Usulan Teknis Irigasi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KOMENTAR TERHADAP KAK (TOR) 3.1.



UMUM



Hal-hal penting yang dibutuhkan untuk pemahaman tentang pekerjaan yang diselenggarakan secara umum telah tercakup secara singkat dalam Kerangka Acuan Keria /TOR. Uraian tentang latar belakang mengapa pekerjaan diperlukan, permasalahan yang mendasari timbuinya pekerjaan, maksud tujuan pekelaan, ruang lingkup, kebutuhan tenaga, jangka waktu pelaksanaan pekerjaan serta hasil yang diharapkan telah memberikan gambaran menyeluruh, serta dapat dipahami oleh Konsultan. 3.2.



Tanggapan Terhadap Maksud dan Tujuan Pekerjaan



Dengan mempelajari latar belakang pekerjaan, usaha pemanfaatan sumberdaya air setempat, maka Pemerintah Provinsi Gorontalo bermaksud akan melaksanakan pembangunan jaringan irigasi randangan guna mewujudkan ketahanan pangan bangsa, sejalan dengan program Pemerintah Provinsi Gorontalo mencanangkan Provinsi Agropolitan, untuk itu Pemerintah Provinsi Gorontalo memperkuat ketahanan pangan baik dengan diversifikasi, intensifikasi maupun ekstensifikasi dibidang pertaman yang berkelanjutan. Maka melaluil Proyek Irigasi dan Rawa Gorontalo Tahun Anggaran 2004, berupaya melakukan Perencanaan Jaringan Irigasi di Randangan Kabupaten Pohuwato. 2 3.3.



Tanggapan Terhadap Lingkup Pekerjaan



Lingkup pekerjaan berupa survey pengumpulan data sosial ekonomi data terkait pengukuran topografi, survey hidrologi dan hidrometri, penyelidikan geologi dan mekanika tanah, pengujian hidrolis model bangunan utama, analisis hidrologi dan perencanaan rinci. Dengan menetapkan cakupan daerah irigasi yang ditinjau adalah dengan luas layanan lebih dari 4000 hektar akan membuat kegiatan survey pengumpulan data di lapangan akan menjadi sangat berat. Agar pelaksanaan pekerjaan menjadi lebih terfokus kepada masalah yang umum terjadi dilapangan, maka diperlukan upaya pendataan lapangan secara sampling. Hal itu akan diuraikan dalam metodologi pelaksanaan. 3.4.



Tanggapan Terhadap Lokasi Pekerjaan



Lokasi pendataan lapangan yaitu dil Kabupaten Pohuwato, Propinsi Gorontalo, dirasakan sudah tepat karena terdapat banyak daerah irigasi dengan total daerah layanan yang luas, dan saling berkesinambungan dianggap cukup bagus. 3.5.



Tanggapan Terhadap Laporan Yang Diserahkan



Laporan yang harus diserahkan terdiri dari 3 jenis, yaitu : Laporan Pendahuluan, laporan Akhir sementara dan laporan akhir. Sistem Pelaporan yang demikian sangat efisien mengingat terbatasnya waktu tersedia, serta padatnya jadwal penyerahan laporan. Penyerahan laporan dilakukan pada (i) awal bulan kedua Laporan Pendahuluan, (ii) awal bulan ke 3 laporan akhir sementara, serta (iii) Akhir bulan (laporan akhir) Dengan mengabaikan laporan bulanan, maka progress pelaksanaan bisa dilakukan dengan monitoring oleh Direksi Pekerjaan secara langsung ke Konsultan. 3.6.



Tanggapan Terhadap Waktu dan Jadwal Pelaksanaan



Waktu pelaksanaan pekerjaan yang tersedia selama 6 ( Enam ) bulan dianggap sudah memenuhi kebutuhan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan harus dilakukan paling tidak setiap 2 minggu sekali, sehingga setiap penyimpangan bisa terdeteksi dan terkoreksi. 3.7.



Tanggapan Terhadap Kebutuhan Tenaga Ahli



Selain tenaga ahli disebutkan, mencakup seorang Team Leader, seorang Ahli Hidrolika, dua orang ahli perencanaan irigasi, satu orang ahli geodesi, satu orang ahli hidrologi, satu orang ahli geologi /



mekanika tanah dan seorang ahli cost Estimator serta sejumlah Asisten Tenaga Ahli untuk membantu kelancaran pelaksanaan pekerjaan. PENDEKATAN DAN METODOLOGI PELAKSANAAN 4.1.



Umum



Tujuan utama dari layanan Konsultan adalah membuat Detail Desain Bendung dan Janngan Utama DI Randangan (4000 ha) yang akan digunakan sebagai acuan dalam pendesaianan jaringan irigasi dengan mengacu pada standar irigasi yang berlaku di Indonesia. Untuk mencapai tujuan utama itu konsultan akan menyajikan semua layanan yang dibutuhkan dengan upaya yang sungguh -sungguh, dan menggunakan sumber daya yang tersedia, baik dari segi SDM, fasilitas dan peralatan serta manajemennya. 4.2.



Pendekatan Manajemen Operasional



4.2.1.Penggunaan pengetahuan, pengalaman dan ketrampilan secara optimal PT. Binatama Wirawredha Konsultan telah beberapa kali melaksanakan pekerjaan Detail Desain/perencanaan yang berkaitan dengan jaringan irigasi yang ada di Indonesia. Demikian pula personil yang akan ditunjuk untuk melakukan pekerjaan tersebut adalah mereka yang mampu dan benar-benar ahli serta berpengalaman dibidang Irigasi dan bidang sumber daya air. Banyak diantaranya sudah berpengalaman lebih dari 20 tahun dalam bidang irigasi dan sumberdaya air, serta mempunyai akses ke sumber-sumber data yang ada di propinsi-propinsi di Indonesia. Konsultan telah memiliki sejumiah informasi baik yang menyangkut aspek teknis maupun sosial ekonomi yang menyangkut pembinaan, pengembangan dan penyelenggaraan perencanaan studi dan studi jaringan irigasi dari beberapa lokasi di Indonesia. Berkaiitan dengan metodoiogi, juga telah dipikirkan metode pelaksanaan pekerjaan detail dengan dasar data & informasi yang ada. Ditunjang dengan tenaga ahli yang memahami bidangnya masing-masing, konsultan telah memahami kebijakan dalam hal Perencanaan DD Bendung Dan Jaringan Utama Di Randangan. Konsultan juga akan menuangkan semua kemampuannya baik pengetahuan teknis maupun pengetahuan dengan perencanaan DD Bendung dan jaringan Irigasi sehingga nantinya dicapai tujuan dan sasaran yang telah dkanangkan dengan baik 4.2-2-Koordinasi dan Manajemen Selain dengan pihak Bagian Proyek Irigasi dan Rawa, pelaksanaan pekerjaan akan terkait dengan beberapa phak yang berkepentingan, baik dilam lingkup Ditjen Irigasi Dan Rawa Dinas Kimpraswil maupun instansi terkait. Konsultan berpendapat bahwa koordinasi yang baik dengan phak terkait, khususnya dengan lingkup Ditjen Irigasi dan Rawa adalah sangat penting untuk memperoleh hasil pekerjaan yang baik dan memuaskan. Perhatian secara khusus juga harus diberikan dalam koordinasi dengan Pemda, dimana data lapangan akan diperoleh. Koordinasi dilakukan dengen melalui diskusi dan orientasi untuk memperoleh data yang komprehensip. Diskusi intemal Tim Konsultan dilakukan secara mingguan, sehingga pelaksanaan bisa terkendali dengan baik. Pertemuan dengan pihak Direksi Pekerjaan dilakukan secara mingguan untuk saling tukar pendapat, pemahaman bersama atas masalah yang dhadapi, serta merumuskan upaya penyelesaiannya. Adapun diskusi dengan pihak ekstemal dilakukan sesuai dengan rencana pendataan dilapangan, serta di saat lainnya apabila perlu. Hasil setiap diskusi dituangkan dalam memorandum 1 catatan meeting. Untuk diinformasikan ke semua pihak terkait. Hubungan antara Konsultan dengan Proyek akan dipelihara secara kedinasan yang kooperatif dan professional, dengan didasari pada semangat kebersamaan dalam pencapaian target penyelesaian pekerjaan. Tim Pelaksana Pekerjaan akan mendapatkan dukungan Perusahaan dalam bentuk dukungan manajemen (rencana pelaksanaan, organisasi, pengarahan, dana, dan evaluasi). Semua aktivitas yang direncanakan untuk dilaksanakan, sebelumnya dikoordinasikan bersama dengan pihak Direksi Pekerjaan. 4.3.



Pendekatan Teknis 4.3.1. Target Dalam Perencanaan Jaringan Lrigasi



Dijelaskan dalam TOR bahwa tujuan yang hendak dicapai adalah untuk menjamin pemanfaatan potensi air sungai dan lahan di daerah Randangan untuk pembangunan areal tanam yang efektif dan efisien serta dapat memberikan manfaat sebesar-besamya kepada petani pemakai air guna meningkatkan produktifitas lahan untuk mencapai hasil pertanian yang optimal. Untuk mencapainya, maka diperlukan target jangka pendek dan jangka panjang sebagai berikut : a. Target jangka pendek berupa peningkatan efektivitas dari layanan jaringan irigasi, sedemikian hingga semua bagian dari daerah-daerah irigasi yang sistem penyaluran air menuju ke arahnya terganggu bisa dilayani dengan baik Dengan meningkatkan efekivitas layanan jaringan irigasi, maka petani akan terdorong untuk mengolah lahannya untuk memberikan hasil yang lebih optimal. b. Target jangka panjang berupa upaya untuk meningkatkan efisiensi layanan jaringanirigasi, sehingga tingkat pemanfaatan air per satuan volume air bisa ditingkatkan dan intensitas tanam serta luas tanam di daerah irigasi bersangkutan bisa ditingkatkan. Pada target jangka panjang juga diupayakan tingkat pencapaian partisipasi masyarakat dalam penggunaan jaringan irigasi, termasuk dalam kegiatan O&P, serta melembagakannya, sedemikian hingga tercapai tujuan berupa pemanfaatan jaringan irigasi yang berianjut dan lestari 4.3.2. Prinsip Dalam Perencanaan Jaringan Irigasi Beberapa prinsip yang secara implisit terkandung dalam kebijakan perencanaan jaringan irigasi antara lain prinsip keterpaduan, prinsip kewenangan daerah, keberlanjutan, keadilan sosial, keseimbangan, dan partisipasi masyarakat. Prinsip Keterpaduan : menyangkut keterpaduan dalam perencanaan yang terpadu antara kepentingan lingkup nasional, provinsi, dan kabupaten : keterpaduan perencanaan studi jaringan irigasi, pendayagunaan dan pengembangan infrastruktur yang ada keterpaduan dalam konteks hubungan instansi. Pada dasamya, prinsip ini didasarkan atas kesamaan persepsi dalam mencapai satu tujuan bersama. Prinsip Pendekatan Kewenangan daerah : pendekatan ini ditekankan untuk digunakan dalam perencanaan studi jaringan irigasi. Berdasarkan prinsip reformasi dan desentralisasi, kewenangan perencanaan studi jaringan irigasi di suatu daerah ada di tangan pemerintah daerah yang bersangkutan. Prinsip Kebersamaan dalam tujuan : adalah suatu prinsip dimana semua pihak yang terlibat memahami babwa target pekerjaan yang dilakukan adalah untuk mencapai tujuan bersama : karenanya maka peran aktif masing - masing pihak yang terkait menjadi penting. Dengan prinsip ini, gotong - royong ditumbuhan untuk membagi beban yang dipikul, dan nantinya semua pihak akan memperoleh manfaat Prinsip Keberlanjutan : dalam prinsip terkandung pertimbangan ekonomi dan sosial termasuk lingkungan, dimana upaya perencanaan jaringan irigasi harus dilakukan dengan mempertimbangkan daya dukung fingkungan. Prinsip Pemberdayaan : diupayakan agar pihak yang kurang berdaya dalam menjalankan perannya, sehingga tercapai suatu hasil kerja bersama yang lebih efektif dan efisien. Prinsip Keadilan Sosial : dalam perencanaan / studi jaringan irigasi, berkaitan dengan aspek pengembangan sosial dan ekonomi, hendaknya prinsip keadilan sosial dan pemerataan tetap diperhatikan. Prinsip ini menjadi menonjol dalam konteks reformasi irigasi. Prinsip Keseimbangan : prinsip ini sangat erat hubungannya dengan keterpaduan keberlanjutan dan keadialn sosial; perencanaan studi jaringan irigasi pada daerah irigasi harus dilakukan dengan memperhatikan asas-keseimbangan, agar diperoleh manfaat yang optimal, serta berlanjut. Pkinsip goodgovemance : tata pemerintahan yang baik akan menunjang tercapainya tujuan pekerjaan. Prinsip ini mencakup aspek tanggap terhadap dinamika masyarakat, efektifitas dan efisiensi, transparansi, akuntabel, kesetaraan, partisipasi seluruh agen pembangunan, pengawasan yang baik, serta professional dalam menjalankan tugas. Patisipasi masyarakat : dalam konteks perencanaan studi jaringan irigasi pada daerah irigasi yang berkelanjutan, dengan memperhatikan paradigma baru yang berkembang, maka partisipasi masyarakat menjadi tinggi bobotnya baik pada bidang penentuan kebijakan, penyusunan program, maupun pada implementasi dan monitoringnya.



4.3.3.Dasar pola pikir dalam perencanaan/studi jaringan irigasi Dasar pijakan pola pikir dalam perencanaan/studi jaringan irigasi pada dasamya mencakup beberapa hat berikut : • Perencanaan/studi jaringan irigasi akan dilakukan sebagai upaya untuk mengoptimalkan fungsi layanan jaringan dimasa mendatang . • Kewenangan koordinasi diperuntukkan pada perencanaan / studi jaringan irigasi yang ada didalam satu kebupaten ada ditangan pemerintah daerah kabupaten yang bersangkutan, jika jaringan irigasi berada di dua atau lebih wilayah kabupaten dalam satu propinsi maka kewenangannya ada di tangan pemerintah propinsi. Jika jaringan irigasi terletak di dua atau lebih wilayah propinsi, maka kewenangan perencanaan studinya ada di tangan pemerintah pusat. • Perencanaan / studi jaringan irigasi dilakukan secara terpadu antara berbagai instansi yang terkait serta dengan masyarakat penerima manfaat. Keterpaduan antar institusi terkait dibentuk dalam suatu forum yang paling berwenang dalam perencanaan studi jaringan irigasi, dengan anggota-anggotanya terdiri dari unsur instansi terkait serta masyarakat penerima manfaat, kelompok swadaya masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, serta lembaga pendamping. • Perencanaan / studi jaringan irigasi akan dimanfaatkan dengan cara sedemikian hingga tercipta iklim yang kondusif bagi pengembangan usaha pertanian di atas lahan yang dilayaninya secara berkelanjutan, dengan mempertimbangkan azas pemerataan dan keadilan. •



Setiap petani dalam daerah irigasi mempunyai hak. yang sama dalam memperoleh layanan.



• Perencanaan/ studi jaringan irigasil dilakukan dengan melibatkan partisipasi sector swasta dan masyarakat, sehingga diharapkan akan dapat menirgkatkan keberlanjutan fungsi layanan, dan meningkatkan fungsi layanannya. 4.3.4. Kelompok sasaran pengamatan dalam pekerjaan perencanaan / studi jaringan irigasi Randangan. Dilihat dari esensinya, maka pekerjaan perencanaan / studi jaringan irigasi randangan mencakup beberapa kelompok sasaran yang akan dipelajari secara lebih saksama dalam pelaksanaannya, yaitu a. Jaringan irigasi : mencakup kondisi fisik daerah lokasi yang akan diperuntukkan dalam perencanaan / studi jaringan irigasi. b.



Daerah irigasi : mencakup luas daerah irigasi, kondisi daerah irigasi saat ini



c. Masyarakat pemakai air dalam jaringan irigasi ; cakupan kegiatan, peran serta dalam perencanaan / studi, permasalahan yang dihadapi, keinginan masyarakat, pendapatan petani, dll. Dengan memahami kondisi setiap kelompok sasaran, dan permasalahan yang ada di dalamnya, maka dapat disusun suatu formulasi pemecahan masalah yang komprehensip untuk jangka panjang dalam mencapai target yang hendak dicapai. 4.4.



Metodologi Pelaksanaan dan Pelaporan 4.4.1. Metodologi pelaksanaan Untuk memperoleh hasil pekerjaan yang baik sesuai dengan yang diharapkan oleh pemilik pekerjaan,adalah segi dari kelayakan teknis, ekonomis dan berwawasan lingkungan , dan sesual standard quality plan yang ditegaskan dalam SK Dirjen SDA tentang Qualfty Assurance, akan dilaksanakan keglatan sebagai berikut a). Pekerjaan persiapan : Pelaksanaan pekerjaan ini adalah dalam rangka pengumpulan data sosial dan ekonomi masyarakat desa di sekitar lokasi daerah irigasi. Adapun pengumpulan data yang dimaksud terdiri : Pengumpulan data Sosial dan Ekonomi Pengumpulan data administrasi wilayah Pengumpulan data dari Instansi terkait dalam rangka koordinasi program Pengumpualan data dari hasil studi yang telah ada ( bila ada ) b). Penqukuran Topography:



Pengukuran topography dibagi beberapa pengukuran antara lain - Pemetaan Situasi - Pengukuran Trace Rencana Jaringan Utama - Pemasangan Bench Mark Pemetaan Situasi tersebut meliputi pemetaan situasi lokasi bangunan utama 20 ha dan pemetaan situasi lokasi bangunan khusus (bila ada). Pemetaan situasi akan mencakup beberapa pekerjaan antara lain yaitu : - Pengukuran poligon utama - Pengukuran poligon cabang - Pengukuran sifat datar - Pengukuran situasi detail Pelaksanaan pengukuran yang akan dilaksanakan akan mengacu pada persyaratan teknis pengukuran PT-02 yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pengairan, seperti dijelaskan dibawah ini : a). Pengukuran Poligon utama 1.



Poligon harus meliputi daerah yang akan dipetakan dan merupakan kring tertutup.



2.



Jika poligon tedalu besar, maka poligon harus dibagi menjadi beberapa kring tertutup



3.



Poligon dibagi atas seksi-seksi dengan panjang maksimum 2,5 km.



4. Penqukuran poligon harus diikatkan ke titik tetap yang telah ada. Dalam hal ini penentuan koordinat titik awal akan dilakukan dengan peralatan GPS (Global Positioning System). 5. Pengukuran sudut poligon akan dilakukan dengan 2 (dua) seri dengan ketelitian sudut 5” (lima detik). 6.



Kesalahan penutup sudut maksimum 10”N, dimana N adalah jumlah titik poligon.



7.



Semua Bench mark yang dipasang maupun yang telah ada harus dilalui poligon.



8.



Alat ukur sudut yang harus digunakan adalah Teodolit T2 Wild atau yang sejenis.



9.



Pengukuran jarak dilakukan dengan pita ukur baja.



10. Sudut vertical dibaca dalah satu seri dengan ketelitian sudut 10”. 11. Ketelitian linier poligon 1: 10.000. b). Pengukuran Poligon Cabang 1.



Poligon cabang harus dimulai dari poligon utama dan diakhir pada poligon utama.



2.



Poligan dibagi atas seksi-seksi dengan panjang maksimum.2,5 km.



3.



Pengukuran sudut poligon akan dilakukan dengan 1 (satu) seri dengan ketelitian sudut 2T.



4.



Kesalahan penutup sudut maksimum 20%, dimana N adalah jumlah titik poligon.



5.



Semua Bench mark yang dipasang maupun yang telah ada harus dilalui poligon.



6. 7. 8.



Diusahakan agar sisi poligon sama panjangnya. Alat ukur sudut yang harus digunakan adalah Teodolit T2 Wild atau yang sejenis Pengukuran jarak dilakukan dengan pita ukur baja.



9. Ketelitian fimer poligon 1 : 5.000. c). Pengukuran sipat Datar 1.



Alat yang digunakan adalah Automatic Level N12, Nak1, Nak2 atau yang sejenisnya.



2.



Baut-baut tripot harus kencang dan rambu harus menggunakan nivo.



3. Sebelum melaksanakan pengukuran, alat ukur sipat datar harus dicek terlebih dahulu garis bidiknya. Data pengecekan dicatat dalam buku ukur. 4.



Bidikan rambu harus diantara interval 0,5 m dan 2,75 m (untuk rambu dengan panjang 3 m)



5.



Jarak bidikan rambu maksimum 50 m.



6.



Diusahakan jarak rambu muka sama dengan jarak rambu belakang



7.



Jumlah jarak per seksi selalu genap



8. Pencatatan adalah pembacaan ketiga benang silang, yaitu benang atas, benang bawah dan benang tengah, hal ini dilakukan setelah pemasangan bench mark terpasang. 9.



Seluruh bench mark yang ada maupun yang akan dipasang harus melalui jalur sipat datar.



10. Sedangkan pada jalur terikat/tertutup, pengukuran dilakukan dengan cara pergi pulang, untuk jalur yang terbuka diukur dengan stan ganda dan pulang pergi. 11. Batas toleransi untuk kesalahan penutup maksimum 10D, dimana D adalah jumlah jarak dalam km. d). Pengukuran Situasi Detail 1. Peralatan yang dipergunkan adalah theodolit T0 atau sejenis dengan derajad ketelitiannya yang sama, dengan menggunakan metode Raai. 2. Ketelitian poligon raai untuk sudaut adalah 20n, dimana n = banyaknya titik sudut, dimana ketelitian linier poligon raai adalah = 1 : 1.000 3. Seluruh penampakkan baik alamiah maupun buatan manusia diambil sebagai titik detail, misalkan lembah bukit, sadel dan sebagainya. 4. Untuk kerapatan titik detail ( + 40 m ) harus dibuat sedemikian rupa sehingga bentuk topography dan bentuk buatan manusia dapat digambarkan sesuai dengan kondisi di lapangan. 5. Untuk memudahkan penggambaran dan memenuhi mutu yang disyaratakan / diharapkan, maka sketsa lokasi detail harus dibuat rapi / baik. 6. Pengukuran sungai disekitar rencana bendung harus diambil detail selengkap mungkin. Misalnya elevasi as, tepi lebar sungai, bukit dan sekitamya dimana rencana bendung akan ditempatkan. 7. Pengukuran sungai disekitar lokasi rencana bendung harus mengambil detail selengkap-lengkapnya, misalnya elevasi as, tepi dan lebar Sungai, Bukit di sekitar rencana bendung yang dimaksud. 8. Pengukuran situasi harus dilebihkan 250 m, batas yang telah ditentukan. 9. Sudut poligon raai dibaca. 10. Sudut poligon raai dibaca 1 (satu) seri. 11. Ketelitian poligon raai adalah 10 cmD, dimana D = panjang poligon dalam kiri c). Pengukuran Trase Rencana Jaringan a). Pengukuran trase, meliputi : Pengukuran trase rencana jaringan utama b). Pengukuran trase rencana jaringan utama mencakup pekerjaan 1. Pengukuran poligon 2. Pengukuran sipat datar



3. Pengukuran penampang memanjang dan melintang c). Persyaratan teknis pengukuran ini mengacui pada Persyaratan Teknis PT-02 yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pengairan, seperti dijelaskan di bawah ini :  Pengukuran Poligon Pengukuran mengikuti lajur lay-out yang telah ditentukan dengan pemasangan patok setiap 50 m. Penempatan alat ukur tepat diatas paku ada patok. Untuk pengambilan jarak sudut, alat ukur diarahkan pada paku di atas patok. Apabila paku tidak kelihatan dapat digunakan unting-unting. Pengukuran dilakukan dengan sistem poligon yang dimulai dan diakhiri pada BM yang telah diketahui koordinat dan azimutnya. Semua bench mark, baik yang telah ada maupun yang akan dipasang harus diialui poligon, apabila terletak dalam jaiur atau dekat dengan jalur poligon. -



Pengukuran sudut poligon menggunakan cara dua seri ganda. Pengukuran jarak antar patok dilakukan dengan pita ukur baja, dilakukan pergi dan pulang.



Toleransi yang diperbolehkan untuk kesalahan penutup sudut adalah 1On detik, dimana n adaiah jumlah titik sudut.  Pengukuran sipat datar Pengukuran dilakukan dengan cara stan ganda dan pulang pergi dan dibuat terikat dengan bench mark yang diketahui elevasinya. Semua titik poligon harus diambil tingginya, demikian juga perubahan tinggi sepanjang jalur trase harus diambil tingginya. Alat ukur didirikan di tengah-tengah antara dua rambu yang didirikan di atas paku pada patok Tinggi patok di atas tanah harus diukur untuk mendapatkan elevasi tanah pada lokasi patok tersebut. Data yang dicatat adalah pembacaan ketiga benang silang, yakni benang atas, bawah dan tengah. Selisih satand I dan II harus lebih kecil atau sama dengan 2 mm dan selisih 2 BT dengan BA + BB harus lebih kecil atau sama dengan 2 mm Toleransi yang diperbolehkan untuk kesalahan penutup adalah 8D mm, dimana D adalah jarak dalam km. Pengukuran sipat datar dilakukan setelah bench mark terpasang.  Pengukuran Penampang Memanjang dan Melintang 1. Pengukuran penampang melintang dilakukan tiap interval jarak 50 m. Untuk trase yang. berbelok dilakukan tiap interval lebih kecil dri ketentuan tersebut di atas dengan memperhatikan busur kelengkungannya, yaitu tiap 25 m. 2. Bila trase saluran melintas sungai besar, lembah besar, maka harus dibuat penampang melintang dan memanjang lembah / sungai tersebut dengan ketentuan :Penampang melintang dibuat 200 m ke hulu dan 200 m ke hilir dari pertemuan tersebut. Penampang melintang tiap 50 m untuk bagian yang lurus dan 25 m untuk bagian yang berbelok-belok dengan lebar 75m ke kiri dan 75m ke kanan dari tepi sungai, sedangkan bila memotong sungai / lembah kecil, maka harus dibuat tampang melintang 100 m ke hulu dan100 m ke hilir. 3. Setiap perubahan elevasi tanah harus diambil sebagai titik detail untuk penampang melintang/memanjang



4. Pengukuran penampang melintang saluran adalah tegak lurus trase dengan lebar 5 m ke kiri dan 75 m ke kanan 5. Jarak-jarak penampang melintang diambil secara optis dengan membaca ketiga benang pada alat ukur, yaitu benang atas, benang tengah, dan benang bawah atau dengan pita ukur baja sampai pembacaan dalam cm. 6.



Sketsa pengukuran harus dibuat rapi dan jelas untuk memudahkan penggambaran,  Pengukuran Situasi Detail



1. Pengukuran situasi detail dilakukan dari patok poligon yang sudah diketahui kedudukan planimetris dan elevasinya dari pengukuran poligon dan sipat datar. 2. Alat yang digunakan adalah Teodolit TO Wild atau yang sejenis dan setingkat ketelitiannya. 3. Semua tampakan yang ada baik alamiah maupun buatan manusia diambil sebagai titik detail antara titik poligon trase. 4. Sketsa lokasi detail harus dibuat dengan rapi dan jelas sehingga memudahkan penggambaran dan koleksi apabila terjadi kesalahan dalam pengukuran 5. Apabila trase melalui sugai / lembah maka harus diadakan pengukuran situasi khusus 200 m ke hulu dan 200 m ke hilir dangan skala 1 : 500 d). Pemasangan Bench Mark a. Pada tiap simpul (loop intersection point) juga dipasang. b. Cara penanaman harus seragam dengan nomor yang sudah ada, dan tiap BM lama / baru akan dibuat diskripsinya tentang ukuran, bentuk dan type Bench Mark (BM) e). Penggambaran Hasil penggambaran dalam perencanaan / studi jaringan irigasi ini akan dibuat diatas atas kerta A1 (594 mm x 84,1 mm) sesuai standard Diden.Pengairan. Dimana skala gambar adalah : • Peta situasi areal bangunan utama : Skala 1 : 500 • Potongan memanjang berskala 1 : 1000 (H), 1 : 100 (V) • Potongan melintang dengan skala 1 : 100 f). Penyelidikan Geotek dan Mektan Maksud dari pada penyeiidikan tanah ini adalah untuk mengetahui kondisi bawah permukaan dari lokasi suatu bangunan. Dengan mengetahul kondisi dan karakteristik tanah tersebut, dapat dilaksanakan perencanaan jenis dan struktur dengan tepat, sehingga kerusakan bangunan yang diakibatkan oleh adanya ketidaksesuain jenis dan struktur bangunan dapat dicegah lebih dini. Tahapan kegiatan penyelidikan geotek dan mekanika tanah adalah sebagai berikut 1 Persiapan, meliputi pengumpulan data dari hasil studi yang ada, peto geologi regional dan literature lain yang telah ada. Selain dari pada itu juga diiakukan persipan peralatan untuk kepeduan penyeidikan lapangan, seperti bor mesin. 2.



Mobilisasi ke lapangan



3. Penyelidikan lapangan yang meliputi penyelidikan dengan bor mesin dengan kedalaman 150 meter dan sumur uji.



4.



Pengujian laboratorium, untuk mengetahui index properties dan engineering properties.



5. Pengolahan data, baik data lapangan maupun data . pengujian hasil laboratorium. Secara teknis, pelaksanaan penyelidikan lapangan dengan sumur uji dan bor mesin, dijelaskan sebagai berikut a. Bor Mesin / Inti Dalam tahap kedua ini akan dilaksanakan pemboran dengan mesin yang terdiri dari : 5 (lima) titik dengan kedalaman setiap titik adalah : 150 meter. Pengeboran inti, pengeboran ini dilaksanakan pada lokasi rencana embung, dan maksud pengeboran inti tersebut untuk mengetahui struktur lapisan tanah dengan kedalaman yang telah ditentukan yaitu : 150 meter. Pada saat pelaksanaan pengeboran inti akan dilakukan pengujian Standard Penetration Test (SPT) pada tiap interval kedalaman tertentu untuk mengetahui daya dukung tanah dengan jumlah pukulan N/15, atau sesuai permintaan Direksi. Pengujian permeabilitas dilakukan dilapangan untuk mengetahui nilai k ( koefisien permeabilitasnya ) pada kedalaman setiap 3 meter dari lubang bor atau sesuai petunjuk Direksi. Dari hasil pengeboran inti digambarkan keadaan geologi dibawah permukaan tanah pada saat penyelidikan, dan akan menggambarkan struktur geologi, pembagian satuan serta susunan tiap lapisan batuan. Selain penyeldikan geologi teknik, juga penyelidikan tanah disekitar bangunan, maksud dan tujuannya adalah untuk penelitian tanah secara detail, yang terdiri dari penyelidikan lapangan dan laboratorium. Penyelidikan lapangan : Penyelidikan tanah di lapangan terdid dari : Pemboran Inti, pengambiian contoh tanah terganggu (Disturbed Samples) dan contoh tanah ash ( Undisturbed Sampled ) serta pekerjaan sumur uji. a. Pemboran Inti Pemboran inti ini untuk mengetahui lapisan tanah lebih jelas yang digambarkan dengan bor log pemboran disertai diskripsi lapisan tanah tiap interpal tertentu, dengan diameter bor antara 12 - 15 cm. b. Pengambilan contoh tanah Dalam pengambilan contoh tanah akan dibedakan menjadi dua bagian yaitu : - Contoh tanah terganggu dan - Contoh tanah tidak terganggu (Asli) b. Sumur Uji : Pelaksanaan sumur uji bertujuan untuk mengetahui ketebalan lapisan dibawah top soil dengan ukuran : 11,5 m, atau disesuikan dengan kondisi lapisan tanah setempat. Pelaksanaan test pit dihentikan apabila dijumpai tanah keras. Sedangkan maksudnya untuk keperluan bahan timbunan pada daerah borrow areanya. Pada saat pelaksanaan di lapangan perlu dicatat uraian-uraian jenis dan wama disertai photo dari samping lapisannya, termasuk elevasi ketianggian dari lokasi tersebut, serta pengambitan contoh tanah terganggu (disturbed sample). Pembuatan sumur uji ini dihentikan apabila * Telah dijumpai lapisan keras, dan diperkirakan benar-benar keras pada lokasi tersebut. * Dijumpai rembesan air tanah yang cukup besar sehingga sulit untuk diatasi. * Bila dinding galian mudah runtuh, maka pembuatan galian mengalami kesulitan, namun demikian diusahakan dengan membuat papan - papan penaban dinding galian. c. Bor tangan / Bor dangkal Pekerjaan tersebut seperti halnya dengan pekerjaan pembuatan sumur uji dimaksudkan untuk mengetahul ketebalan lapisan dibawah top soil dengan lebih detail, dan diperuntukkan perencanaan pondasi bangunan secara optimal. Kedalaman pengeboran antara 1 - 1,5 meter tergantung dari jenis lapisan tanahnya.



Pada saat pelaksanaan pedu dicatat uraian-uraian jenis dan wama disertai photo lapisannya, dan elevasi ketinggian dari lokasi yang dimaksud. Pada pelaksanaan pekerjaan ini akan diambil contoh tanah tidak terganggu (Undisturbed sample).



Pekelaan ini dihentikan apabila dijumpai lapisan tanah keras dibawahnya, sehingga mata bor tidak dapat masuk lebih dalam lagi. d. Penvelidikan Laboratorium : Penyelidikan laboratorium ditujukan pada contoh tanah asli dan tidak asli, guna sifat-sifat tanah serta parameter tanah. Jenis percobaan test dilaboratorium terdiri dari - Soil Properties : - Unit Density (n) - Specific Gravity (Gs) - Moisture Content (Wn) - Void Ratio (e) - Grain Size Analysis - Atterberg Limit (WI, Wp, Ip) - Triaxial Test/Direch Shear Test (φ, C, φ’, C’, σ, σ’) - Permeability (k-10) - Consolidation Test ( Cc,Cv,Cs,K, tv ) - Unconfined Test ( Qu,Qur') - Compaction Test (Wopt, Dry density)



penelitian



e. laporan penyelidikan Geologi Teknik dan Mekanika Tanah Hasill akhir dari pekerjaan penyelidikan Geotek dan Mekanika tanah berupa laporan yang berisi tentang : - Peta Geologi permukaan pada lokasi rencana embung - Penampang batuan basil pemboran inti dan peta lokasi lubang bor - Hasil pengujian tapangan dan laboratorium - Deskripsi tentang penyelidikan yang berkaitan dengan metode pelaksanaan dilapangan dan laboratorium serta kuantitas dan kualitas bahan yang dijumpai - Gambaran umum perihal lapisan tanah hasil penyelidikan dan rekomendasi untuk parameter perencanaan. 4.4.2.Perencanaan a. Analisis Hidrologi 1) Acuan yang Digunakan Analisa Hidrologi dilakukan dengan menggunakan KP ( Kriteria Perencanaan) sebagai acuan, ditambah Bagian Penunjang. Selain itu juga digunakan referensi - referensi yang diperlukan, seperti hasil studi terdahulu yang dirasakan sangat membantu untuk mendapatkan hasil yang baik dan buku - buku referensi lainnya. 2) Pengolahan Data Hujan a. Pengisian Data Hujan Hilang Pengisian data hujan bulanan yang hilang digunakan cara Ratio Normal, yaitu : 1 R R R r = ------ ( ------ rA + ------ rB + ------ m ) n RA RB M dimana r rA, rB, m n R RA, RB, M



= = = = =



curah hujan bulanan stasiun yang dicari curah hujan bulanan stasiun referensi jumlah stasiun referensi curah hujan tahunan stasiun yang dilengkapi curah hujan rata-rata tahunan stasiun referensi



b. Uji Konsistensi Data Hujan Untuk mengetahui apakah data hujan yang digunakan konsisten atau tidak digunakan Metode Lengkung Massa Ganda, yaitu kurva akumulatif hujan tahunan stasiun yang ditinjau dibandingkan dengan akumulatif hujan tahunan stasiun referensi. c. Curah Hujan Rata-rata DAS Pengukuran yang diperoleh dari masing-masing pengukur hujan adalah merupakan data hujan lokal (Point Rainfall, sedangkan untuk analisis hidrologi diperlukan data hujan daerah aliran (areal Rainfall).



Untuk mendapatkan data hujan daerah aliran (DAS) dalam pekerjaan ini digunakan metode Poligon Thiessen. Cara ini memperhitungkan luas daerah yang diwakili oleh stasiun yang bersangkutan, untuk digunakan sebagai faktor koreksi dalam menghitung hujan rata~rata. Poligon di dapat dengan cara menarik garis hubungan antara masing-masing "siun, sehingga membentuk segitiga-segitiga kemudian menarik garis-garis sumber masing-masing segitiga. RDAS



=



n Ai Σ ( --------- Ri ) i=n A



Dimana : RDAS Ai Ri A



= = = =



Curah hujan DAS luas pengaruh stasiun hujan i curah hujan pada stasiun i luas DAS



d. Analisis Frekuensi Curah Hujan (Curah Hujan Rencana) Analisis frekuensi untuk mencari harga ekstrim dihitung dengan menggunakan metode Log Pearson type III dan metode Gumbell. - Metode Log Pearson Type III: Log Xt = Log Xr + K . S n 1 Log Xt = ------ x Ó Log Xi N i=1 n Ó ( Log Xr - Log Xi ) 2 i=1 S



= ----------------------------------n-1 n Ó ( Log Xi - Log Xr ) 3 i=1



Cs



= ----------------------------------( n-1 ) ( n-2 ) ( S )



dimana Xt Xi K Cs S



= = = = =



curah hujan rencana dengan periode ulang t tahun (mm) curah hujan maksimum rata-rata (mm) koefisien frekuensi yang didapat dari tabel koefisien kemencengan standar deviasi



- Metode Gumbel l: Xt



= Xr + k . s n Ó ( Log Xi - Log Xr ) 3 i=1 =------------------------------------------n-1



S



dimana : Xr K S Xt



= = = = =



curah hujan maksimum rata-rata (mm) faktor frekuensi (Yt - Yn) x 1/Sn Standar deviasi Curah Hujan Rencana



Dimana Yn dan Sn adalah reduced variate mean dan standar deviasi, yang merupakan fungsi besarnya sampel data. Sedangkan Yt adalah reduced variate, fungsi dari periode ulang. e. Uji Kesesuaian Distribusi Frekuensi Untuk mengetahui apakah data tersebut sesuai dengan jenis sebaran teoritis yang dipilih, maka dilakukan pengujian kesesuaian distribusi ( testing of goodness of fit ) Dalam pekerjaan ini digunakan pengujian kesesuaian distribusi Sminov - Kolmogorov. Dengan membandingkan probalitasnya masing-masing variate dari distribusi empiris dan teoritisnya akan terdapat perbedaan ( Δ ) tertentu. Persamaan Sminov-Kolmogorov : P { max ( p (x) – P (xi) | > Δ cr = α } Apabila nilai Δmax yang dibaca pada kertas probabilitas < dari Δkritis, (yang di dapat dari tabel), maka penyimpangan yang terjadi hanya karena kesalahan - kesalahan yang terjadi secara kebetulan. 3)



Debit Banjir Rencana Untuk perhitungan debit banjir rencana digunakan beberapa metode, yaitu



1. Rational Melchior Metode Rational Melchior didasarkan pada rumus Rational. Metode ini dapat digunakan untuk daerah aliran sungai yang mempunyai luas antara 100 - 1000 km 2. Debit banjir dihitung menurut rumus : Qn



= α β qn A



Tc



= 0, 186 L Q -O-2 I -0,4



dimana : QT, = debit banfir (puncak dalam m3/dt dengan Periode Ulang Tr α = koefisien limpasan air hujan (KP.01)



β qTr A TC L I



= = = = = = = ΔH =



koefisien pengurangan luas daerah hujan curah hujan dalam m3/dt.km2 dengan Periode Ulang Tr tahun luas daerah aliran sungai (km2) waktu konsentrasi ( jam ) panjang sungai, km kemiringan sungai rata-rata ΔH/(0.9 L) beda tinggi antara el. hulu sungai (0.9 L) dengan el. hilir sungai



2. Metode Weduwen Metode ini didasarkan juga pada rumus rational, dan disarankan dipakai untuk daerah yang mempunyai luas lebih kecil dari 100 km2 (KP.01). Rumus-rumus yang digunakan adalah sebagai berikut QRr = α β qTr A



dimana α



4’1 = 1 - ------------â q +7 4’1 120 + ------------- A â q +7



β



= --------------------------120 + A



qn



67,65 = Rn / 240 x ------------t + 1,45



t



= 0,25 L Q -0,125 I -0,25



dimana : QTr = debit banjir rencana periode ulang Tr tahun Rn = curah hujan harian maksimum (mm/hari) rencana dengan periode ulang Tr tahun α = koefisien limpasan air hujan. β = koefisien pengurangan daerah untuk curah hujan daerah aliran sungai q = curah hujan (m3 / dt.km2) Δ = luas daerah aliran (km2) sampai dengan 100 km2 t = lamanya curah hujan (jam) L = panjang sungai (km) I = gradien sungai (ΔH/0.9L). 3. Metode Rational Jepang QTr = α I.A/3,6 dimana :



α I



= koefisien pengaliran = intensitas curah hujan selama durasi t R24 24 = ( -------- ) 2/3 ------------t 24



R 24 = curah hujan maksimum rencana dalam 24 jam (mm) dengan periode ulang T, tahun QTr = debit banjir (m3/dt) rencana dengan periode ulang Tr tahun A = luas daerah aliran sungai (km2) t = waktu konsentrasi terjadinya banjir L t = ---------72 (i)0.6 ============ 4. Metode Haspers Qn



a fl qn A



dimana 1+0,012 0.7 1 + 0,075 A0.7 1



t + 3,7 x 1C.4t -12 0,1 i~-8 1-0.8



A 314



X + is t untuk t < 2 jam t R24 Rt



------------------------------------------ (MM)



t + 1 - 0,0008 (260 - R24) (2 _ t)2 untuk 2 jam