UAS [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

DEFEK-DEFEK YANG TERJADI PADA KULIT SAPI Defek adalah cacat yang terjadi pada kulit hewan setelah mengalami proses penyamakan. Adapun defek – defek yang terjadi pada kulit samak ataupun yang belum menjadi kulit samak, seperti defek pada raw material (kulit awetan kering atau kulit awetan garaman), defek pada pickle(kulit awetan asam), defek pada wet blue dan defek pada wet white. Defek yang akan di bahas kali ini adalah defek yang terjadi pada kulit sapi. Kulit sapi memiliki kulit yang tebal di bandingkan dengan kulit kambing atau domba. Meskipun demikian, perlakuan yang harus dilakukan tetap harus berhati – hati, karena jika terkena goresan sedikit saja bisa menimbulkan defek pada grain kulit. Berikut adalah macam – macam defek yang dapat terjadi pada kulit sapi : I. Kulit Awet Kering Awet kering adalah pengawetan kulit dengan pengurangan kadar air dengan cara dikeringkan dengan menggunakan sinar matahari. Kadar air kulit dengan cara ini lebih rendah dari pada pengawetan dengan metode pengasaman. Pengawetan dengan cara ini dilakukan di daerah tropis, biasanya kulit awet kering ini dilakukakn pada jenis kulit besar (sapi dan kerbau), namun metode awet kering juga sering dilakukkan pada kulit ular. Waktu yang di perlukan untuk awet kering ini sangat tergantung pada tebal tipis nya kulit dan keadaan cuaca panas matahari.



Adapun defek yang kemungkinan dapat ditimbulkan pada jenis kulit awet kering ini adalah :



1. Kerusakan oleh Matahari Matahari secara langsung menyinari kulit hewan mentah, akan menyebabkan kulit hewan mentah mengalami kerusakan, kulit menjadi kering, dan lemak alaminya akan meresap di antara serat kulit. Sehingga kulit akan mengalami kekeringan dan pada kulit samaknya akan terdapat noda – noda keras. 2. Pengerasan Tenunan Pengerasan tenunan dapat terjadi oleh pengeringan tang tidak merata dari substansi kulit. Akibatnya pada kulit samaknya terjadi daerah – daerah yang mengeras. 3. Membelahnya kulit karena Radang Blister Bila kulit diawetkan secara langsung ( dijemur), maka permukaannya akan menjadi kering dan keras, sehingga dapat menghalangi keluarnya air yang terdapat dilapisan yang lebih dalam dari corium. Hidrolisis dapat terjadi dan mengubah serat collagen menjadi gelatin. Gelatin yang terjadi di antara permukaan luar dan bagian dalam dari kulit dikenal sebagai blister. Temperatur yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kelemahan struktur serat kulit. 4. Rajah Pecah Bila kulit dikeringkan sampai keras,maka janganlah dilihat.karena ulit yang kering dan dilipat akan mengalami tegangan yang berat. Biasanya berakibat terjadinya pecah – pecah pada rajah kulit samaknya.



5. Defek Renggangan Kulit yang diawetkan dengan kering matahari dengan cara pementangan/renggangan yang diikat pada suatu bingkai, maka renggangannya tidak boleh terlalu kuat dan harus merata ke semua arah. Karena kalau terlalu kuat akan mengakibatkan kekuatan renggangan akan mengalami peningkatan sehingga dapat merusak/ memutuskan serat-seratnya terutama didaerah yang tipis. II. Kulit Awet Garam Kulit awet garam adalah proses pengawetan yang menggunakan garam dapur (NaCl) sebagai bahan utamanya. Saat dilakukan pengawetan garaman akan terjadi penetrasi garam ke dalam kulit, sehingga cairan dalam kulit keluar karena adanya perbedaan konsenntrasi sampai terjadinya plasmolisis. Namun, pada awetan garaman ini harus sangat berhati – hati, karena mikrobia bisa hidup pada kadar garam yang tinggi.



Adapun defek yang kemungkinan dapat di timbulkkan pada jenis kulit awet garaman adalah : 1. Autolysis Autolysis adalah suatu proses mencerna sendiri dari suatu jaringan hewan maupun tumbuh – tumbuhan oleh enzim sendiri, terutama setelah tenunan itu terpisah dari badan asalnya. Autolysis dapat menyebabkan kulit mengalami basi (permulaan pembusukan) yang biasanya disebabkan adanya serangan bakteri. Pada defek ini, menemukan bahwa adanya dekomposisi dari komponen – komponen sel secara progresi pada kulit garaman atau kulit rendaman garam jenuh yang telah mengalami kebasian. Adapun mikroorganisme banyak ditemukan di atas permukaan rajah atau permukaan daging. Bila proses pembasian semakin lanjut, maka akan tampak jelas adanya pembelahan atau pemisahan serat. Pengawetan dengan autolysis dipengaruhi oleh kadar air dalam kulit serta suhu sekitarnya. 2. Noda Kotoran



Defek ini terjadi adanya kotoran yang berasal dari luar atau yangmasih melekat pada kulit.  Noda manur Kerak manur dapat mengganggu proses pengawetan. Karena msuknya garam akan terhalang serta adanya kontaminasi mikroorganisma manur dan lain – lain kotoran yang harus dibuang dan dibersihkan jika menginginkan hasil pengawetan kulit yang baik. Defek yang akan di timbulkan adalah adanya titik – titik yang menodai rajah kulit samak.



3. Noda Gypsum Garam yang digunakan untuk pengawetan adalah garam yang mengandung magnesium yang mudah larut, tidak lebih dari 1% untuk pengawetan kulit ringan dan tidak lebih dari 2% untuk pengawetan kulit berat. Telah diketahui bahwa, alkali tanah tersebut pada pengawetan dengan penggaraman dapat menyebabkan terjadinya noda gypsum. Noda – nodaini berwarna kekuningan sampai coklat dan berada pada rajah atau permukaan dagingnya, serta mungkin pula pada kulit. Pencegahan defek ini dengan cara penggaraman yang baik dan dengan menabahkan bahan kimia untuk mengubah senyawa kalsium dan magnesium yang mudah larut menjadi garam – garam yang tidak larut. 4. Noda Metalik Zat besi apat menimbulkan warna pada kulit mentah maupun kulit samaknya. Zat besi dalam beberapa senyawa dapat bersifat menyamak, sehingga mengganggu proses pembuangan bulu maupun proses penyamakan lebih lanjut. Noda zat besi biasanya nampak pada kulit yang telah dibuang bulu sebagai warna hitam atau biru hitam. Ada kemungkinan, bahwa sumber utama dari zat besi sebagai kontaminan pada kulit yang diawetkakn adalah dari zat asing pada garam – garam batu(rock salt). 5. Lubang – lubang pada Permukaan Rajah pada Kulit



Defek yang cukup berat dapat disebabkan oleh kristal garam yang terlalu besar atau batu bukan garam berbentuk partikel. Defek yang ditimbulkan adalah berupa lubang – lubang kecil tidak tembus yang tetap akan berada setelah kulit slesai di samak. Tekan dari tumpukan dapat menambah terbentuknya lubang – lubang yang di sebut dengan salt pits atau dimpled grain. Hal ini disebakan karena tekanan oleh kristal garam memnghalangi larutan garam untuk menjenuhkan serat – serat kulit yang terdapat di bawahnya dan lubang kristal akan tetap jika kulit menjadi kering. 6. Kerusakan oleh Garam Defak oleh garam dikenali dari bentuk seperti bintang – bintang kecil yang menonjol pada rajah kulit dan akan nampak bila telah dibunag rambutnya. Defek ini disebabkan oleh kristalisasi dari suatu tipe garam di bawah lapisan rajah. Bila garamnya larut pda waktu proses, maka bekasnya tang terdepres tetap ada. Bila kulitnya di koreksi atau di buff, maka cacat penonjilannya akan lepas dan meninggallkan legokan – legokan kecil pada rajah kulit samak. 7. Tutul Tutul adalah kerusakan kulit yang berbintik – bintik besar kecil yang disebabkan oleh kelambatan pengawetan atau penggaraman yang kurang sempurna. Kerusakan pada rajah tampak nyata dann disebut pula sebagai salt prick atau tusukan garam, biasanya superfisial. Grain slip atau rajah lepas, biasanya menyangkut daerah yang lebih luas. grain peeling atau rajah terkelupas adalah kerusakan yamg ekstensif dan yang terkena biasanya cukup luas dari epidermis. 8. Noda Kimiawi Bahan kimia lain dari garam yang bisa berikatan dengan kulit akan menimbulkan bercak warna yang tidak diinginkan. 9. Defek oleh Denaturan Denaturan yang ditambahkan pada garam, bahan-bahan yang berhubungan dengan kulit mentah dan dapat menimbulkan defek maupun noda-noda pada rajah kulit samaknya. Misal penambahan



minyak coal tar coklat, menyebabkan timbulnya warna-warna atau noda-noda buruk. Alum yang digunakan sebagai denaturan pada garam dapat menimbulkan noda bundar yang suram dan tidak akan hilang oleh penyamakkan secara biasa. Pasir quarts yang dapat mengumpul dalam kulit tetapi sangat merusakpisau pembelah kulit. Denaturan yang diperlukan dalam penyamakkan adalah sesuatu yang dapat menyebabkan garam tidak dapat dimakan tetapi juga dapat diperbaiki sifat garam sebagai bahan pengawet kulit. 10.



Rajah Pecah



Rajah pecah disebabkan oleh pengawetan yang dapat melunakkan rajah, lalu oleh proses mekanis rajah akan pecah. Rajah pecah bisa disebabkan karena penggunaan garam yang terlalu alkalis. Solusi dalam hal ini bisa dengan penggunaan asam yang cukup dalam perendaman kulit.



11.



Defek oleh lemak



Garam yang berlemak serta kotor akan menimbulkan noda-noda serta dapat menahan proses pengawetannya sehingga kulit akan tetap mudah busuk. 12.



Rambut lepas Merupakan defek yang bisa timbul pada awet garaman, defek ini merupakan indikasi bahwa pengawetan kulit kurang sempurna. Degenerasi dapat terjadi oleh autolysis maupun bakteri sebelum pengawetan , pada waktu pengawetan atau pada periode penyimpanan. Jika rambut sudah mudah lepas maka kulit harus segera diproses supaya tidak terjadi pembusukkan lebih lanjut. 13.



Pengerasan bintik



Pengeringan lokal (localized drying) menyebabkan kondisi yang tidak merata pada kulit yang diawetkan dengan garam dan kadangkadang kulit yang direndam pada air garam yang sering kali



tergambarkan pada kulit samaknya. Penyebab umumnya adalah halhal pada waktu penyimpanan dan kelembapan yang terlalu rendah. 14.



Bakteri hydrofilik Terlalu lamanya penyimpanan kulit awet garaman akan menyebabkan kulit menjadi lembab dan rentan terserang bakteri hydrofilik. Bakteri hydrofilik sendiri adalah bakteri yang hidup pada media dengan kadar garm yang tinggi. Defek yang ditimbulkan merupakan bintik warna merah muda sampai merah pada kulit.



15.



Defek mekanik Defek mekanik merupakan defek yang terjadi karena kesalahan pada saat post mortem yaitu pada saat proses penyesetan atau penghilangan sisa daging dan lemak di RPH.



16. Defek karena kutu Defek karena kutu merupakan defek yang disebabkan oleh kutu yang menempel pada kulit hewan, menyebabkan kulit berwarna hitam dan teksturnya menjadi keras.



III. Pickel (Kulit Awet Asam) Pengawetan ini adalah pengawetan yang membuat kulit menjadi kondisi asam, yaitu di pH 1 – 2, kulit yang dihasilkan dari pengawetan ini adalah kulit pickle. Kulit yang telah mengalami pengasaman biasanya bisa brtahan lama(1 – 2tahun).



Adapun defek – defek yang akan ditimbulkan pda kulit awat asam(pickle) adalah: 1. Pembengkakan oleh Asam Penggunaan asam untukmemberi pembengkakan yang terkendali adalah hal yang biasa dilakukan oleh pabrik penyamakan kulit. Bila pembengkakan oleh asam tidak terkendalikan, maka mungkin dapat terjadi kesobekan atau kerusakan struktur serat dan akhirnya dapat pula menjadi gel serta kehilangan substansi kulit. Kulit samak yang dibuaut dari kulit yang terlalu bengkak akan menjadi terlalu empuk, mudah sobek, dan bersifat hampa atau ringan.



2. Rajah Lemah Rajah lemah adalah salah satu penyebab yang biasa terjadi pada rajah kulit atas sepatu yang membuat kulit jadi pecah rajah. Suatu pemikelan yang tidak proporsional atau tidak seimbang dapat menyebabkan rajah lemah dan jika kulit demikian diproses lebih lanjut, maka akan terjadi rajah terbuka. 3. Kulit Pickel Menguning Bila kulit pickle disimpan dalam waktu lama, maka rajahnya akan mengalami perubahan warna atau jadi menguning. Pewarnaan demikian disebabkan oleh suatu hidrolisa karena penggunaan asam yang terlalu banyak pada cairan pickel disertai dengan berkurangnya kekuatan seratnya. 4. Rajah Meninggi Suatu keadaan dimana keseimbangan yang kurang baik dari garam dan asam dalam cairan pickel dapat menyebabkan pembengkakan yang berlebihan, sehingga kulit samaknya akan menjadi empuk dan bersifat spons, adapun rajahnya akan menjadi kasar. 5. Kulit Pickel Berjamur



Suatu keadaan dimana kulit tidak begitu peka terhadap serangan kuman – kuman pembusuk. Karena pada pemickelan adalah bersifat asam, maka defek mikrobiologis yang sering terjadi adalah noda jamur ( mold satain). Pencegahan terhadap pertumbuhan jamur yang efektif adalah dengan penggunaan desinfektansia daripada dengan meninggikan keasaman pickle.  Wet Blue ( Samak khrom ) Penyamakan krom (chrome) merupakan penyamakan yang di mulai dengan pH rendah atau keadaan asam yaitu antara pH 2 sampai pH 3. Lama proses penyamakan krom biasanya memerlukan waktu antara 4 sampai 8 jam. Hal ini bukan merupakan patokan atau standart,tetapi juga tergantung dari tebal tipisnya kulit. Penyamakan krom menghasilkan kulit yang lebih lembut/lemes, dan lebih tahan terhadap panas yang tinggi, kekuatan tariknya lebih tinggi dan hasilnya akan lebih baik bila dilakukan pengecatan. Karena sifat-sifat tersebut kulit samak krom lebih cocok untuk dijadikan kulit atasan. Adapun defek yang akan timbul atau terjadi pada kulit samak wet blue ( samak khrom ) adalah: 1. Rajah tergambar Hal ini disebabkan karena adanya efek netralisasi setelah penyamakan khrom dilakukan dengan cepat serta mneggunakan soda kaustik, jadi bukan bikarbonat atau borax maka dapat terjadi rajah tergambar. 2. Noda – noda pada kulit samak khrom Faktor – faktor seperti kesalahan pH, terlalu penuh pada waktu penyamakan, pemutaran dalam drum atau pedal yang kurang, penambahan cairan khrom yang terlalu cepat ataupun bahan penetral khrom akan mempengaruhi kerataanwarna permukaan. Noda – noda khrom disebabkan karena adanya endapan khrom di dalam rajah kulit. 3. Kulit Khrom Berjamur Bila kulit samak khrom dibiarkan basah sebelum maupun sesudah diserut atau dibelah, maka dapat ditumbuhi jamur pada permukaannya, sehingga menyebabkan noda – noda. Beberapa noda jamur mudah dibuang



dengan mencucinya, tetapi ada pula yang sulit dihilangkan sampai kulit selesai di samak. Bila cairan penyamak telah lama dan basi, maka bakteri serta jamuryang membuat busah dan lendir akan berkembang biak. Busah dan lendir tersebut dapat menyebabkan berbagai noda berwarna yang tidak menentu pada kulit samaknya. 4. Kulit Samak Empuk Kulit samak empuk, bila dalam proses penyamakan tidak terkendali, maka hasilnya tidak dapat lagi dipasarkan karena kulit samak tidak diketahui lagi sifat – sifat fisiknya serta sering kali menjadi mudah sobek dan ringan. Pada samak khrom, kulit yang mengandung banyak khrom bertendensi lebih empuk dan bersifat spons. 5. Efek Netralisasi Bila netralisasi setelah penyamakan khrom dilakukan dengan cepat serta menggunakan soda kaustik, jadi bukan bikarbonat atau borax, maka dapat terjadi rajah tergambar.



6. Kulit Mengempis Pada penyamakan khrom, bila pH akhirnya terlalu rendah, maka kulit akan mentah dan menjadi keras, menipis, dan kering.  Wet Brown ( Samak Nabati ) Penyamakan nabati adalah suatu pengolahan terhadap kulit dengan cara merendam atau memutarnya di dalam larutan bahan penyamak nabati, dengan maksud untuk memantapkan karakter sifat kulit. Defek : 1. Kulit mengempis Kulit mengempis temperaturnya terlalu sampai dibawah 70 F, dapat mengakibatkan



dapat terjadi karena pada waktu penyamakan nabati rendah. Bila cairan penyamak temperaturnya turun maka daya penyamaknya akan cepat menurun dan kulit mengempis. Ada pula dikarenakan cairan di



dalam penyamaknya terlalu banyak kandungan asam gallic, maka akan menyebabkan kulit mengempis. 2. Noda – noda kulit samak nabati Noda – noda kulit samak nabati dapat disebabkan oleh adanya lemak, terlalau penuh pengisian bak penyamakan dan dikarenakan saling berlekatan antara kulit yang satu dengan yang lain serta ketidakseimbangan pH antara kulit dan cairan penyamak. Ada pula penyebab lain, yaitu adanya pengendapan tannin dan non tannin yang berlebihan pada rajah, hal ini sangat sering terjadi pada kulit samak nabatii, sehingga jika ingin menghindarinya, maka kulit yang selesai disamak harus dicuci dengan baik.