Twin To Twin Transfusion Syndrome [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Twin to Twin Transfusion Syndrome Oleh : Raisa Janet Ariestha (I11109041) Pembimbing : dr. Sumardi F. Simanjuntak, Sp.A



Pendahuluan • Twin-to-twin transfusion syndrome (TTTS) umumnya terjadi pada kehamilan kembar monokorionik, dimana terjadi donasi darah secara terus menerus dari satu janin ke janin yang lainnya. • TTTS dikenal juga dengan beberapa nama yaitu : stuck-twin syndrome, twin oligohydramnions-polyhydramnions sequence, fetofetal transfusion dan chorioangiopagous twins.



Teori Pemisahan Plasenta



Twin-to-Twin Transfusion Syndrome • Suatu keadaan dimana terjadi transfusi darah intrauterin dari satu janin ke janin yang lain pada kehamilan kembar.



Epidemiologi • Angka kejadian TTTS berkisar antara 435% dari seluruh kehamilan kembar monochorionic dan menyebabkan kematian pada lebih dari 17% dari seluruh kehamilan kembar. • Bila tidak diberikan penanganan adekuat, > 80% janin dari kehamilan tersebut akan mati intrauterine atau mati selama masa neonatus.



Patofisiologi • Teori yang banyak dipahami : transfusi terjadi melalui anastomosis vaskular plasenta. • Koneksi vaskuler antar janin kembar terdiri dari 2 tipe, yaitu: tipe superficial dan tipe profunda memiliki karakteristik aliran, pola resistensi tersendiri yang mempengaruhi pertumbuhan janin kembar monokorionik.



Anastomosis Tipe Superfisial • Koneksi tipe superficial seperti arterioarteriosa (a↔a); venovenosa (v↔v). • Gambaran ini terlihat jelas pertemuannya di atas lempeng korion, dimana hubungan ini jarang menimbulkan antenatal TTS. • Koneksi arterioarteriosa dan venavenosa memberikan pembagian darah yang seimbang pada kedua janin



Anastomosis Tipe Profunda • Koneksi tipe profunda bersifat arteriovenosa (a-v) dimana anastomosis ini tidak tampak pada lempeng korionik dikarenakan adanya perbedaan tekanan (gradien) yang terjadi pada sirkulasi tersebut. • Karena sirkulasi menghasilkan keseimbangan dinamis terjadinya penurunan tekanan pada donor juga terjadi peningkatan pada resipien



Klasifikasi TTTS Tipe Berat -terjadi pada awal trimester ke II, umur kehamilan 16-18 minggu -perbedaan ukuran besar janin lebih dari 1,5 minggu kehamilan -Ukuran tali pusat berbeda -Konsentrasi Hb biasanya sama pada kedua janin Dapat terjadi polihidroamnion pada kembar resipien dan oligohidroamnion pada kembar donor



TTTS Tipe Sedang -Terjadi pada akhir trimester ke II, umur kehamilan 24-30 minggu. -Terdapat perbedaan ukuran besar janin lebih dari 1,5 minggu kehamilan -Tidak terdapat polihidroamnion dan oligohidroamnion -Kembar donor menjadi anemia, hipovolemia dan pertumbuhan terhambat -Kembar resipien mengalami plethoric, hipovolemia, dan makrosomia



TTTS TipeRingan -Terjadi secara perlahan pada trimester III. -Polihidramnion dan oligohdroamnion biasanya tidak terjadi -Konsentrasi Hb berbeda lebih dari 5 gr/dl -Ukuran besar janin berbeda lebih dari 20%



Klasifikasi Kronik



Resepien Donor Hipervolemia Poliuria Dekompensasio kordis Hidrops Fetalis Polihidramnion Jaundice Ukuran >>



Hipovolemia Oligohidramnion Pertumbuhan Janin Terhambat Anemia Stuck-twin



Diagnosis Diagnosis postnatal : • Adanya perbedaan berat badan kedua janin yang > 500 g, atau perbedaan>20 % pada janin pretem (untuk TTTS yang kronis). • Terdapat perbedaan kadar hemoglobin lebih dari 5 gr/dl disertai anemia pada janin yang lebih kecil • Perbedaan ukuran pada organ-organ jantung, ginjal, hepar dan thymus.



Tatalaksana • Terapi antenatal : terapi amniosentesis, septostomi, ablasi laser terhadap anastomosis pembuluh darah, selektif feticide, dan pemberian digoksin kepada ibu. • Terapi postnatal : pada janin donor dapat diberikan transfusi packed red cells jika didapatkan anemia yang berat, diberikan preparat besi bila anemia ringan; pada janin resipien dengan polisitemia dapat dilakukan transfusi tukar parsial, bila terdapat hiperbilirubinemia diberikan transfusi tukar ataupun fototerapi sesuai dengan tingkat hiperbilirubinemia yang ada.



Cerebral Palsy



Komplikasi



Terimakasih