Unit Feed Treating Ammonia PT [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS ALAT INDUSTRI KIMIA (Unit Proses Feed Treating Pada PT.PUSRI)



Disusun oleh : Farista Galuh Sandra



03121403003



Putri Ayu Elisa



03121403005



Apriyani Kartini



03121403051



Ridho Patratama



03121403047



Cinthya roito silaban



03121403057



JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2013 0



KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat yang Tuhan berikanlah akhirnya kami dapat menyelesaikan Makalah mengenai Alat Industri Kimia yang berjudul “Unit Feed Treating Pabrik Ammoniak PT. Pupuk Sriwijaya“ ini tepat pada waktunya. Penulisan makalah Alat Industri Kimia ini bertujuan untuk mengetahui lebih dalam lagi mengenai bagaimana Unit Feed Treating Pabrik Ammoniak PT. Pupuk Sriwijaya. Dalam penyelesaian makalah ini, penulis banyak mengalami kesulitan, terutama yang disebabkan oleh keterbatasannya literatur mengenai Alat Industri Kimia terhadap Unit Feed Treating Pabrik Ammoniak PT. Pupuk Sriwijaya. Namun, berkat bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat diselesaikan, walaupun masih terdapat banyak kekurangan, Karena itu, sudah sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih kepada Leily Nurul Komariah,S.T, M.T yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam pembuatan makalah Alat Industri Kimia ini. Penulis menyadari bahwa sebagai seorang mahasiswa yang pengetahuannya belum seberapa dan masih perlu banyak belajar dalam penulisan makalah ini yang mana didalam makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang positif agar makalah ini dapat menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Harapan penulis, mudah-mudahan makalah mengenai Alat Industri Kimia yang berjudul “Unit Feed Treating Pada Pabrik Ammoniak PT. Pupuk Sriwijaya“ yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi pihak yang terkait. Amin



Palembang, 28 November 2013



Penyusun



1



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………...1 DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………..2 BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang ……………………………………………………………………...3 1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………………...4 1.3 Tujuan Permasalahan ………………………………………………………………..4 BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 Sejarah PT. Pupuk Sriwijaya ………………………………………………………..5 2.2 Tata Letak dan Lokasi PT. Pupuk Sriwijaya ………………………………………..6 2.3 Bahan Baku dalam Proses Feed Treating …………………………………………..8 2.4 Peralatan Unit Feed Treating……………………………………………………….11 2.5 Unit Proses Feed Treating Pabrik Ammoniak …………………….;.……………...15 BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………………...18 3.2 Saran ……………………………………………………………………………….18 DAFTAR PUSTAKA



2



BAB 1 PENDAHULUAN



1.1



Latar Belakang Umumnya, setiap pabrik membutuhkan manajemen proses yang baik yang selalu berkaitan dengan berbagai kegiatan produksi yang di lakukan dalam pabrik tersebut baik produksi dalam skala yang besar maupun produksi dalam skala yang kecil. Dalam hal ini, kegiatan produksi yang dilakukan dalam proses pabrik tersebut biasanya terdiri atas berbagai unit proses yang bekerja didalamnya. Seperti pabrik ammoniak PT. Pupuk Sriwijaya yang merupakan suatu pabrik yang dapat menghasilkan produk yang berupa ammoniak sebagai bahan utama dan karbon dioksida sebagai bahan samping ini juga melibatkan unit proses yang bekerja didalamnya pada saat kegiatan produksi berlangsung. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa unit proses yang bekerja didalam pabrik ammoniak tersebut akan dapat meningkatkan efisiensi proses produksi senyawa ammoniak. Adapun unit proses yang bekerja didalam pabrik ammoniak PT. Pupuk Sriwijaya ini, seperti unit proses feed treating, reforming, purifikasi, sintesa ammonia PT. Pupuk Sriwijaya, unit. Dikarenakan unit proses yang bekerja dalam setiap pabrik ammoniak terutama PT. Pupuk Sriwijaya ini mempunyai peranan yang sangat penting maka dapat dikatakan bahwa unit proses ini merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi proses pembuatan ammoniak. Oleh karena itu, setiap pabrik ammoniak seperti PT. Pupuk Sriwijaya ini diharuskan untuk dapat menggunakan berbagai unit proses dalam pembuatan ammoniak dengan baik. Untuk itu, dalam makalah Alat Industri Kimia ini akan dibahas mengenai spesifikasi proses pada feed treating unit merupakan proses pertama pada pabrik PT.PUSRI pembuatan ammonia yang bertujuan untuk menghilangkan zat pengotor seperti sulfur (belerang) dan CO2.



1.2



Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang dari makalah ini, adapun rumusan masalah yang akan kami bahas pada makalah ini, yaitu : a. Bagaimana sejarah PT. Pupuk Sriwijaya ? 3



b. Dimana tata letak dan lokasi PT. Pupuk Sriwijaya ? c. Apa saja bahan baku yang digunakan dalam proses feed treating pada PT. Pupuk Sriwijaya ? d. Apa saja peralatan yang digunakan pada proses feed treating ammoniak pada PT. Pupuk Sriwijaya ? e. Bagaimana proses unit feed treating dalam pabrik ammoniak PT. Pupuk Sriwijaya ? 1.3



Tujuan Permasalahan Berdasarkan pada rumusan masalah yang akan kami bahas, adapun tujuan permasalahannya, yaitu a. Mengetahui sejarah PT. Pupuk Sriwijaya. b. Mengetahui tata letak dan lokasi PT. Pupuk Sriwijaya. c. Mengetahui bahan baku yang digunakan dalam proses feed treating pada PT. Pupuk Sriwijaya. d. Mengetahui peralatan yang digunakan untuk pembuatan ammoniak pada PT. Pupuk Sriwijaya. e. Mengetahui proses unit feed treating dalam pabrik ammoniak PT. Pupuk Sriwijaya.



.



BAB 2 PEMBAHASAN



2.1



Sejarah PT. Pupuk Sriwijaya PT. Pupuk Sriwijaya merupakan pabrik pertama di negara Indonesia yang memproduksi pupuk urea yang merupakan Badan Usaha Milik Negara dimana PT. Pupuk Sriwijaya ini didirikan pada tanggal 24 Desember 1959. PT. Pupuk Sriwijaya mempunyai nama Sriwijaya yang berasal dari nama sejarah Kerajaan Sriwijaya pada abad ke tujuh masehi yang berada di Asia Tenggara sampai daratan China. Pendirian PT. Pupuk Sriwijaya ini dimulai pada tanggal 14 Agustus 1961 dimana pada tanggal ini PT. 4



Pupuk Sriwijaya pertama didirikan sehingga pada tahun 1963 PT. Pupuk Sriwijaya pertama telah berproduksi dengan kapasitas sebanyak 59.400 ton ammoniak per tahun. Kebutuhan ammoniak ini semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pendirian PT. Pupuk Sriwijaya ini didirikan kembali pada tahun 1972 sampai 1977 dimana pada tahun tersebut PT. Pupuk Sriwijaya kedua, PT. Pupuk Sriwijaya ketiga dan PT. Pupuk Sriwijaya keempat didirikan. PT. Pupuk Sriwijaya kedua berproduksi dengan kapasitas produksi ammoniak sebesar 380.000 ton per tahun dimana pada tahun 1992 PT. Pupuk Sriwijaya kedua melakukan penambahan kapasitas produksi ammoniak menjadi 445.000 ton per tahun. Pendirian PT. Pupuk Sriwijaya ketiga dimulai pada tahun 1976 dengan kapasitas produksi ammoniak sebesar 262.000 ton per tahun dan pendirian PT. Pupuk Sriwijaya keempat dimulai pada tahun 1977 dengan kapasitas produksi ammoniak sebesar 396.000 ton per tahun. Akan tetapi, dikarenakan pada usaha peningkatan kapasitas produksi ammoniak pada PT. Pupuk Sriwijaya pertama yang mempunyai kapasitas 59.400 ton ammoniak yang mempunyai tingkat efisiensi dan kapasitas yang relatif kecil maka di didirikan PT. Pupuk Sriwijaya IB dengan kapasitas produksi ammoniak sebesar 396.000 ton per tahun. PT. Pupuk Sriwijaya melakukan pemasaran pupuk urea kepada petani sebagai bentuk pelaksanaan Public Service Obligation atau PSO pada tahun 1979 yang dilakukan untuk mendukung program pangan nasional dengan mengutamakan proses produksi dan pemasaran pupuk urea bagi para petani. Pada tahun 1997, PT. Pupuk Sriwijaya ditunjuk sebagai perusahaan utama yang memegang Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang industri pupuk dan petrokimia; bidang engineering, procurement dan construction atau EPC dan bidang perdagangan, yang diantaranya adalah : PT. Petrokimia Gresik di Gresik, Jawa Timur; PT. Pupuk Kujang di Cikampek, Jawa Barat; PT. Pupuk Kaltim di Bontang, Kalimantan Timur; PT. Pupuk Iskandar Muda di Lhokseumawe, Nanggroe Aceh Darussalam; PT. Rekayasa Industri di Jakarta dan PT. Mega Eltra di Jakarta. Pemisahan dari PT. Pupuk Indonesia kepada PT. Pupuk Sriwijaya Palembang pada tahun 2010 setelah terjadi pengalihan hak dan kewajiban PT. Pupuk Indonesia kepada PT. Pupuk Sriwijaya Palembang yang tertuang pada RUPS-LB pada tanggal 24 Desember 2010 yang berlaku efektif mulai pada tanggal 1 Januari 2011 dimana pemisahan ini tertuang dalam Perubahan Anggaran Dasar PT. Pupuk Sriwijaya Palembang melalui Akte Notaris Fathiah Helmi, SH nomor 14 tanggal 12 November



5



2010 yang telah disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia pada tanggal 13 Desember 2010 nomor AHU-57993.AH.01.01 tahun 2010.



2.2



Tata Letak dan Lokasi PT. Pupuk Sriwijaya



Pendirian PT. Pupuk Sriwijaya ini menggunakan luas tanah untuk lokasi pabrik seluas 20,4732 hektar sedangkan luas tanah untuk lokasi perumahan karyawan seluas 26,5265 hektar dimana selain itu juga terdapat lokasi yang lainnya yang akan digunakan untuk perluasan kompleks pabrik dan perumahan karyawan dengan luas tanah seluas 41,7965 hektar. Tata letak dari pabrik ammoniak PT. Pupuk Sriwijaya didesain untuk memudahkan kemungkinan penanggulangan bahaya yang dapat terjadi, memudahkan pengelolaan produksi ammoniak yang lebih efisien, memudahkan untuk mennghindari polusi gas maupun suara, dan memudahkan jalan keluar maupun jalan masuk ke wilayah pabrik ammoniak PT. Pupuk Sriwijaya. PT. Pupuk Sriwijaya di dirikan di negara Indonesia dikarenakan negara Indonesia merupakan negara agraris yang mempunyai sumber daya alam dan tenaga kerja yang berlimpah. PT. Pupuk Sriwijaya ini berada di Provinsi Sumatera Selatan tepatnya di kota Palembang yang berada di dekat pertepian sungai Musi di wilayah perkampungan sungai Selayur termasuk wilayah kampung 1 Ilir dan 2 Ilir dengan kecamatan Ilir Timur II Kotamadya Palembang. Tempat didirikannya PT. Pupuk Sriwijaya ini berada sekitar tujuh kilometer dari pusat kota Palembang. Pemilihan lokasi PT. Pupuk Sriwijaya ini berdasarkan pada studi kelayakan yang dilakukan olah Gass Bell and Associaties dari Amerika Serikat yang memberikan pengarahan untuk membangun pabrik ammoniak di Provinsi Sumatera Selatan dimana studi kelayakan dari pemilihan lokasi didirikannya PT. Pupuk Sriwijaya, yang 6



diantaranya adalah keadaan geografis dari Provinsi Sumatera Selatan yang mempunyai kekayaan alam yang melimpah yang berupa gas alam yang merupakan bahan baku utama untuk pembuatan urea yang tersedia dalam komponen jumlah yang cukup banyak. Provinsi Sumatera Selatan merupakan wilayah industri ammoniak yang berdekatan dengan wilayah operasi pertambangan, pengilangan minyak bumi Pertamina dan PT. Stanvac, dan PT. Bukit Asam dimana dalam hal ini wilayah tersebut dapat dijadikan sebagai cadangan bahan baku yang dapat digunakan apabila bahan baku gas bumi telah menipis; Pendirian PT. Pupuk Sriwijaya di Provinsi Sumatera Selatan dikarenakan berdekatan dengan jalan angkutan darat seperti jalan kereta api dan jalan raya serta berdekatan dengan sarana pelabuhan sehingga dapat memudahkan proses pemasaran hasil produksi ammoniak. Pendirian pabrik ammoniak ini berdekatan dengan kota Prabumulih dan Pendopo yang mempunyai gas alam yang terletak sekitar 100 kilometer sampai dengan 150 kilometer dari pabrik ammoniak PT. Pupuk Sriwijaya, wilayah industri PT. Pupuk Sriwijaya dekat dengan sungai Musi dimana sungai ini mempunyai sumber air yang melimpah sepanjang tahun sehingga sungai ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam pabrik ammoniak PT. Pupuk Sriwijaya seperti untuk utilitas, sarana transportasi bahan baku maupun hasil produksi baik dalam bentuk pupuk curah atau bulk maupun dalam bentuk pupuk kantong atau in bag dari satu lokasi pabrik ke lokasi pabrik yang lainnya, pemenuhan kebutuhan proses produksi lainnya, sebagai air minum dan tempat pembuangan limbah yang telah mengalami proses pengolahan limbah. 2.3



Bahan Baku dalam Proses Feed Treating Adapun bahan baku yang diperlukan untuk feed treating, yang diantaranya adalah : a. Gas Bumi Gas bumi merupakan campuran berbagai senyawa yang berada dalam fase gas yang di dapat dari eksploitasi sumber minyak dan gas bumi. Umumnya, komposisi gas alam sangat dipengaruhi oleh keadaan geografis sumber gas alam dimana dalam hal ini sifat gas bumi dipengaruhi oleh komponen-komponen yang terdapat didalamnya. Penyediaan gas bumi yang digunakan untuk pembuatan ammoniak diberikan oleh Pertamina dengan komposisi gas bumi yang berupa metana 70 persen dan karbon dioksida 10 persen. Umumnya, gas bumi ini mengandung zat pengotor 7



yang dapat menganggu proses produksi ammoniak baik dalam bentuk padatan maupun cairan, seperti fosfor, sulfur. Adapun komposisi dan sifat fisik dari gas bumi ini sendiri yang digunakan untuk proses pembuatan ammoniak, yaitu sebagai berikut Komposisi Gas Bumi Komposisi Gas Bumi



Volume berat kering



Metana



80,45



Etana



5,38



Propana



3,96



i-butana



0,27



n-butana



0,85



i-pentana



0,30



n-pentana



0,21



heksana



0,18



Karbon dioksida



7,50



Kadar Sulfur Senyawa



Kadar rata-rata (ppm)



Maksimum (ppm)



H2S



5,61



6,39



RSH



0,25



0,80



RSSR dan residu



0,84



1.35



Total



6,25



8,44



Sifat gas bumi



8



Titik



Specific



Specific



Didih



Gravity



Gravity



Normal



Cairan



Gas



(0F)



(600C)



(600C)



Berat Komponen



Molekul (gram/mole)



Panas Pembentukan (kkal/mole)



Metana



16,04



-258,7



0,248



0,554



-17,89



Etana



30,07



-127,5



0,368



1,038



-20,24



Propana



44,09



-43,7



0,508



1,552



-24,82



i-butana



58,12



10,9



0,563



2,001



-32,15



n-butana



58,12



31,1



0,584



2,001



-30,15



i-pentana



72,15



82,1



0,625



2,491



-36,92



n-pentana



72,15



96,9



0,631



2,491



-35,00



n-heksana



86,17



155,7



0,664



2,975



-39,96



Karbon dioksida



44,01



-164,9



0,815



1,519



-94,05



Hidrogen sulfide



34,08



-76,5



0,790



1,176



-4,82



Nitrogen



28,02



-320,4



`0,808



0,967



b. Air Air yang diperlukan dalam pembuatan ammoniak merupakan senyawa yang bersifat polar dan bersifat reaktif sehingga air ini dapat bereaksi dengan senyawa yang lain yang mempunyai sifat polar yang sama sehingga air akan dapat menghantarkan arus listrik dengan baik. Umumnya, air ini mempunyai temperature kritis sebesar 374,150C dengan tekanan kritis sebesar 218,4 atm dan densitas kritis sebesar 323 kg/cm3. Air yang berada dalam water tank dimana air ini berfungsi untuk menjenuhkan H2O. Kemudia H20 yang sudah dijenuhkan dikeluarkan (bottom saturator) sedangkan feed gas (top saturator) dialirkan kembali ke unit proses reforming Adapun sifat fisik dari air yang digunakan dalam proses pembuatan ammoniak, yaitu sebagai berikut : Sifat



Air



Berat Molekul (gram/mole)



18,05 9



Titik Beku (0C)



0



Titik Didih (0C)



100



Densitas (gram/ml)



0,998



Viskositas (Cp)



0,8948



Panas Pembentukan 180C (kJ/mole) Panas Penguapan 1000C (kJ/mole) Panas Spesifik (J/gr0C)



2.4



285,89 40,65 4,179



Peralatan Unit Feed Treating Tabel Peralatan Unit Feed Treating Filter Heater Desulfurizer Absorber Stripper Tower Separator Chiller Spesifikasi Peralatan Unit Feed Treating Nama Alat Jenis / Tipe Alat Fungsi Gambar Alat Prinsip Kerja



Filter Wet Scubber Untuk mencegah dan mengurangi masuknya debu dari gas alam. Membersihkan gas alam yang kotor dengan cara menyemprotkan air dari bagian atas alat dan bagian alat, pada saat gas alam yang 10



berdebu atau kotor kontak langsung dengan air maka kotoran akan ikut semprotan air turun ke bawah. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik pada filter ini dapat digunakan penggabungan antara filter dan pengendap siklon. Keterangan



Prinsip kerja pengendap siklon adalah pemanfaatan gaya sentrifugal



Tambahan



dari udara atau gas yang sengaja dihembuskan melalui tepi dinding tabung siklon sehingga partikel yang relative berat akan jatuh ke bawah.



Nama Alat



Heater



Jenis / Tipe Alat Untuk memanaskan atau menguapkan bahan, memberikan panas Fungsi



reaksi pada feed reactor, memanaskan material yang akan diubah bentuk fisiknya. Menggunakan prinsip termodinamika yaitu menggunakan panas kemudian dialirkan ke wilayah yang bertemperatur rendah agar menjadi lebih hangat. Perpindahan panas tersebut terjadi secara



Prinsip Kerja



spontan, yang dibutuhkan hanyalah panas yang untuk dipindahkan ke temperature yang lebih tinggi.



Keterangan Tambahan



Nama Alat Fungsi



Perbedaan semua jenis heater biasa terletak pada sumber panasnya, konsep penghantaran panas, tujuan atau fungsinya.



Desulfurizer Alat yang digunakan untuk menyerap sulfur anorganik berupa hydrogen sulfide, H2S dalam gas alam menggunakan katalis.



Gambar Alat 11



SO2 yang terbentuk dan teruji sebagai zat yang bersifat asam maka untuk menghilangkan sifat asamnya maka haruslah benda yang Prinsip Kerja



asam itu ditemukan dengan bahan-bahan yang bersifat basaa atau alkali



Nama Alat Fungsi



Absorber Alat yang digunakan untuk pemisahan suatu komponen gas oleh zat cair sebagai pelarutnya



Gambar Alat



Suatu campuran gas diumpankan dari bawah bottom absorber untuk dikontakkan dengan zat cair dari top absorber, komponen gas yang Prinsip Kerja



mempunyai kelarutan yang terbesar pada cairan tersebut akan larut bersama zat cair dan menjadi bottom product. Komponen gas lainnya yang tidak terlarut dalam absorber akan ke atas sebagai top



Keterangan



produk. Karena prinsip kerja absorber berdasarkan kelarutan gas dalam



tambahan



cairan makan kondisi operasi absorber adalah pada temperature rendah dan tekanan tinggi dimana pada kondisi ini daya larut gas 12



dalam fase cair maksimal. Nama Alat Fungsi



Stripper Tower Untuk memisahkan suatu komponen zat cair dari campurannya dengan menggunakan gas sebagai penyerap.



Gambar Alat



Berdasarkan kemampuan zat cair untuk menguap ke gas tipping. Cara kerjanya campuran zat cair diumpankan dari top stripper dan Prinsip Kerja



dikontakkan dengan gas tipping dari bottom stripper. Komponen zat cair tertentuakan ter-stripping atau menguap bersama aliran gas ke bagian top stripper. Sedangkan cairan yang tidak ter-stripping akan



Keterangan Tambahan



Nama Alat Jenis / Tipe Alat Fungsi



mengalir ke bottom stripper sebagai bottom produk. Adapun kondisi operasi stripper pada temperayur tinggi dan tekanan rendah. Temperature yang digunakan disesuaikan dengan titik didih larutan dari campurannya. Separator Gas Scrubber Separator Memisahkan butir cairan yang masih terikut gas hasil pemisahan tingkat pertama.



Gambar Alat



Prinsip Kerja



Untuk mendapatkan efisiensi kerja yang stabil dengan kondisi yang 13



bervariasi gas liquid separator harus mempunyai komponen Keterangan



pemisah. Bagian pemisah pertama bagian pengumpul cairan, bagian pemisah



Tambahan



kedua miste ekstraktor peralatan control.



Nama Alat Fungsi



Chiller Mendinginkan fluida di bawah 25 derajat celcius



Gambar Alat



Mendinginkan suatu media yang menghasilkan panas dengan cara Prinsip Kerja



dialiri air yang dingin sehingga melalui air ini panas bisa direda sesuai



dengan



kemampuan



mesin



dan



temperature



yang



dharapkan.



2.5 Unit Proses Feed Treating dalam Pembuatan Ammonia Feed Treating Unit Feed treating unit merupakan proses pertama pada pabrik PT.PUSRI pembuatan ammonia yang bertujuan untuk menghilangkan zat pengotor seperti sulfur (belerang) dan CO2. Bahan baku yang digunakan merupakan gas alam dari pertamina seperti debu, kotoran padat, sulfur, CH4, CO, CO2, O2, N2, Ar, H2, H2S dan RSR dimasukkan kedalam filter lalu dipanaskan di heater kemudian gas alam yang masih mengandung kotoran (impurities), terutama senyawa belerang sebelum masuk ke reforming unit harus dibersihkan dahulu di unit ini, agar tidak menimbulkan keracunan pada Katalisator di Reforming Unit. Untuk menghilangkan senyawa belerang yang terkandung dalam gas alam, maka gas alam tersebut dilewatkan dalam suatu bejana yang disebut Desulfurizer.



14



Gas alam yang bebas sulfur ini selanjutnya dikirim ke Reforming Unit. Jalannya proses melalui tahapan berikut : Sejumlah H2S dalam feed gas diserap di Desulfurization Sponge Iron dengan a. sponge iron sebagai media penyerap. Persamaan Reaksi : Fe2O3.6H2O + H2S → Fe2S3 6 H2O + 3 H2O Kemudian feed gas yang sudah tidak mengandung belerang (sulfur) dialirkan kedalam unit dehidrasi yang betujuaan untuk menghilangkan air dengan bantuan (injeksi) trietiline glikol (TEG). Dari unit dehidrasi ini yang keluar ada TEG dan air. Feed gas yang bebas air dan sulfur masuk ke HE dan kemudian dialirkan ke separator, pada separator ini H2O sisa dipisahkan di separator ini sedangkan feed gas yang mengandung sedikit air dimasukkan ke absorber. b.



Absorber CO2 Feed gas yang mengandung sedikit air dialirkan ke unit absorber yang bertujuan untuk memisahkan CO2 dengan menggunakan larutan Benfield sebagai penyerap. Reaksinya : K2CO3 + CO2 + H2O → 2KHCO3 Uni ini terdiri atas CO2 absorber tower, stripper tower dan Benfield system.



c.



Stripper Tower Di stripper ini terjadi pemisahan antara CO2 dan larutan Benfield (dari bottom Absorber). CO2 mengalir keluar ke atas sedangkan Benfield mengalir ke luar kebawah dan kemudian disimpan di dalam storage.



d.



Desulfuraizer I dan desulfuraizer II Feed gas yang bebas dari CO 2, sulfur organic dll (dari top Absorber) dialirkan ke HE kemudian dialirkan kembali ke heater. Di heater ini feed gas tersebut dipanaskan kembali dan dicampurkan dengan hydrogen. Kemudian feed gas dialirkan kembali ke dalam desulfuraizer I. Di desulfuraizer ini terdapat katalis cobalt-moligenum (CO-MO) yang bereaksi dengan feed gas tersebut. Reaksinya : RSH + H 2 → RH + H2S. Produk dari desulfuraizer I dialirkan ke dalam desulfuraizer II. Di unit ini bertujuan untuk memisahkan sulfur organic yang terkandung dalam feed gas dengan cara mengubahnya terlebih dahulu



15



mejadi Hydrogen Sulfida dan mereaksikannya dengan ZnO. Persamaan Reaksi : H2S + ZnO → ZnS + H2O e.



Saturator Di unit ini H2O (panas, bukan fase liquid) dialirkan ke saturator kemudian dijenuhkan menjadi air dengan bantuan water tank. Kemudia H20 yang sudah dijenuhkan dikeluarkan (bottom saturator) sedangkan feed gas (top saturator) dialirkan kembali ke unit proses reforming.



16



BAB 3 PENUTUP 3.1



Kesimpulan Bahan baku yang diperlukan untuk pembuatan ammoniak, adalah gas bumi yang merupakan campuran berbagai senyawa yang berada dalam fase gas. Proses pembuatan ammoniak dapat dilakukan dengan beberapa langkah proses, seperti Feed Treating Unit, Reforming Unit, Purification Unit, Sintesa ammonia Unit. Unit feed treating merupakan unit proses pertama pada pabrik dengan tujuan utamanya untuk menghilangkan zat pengotor seperti sulfur dan CO2. Peralatan yang digunakan pada unit ini adalah filter, heater, desulfurizer, absorber, stripper tower, separator dan chiller



3.2



Saran Berdasarkan dari makalah Alat Industri Kimia yang telah kami bahas mengenai unit feed treating dari pabrik ammoniak PT. Pupuk Sriwijaya, kami menyarankan agar setiap pabrik sebelum melakukan proses produksi diharuskan mengenal terlebih dahulu unit feed treating karena unit ini sangat mempengaruhi untuk unit selanjutnya. Unit feed merupakan unit proses pertama kali yang dilakukan pada pabrik lalu perlu juga mengetahui alat-alat yang akan digunakan dan cara penggunaan alat tersebut agar didapatkan hasil produksi ammoniak yang baik seperti menghilangkan zat pengotor dengan cara pemisahan sesuai dengan zat pengotor tersebut, dan sebagainya.



DAFTAR PUSTAKA Anonim.2011.



Proses



Pembuatan



Pupuk



Urea



di



PT



Pusri.



http://ilmuteknikindustri.wordpress.com/2011/02/01/proses-pembuatan-pupuk-urea-danpt-pusri/ . Diakses pada tanggal 29 November 2013. 17



Anonim. 2012. Sejarah PT. Pupuk Sriwijaya. http://www.pusri.co.id/ina/amonia-prosesproduksi-amonia/. Diakses pada tanggal 29 November 2013. Anonim. 2012. Proses Produksi Pupuk. http://kampuscuy.blogspot.com/2012/06/prosesproduksi-pupuk-di-pt-pupuk.html. Diakses pada tanggal 29 November 2013. Anonim.



2013.



Proses



Pembuatan



Ammoniak



.



http://tambah-



ilmumu.blogspot.com/2013/02/proses-pembuatan-amoniak.html. Diakses pada tanggal 29 November 2013. Kurniawan,



Bayu.



2012.



Sistem



Feed



Treating



di



PT



Pusri.



http://bayukurniawan.blogspot.com/2012/06/sistem-feed-treating-di-pt-pupuk.html. Diakses pada tanggal 29 November 2013.



18