14 0 436 KB
PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA “DAYA BUNUH AIR PERASAN DAUN MENGKUDU (Morinda citrifolia) TERHADAP KEMATIAN LARVA Aedes aegypti” PKM PENELITIAN (PKM-P) Diusulkan Oleh: 1.
Ketua
: Rizqi Amalia
(6411412067/Angkatan 2012)
2.
Anggota
: Sulastri
(6411412044/Angkatan 2012)
Rofiatul Ummah
(6411412059/Angkatan 2012)
Anis Ratna Sari
(6411412064/Angkatan 2012)
Fika Akmalia F
(6411412076/Angkatan 2012)
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG SEMARANG 2015
HALAMAN PENGESAHAN 1. 2. 3.
4. 5.
Judul Kegiatan
: Daya Bunuh Air Perasan Daun Mengkudu (Morinda Citrifolia) Terhadap Kematian Larva Aedes Aegypti Bidang Kegiatan : PKM-P Ketua Pelaksana Kegiatan a. Nama Lengkap : Rizqi Amalia b. NIM : 6411412067 c. Jurusan : Kesehatan Masyarakat, S1 d. Universitas/Institut/Politeknik : Universitas Negeri Semarang e. Alamat Rumah dan No.Tel/HP : Desa Robayan 07/02 Kalinyamatan Jepara/085799886716 f. Alamat Email : [email protected] Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : 2 orang Dosen Pembimbing a. Nama Lengkap dan Gelar : b. NIDN : c. Alamat Rumah : d. No.Telp/HP :
Semarang, 10 Juni 2015 Menyetujui Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Ketua Pelaksana
Rizqi Amalia NIM. 6411412067
Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan
Dosen Pembimbing
A.
Judul Daya Bunuh Air Perasan Daun Mengkudu (Morinda Citrifolia) Terhadap
Kematian Larva Aedes Aegypti
B.
Latar Belakang Masalah Kementerian Kesehatan RI (Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi, 2010)
mengungkapkan bahwa Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di ASEAN sejak tahun 1968 hingga 2009. Jumlah kasus DBD yang pertama kali terjadi pada tahun 1968 sebanyak 58. Pada tahun 1969 mengalami peningkatan kasus dengan jumlah 167 kasus, tahun 1970 dengan kasus sejumlah 477, dan mengalami penurunan kasus pada tahun 1971 sebanyak 267 kasus. Kasus DBD di Indonesia setelah tahun 1971 mengalami fluktuatif, yakni kenaikan dan penurunan kasus. Sedangkan pada tahun 2009, kasus DBD mengalami peningkatan kasus yang signifikan, yakni 158.912 kasus. Pada tahun 2011 jumlah kasus DBD di Indonesia 65.432 dengan jumlah kematian sebanyak 595 orang (Depkes RI, 2012). Pada tahun 2012, jumlah penderita DBD yang dilaporkan sebanyak 90.245 kasus dengan jumlah kematian 816 orang (Incidence Rate/Angka kesakitan= 37,11 per 100.000 penduduk dan CFR= 0,90%) (Kemenkes RI, 2013). Jumlah kasus DBD pada tahun 2013 (Kemenkes RI, 2014) mengalami kenaikan sebesar 112.511 dan angka kesakitan tercatat 45,85 per 100.000 penduduk dengan angka kematian sebesar 0,77 % (871 kematian). Sedangkan pada tahun 2014 sampai awal bulan April tercatat angka kesakitan DBD sebesar 5,17 per 100.000 penduduk (13.031 kasus) dengan angka kematian sebesar 0,84% (110 kematian). Untuk memutus mata rantai penyebaran DBD harus dimulai dari jentik, sedangkan fogging ataupun pengasapan adalah langkah terakhir dan hanya bisa membasmi nyamuk dewasa saja. Kebanyakan dari masyarakat lebih percaya dengan cara fogging dengan alasan bahwa fogging dapat langsung menurunkan jumlah vektor DBD. Namun pada kenyataannya masih ada telur dan jentiknya yang dapat tumbuh dan berkembang menjadi nyamuk dewasa. Oleh karena itu, pemberantasan jentik sangat diperlukan untuk mencegah telur dan jentik berkembang menjadi nyamuk dewasa yang nantinya akan menjadi vektor penular DBD.
Pemberantasan jentik memerlukan tindakan yang terus-menerus dan kerjasama dari seluruh pihak agar pemberantasan tersebut efektif untuk menurunkan jumlah vektor penular DBD. Cara alternatif yang aman adalah dengan cara membunuh jentikjentiknya menggunakan bahan alami dari tumbuhan (pestisida nabati). Karena terbuat dari bahan alami maka jenis pestisida tersebut mudah terurai di alam, sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia maupun hewan ternak peliharaan karena residunya mudah hilang. Indonesia memiliki flora yang sangat beragam, mengandung cukup banyak jenis tumbuh-tumbuhan yang merupakan sumber bahan insektisida yang dapat dimanfaatkan untuk pengendalian vektor penyakit. Salah satunya flora yang dapat digunakan sebagai larvasida alami adalah jenis Morinda citrifolia atau mengkudu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Aryadi (2014) bahwa ekstrak daun mengkudu (Morinda citrifolia) melalui uji skrining fitokimia mengandung minyak atsiri, saponin, triterpenoid, fenol, tannin, dan glikosida sehingga dapat membunuh larva Aedes aegypti. Senyawa-senyawa kimia yang terkandung dalam daun mengkudu (Morinda citrifolia) tersebut bersifat larvasida. Cara kerja senyawa-senyawa kimia yang terkandung di dalam daun mengkudu (Morinda citrifolia) adalah sebagai stomach poisoning atau racun perut yang dapat mengakibatkan gangguan sistem pencernaan larva Aedes aegypti, sehingga larva gagal tumbuh dan akhirnya mati.
C.
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah yang akan dibahas
dalam penelitian adalah : 1. Apakah air perasan daun mengkudu (Morinda citrifolia) mempunyai efek larvasida terhadap larva Aedes aegypti ? 2. Berapakah Lethal Concentration 50% (LC50) dan Lethal Concentration 90% (LC90) dari air perasan daun mengkudu (Morinda citrifolia) yang mematikan larva Aedes aegypti dalam 24 jam ?
D.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan yang akan dibahas dalam penelitian adalah : 1.
Untuk mengetahui efek air perasan daun mengkudu (Morinda citrifolia) sebagai larvasida terhadap larva Aedes aegypti.
2.
Untuk mengetahi Lethal Concentration 50% (LC50) dan Lethal Concentration 90% (LC90) dari air perasan daun mengkudu (Morinda citrifolia) yang mematikan larva Aedes aegypti dalam 24 jam.
E.
Luaran yang Diharapkan Luaran yang diharapkan dari peneliitan ini berupa artikel tentang penelitian ini
yang tentunya berguna untuk alternatif pengendalian vektor khususnya larvasida nabati. Selain itu, luaran dari peneliitan ini dapat berupa paten.
F.
Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1.
Memberikan bukti-bukti empiris tentang efektifitas larvasida air perasan daun mengkudu (Morinda citrifolia) terhadap Aedes aegypti.
2.
Memberikan informasi ilmiah dan ilmu pengetahuan kepada masyarakat luas tentang manfaat air perasan daun mengkudu (Morinda citrifolia) yang dapat digunakan sebagai larvasida
3.
Meningkatkan pemanfaatan daun mengkudu (Morinda citrifolia) untuk membunuh larva Aedes aegypti dengan dapat membantu menurunkan angka kejadian DBD
G.
Tinjauan Pustaka
G.1 Aedes aegypti Nyamuk Aedes aegypti berukuran kecil 4-13 mm dan rapuh, berwarna hitam dengan bintik-bintik putih di tubuhnya dan cincin-cincin putih di kakinya. Bagian tubuh terdiri atas kepala, thorax dan abdomen. Kepalanya mempunyai probosis halus dan panjang yang melebihi panjang kepala. Di kiri kanan probosis terdapat palpus yang terdiri dari 5 ruas dan sepasang antena yang terdiri dari 15 ruas. Sebagian besar toraks
yang tampak (mesonotum) diliputi bulu halus. Bagian posterior dari mesonotum terdapat skutelum yang membentuk 3 lengkungan (trilobus) (Safar, 2009). Sayap nyamuk panjang dan langsing dengan ukuran 2,5-3 mm, mempunyai vena yang permukaannya ditumbuhi sisik-sisik sayap (wing scales) yang letaknya mengikuti vena. Pada pinggir sayap terdapat sederetan rambut yang disebut fringe. Abdomen berbentuk silinder dan terdiri dari 10 ruas. Dua ruas yang terakhir berubah menjadi alat kelamin. Nyamuk mempunyai 3 pasang kaki (heksapoda) yang melekat pada toraks dan tiap kaki terdiri atas 1 ruas femur, 1 ruas tibia dan 5 ruas tarsus (Sutanto, 2008). Nyamuk Aedes aegypti mengalami metamorfosis sempurna dengan bentuk siklus hidup berupa telur, larva (beberapa instar), pupa, dan dewasa. Nyamuk Aedes aegypti biasanya meletakkan telur dan berbiak pada tempat-tempat penampungan air bersih di dalam maupun luar rumah ataupun air hujan (Sembel, 2009). Selain itu, habitat Aedes aegypti ada di dalam rumah dimana terdapat baju yang tergantung atau lipatan gorden (Kemenkes RI, 2010). G.2 Larvasida Insektisida adalah bahan yang mengandung persenyawaan kimia yang digunakan untuk membunuh serangga. Insektisida yang baik (ideal) mempunyai sifat, antara lain mempunyai daya bunuh yang besar dan cepat serta tidak berbahaya bagi binatang vertebrata termasuk manusia dan ternak; murah harganya dan mudah didapat dalam jumlah yang besar; mempunyai susunan kimia yang stabil dan tidak mudah terbakar; mudah dipergunakan dan dapat dicampur dengan berbagai macam bahan pelarut; dan tidak berwarna dan tidak berbau yang tidak menyenangkan (Gandahusada, 1998). Sedangkan larvasida merupakan salah satu insektisida yang berfungsi untuk membunuh serangga dalam stadium larva atau nimfa (Sutanto, 2008). Khasiat larvasida untuk membunuh serangga dalam stadium larva atau nimfa sangat bergantung pada bentuk, cara masuk ke dalam badan serangga, macam bahan kimia, konsentrasi, dan jumlah (dosis) larvasida. Selain itu, faktor-faktor yang harus diperhatikan adalah spesies serangga yang akan diberantas, ukuran, susunan badan, stadium, sistem pernapasan, dan bentuk mulut. Juga penting mengetahui habitat dan perilaku serangga termasuk kebiasaan makan (Sutanto, 2008). Menurut cara masuknya ke dalam tubuh serangga, larvasida dibagi dalam:
1. Racun kontak (contact poisons) Larvasida masuk melalui eksoskelet ke dalam badan serangga dengan perantaraan tarsus (jari-jari kaki) pada waktu istirahat di permukaan yang mengandung residu insektisida. Pada umumnya dipakai untuk memberantas serangga yang mempunyai bentuk mulut tusuk isap (Gandahusada, 1998). 2. Racun perut (stomach poisons) Larvasida masuk ke dalam badan serangga melalui mulut, kemudian masuk ke dalam organ pencernaan serangga dan diserap oleh dinding saluran pencernaan. Selanjutnya, larvasida tersebut terus dibawa oleh cairan tubuh serangga ke tempat sasaran yang mematikan (misalnya ke susunan saraf serangga) (Djojosumarto,
2008).
Biasanya
serangga
yang
diberantas
dengan
menggunakan larvasida ini mempunyai bentuk mulut untuk menggigit, lakat isap, kerat isap, dan bentuk menghisap (Gandahusada, 1998). Salah satu tanaman yang memiliki efek racun perut adalah daun mengkudu dimana daun mengkudu mengandung saponin, tanin, dan flavonoid yang diketahui mempunyai efek anti serangga yang dapat menurunkan aktivitas enzim pencernaan dan penyerapan makanan (Dinata, 2008). Sehingga apabila senyawa-senyawa tersebut masuk ke dalam sistem pencernaan larva Aedes aegypti mengakibatkan gangguan sistem pencernaan, sehingga larva gagal tumbuh dan akhirnya mati (Suyanto, 2009). 3. Racun pernapasan (fumigants) Larvasida masuk melalui saluran pernapasan (spirakel) dan juga melalui permukaan badan serangga. Larvasida ini dapat juga digunakan untuk memberantas semua jenis serangga tanpa harus memperhatikan bentuk mulutnya (Gandahusada, 1998). Serangga hama akan mati bila menghirup insektisida dalam jumlah yang cukup. Kebanyakan racun napas berupa gas, atau bila wujud asalnya padat atau cair, yang segera berubah atau menghasilkan gas dan diaplikasikan sebagai fumiganisia (Djojosumarto, 2008). G.3 Daun Mengkudu (Morinda citrofolia) Tanaman mengkudu dapat tumbuh baik pada daerah dataran rendah dengan ketinggian 0-500 mdpl, suhu udara antara 220C-300 C, namun masih dapat tumbuh
hingga suhu 320 C. Kelembaban udara (RH) antara 50-70%. Curah hujan antara 20003000 mm/tahun, dan cukup mendapat sinar matahari. Mengkudu toleran terhadap naungan atau keadaan teduh, sehingga cocock ditanam di pekarangan. Mengkudu menghendaki pH antara 5,5-6,5 dengan struktur subur, banyak mengandung humus, memiliki aerasi dan drainase yang baik. Jenis tanah yang cocok bagi pertumbuhan mengkudu adalah alivial, latosol, dan podsolik merah kuning (Aditya, 2013). Berdasarkan hasil penelitian (Aryadi, 2014) disebutkan bahwa melalui uji skrining fitokimia, Morinda citrifolia mengandung komponen bioakif seperti minyak atsiri, tannin, flavonoid, triterpen, triterpenoid, dan saponin dalam jumlah yang signifikan. Hasil penelitian Setyawaty (2014) mengenai identifikasi senyawa antrakuinon pada daun mengkudu Morinda citrifolia menggunakan kromatografi lapis tipis menunjukkan bahwa jenis senyawa antrakuinon yang ditemukan pada daun mengkudu adalah aloin dan trakuinon. Saponin yang terkandung dalam daun mengkudu merupakan glikosida dalam tanaman yang sifatnya menyerupai sabun dan dapat larut dalam air. Saponin merupakan senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan spesies tanaman yang berbeda, terutama tanaman dikotil dan berperan sebagai bagian dari sistem pertahanan tanaman dan termasuk ke dalam kelompok besar molekul pelindung tanaman. Saponin diketahui memepunyai efek anti serangga karena saponin yang terdapat pada makanan yang dikonsumsi serangga dapat menurunkan aktivitas enzim pencernaan dan penyerapan makanan (Suparjo, 2008). Pengaruh saponin terlihat pada gangguan fisik serangga bagian luar (kutikula), yakni mencuci lapisan lilin yang melindungi tubuh serangga dan menyebabkan kematian karena kehilangan banyak cairan tubuh. Saponin juga dapat masuk melalui organ pernapasan dan menyebabkan membran sel rusak atau proses metabolisme terganggu (Novizan, 2002). Flavonoid adalah salah satu jenis senyawa yang bersifat racun/aleopati, merupakan persenyawaan dari gula yang terikat dengan flavon. Flavonoid mempunyai sifat khas yaitu bau yang sangat tajam, rasanya pahit, dapat larut dalam air dan pelarut organik, serta mudah terurai pada temperatur tinggi (Suyanto, 2009). Flavonoid merupakan senyawa pertahanan tumbuhan yang dapat bersifat menghambat makan serangga dan juga bersifat toksik. Flavonoid mempunyai sejumlah kegunaan. Pertama,
terhadap tumbuhan, yaitu sebagai pengatur tumbuhan, pengatur fotosintesis, kerja antimiroba dan antivirus. Kedua, terhadap manumur, yaitu sebagai antibiotik terhadap penyakit kanker dan ginjal, menghambat perdarahan. Ketiga, terhadap serangga, yaitu sebagai daya tarik serangga untuk melakukan penyerbukan. Keempat, kegunaan lainnya adalah sebagai bahan aktif dalam pembuatan insektisida nabati (Dinata, 2009). Tanin merupakan polifenol tanaman yang larut dalam air dan dapat menggumpalkan protein (Westendarp, 2006). Apabila tanin kontak dengan lidah maka reaksi pengendapan protein ditandai dengan rasa sepat atau astringen. Tanin terdapat pada berbagai tumbuhan berkayu dan herba, berperan sebagai pertahanan tumbuhan dengan cara menghalangi serangga dalam mencerna makanan. Tanin dapat menurunkan kemampuan mencerna makanan dengan cara menurunkan aktivitas enzim pencernaan (protease dan amilase) serta mengganggu aktivitas protein usus. Serangga yang memakan tumbuhan dengan kandungan tanin tinggi akan memperoleh sedikit makanan, akibatnya akan terjadi penurunan pertumbuhan. Respon jentik terhadap senyawa ini adalah menurunnya laju pertumbuhan dan gangguan nutrisi (Dinata, 2008; Suyanto, 2009). Efek larvasida senyawa saponin, flavonoid dan tanin yaitu sebagai stomach poisoning atau racun perut. Senyawa-senyawa tersebut larut di dalam air dan akhirnya masuk sistem pencernaan serta mengakibatkan gangguan sistem pencernaan larva Aedes aegypti, sehingga larva gagal tumbuh dan akhirnya mati (Suyanto, 2009).
H.
Metode Penelitian 1.
Prosedur Penelitian 1) Pengadaan Larva Nyamuk Aedes aegypti Larva nyamuk Aedes aegypti yang digunakan dalam penelitian ini adalah larva nyamuk Aedes aegypti instar III yang diperoleh dari Laboratorium Insektarium B2P2VRP Salatiga. Jumlah larva nyamuk Aedes aegypti instar III keseluruhan yang dibutuhkan dalam penelitian ini sebanyak 1200 ekor. 2) Bahan dan Alat Pembuatan Air Perasan Daun Mengkudu a. Bahan 1. Daun mengkudu
2. Air keran 3. Aquades b. Alat 1. Pisau 2. Blender 3. Kain 4. Timbangan 5. Saringan plastik 6. Gelas plastik ukuran 240 ml 7. Pipet ukur 10 ml 8. Pipet tetes 5 ml 3) Pengadaan Air Perasan Daun Mengkudu 1. 100 gr daun mengkudu dicuci bersih dengan air mengalir untuk menghilangkan kotoran yang menempel dan diangin-anginkan 2. Daun mengkudu tersebut kemudian diiris untuk mempermudah dalam memperolah hasil perasan 3. Irisan daun mengkudu dilarutkan dengan 100 ml aquades dan dilumatkan dengan blender 4. Hasil blenderan diperas dan disaring dengan saringan plastik yang dilapisi kain. 4) Tahap Uji Pendahuluan 1. Ditentukan konsentrasi air perasan daun mengkudu yang akan digunakan. Konsentrasi air perasan daun mengkudu yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1%, 4%, 8%, 10%, dan 12%. 2. Air perasan daun mengkudu diambil dengan pipet ukur kemudian dimasukkan ke dalam gelas ukur. Volume air perasan daun mengkudu yang diambil dihitung dengan rumus pengenceran sebagai berikut : V1. M1 = V2. M2 Keterangan : V1 : volume larutan mula-mula M1 : konsentrasi larutan mula-mula
V2 : volumer larutan sesudah diencerkan M2 : konsentrasi larutan sesudah diencerkan Tabel Komposisi Air Perasan Daun Mengkudu dan Air Keran Pada Konsentrasi 1%, 4%, 8%, 10%, dan 12% Komposisi Konsentrasi (%)
Air perasan daun
Air keran (ml)
mengkudu (ml) 1
1
99
4
4
96
8
8
92
10
10
90
12
12
88
3. Pada gelas plastik dimasukkan 25 ekor larva Aedes aegypti instar III 4. Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah dan persentase kematian larva pada jam ke-24 dan dilakukan pengulangan sebanyak 4 kali. 5) Tahap Uji Penelitian 1. Ditentukan kadar atau konsentrasi air perasan daun mengkudu yang akan digunakan setelah dilakukan uji pendahuluan 2. Air perasan daun mengkudu diambil dengan pipet ukur kemudian dimasukkan ke dalam gelas ukur. Volume air perasan daun mengkudu yang diambil dihitung dengan rumus pengenceran sebagai berikut : V1. M1 = V2. M2 Keterangan : V1 : volume larutan mula-mula M1 : konsentrasi larutan mula-mula V2 : volumer larutan sesudah diencerkan M2 : konsentrasi larutan sesudah diencerkan
3. Setiap konsentrasi air perasan daun mengkudu dilakukan 4 kali pengulangan dengan mengacu pada rumus Federer sebagai berikut p(n − 1) ≥ 16 Keterangan : p = jumlah perlakuan n = jumlah pengulangan Sehingga, p(n − 1) ≥ 16 6(n − 1) ≥ 16 6n − 6 ≥ 16 6n ≥ 22 n ≥ 3,67 4. Jumlah larva yang mati dihitung pada jam ke-24 setelah perlakukan diberikan. 2. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1) Teknik Pengolahan Data Data-data yang dikumpulkan berupa data primer yang diperoleh dari hasil perhitungan jumlah kematian larva Aedes aegypti selam penelitian, kemudian pengolahan data melalui tahap-tahap berikut : 1. Editing, yaitu meneliti data kematian larva Aedes aegypti yang diperoleh meliputi kelengkapan dan pengisian lembar hasil pengamatan. 2. Coding, yaitu kegiatan untuk mengklasifikasikan data menurut kategori masing-masing. 3. Entry, yaitu kegiatan memasukkan data yang telah didapat ke dalam program komputer yang sudah ditetapkan. 4. Tabulating, yaitu tahap melakukan penyajian data melalui tabel agar mempermudah untuk dianalisis. 2) Analisis Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis secara statisitik menggunakan : 1. Uji Probit
Penentuan letal konsentrasi yang menyebabkan mortalitas pada larva Aedes aegypti dilakukan dengan menggunakan analisis Probit. Analisis probit merupakan metode statistik yang digunakan untuk memahami hubungan dosis-respon dan digunakan untuk melihat estimasi besar dosis yang dapat mengakibatkan mortalitas larva Aedes aegypti sebesar 50% (LC50) dan 90% (LC90). 2. Uji Analisis Varian (ANOVA) Uji ANOVA (One Way Anova) digunakan untuk melihat ada tidaknya perbedaaan jumlah kematian larva Aedes aegypti pada semua kelompok uji apabila data terdistribusi normal, dan dengan menggunakan Uji Kruskal Wallis apabila data berdistribusi tidak normal. Sebelumnya data diuji kenormalannya dengan menggunakan Uji Kolmogorov Smirnov. 3. Penarikan Kesimpulan Penarikan kesimpulan merupakan jawaban dari permasalahan dan tujuan yang disimpulkan berdasarkan hasil analisis output yang berupa konsentrasi larvasida nabati air perasan daun mengkudu yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
I.
Anggaran Biaya
No.
Jenis Pengeluran
1.
Biaya (Rp)
Peralatan penunjang Blender
500.000
Pisau
10.000
Kain
50.000
Timbangan
200.000
Gelas plastik
75.000
Pipet ukur 10 ml
10.000
Pipet tetes 5 ml
10.000
2.
Pengujian Pengujian larvasida terhadap larva
3.
500.000
Bahan habis pakai Daun mengkudu
25.000
Aquades
200.000
Larva Aedes aegypti
240.000
4.
Perjalanan Transportasi
1.500.000
5.
Pelaporan dan dokumentasi Laporan
500.000
Dokumentasi
500.000 4.320.000
Total
J.
Jadwal Kegiatan Bulan 1 No.
Jenis Kegitan
1.
Penyiapan alat dan bahan
2.
Pembuatan air
1
2
3
Bulan 3
Bulan 2 4
1
2
3
4
1
2
3
4
perasan daun mengkudu 3.
Pengujian larvasida pada larva
4.
Pengolahan data
5.
Penyusunan laporan
K.
DAFTAR PUSTAKA
Aditya, Yudi. 2013. Tanaman Mengkudu. Diakses pada tanggal 29/05/2015. https://adityaofagriculture.wordpress.com/tag/makalah-tanaman-mengkudu/ Aryadi, I Gusti Ayu Istri Praminingrat. 2014. Pengaruh Ekstrak Daun Mengkudu (Morinda citrifolia) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus Sebagai Penyebab Abses Periodontal Secara In Vitro. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Mahasaraswati
Denpasar,
Skripsi.
Diakses
pada
tanggal
11/03/2015 http://unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf Dinata, Arda. 2009. Basmi Lalat dengan Jeruk Manis. Diakses pada tanggal 08/03/2015 http://litbang.depkes.go.id/lokaciamis/artikel/lalat-arda.htm Gandahusada, Sriasi. 1998. Parasitologi Kedokteran (Edisi Ketiga). Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Hal: 248-249. Kemenkes RI. 2010. Buletin Jendela Epidemiologi Volume 2. Jakarta : Pusat Data dan Surveilans
Epidemiologi
diakses
pada
tanggal
11/03/2015
http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/buletin/buletindbd.pdf
________. 2014. Penyakit yang Disebabkan oleh Nyamuk dan Cara Pencegahannya Serta Target yang Akan Dicapai oleh Pemerintah. Jakarta : Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP dan PL) Kementerian Kesehatan
RI
diakses
pada
tanggal
11/03/2015
http://pppl.depkes.go.id/focus?id=1374 Novizan. 2002. Membuat dan Memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan. Jakarta : Agro Media Pustaka. Hal: 37-40. Safar, Rosdiana. 2009. Parasitologi Kedokteran “Protozoologi, Helmintologi, Entomologi”. Bandung: CV Yrama Widya. Hal 252, 255-259. Sembel, DT. 2009. Entomologi Kedokteran. Yogyakarta: CV Andi Offset. Hal: 50-53. Setyawaty. 2014. Identifikasi Senyawa Antrakuinon Pada Daun Mengkudu (Morinda citrifolia L) Menggunakan Kromatografi Lapis Tipis. Prosiding Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM UMP 2014 ISBN 978602-14930-3-8.
Diakses
pada
tanggal
26/04/2015
http://seminarlppm.ump.ac.id/index.php/semlppm/article/download/110/108 Suparjo. 2008. Saponin: Peran dan Pengaruhnya bagi Ternak dan Manusia. Laboratorium Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Jambi. Diakses
pada
tanggal
08/03/2015
https://jajo66.files.wordpress.com/2008/06/saponin.pdf Sutanto, Inge. 2008. Parasitologi Kedokteran (Edisi Keempat). Jakarta: UI Press. Hal: 250-253, 265-266, 275-278, 280-281. Suyanto, F. 2009. Efek Larvasida Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Larva Aedes aegypti L. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Skripsi. Westendarp, H. 2006. Effects of Tannins in Animal Nutrition. Dutsch Tierarztl Wochenschr,
113(7):264-268.
Diakses
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16892705
pada
tanggal
07/05/2015
LAMPIRAN
Lampiran 1 Ketua Pelaksana Nama NIM/Tahun Angkatan Jenis Kelamin Fakultas Jurusan Tempat,Tanggal Lahir Agama Phone E-Mail
: Rizqi Amalia : 6411412067/2012 : Perempuan : FIK : Kesehatan Masyarakat, S1 : Jepara,4 Juli 1994 : Islam : 085799886716 : [email protected] Ketua Pelaksana
Rizqi Amalia NIM. 6411412067 Anggota Pelaksana 1 Nama NIM/Tahun Angkatan Jenis Kelamin Fakultas Jurusan Tempat,Tanggal Lahir Agama Phone E-Mail
: Sulastri : 6411412044/2012 : Perempuan : FIK : Kesehatan Masyarakat, S1 : Pati, 17 Januari 1994 : Islam : 081901075852 : [email protected] Anggota Pelaksana 1
Sulastri NIM. 6411412044
Anggota Pelaksana 2 Nama NIM/Tahun Angkatan Jenis Kelamin Fakultas Jurusan Tempat,Tanggal Lahir Agama Phone E-Mail
: Fika Akmalia F : 6411412076/2012 : Perempuan : FIK : Kesehatan Masyarakat, S1 : Pemalang, 27 April 1994 : Islam : 089667211944 : [email protected] Anggota Pelaksana 2
Fika Akmalia F NIM. 6411412076 Anggota Pelaksana 3 Nama NIM/Tahun Angkatan Jenis Kelamin Fakultas Jurusan Tempat,Tanggal Lahir Agama Phone E-Mail
: Rofiatul Ummah : 6411412059/2012 : Perempuan : FIK : Kesehatan Masyarakat, S1 : Jepara, 09 September 1994 : Islam : 08978029239 :Anggota Pelaksana 3
Rofiatul Ummah NIM. 6411412059
Anggota Pelaksana 4 Nama NIM/Tahun Angkatan Jenis Kelamin Fakultas
: Anis Ratna Sari : 6411412064/2012 : Perempuan : FIK
Jurusan Tempat,Tanggal Lahir Agama Phone E-Mail
: Kesehatan Masyarakat, S1 : Demak, 04 Juli 1994 : Islam : 085743679960 :Anggota Pelaksana 4
Anis Ratna Sari NIM. 6411412064 Dosen Pembimbing Nama NIDN Jabatan Fungsional Tempat,Tanggal Lahir Agama Alamat Tempat Tinggal Phone E-Mail
: : : : : : : : Dosen Pembimbing
Lampiran 2 1.
Peralatan penunjang Material
Kuantitas
Satuan Harga (Rp)
Jumlah (Rp)
Blender
1 buah
500.000
500.000
Pisau
1 buah
10.000
10.000
Kain
1 meter
50.000
50.000
Timbangan
1 buah
200.000
200.000
Gelas plastik
35 buah
2000
75.000
Pipet ukur 10 ml
5 buah
2000
10.000
Pipet tetes 5 ml
5 buah
2000
10.000 855.000
Jumlah
2.
Pengujian Material
Kuantitas
Pengujian larvasida terhadap
-
Satuan Harga
Jumlah (Rp)
(Rp) -
500.000
larva 500.000
Jumlah
3.
Bahan habis pakai Material Daun mengkudu
Kuantitas 5 kg
Satuan Harga (Rp)
Jumlah (Rp)
5000
25.000
Aquades
-
Larva Aedes aegypti
-
1200 ekor
200
240.000 465.000
Jumlah
4.
Perjalanan Material Transportasi
Kuantitas
Satuan Harga (Rp)
-
-
Jumlah (Rp) 1.500.000 1.500.000
Jumlah
5.
200.000
Laporan dan dokumentasi Material
Jumlah (Rp)
Kuantitas
Satuan Harga (Rp)
Laporan
-
-
500.000
Dokumentasi
-
-
500.000
Jumlah
1.000.000
Total seluruh
4.320.000