diri dan lebih bersemangat.



18-36 bulan



Balita kadang-kadang merasa cemas karena mereka mulai menyadari adanya jarak atau keterpisahan dengan pengasuh mereka. Mereka bekerja keras di luar kesadaran mereka tentang keterbatasan mereka dalam berfantasi dan bermain dan dengan mengidentifikasi orang dewasa.



3-5 tahun



Bermain fantasi memungkinkan anak-anak untuk berperilaku berbeda dengan cara yang aman dan memperoleh perasaan yang kuat karena merasa diterima oleh teman-teman imajiner mereka. Berfantasi juga membantu perkembangan sosial anak. Dengan berfantasi, mereka belajar untuk menyelesaikan konflik dengan orang tua atau anak-anak lain, sehingga membantu mereka melampiaskan frustrasi dan mempertahankan harga diri. Juga pada saat itu, anak-anak mengalami ketakutan yang khas seperti ketakutan pada “rakasa di lemari”, yang mana ketakutan ini adalah normal



7-12 tahun



anak-anak



belajar



melalui



berbagai



masalah;



konsep



diri, kompetensi di dalam kelas, hubungan dengan teman sebaya



yang ditentukan oleh kemampuan untuk bersosialisasi dan beradaptasi dengan baik, dan hubungan keluarga , yang ditentukan oleh persetujuan dari orang tua dan saudara kandung. Meskipun banyak anak tampaknya untuk menempatkan nilai tinggi pada peer group, mereka masih terlihat terutama kepada orang tua untuk dukungan dan bimbingan. Saudara sekandung terkadang dipakai sebagai model peran dalam apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan. Pada usia ini, anak-anak yang bersekolah sangat bersemangat dan sering merespon dengan baik berbagai nasihat tentang keselamatan, gaya hidup sehat, dan penghindaran perilaku berisiko tinggi.



DAFTAR PUSTAKA



Alligood, M.R., 2014. Nursing Theorists and Their Work (8th edn) 8th ed., USA: Elsevier Inc. Available at: WWW.Elsivier.com. Astuti, I. W. (2014) ‘Management Humphreys Pada Asuhan Keperawatan’, Jurnal Keperawatan Maternitas, 2, pp. 35–43. Gannoni, AF & Shute, RH. 2009. Parental and child perspectives on adaptation to childhood chronic illness: a qualitative study. Clinical Child Psychology and Psychiatry 15(1); 39-53 George. (1995). Nursing Theories (The Base for Profesional Nursing Practice), Fourth Edition. USA : Appleton & Lange. Isbir, G. G. and Mete, S. (2013) ‘Experiences with nausea and vomiting during pregnancy in Turkish women based on Roy adaptation model: A content analysis’, Asian Nursing Research, 7(4), pp. 175–181. doi: 10.1016/j.anr.2013.09.006. Mariner, A.(1998). Nursing Theorists And Their Works. (4th ed) Philadelphia: Lippincott: Raven Publisher NINGTYAS, A. R. (2014) ‘KARAKTER ANAK USIA DINI YANG TINGGAL DI DAERAH PESISIR PANTAI’, JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI, I(1), pp. 48–61. Papalia, Diane E.’ Olds, S, W & Feldmen, R (2009) Human Development 7 th ed.McGraw Hill Companies Inc : New York Pearson A., Vaughan B. (1986). Nursing Model For Practice. Bedford Square London, William Heinemann Medical Books Tomey and Alligood M.R (2006). Nursing theoriest, utilization and application. Mosby : Elsevier. Tomey Ann Marriner and Alligood M.R.(2006). Nursing Theorists and Their work. 6 Ed. USA : Mosby Inc.