Ulul Azmi Asya [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

EVALUASI PENGGUNAAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI DI INSTALASI MIKROBIOLOGI KLINIK DAN PATOLOGI ANATOMI RSUP H. ADAM MALIK PERIODE MARET‒MEI 2017 SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara



OLEH: RENIKA FEBRI ANJASARI NIM 151524013



PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018



Universitas Sumatera Utara



EVALUASI PENGGUNAAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI DI INSTALASI MIKROBIOLOGI KLINIK DAN PATOLOGI ANATOMI RSUP H. ADAM MALIK PERIODE MARET‒MEI 2017 SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara



OLEH: RENIKA FEBRI ANJASARI NIM 151524013



PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018



ii Universitas Sumatera Utara



iii Universitas Sumatera Utara



KATA PENGANTAR



Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Evaluasi Penggunaan Bahan Medis Habis Pakai di Instalasi Mikrobiologi Klinik dan Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik Periode Maret‒Mei 2017”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Wiryanto, M.S., Apt., dan Ibu Dra. Nurminda Silalahi, M.Si., Apt., yang telah meluangkan waktu dan tenaga dalam membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan tanggung jawab, memberikan petunjuk dan saransaran selama penelitian hingga selesainya skripsi ini . Terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Urip Harahap, Apt., selaku ketua penguji dan Bapak Hari Ronaldo Tanjung, S.Si., M.Sc., Apt., selaku anggota penguji yang telah memberikan saran untuk menyempurnakan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Effendy De Lux Putra, rer. nat., SU., Apt., selaku dosen penasehat akademik yang telah membimbing dan arahan selama masa pembelajaran di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Penulis juga mempersembahkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada keluarga tercinta, Ayahanda Jamroni dan Ibunda Sri Sunartini, Adik Yulia



iv Universitas Sumatera Utara



Amanda Puteri serta seluruh keluarga besar tercinta yang selalu mendoakan dan memotivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih banyak kepada para sahabat Rara, Pudy, Rini, Reza, Uswa, Yulita, Rumiris, Saeful, Rambe, Fauzal, Salihin, dan April yang senantiasa membantu dan memberi semangat dalam pengerjaan skripsi ini, juga kepada rekan-rekan ekstensi farmasi angkatan 2015 yang telah mewarnai hari-hari perkuliahan dengan semangat juang yang tiada tara. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang farmasi.



Medan, Desember 2017 Penulis,



Renika Febri Anjasari NIM 151524013



v Universitas Sumatera Utara



SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT



Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama



: Renika Febri Anjasari



Nomor Induk Mahasiswa



: 151524013



Program Studi



: S-1 Ekstensi Farmasi



Judul Skripsi : Evaluasi Penggunaan Bahan Medis Habis Pakai di Instalasi Mikrobiologi Klinik dan Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik Periode Maret‒Mei 2017



Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini ditulis berdasarkan data dari hasil pekerjaan yang saya lakukan sendiri, dan belum pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Perguruan Tinggi dan bukan plagiat karena kutipan yang ditulis telah disebutkan sumbernya di dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam skripsi ini ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia menerima sanksi apapun oleh Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dan bukan menjadi tanggung jawab pembimbing. Demikianlah surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya untuk dapat digunakan jika diperlukan sebagaimana mestinya.



Medan, Desember 2017 Yang membuat pernyataan,



Renika Febri Anjasari NIM 151524013



vi Universitas Sumatera Utara



EVALUASI PENGGUNAAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI DI INSTALASI MIKROBIOLOGI KLINIK DAN PATOLOGI ANATOMI RSUP H. ADAM MALIK PERIODE MARET–MEI 2017 ABSTRAK Instalasi Farmasi adalah penyelenggara pengawasan dan pengendalian penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP). Pada pelaksanaannya, terdapat kendala yaitu adanya selisih antara permintaan dan penggunaan BMHP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui selisih dan mengetahui penyebab terjadinya selisih antara permintaan dan penggunaan BMHP di Instalasi Mikrobiologi Klinik dan Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik periode Maret‒Mei 2017. Penelitian dilakukan secara prospektif menggunakan metode deskriptif bersifat kualitatif dengan wawancara dan metode deskriptif bersifat kuantitatif terhadap data permintaan dan penggunaan BMHP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat selisih antara data permintaan dan data penggunaan BMHP di Instalasi Mikrobiologi Klinik dan Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik periode Maret‒Mei 2017. Penggunaan BMHP dengan selisih tertinggi di Instalasi Mikrobiologi Klinik yaitu pada disposable syringe/spuit 5 cc sebanyak 42 pcs (62,7%) dan Patologi Anatomi pada alkohol 96% sebanyak 0,7 L (4,12%). Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penyebab terjadinya selisih antara penggunaan dengan permintaan BMHP adalah beberapa pengeluaran atau penggunaan BMHP tidak di entry pada Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) dan belum adanya Standar Prosedur Operasional (SPO) yang menjelaskan tindakan yang dilakukan dengan jumlah BMHP yang digunakan.



Kata kunci: instalasi mikrobiologi klinik, instalasi patologi anatomi, bahan medis habis pakai, RSUP H. Adam Malik



vii Universitas Sumatera Utara



EVALUATION OF DISPOSABLE MEDICAL MATERIALS AND EQUIPMENT USAGE IN INSTALLATIONS OF CLINICAL MICROBIOLOGY AND ANATOMICAL PATHOLOGY H. ADAM MALIK HOSPITAL PERIOD MARCH–MAY 2017 ABSTRACT Pharmaceutical Installation is the organizer of supervision and control the use of pharmaceutical preparations, medical devices, and disposable medical materials and equipment. In practice there are problems, such as the differences between the demand and use of disposable medical materials and equipment. This study aimed to determine the differences and determine the cause of the differences between the demand and use of disposable medical materials and equipment in Installations of Clinical Microbiology and Anatomical Pathology H. Adam Malik hospital period March-May 2017. The study was conducted prospectively used qualitative descriptive method with interviews and quantitative descriptive methods of demand data and disposable medical materials and equipment usage. The results of the research showed that there were differences between demand data and data of disposable medical materials and equipment usage in Installations Clinical Microbiology and Anatomical Pathology of H. Adam Malik hospital period March-May 2017. The use of disposable medical materials and equipment with the highest differences in Clinical Microbiology Installation was disposable syringe/spuit 5 cc as much as 42 pcs (62.7%) and Anatomical Pathology Installation was 96% alcohol as much as 0.7 L (4.12%). The results can be concluded that the cause of the differences between the demand and disposable medical materials and equipment usage are some expenditure or use of disposable medical materials and equipment did not entry to hospital information system and there is no Standard Operating Procedures (SOP) which explains the actions taken by the quantity of disposable medical materials and equipment used.



Keywords: installation of clinical microbiology, installation of anatomical pathology, disposable medical materials and equipment, H. Adam Malik hospital



viii Universitas Sumatera Utara



DAFTAR ISI



Halaman JUDUL .....................................................................................................



i



HALAMAN JUDUL ................................................................................



ii



LEMBAR PENGESAHAN .....................................................................



iii



KATA PENGANTAR .............................................................................



iv



SURAT PERNYATAAN .........................................................................



vi



ABSTRAK ...............................................................................................



vii



ABSTRACT .............................................................................................



viii



DAFTAR ISI ...........................................................................................



ix



DAFTAR TABEL ....................................................................................



xiii



DAFTAR GAMBAR ...............................................................................



xiv



DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................



xv



BAB I PENDAHULUAN ......................................................................



1



1.1 Latar Belakang .....................................................................



1



1.2 Rumusan Masalah ................................................................



3



1.3 Hipotesis ..............................................................................



4



1.4 Tujuan Penelitian .................................................................



4



1.5 Manfaat Penelitian ...............................................................



5



1.6 Kerangka Pikir Penelitian ....................................................



5



BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................



6



2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit .................



6



2.1.1 Pelayanan kefarmasian ..............................................



7



2.1.2 Manfaat instalasi farmasi penyelenggara pelayanan kefarmasian ................................................................



7



ix Universitas Sumatera Utara



2.2 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan BMHP



8



2.2.1 Perencanaan ...............................................................



9



2.2.2 Pemilihan ...................................................................



9



2.2.3 Pengadaan ..................................................................



9



2.2.4 Penerimaan .................................................................



10



2.2.5 Penyimpanan ..............................................................



10



2.2.6 Pendistribusian ...........................................................



10



2.2.7 Pengendalian ..............................................................



11



2.2.8 Pencatatan dan pelaporan ...........................................



12



2.2.9 Monitoring dan evaluasi ............................................



12



2.3 Manajemen Risiko Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat kesehatan, dan BMHP ..........................................................



13



2.4 Laboratorium Klinik ............................................................



14



2.4.1 Definisi laboratorium klinik ........................................



14



2.4.2 Instalasi mikrobiologi klinik .......................................



15



2.4.3 Instalasi patologi anatomi ...........................................



15



2.5 Sistem Informasi Rumah Sakit ............................................



15



BAB III METODE PENELITIAN ...........................................................



17



3.1 Jenis Penelitian .....................................................................



17



3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ...............................................



17



3.2.1 Lokasi penelitian .......................................................



17



3.2.2 Waktu penelitian .......................................................



17



3.3 Sumber Data .......................................................................................



17



3.3.1 Data primer ......................................................................................



17



3.3.2 Data sekunder ..................................................................................



18



x Universitas Sumatera Utara



3.4 Instrumen Pengumpulan Data ............................................................



18



3.5 Pemilihan Informan ............................................................................



18



3.6 Pengolahan Data .................................................................................



19



3.6.1 Pengolahan data kualitatif ...............................................................



19



3.6.2 Pengolahan data kuantitatif .............................................................



20



3.7 Langkah Penelitian .............................................................................



21



3.8 Definisi Operasional ...........................................................................



21



3.9 Bagan Alur Penelitian ........................................................................



23



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................



24



4.1 Hasil Penelitian .................................................................................



24



4.2 Jumlah Pasien Berdasarkan Data Pertindakan di Instalasi Mikrobiologi Klinik ........................................................................................................ 24 4.3 Jumlah Pasien Berdasarkan Data Pertindakan di Instalasi Patologi Anatomi .....................................................................................



26



4.4 Perencanaan Permintaan BMHP di Instalasi Mikrobiologi Klinik dan Patologi Anatomi ...................................................................



27



4.5 Pengadaan Kebutuhan BMHP di Instalasi Mikrobiologi Klinik dan Patologi Anatomi ...................................................................



29



4.6 Penggunaan BMHP Instalasi Mikrobiologi Klinik ...........................



31



4.7 Penggunaan BMHP Instalasi Patologi Anatomi ...............................



33



4.8 Permasalahan Penggunaan BMHP di Instalasi ................................................................................................................... Mikrobiol ogi Klinik ................................................................................................. 35 4.9 Permasalahan Penggunaan BMHP di Instalasi Patologi Anatomi ....................................................................................................



37



4.10 Penyebab Terjadi Selisih Permintaan dengan ................................................................................................................... Penggunaan BMHP di Instalasi Mikrobiologi Klinik dan ................................................................................................................... Patologi Anatomi .................................................................................................... 39



xi Universitas Sumatera Utara



4.10.1 Pemasukan data atau entry BMHP pada SIRS di instalasi mikrobiologi klinik dan patologi anatomi ................................



39



4.10.2 Standar Prosedur Operasional (SPO) ............................................



40



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................



44



5.1 Kesimpulan .......................................................................................



44



5.2 Saran ..................................................................................................



45



DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................



46



LAMPIRAN .............................................................................................



48



xii Universitas Sumatera Utara



DAFTAR TABEL



Tabel



Halaman



3.1



Pemilihan informan ......................................................................



19



4.1



Jumlah pasien pertindakan di Instalasi Mikrobiologi Klinik .......



24



4.2



Jumlah pasien pertindakan di Instalasi Patologi Anatomi ...........



27



4.3



Selisih jumlah penggunaan BMHP dengan permintaan di Instalasi Mikrobiologi Klinik periode Maret‒Mei 2017 ..............



31



Selisih jumlah penggunaan BMHP dengan permintaan di Instalasi Patologi Anatomi periode Maret‒Mei 2017 ..................



34



4.4



xiii Universitas Sumatera Utara



DAFTAR GAMBAR



Gambar



Halaman



1.1



Hubungan variabel bebas dan variabel terikat .....................



5



3.1



Alur pelaksanaan penelitian .................................................



23



4.1



Alur pengadaan BMHP di Instalasi Mikrobiologi Klinik dan Patologi Anatomi ...........................................................



30



Grafik lima besar selisih penggunaan BMHP di Instalasi Mikrobiologi Klinik dengan permintaan di Perbekalan Farmasi Periode Maret‒Mei 2017 ........................................



33



Grafik lima besar selisih penggunaan BMHP di Instalasi Patologi Anatomi dengan permintaan di Perbekalan Farmasi Periode Maret‒Mei 2017 ........................................



35



4.2



4.3



xiv Universitas Sumatera Utara



DAFTAR LAMPIRAN



Lampiran 1



Halaman Jumlah penggunaan BMHP di Instalasi Mikrobiologi Klinik periode Maret‒Mei 2017 .........................................................



48



Jumlah penggunaan BMHP di Instalasi Patologi Anatomi periode Maret‒Mei 2017 .........................................................



49



Jumlah permintaan BMHP Instalasi Mikrobiologi Klinik di Perbekalan Farmasi Periode Maret‒Mei 2017 ........................



50



Jumlah permintaan BMHP Instalasi Patologi Anatomi di Perbekalan Farmasi Periode Maret‒Mei 2017 ........................



51



Perhitungan jumlah penggunaan BMHP di Instalasi Mikrobiologi Klinik RSUP H. Adam Malik Periode Maret‒Mei 2017 ......................................................................



52



Perhitungan jumlah penggunaan BMHP di Instalasi Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik periode Maret‒Mei 2017 .....



67



7



Studi pendahuluan ...................................................................



71



8



Lembar persetujuan menjadi informan ....................................



72



9



Pedoman wawancara ...............................................................



74



10



Matriks pertanyaan evaluasi penggunaan BMHP di Instalasi Mikrobiologi Klinik dan Patologi Anatomi periode Maret‒Mei 2017 ......................................................................



75



11



Form permintaan BMHP .........................................................



77



12



Surat selesai melakukan penelitian di RSUP H. Adam Malik



78



13



Gambar BMHP di Instalasi Mikrobiologi Klinik ....................



79



14



Gambar BMHP di Instalasi Patologi Anatomi ........................



80



2



3



4



5



6



xv Universitas Sumatera Utara



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis . Untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan bagi masyarakat perlu dilakukan upaya kesehatan . Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan masyarakat (Presiden RI, 2009). Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Undang-undang Republik Indonesia No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit tertulis bahwa rumah sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya manusia, kefarmasian, dan peralatan. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia (Aditama, 2010; Menkes RI, 2016). Instalasi farmasi merupakan revenue center utama mengingat lebih dari 90% pelayanan kesehatan di rumah sakit menggunakan perbekalan farmasi obat-



1 Universitas Sumatera Utara



obatan, bahan kimia, bahan radiologi, Bahan Medis Habis Pakai (BMHP), alat kedokteran dan gas medik. Luasnya peran instalasi farmasi dalam kelancaran pelayanan kesehatan dan juga merupakan instalasi yang memberikan sumber pemasukan terbesar di rumah sakit. Sudah dapat diprediksi bahwa pendapatan rumah sakit akan mengalami penurunan jika masalah perbekalan farmasi tidak dikelola secara cermat serta penuh tanggung jawab (Puspa, 2013). Pengelolaan perbekalan farmasi yang efektif dan efisien dibutuhkan suatu manajemen dalam rumah sakit. Manajemen rumah sakit perlu dilengkapi dengan manajemen farmasi yang sistematis. Manajemen farmasi tidak terlepas dari konsep umum manajemen logistik. Manajemen logistik dalam lingkungan rumah sakit dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengelolaan secara strategis empat fungsi dasar terhadap pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, dan penggunaan persediaan bahan yang diperlukan sebagai produksi jasa rumah sakit. Pengendalian persediaan di rumah sakit belum cukup baik berdampak pada timbulnya masalah kelebihan persediaan (overstock) maupun kekuarangan persediaan (stockout) (Aditama, 2010; Permadi, 2015). Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di rumah sakit harus menjamin ketersediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP yang aman, bermutu, bermanfaat dan terjangkau. BMHP adalah alat kesehatan dan bahan medis yang ditujukan untuk penggunaan sekali pakai (single use) (Menkes RI, 2016). Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik memiliki gudang farmasi yang berada langsung di bawah tanggung jawab Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) . Salah satu kegiatan yang dilakukan di gudang farmasi RSUP H. Adam Malik



2 Universitas Sumatera Utara



adalah penyiapan floor stock ruangan (amprahan) untuk menunjang kegiatan yang akan dilakukan tenaga kesehatan. Pengelolaan perbekalan farmasi cukup penting, sehingga pada saat pelaksanaannya tidak boleh adanya selisih antara pemasukan dengan pengeluaran. Berdasarkan hasil studi pendahuluan melalui wawancara terhadap bagian pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP di RSUP H. Adam Malik diketahui bahwa ada perbedaan data hasil stock opname BMHP dibandingkan dengan data dari Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS), data dari SIRS lebih besar dibandingkan dengan data stock opname untuk sementara diketahui perbedaan data di atas kemungkinan ada di Instalasi User. Berdasarkan data SIRS diketahui bahwa yang paling banyak melakukan permintaan BMHP adalah Instalasi Mikrobiologi Klinik dan Patologi Anatomi. Menurut keterangan petugas di bagian Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik, dalam penggunaan BMHP terdapat kendala yaitu kesulitan dalam mengetahui informasi data penggunaan BMHP tiap tindakan. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan evaluasi terhadap penggunaan bahan medis habis pakai di Instalasi Mikrobiologi Klinik dan Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik.



1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut: a. apakah terdapat selisih permintaan dengan penggunaan BMHP di Instalasi Mikrobiologi Klinik dan Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik periode Maret−Mei 2017?



3 Universitas Sumatera Utara



b. apakah penyebab terjadinya selisih permintaan dengan penggunaan BMHP di Instalasi Mikrobiologi Klinik dan Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik periode Maret−Mei 2017?



1.3 Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah: a. terdapat selisih permintaan dengan penggunaan BMHP di Instalasi Mikrobiologi Klinik dan Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik periode Maret−Mei 2017. b. penyebab terjadinya selisih permintaan dengan penggunaan BMHP di Instalasi Mikrobiologi Klinik dan Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik periode Maret−Mei 2017 adalah tidak konsisten melakukan entry data penggunaan BMHP ke SIRS.



1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan hipotesis penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah: a. mengetahui adanya selisih permintaan dengan penggunaan BMHP di Instalasi Mikrobiologi Klinik dan Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik periode Maret‒Mei 2017. b. mengetahui penyebab terjadinya selisih permintaan dengan penggunaan BMHP di Instalasi Mikrobiologi Klinik dan Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik periode Maret‒Mei 2017.



4 Universitas Sumatera Utara



1.5 Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas, adapun manfaat penelitian ini adalah: a. mengetahui jumlah BMHP yang digunakan di Instalasi Mikrobiologi Klinik dan Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik periode Maret‒Mei 2017. b. sebagai bahan pertimbangan bagi Rumah Sakit dalam melakukan perencanaan dan pengadaan BMHP selanjutnya guna mewujudkan pengelolaan perbekalan farmasi yang efektif dan efisien di Rumah Sakit.



1.6 Kerangka Pikir Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk evaluasi penggunaan bahan medis habis pakai pada Instalasi Mikrobiologi Klinik dan Patologi Anatomi di RSUP H. Adam Malik. Kerangka pikir penelitian ini ditunjukan pada Gambar 1.1. Variabel bebas



Variabel terikat



Konsistensi dilakukan entry data penggunaan BMHP ke SIRS



Selisih permintaan dengan penggunaan BMHP



Gambar 1.1 Hubungan variabel bebas dan variabel terikat Konsistensi dilakukan entry data penggunaan BMHP ke SIRS merupakan variabel bebas. Selisih permintaan dengan penggunaan BMHP sebagai variabel terikat.



5 Universitas Sumatera Utara



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit Standar pelayanan kefarmasian adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian. Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (Menkes RI, 2016). Pelayanan kefarmasian di rumah sakit harus menjamin ketersediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP yang aman, bermutu, bermanfaat, dan terjangkau. Menjamin mutu pelayanan kefarmasian di rumah sakit, harus dilakukan pengendalian mutu pelayananan kefarmasian yang meliputi monitoring dan evaluasi. Standar pelayanan farmasi rumah sakit sebagaimana tercantum dalam standar pelayanan rumah sakit masih bersifat umum, maka untuk membantu pihak rumah sakit dalam mengimplementasikan standar pelayanan rumah sakit tersebut perlu dibuat standar (Rusli, 2016). Standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit meliputi standar pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, BMHP dan pelayanan farmasi klinik. Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di rumah sakit harus menjamin ketersediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP yang aman, bermutu, bermanfaat, dan terjangkau. Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di rumah sakit dapat dibentuk satelit farmasi sesuai dengan kebutuhan yang merupakan bagian dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) (Menkes RI, 2016).



6 Universitas Sumatera Utara



2.1.1 Pelayanan kefarmasian Pelayanan kefarmasian di rumah sakit meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, BMHP dan kegiatan pelayanan farmasi klinik. Fungsi pelayanan farmasi: a. memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit. b. merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal. c. mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku. d. memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit. e. menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku. f. menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian. g. mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah sakit (Menkes RI, 2016). 2.1.2 Manfaat instalasi farmasi penyelenggara pelayanan kefarmasian Adapun manfaat Instalasi Farmasi dalam penyelenggara pelayanan kafarmasian di Rumah Sakit, yaitu: a. pelaksanaan pengawasan dan pengendalian penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP; b. standarisasi sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP; c. pengendalian harga sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP; d. pemantauan terapi obat;



7 Universitas Sumatera Utara



e. penurunan risiko kesalahan terkait penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP; f. kemudahan akses data sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP yang akurat; g. peningkatan mutu pelayanan rumah sakit dan citra rumah sakit; dan h. peningkatan pendapatan rumah sakit (Menkes RI, 2016).



2.2 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan BMHP Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP menjamin seluruh rangkaian kegiatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta memastikan kualitas, manfaat, dan keamanannya. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP merupakan salah satu kegiatan pelayanan kefarmasian dimulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan pelaporan, monitoring serta evaluasi. Hal tersebut diperlukan bagi kegiatan pelayanan dengan tujuan untuk mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan efisien, meningkatkan kompetensi atau kemampuan tenaga farmasi, mewujudkan sistem informasi manajemen berdaya guna, tepat guna, dan melaksanakan pengendalian mutu pelayanan (Menkes RI, 2016; Rusli, 2016). Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP harus dilaksanakan secara multidisiplin, terkoordinir dan menggunakan proses yang efektif untuk menjamin kendali mutu dan kendali biaya. Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP yang beredar di rumah sakit merupakan tanggung jawab instalasi farmasi, sehingga tidak ada pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP di rumah sakit yang dilaksanakan selain oleh Instalasi Farmasi (Menkes RI, 2016).



8 Universitas Sumatera Utara



2.2.1 Perencanaan Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan periode pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien. Pedoman perencanaan harus mempertimbangkan anggaran yang tersedia, penetapan prioritas, sisa persediaan, data pemakaian periode yang lalu, dan waktu tunggu pemesanan (Menkes RI, 2016; Rusli, 2016). 2.2.2 Pemilihan Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP ini berdasarkan formularium, standar sediaan farmasi, alat kesehatan, pola penyakit, harga, dan ketersediaan di pasaran (Menkes RI, 2016). Pemilihan perbekalan farmasi di perlukan kompilasi penggunaan perbekalan farmasi yang berfungsi untuk mengetahui penggunaan bulanan masing-masing jenis perbekalan farmasi di unit pelayanan. Informasi yang didapat dari kompilasi penggunaan perbekalan farmasi yaitu: a. jumlah penggunaan tiap jenis perbekalan farmasi pada masingmasing unit pelayanan. b. persentase penggunaan tiap jenis perbekalan farmasi terhadap total penggunaan setahun seluruh unit pelayanan. c. penggunaan rata-rata untuk setiap jenis perbekalan farmasi (Ditjen Binfar dan Alkes, 2010). 2.2.3 Pengadaan Pengadaan merupakan suatu kegiatan dimaksudkan untuk merealisasikan perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan,



9 Universitas Sumatera Utara



jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar mutu. Pengadaan merupakan kegiatan yang berkesinambungan dimulai dari pemilihan, penentuan jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan, pemilihan metode pengadaan, dan pemantauan proses pengadaan (Menkes RI, 2016). 2.2.4 Penerimaan Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah, mutu pesanan dengan kondisi fisik yang diterima dan waktu penyerahan. Semua dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan dengan baik (Menkes RI, 2016). 2.2.5 Penyimpanan Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan keamanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP sesuai dengan persyaratan kefarmasian. Persyaratan kefarmasian yang dimaksud meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi, penggolongan jenis sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP. Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan bentuk sediaan dan perbekalan kesehatan farmasi (Menkes RI, 2016). 2.2.6 Pendistribusian Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka menyalurkan atau menyerahkan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan atau pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu. Rumah Sakit harus menentukan sistem distribusi yang dapat menjamin terlaksananya pengawasan dan pengendalian sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP di unit pelayanan (Menkes RI, 2016).



10 Universitas Sumatera Utara



2.2.7 Pengendalian Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP. Pengendalian penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP dapat dilakukan oleh Instalasi Farmasi harus bersama dengan komite atau tim farmasi dan terapi di Rumah Sakit. Tujuan pengendalian persediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP adalah memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan dan kekurangan atau kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, dan kehilangan serta pengembalian pesanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP, melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan (slow moving), melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu tiga bulan berturut-turut (death stock), dan stock opname yang dilakukan secara periodik dan berkala (Menkes RI, 2016). Metode pengendalian BMHP adalah kegiatan untuk memperoleh informasi secara akurat atas pelaksanaan kegiatan pengelolaan BMHP guna pengambilan kebijakan secara tepat, maka teknik pengendalian BMHP yang dapat digunakan adalah: a. metode observasi Metode observasi merupakan kegiatan pengendalian dengan cara mengamati secara langsung terhadap pelaksanaan kegiatan pengelolaan BMHP dan penggunaan atau pemakaian BMHP maupun terhadap kebenaran laporan. b. metode laporan Metode laporan merupakan metode pengendalian BMHP dengan cara petugas yang diberi tanggung jawab dalam pelaksanaan pengelolaan BMHP diminta untuk menyampaikan pertanggungjawaban dalam bentuk laporan, baik



11 Universitas Sumatera Utara



secara lisan maupun tertulis, baik secara periodik maupun insidental kepada pejabat yang memiliki tanggung jawab lebih tinggi dalam kegiatan pengelolaan BMHP. Laporan-laporan yang berkaitan dengan kegiatan operasional maupun kegiatan pemakaian BMHP yakni laporan yang berkaitan dengan pengadaan, penerimaan, laporan pemakaian, dan laporan stok BMHP (Handyanawati, 2005). Metode pengendalian BMHP diatas sifatnya saling melengkapi dan saling mendukung serta harus diterapkan secara bersama-sama guna memperoleh data dan informasi yang obyektif dan akurat sehingga mampu meminimalkan tindakan penyimpangan BMHP maupun untuk pengambilan kebijakan logistik yang tepat (Handyanawati, 2005). 2.2.8 Pencatatan dan pelaporan Pencatatan dan pelaporan terhadap kegiatan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP yang meliputi perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, pendistribusian, pengendalian persediaan, pengembalian, penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP. Pelaporan dibuat secara periodik yang dilakukan Instalasi Farmasi dalam periode waktu tertentu (bulanan, triwulanan, semester atau pertahun) (Menkes RI, 2016). 2.2.9 Monitoring dan evaluasi Kegiatan monitoring dan evaluasi bermanfaat sebagai masukan guna penyusunan perencanaan dan pengambilan keputusan. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi dapat dilakukan secara periodik dan berjenjang. Tujuan monitoring dan evaluasi untuk meningkatkan produktifitas para pengelola perbekalan farmasi di rumah sakit agar dapat ditingkatkan secara optimum (Ditjen Binfar dan Alkes, 2010). Mutu pelayanan farmasi harus dievaluasi secara periodik terhadap konsep, kebutuhan, proses, dan hasil yang diharapkan demi menunjang peningkatan mutu



12 Universitas Sumatera Utara



pelayanan merencanakan program pengendalian mutu. Kegiatan pengendalian mutu mencakup hal-hal berikut: a. pemantauan: pengumpulan semua informasi penting yang berhubungan dengan pelayanan farmasi. b. penilaian: penilaian secara berkala untuk menentukan masalah-masalah pelayanan dan berupaya untuk memperbaiki. c. tindakan: bila masalah-masalah sudah dapat ditentukan maka harus diambil tindakan untuk memperbaikinya dan didokumentasi. d. evaluasi: efektivitas tindakan harus dievaluasi agar dapat diterapkan dalam program jangka panjang. e. umpan balik: hasil tindakan harus secara teratur di informasikan kepada staf (Rusli, 2016).



2.3



Manajemen Risiko Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan BMHP Manajemen risiko merupakan aktivitas pelayanan kefarmasian yang



dilakukan untuk identifikasi, evaluasi, dan menurunkan risiko terjadinya kecelakaan pada pasien, tenaga kesehatan dan keluarga pasien . Menurunkan terjadi risiko dalam manajemen risiko pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP dilakukan melalui beberapa langkah yaitu: a. menentukan manajemen risiko pada proses pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP. b. mengidentifikasi risiko. Beberapa risiko yang berpotensi terjadi dalam pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP antara lain:



13 Universitas Sumatera Utara



a. ketidaktepatan perencanaan kebutuhan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP selama periode tertentu; b. pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP tidak melalui jalur resmi; c. pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP yang belum atau tidak teregistrasi; d. keterlambatan pemenuhan kebutuhan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP; e. kesalahan pemesanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP seperti spesifikasi (merek, dosis, bentuk sediaan) dan kuantitas; f. ketidaktepatan penyimpanan yang berpotensi terjadinya kerusakan dan kesalahan dalam pemberian; g. kehilangan fisik yang tidak mampu telusur; h. pemberian label yang tidak jelas atau tidak lengkap; dan i. kesalahan dalam pendistribusian (Menkes RI, 2016).



2.4 Laboratorium Klinik 2.4.1 Definisi laboratorium klinik Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 441/Menkes/Per/III/2010, laboratorium klinik adalah laboratorium kesehatan yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan spesimen klinik untuk mendapatkan informasi tentang perorangan terutama untuk menunjang upaya diagnosis penyakit, penyembuhan penyakit, dan pemulihan kesehatan. Keberadaan laboratorium klinik penting sebagai bagian dari perangkat penentu diagnosis, baik penyakit tidak menular maupun penyakit menular (Menkes RI, 2010).



14 Universitas Sumatera Utara



2.4.2 Instalasi mikrobiologi klinik Instalasi Mikrobiologi Klinik merupakan tempat penyelenggara pemeriksaan mikrobiologi yang bertujuan memberikan informasi tentang ada atau tidaknya mikroba di dalam bahan pemeriksaan atau spesimen yang mungkin menjadi penyebab timbulnya proses infeksi. Selanjutnya, apabila terdapat pertumbuhan, dan mikroba tersebut dipertimbangkan sebagai penyebab infeksi maka pemeriksaan dilanjutkan dengan uji kepekaan mikroba terhadap antimikroba (Menkes



RI,



2015).



Laboratorium



Mikrobiologi



Klinik



melaksanakan



pemeriksaan mikroskopis, biakan, identifikasi bakteri, jamur, virus dan uji kepekaan (Menkes RI, 2010). 2.4.3 Instalasi patologi anatomi Instalasi Patologi Anatomi merupakan tempat penyelenggara pemeriksaan untuk mendiagnosa penyakit dengan pemeriksaan makroskopis, mikroskopis dan molekuler atas organ, jaringan, dan sel manusia guna mendiagnosis penyakit dan memperoleh informasi yang berguna secara klinis. Laboratorium Patologi Anatomi melaksanakan preparat pembuatan histopatologi, pulasan khusus sederhana, pembuatan preparat sitologi, dan pembuatan preparat dengan teknik potong beku (Menkes RI, 2010).



2.5 Sistem Informasi Rumah Sakit Sistem informasi rumah sakit adalah suatu tatanan yang berurusan dengan pengumpulan data, pengolahan data, penyajian informasi, analisa



dan



penyimpanan informasi serta penyampaian informasi yang dibutuhkan untuk kegiatan rumah sakit. Penerapan di rumah sakit meliputi penunjang medik, perawatan, dan administrasi (Sabarguna, 2003).



15 Universitas Sumatera Utara



Jenis sistem informasi di rumah sakit: a. sistem informasi klinik Merupakan sistem informasi yang secara langsung untuk membantu pasien dalam pelayanan medis. Contohnya sistem informasi di Intensive Care Unit (ICU). b. sistem informasi administrasi Merupakan sistem informasi yang membantu pelaksanaan administrasi di rumah sakit. Contoh: sistem informasi administrasi dan billing system. c. sistem informasi manajemen Merupakan sistem informasi manajemen rumah sakit dalam pengambilan keputusan. Contoh: sistem informasi manajemen pelayanan, keuangan dan pemasaran. Siklus manajemen di rumah sakit penting diperhatikan dalam hal permintaan tujuan dan target, alokasi sumber daya, memperhatikan kebutuhan pelayanan, dan pengendalian mutu pelayanan (Sitepu, 2004).



16 Universitas Sumatera Utara



BAB III METODE PENELITIAN



3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif bersifat kualitatif dan kuantitatif dengan pengambilan data secara prospektif yang didasarkan melalui data penggunaan dan permintaan BMHP serta melalui wawancara di Instalasi Mikrobiologi Klinik dan Patologi Anatomi.



3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi penelitian Penelitian dilaksanakan di Instalasi Mikrobiologi Klinik dan Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik beralamat di jalan Bunga Lau No.17 kelurahan Kemenangan, kecamatan Medan Tuntungan kota Medan. 3.2.2 Waktu penelitian Waktu penelitian dilakukan pada bulan Maret−Mei 2017.



3.3 Sumber Data 3.3.1 Data primer Data primer yang digunakan adalah data pencatatan dan pengamatan langsung BMHP yang di gunakan di Instalasi Mikrobiologi Klinik dan Patologi Anatomi yang meliputi jenis BMHP yang digunakan, jumlah, satuan dan jumlah pasien. Serta wawancara kepada petugas laboratorium di Instalasi Mikrobiologi Klinik dan Patologi Anatomi untuk mengetahui informasi yang relevan seputar BMHP yang digunakan.



17 Universitas Sumatera Utara



3.3.2 Data sekunder Data sekunder yang diperoleh dari Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) meliputi jenis tindakan yang dilakukan dan perbekalan farmasi meliputi data permintaan BMHP pada Instalasi Mikrobiologi Klinik dan Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik periode Maret−Mei 2017.



3.4 Intrumen Pengumpulan Data Instrumen penelitian kualitatif yang digunakan adalah pedoman wawancara mendalam dengan informan yang telah dipilih kemudian dibantu oleh alat tulis dan alat perekam suara yang menunjang dalam proses wawancara, sedangkan instrumen penelitian kuantitatif menggunakan data jumlah permintaan dan penggunaan BMHP.



3.5 Pemilihan Informan Informan yang dipilih menggunakan metode purposive sampling dimana informan penelitian dipilih secara sengaja oleh peneliti sesuai dengan pertimbangan tertentu. Pemilihan informan didasarkan pada prinsip-prinsip yang berlaku, yaitu: a. kesesuaian (approprietness) Informan dipilih berdasar pengetahuan yang dimiliki yang berkaitan dengan topik penelitian. b. kecukupan (adequacy) Informasi yang diperoleh dari informan harus dapat menggambarkan seluruh fenomena yang berkaitan dengan topik penelitian yang diambil peneliti (Mulyardewi, 2010).



18 Universitas Sumatera Utara



Pemilihan informan yang dibahas dalam bagian ini adalah informan yang terlibat dalam penelitian meliputi instalasi/bagian, lama bekerja, umur, jenis kelamin, dan pendidikan. Pemilihan informan dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Pemilihan informan No.



1



2



Kode informan



Lama Umur Jenis Instalasi/bagian bekerja Pendidikan (tahun) kelamin (bulan)



INF1 (informan 1)



Staf laboratorium mikrobiologi klinik



108



32



Wanita



D3 analis kesehatan



INF2 (informan 2)



Staf laboratorium patologi anatomi



252



51



Wanita



S1 biologi



3.6 Pengolahan Data 3.6.1 Pengolahan data kualitatif Pengolahan data diadopsi dari Mulyardewi (2010) berupa hasil wawancara mendalam diolah dengan cara: a. hasil wawancara dipindahkan menjadi transkrip lengkap untuk setiap informan. b. transkrip dikelompokkan sesuai variabel yang diteliti. c. data disusun setiap variabel untuk tiap informan. d. data dipilah dengan memilih data yang memiliki kaitan dengan variabel dalam bentuk matriks. Data yang diperoleh dari hasil wawancara ditulis dalam bentuk transkrip, kemudian dibuat resume dalam bentuk matriks. Pengelompokan hasil wawancara sesuai dengan variabel yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Selanjutnya data di analisis dengan menggunakan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian.



19 Universitas Sumatera Utara



3.6.2 Pengolahan data kuantitatif Data yang diperoleh diolah menggunakan komputer dengan program Microsoft Excel 2010 yang disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. melihat data tindakan yang dilakukan di Instalasi Mikrobilogi Klinik dan Patologi Anatomi dari data SIRS. b. mencatat penggunaan BMHP meliputi jenis, satuan, dan jumlah BMHP yang digunakan berdasarkan tindakan yang dilakukan di Instalasi Mikrobiologi Klinik dan Patologi Anatomi. c. mengambil data jumlah pasien periode Maret‒Mei 2017 di Instalasi Mikrobiologi Klinik dan Patologi Anatomi. d. mengambil data permintaan BMHP periode Maret‒Mei 2017 di perbekalan farmasi. e. mengelompokan data penggunaan BMHP pada Instalasi Mikrobiologi Klinik dan Patologi Anatomi. f. menghitung jumlah penggunaan BMHP periode Maret‒Mei 2017 berdasarkan jumlah pakai BMHP dikali jumlah pasien. g. menghitung total jumlah penggunaan dan permintaan BMHP periode Maret‒Mei 2017. h. menghitung rata-rata perbulan jumlah penggunaan dan permintaan BMHP. i. menghitung selisih jumlah penggunaan BMHP dengan jumlah permintaan BMHP. j. mengetahui lima besar selisih penggunaan BMHP dengan jumlah permintaan BMHP. k. mengevaluasi selisih penggunaan BMHP dengan jumlah permintaan BMHP.



20 Universitas Sumatera Utara



3.7 Langkah Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah seperti berikut: a. meminta rekomendasi Dekan Fakultas Farmasi USU untuk dapat melakukan penelitian di RSUP H. Adam Malik. b. menghubungi Direktur SDM dan Pendidikan RSUP H. Adam Malik untuk mendapatkan izin melakukan penelitian dan pengambilan data dengan membawa surat rekomendasi fakultas. c. melakukan survei awal jenis tindakan di Instalasi Mikrobiologi Klinik dan Patologi Anatomi dengan melihat di SIRS RSUP H. Adam Malik. d. meminta izin pengambilan data yang diperlukan di Instalasi Mikrobiologi Klinik dan Patologi Anatomi periode Maret−Mei 2017. e. mengumpulkan data yang diperlukan dari Instalasi Mikrobiologi Klinik dan Patologi Anatomi. f. mengumpulkan data yang diperlukan dari perbekalan farmasi. g. mengolah data dengan menggunakan program Microsoft Exel 2010. h. melakukan wawancara



kepada



petugas laboratorium di



Instalasi



Mikrobiologi Klinik dan Patologi Anatomi. i. menarik kesimpulan dari data dan wawancara yang diperoleh.



3.8 Definisi Operasional Definisi operasional dalam penelitian ini adalah: a. Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) adalah alat kesehatan dan bahan medis yang ditujukan untuk penggunaan sekali pakai (single use). b. Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) adalah suatu tatanan yang berurusan dengan pengumpulan data, pengolahan data, penyajian



21 Universitas Sumatera Utara



informasi, analisa dan penyimpulan informasi serta penyampaian informasi yang dibutuhkan untuk kegiatan rumah sakit (Barsasella, 2012). c. Instalasi Mikrobiologi Klinik adalah suatu bagian/unit/divisi atau fasilitas dirumah sakit, tempat penyelenggaraan pemeriksaan untuk mengetahui adanya kuman di tubuh manusia penyebab penyakit infeksi, jamur dan pemeriksaan antimikroba untuk pengobatan yang tepat (Wahjono, 2007). d. Instalasi Patologi Anatomi adalah suatu bagian/unit/divisi atau fasilitas dirumah sakit, tempat penyelenggaraan pemeriksaan makroskopis, mikroskopis, dan molekuler atas organ, jaringan, dan sel manusia guna mendiagnosis penyakit dan memperoleh informasi yang berguna secara klinis. e. selisih positif adalah permintaan BMHP lebih besar dibandingkan dengan penggunaan BMHP f. selisih negatif adalah permintaan BMHP lebih kecil dibandingkan dengan penggunaan BMHP



22 Universitas Sumatera Utara



3.9 Bagan Alur Penelitian Adapun gambaran pelaksanaan penelitian adalah seperti berikut: Survei awal



Instalasi mikrobiologi klinik dan patologi anatomi -



Tindakan Jumlah BMHP Satuan Jumlah pasien



Melakukan pengambilan data penggunaan BMHP



Melakukan pengambilan data permintaan BMHP



Selisih permintaan dengan penggunaan BMHP



Melakukan wawancara pada petugas laboratorium



Konsistensi dilakukan entry data penggunaan BMHP ke SIRS



Melakukan penyajian hasil dan kesimpulan data Gambar 3.1 Alur pelaksanaan penelitian



23 Universitas Sumatera Utara



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN



4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan hasil pengamatan data di Instalasi Mikrobiologi Klinik dan Patologi Anatomi periode Maret‒Mei 2017, diperoleh data jumlah pasien pertindakan dari Instalasi Mikrobiologi Klinik sebanyak 9.506 pasien dan Instalasi Patologi Anatomi sebanyak 1.874 pasien. Data tersebut diambil untuk melihat penggunaan BMHP pertindakan berdasarkan jumlah pasien.



4.2 Jumlah Pasien Berdasarkan Data Pertindakan di Intalasi Mikrobiologi Klinik Berdasarkan



hasil pengamatan data Instalasi Mikrobiologi Klinik periode



Maret‒Mei 2017 diperoleh jumlah pasien terbanyak pada tindakan biakan jamur medium padat dengan resistensi yaitu sebanyak 1.754 pasien (18,45%). Jumlah pasien Instalasi Mikrobiologi Klinik pertindakan dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Jumlah pasien pertindakan di Instalasi Mikrobiologi Klinik No.



Jumlah pasien



Tindakan



N



Maret



April



Mei



%



1



Biakan jamur medium padat dengan resistensi



661



559



534



1.754 18,45



2



Sediaan langsung pewarnaan bakteri



536



540



516



1.592 16,75



3



Kultur bakteri dengan resistesi



560



449



406



1.415 14,89



4



Kultur anaerob dengan resistensi



150



236



393



779



8,19



5



Sediaan langsung pewarnaan Bakteri Tahan Asam (BTA)



260



250



219



729



7,67



6



Biakan mikroorganisme medium cair dengan resistensi



159



122



307



588



6,19



24 Universitas Sumatera Utara



Tabel 4.1 (Lanjutan) Jumlah Pasien No.



Tindakan Maret



April



Mei



N



%



7



Pemeriksaan resistensi Obat Anti Tuberkulosis (OAT)-Gene Expert



172



172



211



555



5,84



8



Direct KOH



279



185



88



552



5,81



9



Programmatic Management of Drug Resistance Tuberculosis (PMDT)



133



125



130



388



4,08



10



Biakan mikroorganisme medium cair dengan resistensi aerob cairan steril



126



120



124



370



3,89



11



Resistensi OAT



121



59



120



302



3,18



12



Sediaan langsung pewarnaan BTA-POLI DOTS



72



64



48



184



1,94



13



Biakan Mycobacterium Tubercolosis medium cair dengan resistensi OAT



43



39



41



123



1,29



14



Biakan M.Tubercolosis medium cair dengan resistensi



27



29



23



69



0,73



15



Sediaan langsung pewarnaan BTA-TB/HIV



22



19



10



51



0,54



16



Biakan jamur medium padat



11



11



9



31



0,33



17



Biakan medium cair



2



2



2



6



0,06



18



Pewarnaan jamur khusus



3



1



2



6



0,06



19



Biakan mikroorganisme medium cair dengan resistensi: biakan anaerob



4



0



1



5



0,05



20



Direct Gonorrhoeae



1



2



1



4



0,04



21



Biakan Neisseria Gonorrhoeae



1



0



0



1



0,01



22



Biakan jamur medium padat dengan resistensi (penelitian)



1



0



0



1



0,01



23



Direct Difteri



0



1



0



1



0,01



3.344



2.986



3.185



9.506



100



Total



25 Universitas Sumatera Utara



Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukan dari 23 tindakan yang dilakukan



di



Instalasi Mikrobiologi Klinik berdasarkan jumlah pasien, tindakan biakan jamur medium padat dengan resistensi merupakan tindakan terbanyak yang dilakukan di Instalasi Mikrobiologi Klinik pada periode Maret‒Mei 2017. Tindakan biakan jamur medium padat dengan resistensi merupakan suatu tindakan jenis pelayanan yang disediakan di RSUP H. Adam Malik dengan tujuan untuk mengetahui dan melihat jenis jamur, mikroorganisme dan antimikrobial dalam biakan yang tumbuh di media padat (Gibson, 1996). Semakin bertambah jelas bidang garapan mikrobiologi klinik maka semakin jelas peranannya dengan ditandai bertambah macam peran dan ruang lingkup dalam mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah medis yang berhubungan dengan penyakit infeksi baik pengetahuan ilmiah maupun cara-cara pemeriksaan bakteriologi, virologi, dan mikologi yang sangat berperan dalam proses pemeriksaan dan pengambilan keputusan medis (Wahjono, 2007).



4.3 Jumlah Pasien Berdasarkan Data Pertindakan di Intalasi Patologi Anatomi Berdasarkan hasil pengamatan data Instalasi Patologi Anatomi periode Maret‒Mei 2017 total jumlah pasien di Instalasi Patologi Anatomi sebanyak 1.874 pasien, dari 8 tindakan yang dilakukan di peroleh jumlah pasien terbanyak pada tindakan histopatologi yaitu sebanyak 1.057 pasien (56,4%). Histopatologi merupakan pemeriksaan kondisi dan fungsi jaringan dari tubuh manusia, yang dilakukan pengambilan jaringan dengan pemotongan makroskopis kemudian diproses sampai siap menjadi slide atau preparat yang kemudian dilakukan pembacaan secara mikroskopis setelah itu di bandingkan kondisi jaringan sampel terhadap



26 Universitas Sumatera Utara



jaringan sehat untuk menentukan diagnosa pasti, terapi dan kemungkinan perjalanan penyakit pasien (Jusuf, 2009). Jumlah pasien Instalasi Patologi Anatomi pertindakan dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Jumlah pasien pertindakan di Instalasi Patologi Anatomi Jumlah pasien No. 1 2 3



Tindakan



N



Histopatologi Sitologi cairan (Pleura dan Ascites) Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB) supervisial



%



Maret



April



Mei



405



302



350



1.057 56,4



121



104



96



321



17,13



73



59



73



205



10,94



4



Immunohistokimia



30



40



18



88



4,7



5



Sitologi sputum



35



13



9



57



3,04



6



Frozen section/jaringan (Potongan beku)



22



19



12



53



2,83



7



Potongan beku + imprint



22



19



12



53



2,83



8



Sitologi (paps smear)



17



11



12



40



2,13



Total



725



567



582



1.874 100



4.4 Perencanaan Permintaan BMHP di Instalasi Mikrobiologi Klinik dan Patologi Anatomi Perencanaan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan BMHP dengan menentukan jumlah dan jenis BMHP yang diperlukan di Instalasi Mikrobiologi Klinik dan Patologi Anatomi. Hal tersebut membutuhkan keahlian dan ketelitian untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam perencanaan. Wawancara mendalam dilakukan kepada dua informan yang terlibat langsung dalam perencanaan permintaan BMHP di Instalasi Mikrobiologi Klinik dan Patologi Anatomi, mereka adalah staf laboratorium. Berikut penuturan kedua informan:



27 Universitas Sumatera Utara



“..perencanaan BMHP dilakukan setiap bulan untuk menentukan jumlah dan jenis BMHP yang diperlukan untuk pengadaan BMHP. Nanti di situ kan juga dibuat usulan BMHP yang akan diadakan, itemnya, jumlahnya, untuk satu bulan ke depan …” (INF1). “..perencanaan BMHP dengan melihat pemakaian bulan sebelumnya kemudian kebutuhan BMHP yang akan datang dengan menginput data BMHP ke sistem informasi rumah sakit kemudian gudang farmasi menyiapkan permintaan BMHP yang dibutuhkan…” (INF1). “..proses perencanaan berdasarkan sisa penggunaan BMHP sebelumnya, data pemakaian 1 (satu) bulan yang lalu, penetapan prioritas dan permintaan khusus bila memang diperlukan …” (INF2). Hasil wawancara tersebut dalam merencanakan dan menentukan kebutuhan BMHP dapat dilihat dari tingkat kebutuhan yang di perlukan oleh petugas dengan melihat stok akhir dari masing-masing jenis BMHP. Jika stok BMHP sudah mencapai batas minimal maka petugas sudah mulai merencanakan untuk melakukan pengadaan dengan jumlah permintaan untuk tiap jenis BMHP yang telah di tetapkan sebelumnya. Penetapan perencanaan pengadaan dan permintaan dimaksud agar stok yang tersedia juga tidak terlalu banyak sehingga dapat meningkatkan efisiensi. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit bahwa perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan periode pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP sesuai dengan kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu, dan efisien (Menkes, 2016).



28 Universitas Sumatera Utara



Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan persediaan dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, dan disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Pedoman perencanaan harus mempertimbangkan penetapan prioritas, sisa persediaan, dan data pemakaian periode lalu (Menkes, 2016).



4.5 Pengadaan Kebutuhan BMHP di Instalasi Mikrobiologi Klinik dan Patologi Anatomi Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit bahwa pengadaan dimaksudkan untuk merealisasikan perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat sesuai standar mutu. Berikut wawancara proses pengadaan BMHP di Instalasi Mikrobiologi Klinik dan Patologi Anatomi: “..Pengamprahan dilakukan menggunakan sistem informasi rumah sakit. Jadwal pengamprahan dilakukan setiap sebulan sekali dilakukan oleh petugas yang diberikan kewenangan. Jika stock menipis dan dibutuhkan segera, maka pengamprahan juga dilakukan di luar hari tersebut. Pemeriksaan perbekalan farmasi yang diterima dari gudang Instalasi Farmasi dengan daftar pengamprahan perbekalan farmasi yang terdapat pada SIRS meliputi bentuk fisik, expired date, dan jumlah barang.…” (INF1). “..Mengamprah perbekalan farmasi menggunakan sistem SIRS dari gudang membalas amprahan perbekalan farmasi menggunakan sistem SIRS kemudian mengambil Perbekalan Farmasi yang telah disiapkan…...” (INF2).



29 Universitas Sumatera Utara



Hasil wawancara tersebut menunjukan bahwa proses pengadaan pada Instalasi Mikrobiologi Klinik dan Patologi Anatomi sesuai dengan kebutuhan operasional yang telah dietapkan di dalam proses perencanaan. Pengadaan dilakukan sesuai permintaan pada SIRS agar tidak memerlukan tenaga dan waktu berlebihan. Pengadaan yang terjadi diluar perencanaan kebutuhan yang sudah ditetapkan dapat menyebabkan terjadinya stagnant dan stockout perbekalan farmasi akibat dari jumlah yang diadakan berlebihan atau kurang (Febreani dan Djazuly, 2016). Proses pengadaan perbekalan farmasi di Instalasi Mikrobioogi Klinik dan Patologi Anatomi untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar dibawah ini: Instalasi Mikrobiologi Klinik dan Patologi Anatomi Menyerahkan Perbekalan Farmasi sesuai permintaan dan mencatatnya di kartu stock



Mengamprah perbekalan farmasi



Gudang Mikrobiologi Klinik dan Patologi Anatomi



Membalas amprahan perbekalan farmasi menggunakan komputerisasi SIRS Menyerahkan Perbekalan Farmasi



Mengamprah perbekalan farmasi menggunakan komputerisasi SIRS Mengambil Perbekalan Farmasi yang telah disiapkan



Gudang Instalasi Farmasi



Perbekalan farmasi (sediaan farmasi, alkes, dan BMHP) Gambar 4.1 Alur pengadaan perbekalan BMHP di Instalasi Mikrobiologi Klinik dan Patologi Anatomi



30 Universitas Sumatera Utara



Proses pengadaan BMHP RSUP H. Adam Malik sudah menggunakan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) dengan komputerisasi yang merupakan suatu tantanan yang berurusan dengan pengumpulan data, pengolahan data, pengelolaan data, penyajian informasi, analisa, dan menyimpulkan informasi



serta



penyampaian informasi yang dibutuhkan untuk kegiatan rumah sakit dengan mengggunakan sistem komputer dalam rangka meningkatkan kinerja para pegawai dalam organisasi, adanya peningkatan informasi yang dibutuhkan organisasi, meningkatnya efisiensi, pengendalian, dan operasional pelayanan untuk sinkronisasi antar instansi yang terkait dengan pengelolaan perbekalan farmasi di RSUP. H Adam Malik.



4.6 Penggunaan BMHP Instalasi Mikrobiologi Klinik Berdasarkan hasil perhitungan penggunaan BMHP di Instalasi Mikrobiologi Klinik dengan permintaan di Perbekalan Instalasi Farmasi periode Maret‒Mei 2017, terdapat beberapa jumlah BMHP tidak sesuai dengan jumlah antara permintaan di Perbekalan Instalasi Farmasi dengan penggunaan BMHP di Instalasi Mikrobiologi Klinik periode Maret‒Mei 2017. Selisih positif antara data permintaan dengan penggunaan BMHP dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Selisih jumlah penggunaan BMHP dengan permintaan di Instalasi Mikrobiologi Klinik periode Maret‒Mei 2017 Rata-rata jumlah Selisi perbulan No. BMHP Satuan % h Permintaan Penggunaan 1



Aseton safranin A



Kit



3



3



0



0



2



Alkohol 70%



Liter



5



4,6



0,4



8



3



Alkohol 96%



Liter



6



5,5



0,5



8,33



4



Anaerobic indicator



Kit



6



6



0



0



5



Antiseptic handrup



Botol



3



3



0



0



31 Universitas Sumatera Utara



Tabel 4.3 (Lanjutan) No . 6



BMHP Bactec MGIT



7



Rata-rata jumlah perbulan Selisi Satuan h Penggunaa Permintaan n Pcs 333 331 2



% 0,60



Barrier tip 1000 µl Disposable syringe/ 8 spuit 10 cc Disposable syringe/ 9 spuit 3 cc Disposable syringe/ 10 spuit 5cc



Pcs



640



635



5



0,78



Pcs



200



184



16



8



Pcs



300



298



2



0,67



Pcs



67



25



42



62,7



11 GN Tet Vtk2



Kit



23



16



7



12 GP Tet Vtk2



Kit



10



10



0



13 Kapas beralkohol 4Ply



Pcs



333



321



12



14 Kapas lidi steril swabs



Pcs



333



203



130



15 Lysol



Liter



2



1,09



0,91



16 Object glass frosted



Box



10



9,5



0,5



17 Pipette tips 0,5-250 µl



Pcs



480



431



49



18 Pipette tips 100-1000 µl



Pcs



640



630



10



5 10,2 1 1,56



19 Psipipettes (5ml) sterile



Pcs



267



243



24



8,99



20 Sarung tangan NS. S



Pcs



1000



998



2



0,2



21 Container steril 60 ml



Pcs



5000



4964



36



0,72



22 Vitek 2 AST Gp67



Kit



10



10



0



0



23 Vitek AST ST01



Kit



2



2



0



0



24 Vitek AST YS07



Kit



10



10



0



0



25 Vitek AST-N317



Kit



20



16



4



20



26 YST Tet Vtk2



Kit



10



10



0



0



30,4 3 0 3,60 39,0 4 45,5



Hasil perhitungan selisih jumlah penggunaan BMHP di Instalasi Mikrobiologi Klinik dengan permintaan di Perbekalan Instalasi Farmasi periode Maret‒Mei 2017 diambil lima jenis BMHP dengan selisih positif jumlah penggunaan BMHP dengan permintaan di Perbekalan Instalasi Farmasi yang tinggi yaitu kapas lidi



32 Universitas Sumatera Utara



steril swab sebanyak 130 pcs (39,04%), disposable syringe/spuit 5cc 42 pcs (62,7%), GN tet vtk2 7 kit (30,43%), lysol 0,91 L (45,5%), vitek AST-N317 4 kit (20%). Selisih positif jumlah penggunaan BMHP dengan permintaan BMHP tertinggi yaitu pada disposable syringe/spuit 5 cc sebanyak 42 pcs (62,7%). Lima besar selisih penggunaan BMHP di Instalasi Mikrobiologi Klinik dengan permintaan di Perbekalan Instalasi Farmasi dapat dilihat pada Gambar 4.2 dan Tabel 4.3.



Gambar 4.2 Grafik lima besar selisih penggunaan BMHP di Instalasi Mikrobiologi Klinik dengan permintaan di perbekalan Instalasi Farmasi periode Maret‒Mei 2017.



4.7 Penggunaan BMHP Intalasi Patologi Anatomi Berdasarkan hasil perhitungan dan penggamatan data penggunaan BMHP



di



Instalasi Patologi Anatomi periode Maret‒Mei 2017, terdapat beberapa jumlah BMHP tidak sesuai antara data permintaan di Perbekalan Instalasi Farmasi dengan penggunaan di Instalasi Patologi Anatomi . Penggunaan BMHP di Instalasi Patologi Anatomi dari 10 jenis BMHP yang digunakan terdapat 6 jenis BMHP



33 Universitas Sumatera Utara



menunjukan adanya selisih positif antara data permintaan dengan penggunaan BMHP. Selisih positif tersebut yang dapat di lihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Selisih jumlah penggunaan BMHP dengan permintaan di Instalasi Patologi Anatomi Periode Maret‒Mei 2017 Rata-rata jumlah perbulan No.



BMHP



Satuan



Selisih



%



Permintaan Penggunaan 1



Alkohol 70%



Liter



10



9,6



0,4



4



2



Alkohol 96%



Liter



17



16,3



0,7



4,12



Box



13



13



0



0



Pcs



133



133



0



0



3 4



Cover glass 24x60 mm Disposable syringe/ spuit 10 cc



5



Masker tali Ax



Pcs



300



296



4



1,3



6



Object glass frosted



Box



8



8



0



0



7



Pisau microtome TS



Pcs



367



352



15



4,09



8



Pisau operasi No. 24



Pcs



367



363



4



1,09



9



Pot plastik 100 cc



Pcs



33



33



0



0



10



Sarung tangan NS. M



Pcs



1.000



996



4



0,4



Hasil perhitungan selisih jumlah penggunaan BMHP di Instalasi Patologi Anatomi dengan data permintaan di Perbekalan Instalasi Farmasi periode Maret‒Mei 2017 diambil lima jenis BMHP dengan selisih positif. Jumlah penggunaan BMHP di Instalasi Patologi Anatomi dengan data permintaan di Perbekalan Instalasi Farmasi yang tinggi yaitu alkohol 70% 0,4 L (4%), alkohol 96% 0,7 L (4,12%), pisau operasi No. 24 4 pcs (1,09%), masker tali Ax 4 pcs (1,3%), dan pisau microtome TS 15 pcs (4,09%). Penggunaan BMHP dari lima jenis BMHP dengan selisih tertinggi yaitu pada alkohol 96% 0,7 L (4,12%).



34 Universitas Sumatera Utara



Selisih positif lima jumlah penggunaan BMHP di Instalasi Patologi Anatomi dengan data permintaan di Perbekalan Instalasi Farmasi yang tinggi dapat dilihat pada Gambar 4.3 dan Tabel 4.4.



Gambar 4.3 Grafik lima besar selisih penggunaan BMHP di Instalasi Patologi Anatomi dengan permintaan di perbekalan Instalasi Farmasi Periode Maret‒Mei 2017



4.8 Permasalahan Penggunaan BMHP di Instalasi Mikrobiologi Klinik Wawancara dilakukan pada petugas laboratorium sebagai SDM (Sumber Daya Manusia) yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan penggunaan BMHP



di



Instalasi Mikrobiologi Klinik, guna mengetahui hal yang mempengaruhi jumlah penggunaan BMHP tiap tindakan atau pemeriksaan. Berikut hasil wawancara dengan informan: “..penggunaan disposable syringe/spuit 5 cc untuk pengambilan sampel darah pada pemeriksaan biakan mikroorganisme medium cair dengan resistensi untuk biakan aerob maupun non aerob, dan biakan M.Tuberculosis medium cair dengan resistensi, terkadang mendapat kendala pada pasien, misalnya spesimen pasien terkadang tidak memenuhi syarat, pasien sulit untuk diambil darah pada saat



35 Universitas Sumatera Utara



pengambilan sampel atau spesimen yang masih sedikit atau kurang untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium, sehingga terkadang penggunaan spuit ke pasien menjadi dua kali pengambilan sampel sangat mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium dan ada beberapa pasien yang tidak mau melakukan pemeriksaan atau pasien meninggal sebelum dilakukan pemeriksaan padahal Formulir Permintaan Pemeriksaan (FPP) instalasi mikrobiologi klinik telah ditandatangani dokter dan sudah masuk, sedangkan BMHP untuk tindakan sudah disiapkan....” (INF1). “..pada kapas lidi steril swab digunakan untuk uji sensitivitas mikroorganisme ataupun bakteri dan penggunaannya memang cukup banyak untuk satu kali tindakan...” (INF1). “..permintaan lysol tidak dilakukan setiap bulan mengingat pemakaian lysol tidak terlalu banyak, digunakan, hanya sebagai desinfektan pada saat melakukan pemeriksaan atau tindakan, mengingat laboratorium mikrobiologi klinik sebisa mungkin harus dalam keadaan bersih dan steril. Digunakan sebagai desinfektan untuk



kuman-kuman



pada



tindakan yang



memerlukan,



seperti



biakan



mikroorganisme medium cair dengan resistensi aerob dan pemeriksaan resistensi OAT-Gene Expert serta sebagai penanganan kecelakaan kerja terkait bahan kimia dan bahan infeksius di laboratorium, misalnya adanya tumpahan bahan kimia atau bahan infeksius seperti spesimen klinis atau mikroorganisme hal tersebut di bersihkan menggunakan larutan lysol dan untuk merendam limbah medis seperti pipette tips yang telah di gunakan sebelum di buang ke tempat sampah medis, di rendam dahulu dengan larutan lysol agar bahan medis habis pakai yang telah digunakan tidak menjadi kontaminan atau mencemari lingkungan sekitar...” (INF1).



36 Universitas Sumatera Utara



“..sebelum penggunaan vitek AST-N317 dan GN tet vtk2 pada saat pemeriksaan biakan mikroorganisme medium cair dengan resistensi contohnya darah, sampel di periksa terlebih dahulu menggunakan bactec MGIT bila ada pertumbuhan bakteri pada sampel maka akan berlanjut ke vitek dan GN tet, namun bila tidak ada pertumbuhan bakteri maka pemeriksaan akan di berhentikan atau di stop sehingga vitek dan GN tet akan di gunakan untuk pasien lain. Seharusnya pemeriksaan sudah satu paket, namun karena tidak ada pertumbuhan bakteri maka pemeriksaan di berhentikan. Faktor lain juga karena sampel atau spesien pasien terkadang tidak memenuhi syarat atau tidak berkualitas, pengambilan sampel sangat mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium, seperti waktu pengambilan sampel yang tepat apakah harus pagi atau sewaktu (pagi, siang, sore), jumlah sampel, cara pengambilan sampel yang paling tepat, wadah yang tepat atau benar (wadah yang di berikan oleh petugas, bukan wadah yang dibawa oleh pasien)...” (INF1). Berdasarkan hasil wawancara pada petugas Instalasi Mikrobiologi Klinik terdapatnya hal yang mempengaruhi jumlah penggunaan BMHP tiap tindakan atau pemeriksaan di Instalasi Mikrobiologi Klinik yaitu terkendala pada pasien yang menyebabkan penggunaan BMHP berlebih.



4.9 Permasalahan Penggunaan BMHP di Instalasi Patologi Anatomi Wawancara dilakukan pada petugas laboratorium sebagai SDM yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan penggunaan BMHP di Instalasi Patologi Anatomi guna mengetahui hal yang mempengaruhi jumlah penggunaan BMHP tiap tindakan atau pemeriksaan. Berikut hasil wawancara dengan informan tersebut:



37 Universitas Sumatera Utara



“..penggunaan pisau microtome dan pisau operasi No.24 pada tindakan histopatologi dan frozen section (potong beku) digunakan untuk memotong sampel jaringan yang sangat tipis, terkadang pada saat penggunaannya pisau tersebut sudah tumpul padahal tindakan yang dilakukan belum selesai, sehingga pisau perlu diambil kembali, selain itu juga karena faktor jumlah pasien. pada bulan-bulan tertentu seperti hari raya, tahun baru, dan libur sekolah jumlah pasien tiba-tiba menurun derastis dan rata-rata pasien tidak mau di ambil sampelnya sehingga masih ada stok BMHP di gudang patologi anatomi...” (INF2). “..larutan alkohol 70% dan alkohol 96% digunakan pada tindakan histopatologi, FNAB supervisial, dan imunohistokimia untuk desnifektan pada jaringan dan sebagai pelarut untuk pemeriksaan, penggunaan alkohol juga tergantung dari ukuran sampel atau jaringan yang dikirim...“ (INF2). “..masker tali sangat diperlukan untuk pelindung diri sebagai pencegahan pada beberapa pasien tertentu seperti pasien TB dan HIV sehingga petugas menggunakan



masker



double



sama



seperti



sarung



tangan



terkadang



penggunaannya double karena sarung tangannya tidak terlalu tebal dan mudah koyak…” (INF2). Berdasarkan wawancara pada petugas Instalasi Patologi Anatomi terdapatnya selisih jumlah penggunaan BMHP di Instalasi Patologi Anatomi dengan permintaan di Perbekalan Instalasi Farmasi disebabkan beberapa faktor, yaitu pada alkohol jumlah pemakaian tergantung dari ukuran sampel atau jaringan yang dikirim, pada penggunaan pisau microtom dan pisau operasi No. 24 ketika sedang dilakukan tindakan keadaan pisau sudah tumpul meskipun tindakan yang



38 Universitas Sumatera Utara



dilakukan belum selesai maka akan segera diganti yang baru, sehingga penggunaan pisau microtome dan pisau operasi No. 24 berlebih untuk satu tindakan. Begitu juga dengan penggunaan pada sarung tangan yang double untuk mencegah sarung tangan rusak dan masker sebagai alat pelindung diri untuk beberapa pasien tertentu seperti pasien TB dan HIV.



4.10 Penyebab Terjadi Selisih Permintaan dengan Penggunaan BMHP di Instalasi Mikrobiologi Klinik dan Patologi Anatomi 4.10.1 Pemasukan data atau entry BMHP pada SIRS di Instalasi Mikrobiologi Klinik dan Patologi Anatomi Pemasukan data pada SIRS setelah BMHP digunakan terhadap jenis, jumlah persediaan dan penggunaan BMHP di Instalasi Mikrobiologi Klinik dan Patologi Anatomi guna mengetahui penyebab yang mempengaruhi permintaan dengan penggunaan BMHP. Wawancara dilakukan pada petugas yang terkait dalam pemasukan atau entry data berikut penuturan informan: “…Setiap perbekalan farmasi yang keluarkan dari gudang langsung dicatat pada kartu stock tetapi peng-entry-an data penggunaan BMHP tidak langsung dilakukan ke SIRS, melainkan di entry pada setiap akhir bulan. Pemasukan data BMHP berdasarkan jumlah pakai BMHP…” (INF1). “…biasanya saya sendiri yang melakukan pemasukan data, namun petugas lain juga dapat mengentry data dan telah mengetahui informasi tersebut …” (INF1). “…iya menginput data, namun terkadang peng-entry-an data BMHP tidak langsung dilakukan…” (INF2). “…pemasukan data dilakukan pergantian petugas tiap sebulan sekali dan pemberitahuan mengenai informasi pengentry-an data sudah diketahui oleh petugas lain dan informasi nya pun cukup jelas …” (INF2).



39 Universitas Sumatera Utara



Berdasarkan hasil wawancara proses penyampaian informasi antar petugas dalam komunikasi dengan menggunakan komputer atau SIRS sudah diketahui dan dilakukan dengan baik oleh petugas tentang informasi tersebut. Namun, dari hasil wawancara diperoleh bahwa proses pemasukan data ke SIRS berdasarkan jumlah pakai beberapa jenis BMHP tidak di entry, sehingga BMHP yang tidak di entry pada SIRS seolah-olah barang masih ada sementara BMHP sudah digunakan. Proses kesalahan atau keterlambatan entry data ke SIRS akan mempengaruhi proses perencanaan BMHP ke depan di rumah sakit. Perencanaan BMHP pada Instalasi Farmasi ke depan dapat menjadi kekurangan apabila terdapat perbedaan data hasil stock opname dibandingkan dengan data SIRS. Koordinasi dan proses perencanaan untuk pengadaan BMHP secara terpadu maka diharapkan BMHP yang direncanakan dilakukan sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Rahmayanti (2017) menyebutkan bahwa input atau pemasukan data berperan penting dalam suatu sistem. Jika input data tidak dilakukan dengan baik maka dapat menghambat proses pada suatu sistem, dalam mencapai sebuah tujuan. Penyebab tidak konsistensinya entry data penggunaan BMHP ke SIRS tidak terlepas dari faktor yang mempengaruhinya. Faktor SDM, sarana penunjang, peraturan, dan prosedur merupakan faktor penting entry data. Oleh karena itu perlu dilakukan monitoring dan evaluasi kembali secara kontinyu dari RSUP H. Adam Malik. 4.10.2 Standar Prosedur Operasional (SPO) Standar Prosdur Operasional (SPO) bertujuan memberikan standar dan pengontrolan kepada petugas terhadap semua kegiatan pelayanan, agar dapat mencegah kesalahan dalam proses pengerjaan secara langsung maupun tidak langsung sehingga dapat mempermudah proses pengontrolan setiap proses kerja



40 Universitas Sumatera Utara



dan mempengaruhi produktifitas pelayanan yang dihasilkan pada RSUP H. Adam Malik. Berikut wawancara dengan informan: “…Sudah ada SPO kerja, namun untuk SPO pemeriksaan atau tindakan yang dilakukan dengan jenis, satuan dan banyak nya BMHP yang dibutuhkan belum ada …” (INF1). Standar Prosedur Operasional (SPO) di Instalasi Mikrobiologi Klinik RSUP H. Adam Malik berdasarkan keputusan direktur utama No.UK.01/18/I.4.13/73/2015 tentang kebijakan pelayanan penunjang di Instalasi Mikrobiologi Klinik RSUP H. Adam Malik antara lain: a) alur penerimaan spesimen Instalasi Mikrobiologi Klinik; b) penerimaan spesimen; c) waktu tunggu hasil pelayanan Instalasi Mikrobiologi Klinik; d) pelaksana ekspertisi hasil pemeriksaan laboratorioum; e) kepuasan pelanggan; f) tidak adanya kesalahan penyerahan hasil pemeriksaan laboratorium; g) pelaporan hasil kritis; h) alur pelayanan pemeriksaan pasien; i) sterilisasi alat; j) pembuatan media;



k) penanganan limbah; l)



penyimpanan spesimen sebelum pengerjaan;



m) penanganan petugas



terpajan jarum suntik dan cairan tubuh pasien; n) alur pelayanan pemeriksaan spesimen pasien rawat jalan; o) alur pelayanan pemeriksaan spesimen pasien rawat inap; p) pengambilan spesimen darah (Yusirwan, 2015). “…Ada SPO tindakan, kalau SPO pemeriksaan atau tindakan yang dilakukan dengan jenis, satuan dan banyak nya BMHP yang dibutuhkan belum…” (INF2). Standar Prosedur Operasional (SPO) di Instalasi Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik berdasarkan keputusan direktur utama No.UK.01.17/I.34/368/2015 tentang kebijakan pelaksanaan pelayanan patologi anatomi di RSUP H. Adam Malik antara lain: a) pengiriman bahan untuk pemeriksaan histopatologi; b) pelayanan pemeriksaan sitologi biopsi aspirasi; c) pemrosesan jaringan



41 Universitas Sumatera Utara



histopatologi blok paraffin (khusus alat citadel); d) pemrosesan jaringan histopatologi blok paraffin (khusus alat otomatis „sakura tissue tek‟); e) pemrosesan jaringan histopatologi blok paraffin (secara manual); f) pelayanan pemeriksaan sitologi papsmear dengan papanicolaou; g) pewarnaan pemeriksaan sitologi papsmear dengan papanicolaou; h) pelayanan pemeriksaan sitologi imprint (intra operatif); i) pewarnaan sitologi dengan hemacolor j) pelayanan sitologi cairan; k) pelayanan pemeriksaan frozen section; l) pewarnaan frozen section dengan hematosiklin eosin; m) pemotongan jaringan; n) proses jaringan histopatologi secara manual; o) pembuatan blok paraffin/embedding secara manual; p) pewarnaan jaringan dengan hematosiklin-eosin; q) pembuatan blok paraffin r) pewarnaan histokimia; s) pewarnaan imunohistokimia; t) pendaftaran pasien; u) interpretasi hasil pemeriksaan; v) pengambilan hasil pemeriksaan; w) serah terima bahan; x) pemusnahan sisa jaringan (Yusirwan, 2015). Berdasarkan permenkes No.72 tentang standar pelayanan kefarmasian



di



rumah sakit. Instalasi Farmasi satu-satunya penyelenggara kefarmasian dalam pengawasan dan pengendalian penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP harus dilaksanakan secara multidisiplin, terkoordinir dan menggunakan proses yang efektif untuk menjamin kendali mutu dan kendali biaya (Menkes RI, 2016). Berdasarkan hasil hasil wawancara, adanya selisih penggunaan BMHP antara permintaan dengan pemakaian disebabkan yaitu beberapa pengeluaran atau penggunaan BMHP tidak di entry pada SIRS dan belum adanya Standar Prosedur Operasional (SPO) yang menjelaskan tindakan yang dilakukan dengan jumlah BMHP yang digunakan. Penerapan Standar Prosedur Operasional (SPO) pada tiap tindakan atau pemeriksaan dengan jumlah BMHP yang digunakan pada Instalasi



42 Universitas Sumatera Utara



Mikrobiologi Klinik dan Patologi Anatomi dapat digunakan sebagai acuan dasar untuk menentukan jumlah penggunaan BMHP, sehingga dapat dijadikan tolak ukur untuk menyamakan pemahaman tentang indikator kinerja dan sebagai pengendalian



penggunaan



BMHP



serta



diharapkan



dapat



mewujudkan



pengelolaan perbekalan farmasi yang efektif dan efisien di Rumah Sakit. Pemasukan atau entry data penting dilakukan oleh para petugas mengingat kegiatan yang dilakukan



pada RSUP H. Adam Malik sudah menggunakan



komputerisasi SIRS sehingga diharapkan pada petugas untuk melakukan pemasukan atau entry data guna meminimalisir terjadi selisih stok perbekalan farmasi dan sebagai sistem pengendalian perbekalan farmasi. Penggunaan BMHP termasuk ke dalam sistem pengelolaan perbekalan farmasi. Pengendalian penggunaan perbekalan farmasi diperlukan bagi kegiatan pelayanan dengan tujuan untuk mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan efisien guna mewujudkan sistem informasi manajemen berdaya guna, tepat guna, dan melaksanakan pengendalian mutu pelayanan (Rusli, 2016).



43 Universitas Sumatera Utara



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN



5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan dan hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut: c. terdapat selisih antara permintaan dengan penggunaan BMHP di Instalasi Mikrobiologi Klinik dan Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik periode Maret−Mei 2017, yaitu: i. penggunaan BMHP di Instalasi Mikrobiologi Klinik dengan selisih tertinggi yaitu pada disposable syringe/spuit 5 cc sebanyak 42 pcs (62,7%). ii. penggunaan BMHP di Instalasi Patologi Anatomi dengan selisih tertinggi yaitu pada alkohol 96% sebanyak 0,7 L (4,12%). d. penyebab yang mempengaruhi selisih antara permintaan dengan penggunaan BMHP di Instalasi Mikrobiologi Klinik dan Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik periode Maret−Mei 2017 adalah: i. beberapa pengeluaran atau penggunaan BMHP tidak di entry pada Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS). ii. belum adanya Standar Prosedur Operasional (SPO) yang menjelaskan tindakan yang dilakukan dengan jumlah penggunaan BMHP.



44 Universitas Sumatera Utara



5.2 Saran Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan dari penelitian diharapkan agar: a.



kepada petugas lebih teliti dalam pemasukan data atau entry penggunaan BMHP pada Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS).



b.



mempertimbangkan penyusunan Standar Prosedur Operasional (SPO) di Instalasi Mikrobiologi Klinik dan Patologi Anatomi yang menjelaskan tindakan yang dilakukan dengan jumlah BMHP yang digunakan.



45 Universitas Sumatera Utara



DAFTAR PUSTAKA



Aditama. (2010). Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Edisi 2. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Halaman 101-107. Alimsardjono, L. (2015). Pemeriksaan Mikrobiologi Pada Penyakit Infeksi. Surabaya: Seagung Seto. Halaman 50-52. Barsasella, D. (2012). Sistem Informasi Kesehatan. Jakarta: Mitra Wacana Medika. Halaman 87. Ditjen Binfar dan Alkes. (2010). Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 34-38. Febraeni, S., dan Djazuly, C. (2016). Pengelolaan Sediaan Obat Pada Logistik Farmasi Rumah Sakit Umum Tipe B di Jawa Timur. Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia. 4 (2): 140. Gibson, J. (1996). Mikrobiologi dan Patologi Modern Untuk Perawat. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 12. Hadnyanawati, H. (2005). Sistem Informasi Persediaan Bahan Habis Pakai Untuk Pengendalian Bahan Praktikum Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember. Tesis. Semarang: Fakultas Kesehatan Masyarakat Univeritas Diponegoro. Halaman 25. Jusuf, A. (2009). Histoteknik Dasar. Jakarta: Bagian Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Halaman 10. Menkes RI. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 441 Tentang Laboratorium Klinik. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Menkes RI. (2015). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 8 Tentang Program Pengendalian Resistensi Antimikroba di Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Menkes RI. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 72 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Mulyardewi, I. (2010). Analisis Perencanaan dan Pengendalian Obat di RSU Zahirah Jakarta Tahun 2010. Tesis. Depok: Universitas Indonesia. Halaman 34. Permadi, A. (2015). Analisis Perencanaan dan Pengendalian Bahan dan Alat Kesehatan Habis Pakai (BAHP) Pada Instalasi Farmasi di Rumah Sakit



46 Universitas Sumatera Utara



Umum Daerah Sleman Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Teknik Mesin Universitas Gajah Mada. Halaman 42. Presiden RI. (2009). Undang-undang RI Nomor 36 Tahun Tentang Kesehatan. Jakarta: Presiden Republik Indonesia. Puspa, M. (2013). Evaluasi Efisiensi Manajemen Penyimpanan dan Distribusi Obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Daerah Cilacap. Tesis. Yogyakarta: Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada. Halaman 7. Rahmayanti, V. (2017). Gambaran Sistem Distribusi Obat Dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kota Tanggerang Selatan Tahun 2017. Skripsi. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Halaman 55-57. Rusli. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Farmasi: Farmasi Rumah Sakit dan Klinik. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan. Halaman 3, 22-29. Sabarguna, B. (2003). Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit. Konsorsium RS Islam Jateng. Yogyakarta. Halaman 4-6, 12. Sitepu, R. (2004). Evaluasi Penerapan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit di RSUP Haji Adam Malik Medan. Tesis. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Halaman 15-20. Wahjono, H. (2007). Peran Mikrobiologi Klinik Pada Penanganan Penyakit Infeksi. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Ilmu Mikrobiologi. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Yusirwan. (2015). Standar Prosedur Operasional No.UK.01.17/I.34/368/2015 Tentang Kebijakan Pelayanan Penunjang di RSUP H. Adam Malik. Medan: Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik.



47 Universitas Sumatera Utara



Lampiran 1. Jumlah penggunaan BMHP di Instalasi Mikrobiologi Klinik periode Maret‒Mei 2017 No.



BMHP



Satuan



1 2 3



Aseton safranin A Alkohol 70% Alkohol 96%



Kit/6 x 15 ml Liter Liter



Jumlah penggunaan Maret April Mei 305,55 260,1 231,6 4,998 4,243 4,382 6,209 5,402 4,847



4 5 6 7



Aneorobic indicator Antiseptic handrup Bactec MGIT Barrier tip 1000 µl Disposable syringe/ spuit 3 cc Disposable syringe/ spuit 5 cc Disposable syringe / spuit 10 cc GN tet vtk2



Kit/100 pcs Botol/500 ml Pcs Pcs



536 1.202 385 699



GP tet vtk2 Kapas beralkohol 4ply Kapas lidi steril swabs Lysol Object glass frosted Pipette tips 0,5-250 µl Pipette tips 100-1000 µl Psipettes (5ml) sterile Sarung tangan NS. S Container steril 60 ml Vitek 2 AST Gp67 Vitek AST YS07 Vitek AST-N317 Vitek AST ST01 YST tet vtk2



8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26



541 516 1.345 1.233 218 390 580 626



Rata-rata 3 4,6 5,5 6 2,5 331 635



Pcs



308



280



307



298



Pcs



27



29



23



25



Pcs



279



185



88



184



Kit/20 cards



375



280



308



16



Kit/20 cards



159



122



307



10



Pcs



375



280



308



321



Pcs



295



209



104



203



Botol/L Box/72 pcs



1,136 509



1,086 1,053 778 757



1 9,5



Pcs



522



385



386



431



Pcs



529



617



742



630



Pcs



260



250



219



243



Pcs



971



1.097



928



998



Pcs



5.809



Kit/20 cards Kit/20 cards Kit/20 cards Kit/20 cards Kit/20 cards



159 159 372 27 2



4.656 4.426 122 122 280 29 280



307 307 307 23 307



4.964 10 10 16 2 10



48 Universitas Sumatera Utara



Lampiran 2. Jumlah penggunaan BMHP Instalasi Patologi Anatomi periode Maret‒Mei 2017 No.



BMHP



Jumlah penggunaan



Satuan



Maret



April



Mei



Rata-rata



1



Alkohol 70%



Botol/L



10,05



9,14



9,48



9,6



2



Botol/L



20,03



16,86



10,98



16,3



Pcs/50 s



750



610



605



13



Pcs



143



117



140



133



5



Alkohol 96% Cover Glass 24x60 mm Disposable syringe/ spuit 10 cc Masker tali Ax



423



246



220



296



6



Object glass frosted



701



525



510



8



7



Pisau microtome



Pcs Box/ 72 Pcs Pcs



405



302



350



352



8



Pisau operasi No. 24



Pcs



427



321



342



363



9



Pot plastik 100 cc



Pcs



52



24



23



33



10



Sarung tangan NS. M Pcs



1.164



878



948



998



3 4



49 Universitas Sumatera Utara



Lampiran 3. Jumlah permintaan BMHP Instalasi Mikrobiologi Klinik di Perbekalan Farmasi periode Maret‒Mei 2017 No.



BMHP



Satuan



1 2 3 4 5 6 7



Alkohol 96% Alkohol 70% Aseton safranin A Aneorobic indicator Antiseptic handrup Bactec MGIT Barrier tip 1000 µl Disposable syringe / spuit 3 cc Disposable syringe / spuit 5 cc Disposable syringe / spuit 10 cc GN tet vtk2



Liter Liter Kit/6 x 15 ml Kit/100 pcs Botol/500 ml Pcs Pcs



GP tet vtk2 Kapas beralkohol 4Ply Kapas lidi steril swabs Lysol Object glass frosted Pipette tips 0,5-250 µl Pipette tips 100-1000 µl Psipettes (5ml) sterile Sarung tangan NS. S Container steril 60 ml Vitek 2 AST Gp67 Vitek AST YS07 Vitek AST - N317 Vitek AST ST01 YST tet vtk2



8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26



Jumlah permintaan Maret April Mei 7 5 5 5 5 5 4 2 2 16 0 0 5 0 5 1000 0 0 1920 0 0



Rata-rata 6 5 3 6 3 333 640



Pcs



400



200



300



300



Pcs



200



0



0



67



Pcs



300



200



100



200



Kit/20 cards



39



0



31



23



Kit/20 cards



16



15



0



10



Pcs



500



200



300



333



Pcs



500



300



200



333



Botol/L Box/72 pcs



5 10



0 20



0 0



2 17



Pcs



960



0



480



480



Pcs



960



480



480



640



Pcs



400



200



200



267



Pcs



1000



1000



1000



1000



Pcs



15000



0



0



5000



15 15 30 2 13



0 0 15 2 15



15 15 15 1 0



10 10 20 2 10



Kit/20 cards Kit/20 cards Kit/20 cards Kit/20 cards Kit/20 cards



50 Universitas Sumatera Utara



Lampiran 4. Jumlah permintaan BMHP Instalasi Patologi Anatomi di Perbekalan Farmasi periode Maret‒Mei 2017 Jumlah permintaan No.



BMHP



Satuan



Rata-rata Maret



April



Mei



1



Alkohol 70%



Botol/L



10



10



10



10



2



Alkohol 96%



Botol/L



20



20



10



17



3



Cover glass 24x60 mm



Pcs/50 s



20



10



10



13



4



Disposable syringe/ spuit 10cc



Pcs



200



100



100



133



5



Masker tali Ax



Pcs



500



300



100



300



6



Object glass frosted



Box/ 72 Pcs



25



0



0



8



7



Pisau operasi No. 24



Pcs



500



300



300



367



8



Pisau microtome



Pcs



400



400



300



367



9



Pot plastik 100 cc



Pcs



50



50



0



33



10



Sarung tangan NS. M



Pcs



1000



800



1200



1000



51 Universitas Sumatera Utara



Lampiran 5. Perhitungan jumlah penggunaan BMHP di Instalasi Mikrobiologi Klinik RSUP H. Adam Malik periode Maret-Mei 2017



No.



1



2



Tindakan



Biakan mikroorganisme medium cair dengan resistensi aerob cairan steril



Biakan mikroorganisme medium cair dengan resistensi: biakan anaerob



BMHP



Satuan



Jumlah pakai



Jumlah pasien Maret



April



Jumlah penggunaan



Mei



Maret



April



Mei



0,0005



0,063



0,06



0,062



Lysol



Botol/L



Vitek AST- N317



Kit/20 cards



2



252



240



248



Disposable syringe / Spuit 3 cc



Pcs



1



126



120



124



Kapas beralkohol 4ply



Pcs



1



126



120



124



126



120



124



Container Steril 60 ml



Pcs



4



504



480



496



Sarung tangan NS. S



Pcs



2



252



240



248



Object glass frosted



Box/72 Pcs



1



126



120



124



Barrier Tip 1000 µl



Pcs



1



126



120



124



GN Tet Vtk2



Kit/20 Cards



1



4



0



1



Pipette tips 0,5-250 µl



Pcs



2



8



0



2



Pipette tips 100-1000 µl



Pcs



1



4



0



1



Alkohol 70%



Botol/L



0,012



0



0,003



0,003



4



0



1



52 Universitas Sumatera Utara



Lampiran 5. (Lanjutan)



No.



2



3



Tindakan



Biakan mikroorganisme medium cair dengan resistensi: biakan anaerob



Sediaan langsung pewarnaan bakteri



BMHP



Satuan



Jumlah pakai



Jumlah pasien Maret



April



Jumlah penggunaan



Mei



Maret



April



Mei



0,003



0,012



0



0,003



Alkohol 96%



Botol/L



Disposable syringe / Spuit 5cc



Pcs



1



4



0



1



Kapas beralkohol 4Ply



Pcs



1



4



0



1



Sarung tangan NS. S



Pcs



2



8



0



2



Barrier Tip 1000 µl



Pcs



1



4



0



1



Container Steril 60 ml



Pcs



4



16



0



4



Object glass frosted



Box/72 Pcs



3



12



0



3



Anaerobic indicator



Kit/100 Pcs



1



536



540



516



Alkohol 96%



Botol/L



1,072



1,08



1,032



Container Steril 60 ml



Pcs



2144



2160



2064



0.002 4



4



536



0



540



1



516



53 Universitas Sumatera Utara



Lampiran 5. (Lanjutan)



No.



4



5



Tindakan



Direct KOH



Kultur bakteri dengan resistensi



BMHP



Satuan



Jumlah pakai



Jumlah pasien Maret



April



Jumlah penggunaan



Mei



Maret



April



Mei



Aceton safranin A



Kit/6 x 15 ml



0,15



41,85



27,75



13,2



Lysol



Botol/L



0,0005



0,1395



0,0925



0,044



Antiseptic handrup



Botol /500 ml



1



279



185



88



Alkohol 96%



Botol/L



0,002



0,558



0,37



0,176



Alkohol 70%



Botol/L



0,002



0,558



0,37



0,176



Kapas lidi steril swabs



Pcs



1



279



185



88



Disposable syringe / Spuit 10 cc



Pcs



1



279



185



88



Container steril 60 ml



Pcs



1



279



185



88



Aceton safranin A



Kit/6 x 15 ml



0,15



84



67,35



60,9



Lysol



Botol/L



0,0005



0,28



0,2245



0,203



560



449



406



279



560 Pipette tips 100-1000 µl



Pcs



1



185



449



88



406



54 Universitas Sumatera Utara



Lampiran 5. (Lanjutan)



No.



5



6



7



Tindakan



Kultur bakteri dengan resistensi



Biakan jamur medium padat dengan resistensi



Sediaan langsung pewarnaan BTA



BMHP



Satuan



Jumlah pakai



Alkohol 96%



Botol/L



0,002



Alkohol 70%



Botol/L



0,002



Jumlah pasien Maret



560



April



449



Mei



Jumlah penggunaan Maret



April



Mei



1,12



0,898



0,812



1,12



0,898



0,812



406



Barrier tip 1000 µl



Pcs



1



560



449



406



Container steril 60 ml



Pcs



1



560



449



406



Aceton safranin A



Kit/6 x 15 ml



0,15



99,15



83,85



80,1



Pipette tips 100-1000 µl



Pcs



1



661



559



534



Alkohol 96%



Botol/L



0,003



1,983



1,677



1,602



Alkohol 70%



Botol/L



0,002



1,322



1,118



1,068



Container steril 60 ml



Pcs



1



661



559



534



Lysol



Botol/L



0,0005



0,13



0,125



0,1095



Alkohol 96%



Botol/L



0,002



0,52



0,5



0,438



661



260



559



250



534



219



55 Universitas Sumatera Utara



Lampiran 5. (Lanjutan)



No.



7



8



Tindakan



Sediaan langsung pewarnaan BTA



Biakan medium cair



BMHP



Jumlah pakai



Satuan



Jumlah pasien Maret



April



Jumlah penggunaan



Mei



Maret



April



Mei



Alkohol 70%



Botol/L



0,002



0,52



0,5



0,438



Antiseptic handrup



Botol/ 500ml



1



260



250



219



Container steril 60 ml



Pcs



1



260



250



219



Psipipettes (5ml) sterile



Pcs



1



260



250



219



1



260



250



219



260



250



219



Barrier tip 1000 µl



Pcs



Alkohol 96%



Botol/L



0,003



0,78



0,75



0,657



Lysol



Botol/L



0,0005



0,001



0,001



0,001



Pipette tips 100-1000 µl



Pcs



2



4



4



4



Pipette tips 0,5-250 µl



Pcs



2



4



4



4



Antiseptic handrup



Botol/ 500ml



1



2



2



2



Sarung tangan NS. S



Pcs



2



4



4



4



2



2



2



56 Universitas Sumatera Utara



Lampiran 5. (Lanjutan)



No.



8



9



10



Tindakan



Biakan medium cair



Pemeriksaan resistensi OATGene Expert



Programmatic Management of Drug Resistance TB (PMDT)



BMHP



Jumlah pakai



Satuan



Jumlah pasien Maret



April



Jumlah penggunaan



Mei



Maret



April



Mei



6



6



6



2



2



2



Container steril 60 ml



Pcs



3



Bactec MGIT



Pcs



1



Lysol



Botol/L



0,0005



0,086



0,086



0,1055



Antiseptic handrup



Botol/ 500 ml



1



172



172



211



Alkohol 70%



Botol/L



0,003



0,516



0,516



0,633



Container steril 60 ml



Pcs



1



172



172



211



Lysol



Botol/L



0,001



0,133



0,125



0,13



Antiseptic handrup



Botol/ 500 ml



1



133



125



130



Pipette tips 0,5-250 µl



Pcs



2



266



250



260



Pipette tips 100-1000 µl



Pcs



2



266



250



260



Alkohol 70%



Botol/L



0,001



0,133



0,125



0,13



2



172



133



2



172



125



2



211



130



57 Universitas Sumatera Utara



Lampiran 5. (Lanjutan)



No.



Tindakan



BMHP



Bactec MGIT 10



11



Programmatic Alkohol 96% Management of Drug Resistance TB (PMDT) Container steril 60 ml



Resistensi OAT



Satuan



Pcs



Jumlah pakai



Jumlah pasien Maret



April



Mei



Maret



April



Mei



133



125



130



0,399



0,375



0,39



1



133



125



130



0,0005



0,0605



0,0295



0,06



1



Botol/L



0,003



Pcs



Jumlah penggunaan



133



125



130



Lysol



Botol/L



Pipette tips 100-1000 µl



Pcs



1



121



59



120



Pipette tips 0,5-250 µl



Pcs



1



121



59



120



Antiseptic handrup



Botol/ 500ml



1



121



59



120



Alkohol 70%



Botol/L



0,003



0,363



0,177



0,36



Bactec MGIT



Pcs



1



121



59



120



121



59



120



58 Universitas Sumatera Utara



Lampiran 5. (Lanjutan)



No.



12



13



Tindakan



Sediaan lansung pewarnaan BTAPOLI DOTS



Sediaan Langsung Pewarnaan BTATB/HIV



BMHP



Satuan



Jumlah pakai



Jumlah pasien Maret



April



Jumlah penggunaan



Mei



Maret



April



Mei



Lysol



Botol/L



0,0005



0,036



0,032



0,024



Alkohol 70%



Botol/L



0,001



0,072



0,064



0,048



Antiseptic handrup



Botol/ 500ml



1



72



64



48



Sarung tangan NS. S



Pcs



2



144



128



96



Container steril 60 ml



Pcs



1



72



64



48



Alkohol 96%



Botol/L



0,003



0,216



0,192



0,144



Alkohol 70%



Botol/L



0,001



0,022



0,019



0,01



Sarung tangan NS S



Pcs



2



44



38



20



Lysol



Botol/L



0,022



0,019



0,01



Antiseptic handrup



Btl/500ml



1



22



19



10



Container steril 60 ml



Pcs



1



22



19



10



72



0,001



22



64



19



48



10



59 Universitas Sumatera Utara



Lampiran 5. (Lanjutan)



No.



13



14



15



Tindakan



Sediaan langsung pewarnaan BTATB/HIV



Biakan jamur medium padat



Biakan M. Tuberculosis medium cair dengan resistensi OAT



BMHP



Satuan



Jumlah pakai



Jumlah pasien Maret



April



Jumlah penggunaan



Mei



Maret



April



Mei



66



57



30



0,066



0,057



0,03



1



11



11



9



0,001



0,011



0,011



0,009



22



22



18



Object glass frosted



Box/ 72 Pcs



3



Alkohol 96%



Botol/L



0,003



Pipette tips 0,5-250 µl



Pcs



Lysol



Botol/L



Sarung tangan NS. S



Pcs



2



Object glass frosted



Box/72 Pcs



3



33



33



27



Lysol



Botol/L



0,001



0,027



0,029



0,027



Pcs



4



108



116



108



Pipette tips 0,5-250 µl



Pcs



1



27



29



27



Alkohol 70%



Botol/L



0,001



0,027



0,029



0,027



Antiseptic handrup



Btl/500ml



1



27



29



27



Pipette tips 100-1000 µl



22



11



27



19



11



29



10



9



23



60 Universitas Sumatera Utara



Lampiran 5. (Lanjutan)



No



15



16



17



Tindakan



Biakan M. Tuberculosis medium cair dengan resistensi



Biakan N. Gonorhoea



Pewarnaan jamur khusus



BMHP



Satuan



Jumlah pakai



Jumlah pasien Maret



April



Jumlah penggunaan



Mei



Maret



April



Mei



Sarung tangan NS. S



Pcs



2



54



58



54



Vitek AST ST01



Kit/20



1



27



29



27



Disposable syringe / spuit 5 cc



Pcs



1



27



29



27



Alkohol 96%



Botol/L



0,001



0,001



0



0



Kapas lidi steril swabs



Pcs



8



8



0



0



Object glass frosted



Box/72



1



1



0



0



Sarung tangan NS. S



Pcs



2



2



0



0



Alkohol 70%



Botol/L



0,001



0,003



0,001



0,002



Antiseptic handrup



Botol/ 500ml



1



3



1



2



Container steril 60ml



Pcs



3



9



3



6



27



1



3



29



0



1



23



0



2



61 Universitas Sumatera Utara



Lampiran 5. (Lanjutan)



No.



17



Tindakan



Pewarnaan jamur khusus



BMHP



18



Jumlah pakai



Jumlah pasien



April



Mei



0,15



0,45



0,15



0,3



6



2



4



9



3



6



3



9



3



6



0,15



0,15



0



0



1



1



0



0



1



1



0



0



1



1



0



0



0,001



0



0



Kit/6 x 15 ml



Sarung tangan NS. S



Pcs



2



Container steril 60ml



Pcs



3



Maret



3 Object glass frosted



Box/72



Aceton safranin A



Kit/6 x 15 ml



Pipette tips 100-1000 µl



Pcs



YST Tet Vtk2



Kit/20 Cards Kit/20 Cards



April



Jumlah penggunaan Maret



Aceton safranin A



Vitek AST YS07 Biakan jamur medium padat dengan resistensi (penelitian)



Satuan



1



Mei



2



Alkohol 70%



Botol/L



0,001



Alkohol 96%



Botol/L



0,001



0,001



0



0



Sarung tangan NS. S



Pcs



2



2



0



0



Object glass frosted



Box/72



1



1



0



0



1



0



0



62 Universitas Sumatera Utara



Lampiran 5. (Lanjutan)



No.



Tindakan



BMHP



Container steril 60ml Aceton safranin A Anaerobic Indicator 19



Direct Difteri



Kit/6 x 15 ml Kit/100 Pcs



Jumlah pasien



Maret



April



Mei



1



0



1



0



0,15



0



0,15



0



1



0



1



0



0



0,001



0



2



0



2



0



Container steril 60 ml



Pcs



1



0



1



0



1



0



1



0



1



159



122



307



1



159



122



307



1



159



122



307



1



159



122



307



GP Tet Vtk2 Vitek AST YS07



159



Kit/20



1



Mei



Pcs



Box/72 Pcs Box/72 Pcs Kit/20 Cards Kit/20 Cards



0



April



Sarung tangan NS. S



GN Tet Vtk2



0,001



Maret



Jumlah penggunaan



Botol/L



Object glass frosted



20



Pcs



Jumlah pakai



Alkohol 96%



Object glass frosted



Biakan mikroorganisme medium cair dengan resistensi



Satuan



122



0



307



63 Universitas Sumatera Utara



Lampiran 5. (Lanjutan)



No.



Tindakan



BMHP



Vitek AST - N317 YST Tet Vtk2 20



21



Biakan mikroorganisme medium cair dengan resistensi



Satuan Kit/20 Cards Kit/20 Cards



Jumlah pakai



Jumlah pasien Maret



April



Jumlah penggunaan



Mei



Maret



April



Mei



1



159



122



307



1



159



122



307



1



159



122



307



0,159



0,122



0,307



Kapas beralkohol 4Ply



Pcs



Lysol



Botol/L



0,001



Vitek 2 AST Gp67



Kit/20 Cards



1



159



122



307



Disposable syringe/ Spuit 3 cc



Pcs



1



159



122



307



Container Steril 60ml



Pcs



1



159



122



307



Kapas lidi steril swabs



Pcs



8



8



16



8



Sarung tangan NS. S



Pcs



2



2



4



2



Object glass frosted



Box/72



2



2



4



2



Kapas beralkohol 4Ply



Pcs



1



1



2



1



Direct Gonorhoeae



159



1



122



2



307



1



64 Universitas Sumatera Utara



Lampiran 5. (Lanjutan) Jumlah pasien No.



Tindakan



BMHP



Satuan



Maret



21



22



April



Mei



0,001



Maret



April



Mei



0,001



0,002



0,001



Alkohol 96%



Botol/L



Antiseptic handrup



Botol/ 500ml



1



1



2



1



Lysol



Botol/L



0,001



0,159



0,039



0,118



Pipette tips 100-1000 µl



Pcs



4



636



156



472



Pipette tips 0,5-250 µl



Pcs



1



159



39



118



Antiseptic handrup



Botol/ 500ml



1



159



39



118



Alkohol 70%



Botol/L



0,001



0,159



0,039



0,118



Bactec MGIT



Pcs



4



636



156



472



1



Direct Gonorhoeae



Biakan M. Tuberculosis Medium cair dengan resistensi OAT



Jumlah penggunaan



Jumlah pakai



43



2



39



1



118



65 Universitas Sumatera Utara



Lampiran 5. (Lanjutan)



No.



23



Tindakan



Kultur anaerob dengan resistensi



BMHP



Satuan



Jumlah pakai



Jumlah pasien Maret



April



Mei



Jumlah penggunaan Maret



April



Mei



Alkohol 70%



Botol/L



0,001



0,15



0,236



0,393



Antiseptic handrup



Botol/ 500ml



1



150



236



393



Sarung tangan NS. S



Pcs



2



300



472



786



Container steril 60ml



pcs



1



150



236



393



Object glass frosted



Box/72 Pcs



1



150



236



393



150



236



393



66 Universitas Sumatera Utara



Lampiran 6. Perhitungan jumlah penggunaan BMHP di Instalasi Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik periode Maret-Mei 2017



Jumlah pasien No.



Tindakan



BMHP



Satuan



Jumlah Maret



1



2



Jumlah penggunaan



April



Mei



Maret



April



Mei



Alkohol 70%



Botol/L



0,025



10,125



7,55



8,75



Alkohol 96%



Botol/L



0,01



4,05



3,02



3,5



Pisau microtome



Pcs



1



405



302



350



Pisau operasi No.24



Pcs



1



405



302



350



Cover glass 24x60 mm



Pcs



1



405



302



350



Object glass frosted



Pcs



1



405



302



350



Sarung tangan NS. M



Pcs



2



810



604



700



Alkohol 70%



Botol/L



0,01



0,73



0,59



0,73



Alkohol 96%



Botol/L



0,01



0,73



0,59



0,73



146



118



146



Histopatologi



Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB) Supervisial



405



73 Sarung tangan NS. M



Pcs



2



302



59



350



73



67 Universitas Sumatera Utara



Lampiran 6. (Lanjutan)



Jumlah pasien No.



Tindakan



BMHP



Satuan



Maret



2



3



4



Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB) Supervisial



Sitologi (Paps Smear)



Potongan Beku + imprint



Jumlah penggunaan



Jumlah April



Mei



Maret



April



Mei



73



59



73



146



118



146



Masker tali Ax



Pcs



1



Disposable syringe/ Spuit 10cc



Pcs



2



Object glass frosted



Box/ 72 Pcs



1



73



59



73



Pot plastik 100 cc



Pcs



1



17



11



12



Object glass frosted



Box/ 72 Pcs



1



17



11



12



Cover Glass 24x60 mm



Pcs



1



17



11



12



Sarung Tangan NS. M



Pcs



2



34



22



24



Masker Tali Ax



Pcs



1



17



11



12



Object glass frosted



Box/ 72 Pcs



1



22



19



12



Cover glass 24x60 mm



Pcs



1



22



19



12



Sarung tangan NS. M



Pcs



2



44



38



24



Masker tali Ax



Pcs



1



22



19



12



73



17



22



59



11



19



73



12



12



68 Universitas Sumatera Utara



Lampiran 6. (Lanjutan)



Jumlah pasien No.



Tindakan



BMHP



Satuan



Maret



5



6



7



Frozen Section/Jaringan (Potongan Beku)



Sitologi cairan (Pleura dan Ascites)



Sitologi sputum



Jumlah penggunaan



Jumlah April



Mei



Maret



April



Mei



Sarung Tangan NS. M



Pcs



2



44



38



24



Pisau operasi No. 24



Pcs



1



22



19



12



Object glass frosted



Box/ 72



1



22



19



12



Cover glass 24x60 mm



Pcs



1



22



19



12



Object glass frosted



Box/ 72 Pcs



1



121



104



96



Cover glass 24x60 mm



Pcs



2



242



208



192



Sarung tangan NS. M



Pcs



1



121



104



96



Masker tali Ax



Pcs



1



121



104



96



Alkohol 96%



Botol/L



0,25



8,75



3,25



2,25



Pot plastik 100 cc



Pcs



1



35



13



9



Object glass frosted



Box/ 72 Pcs



1



35



13



9



22



121



35



19



104



13



12



96



9



69 Universitas Sumatera Utara



Lampiran 6. (Lanjutan)



Jumlah pasien No.



Tindakan



BMHP



Satuan



Maret



7 Sitologi sputum



8 Imunohistokimia



Jumlah penggunaan



Jumlah April



Mei



Maret



April



Mei



70



26



18



70



26



18



Cover glass 24x60 mm



Pcs



2



Sarung tangan NS. M



Pcs



2



Masker tali Ax



Pcs



1



35



13



9



Alkohol 96%



Botol/L



0,25



7,5



10



4,5



Object glass frosted



Box/ 72 Pcs



1



30



40



18



Cover glass 24x60 mm



Pcs



1



30



40



18



Sarung tangan NS. M



Pcs



2



60



80



36



Masker tali Ax



Pcs



1



30



40



18



35



30



13



40



9



18



70 Universitas Sumatera Utara



Lampiran 7. Studi pendahuluan No.



Pertanyaan



Informan



1



Bagaimana pengelolaan perbekalan farmasi di Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik?



Pengelolaan perbekalan farmasi yaitu dari perencanaan prosesnya dimulai dari pembuatan daftar obat, alat kesehatan dan BMHP apa saja yang akan diadakan atau di pesan, pembuatan daftar nya oleh kepala pokja perencanaan lalu disampaikan ke kepala pokja perbekalan dan kepala instalasi farmasi, kemudian nanti diketahui oleh direktur dan disetujui oleh bagian keuangan, kalau sudah disetujui selanjutnya obat, BMHP, dan alat kesehatan di adakan. Kemudian proses selanjutnya adalah penerimaan, penyimpanan, dan pendistribusian untuk pendistribusian ke unit-unit atau instalasi-instalasi di RS biasanya pihak unit tersebut menghubungi gudang dan meminta jumlah obat maupun BMHP yang dibutuhkan dengan mengunakan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS).



2



Apakah terdapat kendala dalam pengelolaan perbekalan farmasi di Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik?



Iya ada kendala, dari monitoring diketahui bahwa ada perbedaan data hasil stock opname BMHP dibandingkan dengan data dari Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS), data dari SIRS lebih besar dibandingkan dengan data stock opname. Setelah ditelusuri dengan menggunakan SIRS perbedaan data tersebut kemungkinan berada di Instalasi User, kemudian jika dilihat dari data barang masuk dan barang keluar yang paling banyak melakukan permintaan perbekalan farmasi terutama BMHP yaitu pada Instalasi Mikrobilogi Klinik dan Instalasi Patologi Anatomi. Kemudian kendala lain yaitu kesulitan dalam mengetahui jumlah penggunaan BMHP tiap tindakan yang dilakukan.



71 Universitas Sumatera Utara



Lampiran 8. Lembar persetujuan menjadi informan



67 Universitas Sumatera Utara



Lampiran 8. (Lanjutan)



68 Universitas Sumatera Utara



Lampiran 9. Pedoman wawancara PEDOMAN WAWANCARA Tentang : Penggunaan BMHP di Instalasi Mikrobiologi Klinik dan Patologi Anatomi



1. Bagaimana proses perencanaan permintaan BMHP? 2. Apakah metode/kebijakan apa saja yang menjadi dasar perencanaan permintaan BMHP? 3. Bagaimana proses pengadaan atau pengamprahan BMHP? 4. Apakah saja kendala yang mempengaruhi jumlah penggunaan BMHP tiap tindakan/pemeriksaan? 5. Apakah dalam proses pemeriksaan/tindakan yang dilakukan terdapat standar prosdur operasional kerja? 6. Apakah pada standar prosdur operasional pemeriksaan/tindakan yang dilakukan terdapat jenis, satuan dan banyak nya BMHP yang dibutuhkan? 7. Bagaimana proses pemasukan data atau entry pada SIRS setelah BMHP digunakan? Catatan: Wawancara ini hanya merupakan pedoman yang akan dikembangkan sesuai kejadian di lapangan.



69 Universitas Sumatera Utara



Lampiran 10. Matriks pertanyaan evaluasi penggunaan BMHP di Instalasi Mikrobiologi Klinik dan Patologi Anatomi periode Maret-Mei 2017 No. 1



2



3



Fokus pertanyaan Perencanaan permintaan BMHP a. Apakah informan terlibat b. Metode perencanaan permintaan BMHP Pengadaan kebutuhan BMHP a. Proses pengadaan BMHP



b. Jadwal pengadaan/ pengamprahan BMHP Penyebab yang mempengaruhi selisih permintaan dengan penggunaan BMHP a. Pemasukan data atau entry pada SIRS setelah BMHP digunakan



Informan 1



Informan 2



Terlibat direncanakan berdasarkan data pemakaian bulan sebelumnya



Terlibat Data pemakaian satu bulan lalu, sisa persediaan, penetapan prioritas



Mengamprah BMHP dengan menginput pada sistem SIRS, pemeriksaan perbekalan farmasi yang diterima dari gudang Instalasi Farmasi dengan daftar pengamprahan perbekalan farmasi yang terdapat pada SIRS meliputi bentuk fisik, expired date, dan jumlah barang., gudang membalas amprahan pada SIRS Sebulan sekali



Mengamprah BMHP dengan sistem SIRS, gudang membalas amprahan pada sistem SIRS, kemudian mengambil BMHP yang disediakan.



Terkadang entry data tidak langsung dilakukan ke SIRS, pemasukan data BMHP berdasarkan jumlah minimal tiap tindakan



Setiap perbekalan farmasi yang dikeluarkan dari gudang langsung dicatat pada kartu stock tetapi entry data tidak langsung dilakukan ke SIRS Ada



b. Ketersediaan Standar Prosdur Operasional Ada kerja (SPO)



Sebulan sekali



70 Universitas Sumatera Utara



Lampiran 10. (Lanjutan) No.



Fokus pertanyaan



Informan 1



3



Penyebab yang mempengaruhi selisih permintaan dengan penggunaan BMHP c. Pada SPO pemeriksaan atau tindakan yang dilakukan terdapat jenis, satuan dan banyak nya BMHP yang dibutuhkan



Tidak ada jenis, satuan dan banyak nya BMHP yang dibutuhkan tiap tindakan pada SPO



Tidak ada



Kendala pada pasien yang menyebabkan penggunaan BMHP berlebih pada proses tindakan



Kendala pada saat tindakan penggunaan BMHP untuk beberapa BMHP seperti pisau microtom mudah tumpul sehingga penggunaan pisau microtom berlebih



4



Kendala yang mempengaruhi jumlah penggunaan BMHP tiap tindakan atau pemeriksaan



Informan 2



71 Universitas Sumatera Utara



Lampiran 11. Form permintaan BMHP



72 Universitas Sumatera Utara



Lampiran 12. Surat selesai melakukan penelitian di RSUP H. Adam Malik



73 Universitas Sumatera Utara



Lampiran 13. Gambar BMHP di Instalasi Mikrobiologi Klinik



Anaerobic Indicator



Kapas Lidi Steril Swab



Container Steril 60 ml



Vitek AST-N317



74 Universitas Sumatera Utara



Lampiran 14. Gambar BMHP di Instalasi Patologi Anatomi



Pisau Microtome



Pisau Operasi No. 24



Sarung Tangan dan Masker Tali



75 Universitas Sumatera Utara