Viro Telur [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama : Ahmad Muttaqien Nim



: P07134215207 LAPORAN PRAKTIKUM VIROLOGI



ISOLASI VIRUS NEWCASTLE DISEASES DENGAN METODE INOKULASI TELUR AYAM BEREMBRIO MELALUI INTRA ALANTONIS Hari/Tanggal : Senin, 21 Mei 2018 Metode



: Inokulasi telur ayam berembrio melalui intra alantonis



Tujuan



: Untuk melakukan memberikan pemahaman tentang macam-macam inokulasi virus, mengetahui bagaimana cara menginokulasikan virus pada telur ayam berembrio, dan mengetahui ciri-ciri embrio ayam yang terinfeksi virus New Castle disease (ND).



Prinsip



:Inokulasi telur intra allantois adalah menginokulasi suspense sampel virology ke dalam rongga allantois ungags yang berumur 9 – 11 hari. Inokulasi telur dilakukan selama 4-7 hari pada suhu 37°C. Cairan allantois dipanen dan diuji dengan aglutinasi terhadap sel darah merah ayam dan diuji titer aglutinasinya dengan serum control AI dan ND..



A. Dasar Teori Virus sebagai jasad paling sederhana banyak menimbulkan masalah kesehatan. Tidak hanya menginfeksi manusia, virus juga menyebabkan penyakit pada hewan dan tumbuhan. Infeksi virus terhadap sel inang yang dimasukinya dapat berefek ringan atau bahkan tidak berefek sama sekali namun mungkin juga bisa membuat sel inang rusak atau bahkan mati. Virus paramyxovirus merupakan salah satu virus yang menyebabkan terjadinya penyakit dengan gejala pada sistem saraf pusat pada unggas. Penyakit yang ditimbulkan disebut dengan tetelo disease atau Newcastle disease. Kejadian infeksi oleh virus Newcastle disease terutama terjadi secara inhalasi (Juhanda, 1981). Newcastle disease (ND) merupakan salah satu penyakit infeksi yang penting untuk dikaji dalam peternakan. Newcastle disease juga dikenal dengan nama sampar ayam atau tetelo. Deteksi yang cepat dan identifikasi dari virus ini merupakan tahap yang paling efektif untuk mengontrol pertumbuhan penyakit ini (Smietanka et al., 2006). Newcastle disease disebabkan oleh Paramyxovirus yang merupakan anggota dari familia Paramyxoviridae. ,Newcastle Disease Newcastle Disease (ND) adalah penyakit yang



sangat menular dengan, angka kematian yang tinggi. Newcastle Disease (ND) atau tetelo disebabkan oleh Newcastle Disease virus, yang termasuk dalam famili Paramyxoviridae, genusParamyxovirus (Ge et al., 2007). Panjangnya 15-16 kb, mempuyai kapsid simetris heliks tidak bersegmen, biasanya berbentuk bola, dan berdiameter 13-18 nm. Genome virus ND ini adalah suatu rantai tunggal RNA berpolaritas negatif. VirusND dibagi dua tipe yakni tipe Amerika dan tipe Asia. Pembagian ini berdasarkan keganasannya dimana tipe Asia lebih ganas dan biasanya terjadi pada musim hujan atau musin peralihan, dimana saat tersebut stamina ayam menurun sehingga penyakit mudah masuk. Tipe Asia yang ganas cepat sekali menular dan seringkali menimbulkan kematian secara mendadak (Ganwarin, 2008). Newcastle disease virus (NDV) adalah virus dengan asam nukleat berupa RNA virus dengan sejarah penularan yang klinis. Replikasi selektif pada sel tumor menunjukkan bagaimana respon antiviral untuk perlawanan terhadap sel tumor. strain NDV dibedakan menjadi tiga pathotypes: strain sangat virulen yang menyebabkan gangguan respirasi dan syaraf di ayam, virulensi standar, dan non pathogenic (Fournier, 2012). Virus biasanya berbentuk bola dengan diameter 100–300 nm. Genom dari virus ND adalah suatu rantai tunggal RNA. virus ND mempunyai amplop yang mengandung dua protein yaitu protein hemaglutinin neuraminidase (HN) dan protein peleburan. Kedua protein ini bersifat penting dalam menentukan keganasan dan infektivitas virus. Protein HN melaksanakan dua fungsi, yaitu hemaglutinin mengikat selaput sel inang dan bagian neuraminidase dilibatkan di dalam pelepasan virus dari selaput sel inang. Protein peleburan digunakan untuk peleburan amplop virus kepada selaput sel inang, sehingga genom dari virus dapat masuk sel. Untuk melaksanakan fungsi ini, protein peleburan perlu dibelah oleh suatu protease sel inang (Yuan et al., 2011). Virus ND menyerang alat pernapasan, susunan jaringan syaraf, serta alat-alat reproduksi telur dan menyebar dengan cepat serta menular pada banyak spesies unggas yang bersifat akut, epidemik (mewabah) dan sangat patogen. Virus ND dibagi dua tipe yakni tipe Amerika dan tipe Asia. Pembagian ini berdasarkan keganasannya dimana tipe Asia lebih ganas dan biasanya terjadi pada musim hujan atau musin peralihan, dimana saat tersebut stamina ayam menurun sehingga penyakit mudah masuk (Adi et al., 2008).



Ternak ayam merupakan komoditas peternakan yang paling banyak dipelihara oleh para peternak di pedesaan. Produk komoditas peternakan ini adalah sumber protein hewani yang dapat dijangkau oleh lapisan masyarakat secara luas. Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk, perubahan gaya hidup, kesadaran gizi, dan perbaikan tingkat pendidikan, permintaan akan produk peternakan (telur, daging, dan susu) terus meningkat. Ternak unggas terutama ayam senantiasa mendapat ancaman yang serius dari berbagai macam penyakit. Di antara penyakit-penyakit ayam, penyakit Newcastle Disease (ND) merupakan penyakit yang sangat penting di Indonesia, karena telah menyebar di seluruh Indonesia dan menimbulkan kerugian besar. Penyakit ini menimbulkan kerugian yang sangat besar karena memiliki tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi (Radji, 2010). Telur ayam berembrio telah lama merupakan sistem yang telah digunakan secara luas untuk isolasi. Embrio dan membran pendukungnya menyediakan keragaman tipe sel yang dibutuhkan untuk kultur berbagai tipe virus yang berbeda. Membran kulit telur yang fibrinous terdapat di bawah kerabang. Membran membatasi seluruh permukaan dalam telur dan membentuk rongga udara pada sisi tumpul telur. Membran kulit telur bersama dengan cangkan telur membantu mempertahankan intregitas mikrobiologi dari telur, sementara terjadinya difusi gas kedalam dan keluar telur. Distribusi gas di dalam telur dibantu dengan pembentukan CAM yang sangat vaskuler yang berfungsi sebagai organ respirasi embrio (Alexander, 1991). Telur merupakan sumber sel murah untuk isolasi virus, sehingga cara in ovo ini sering digunakan dalam laboratorium. Telur ayam memiliki empat membran ekstra embrional yaitu kantung vitelus, amnion, serosa dan alantois. Alantois mulai terdapat pada janin ayam yang berumur 27 jam inkubasi, terjadi sebagai suatu divertikulum pada dasar usus belakang di daerah kloaka yang mula-mula menyerupai kantung dan tumbuh cepat sekali. Rongga alantois berisi cairan-cairan yang berasal dari kotoran-kotoran janin, ketika selama pertumbuhan dilepaskan. Dinding alantois dibentuk oleh splanknopleura, pendarahannya diatur oleh arteri dan vena alantois yang disebut vena dan arteri umbilikalis (Juhanda, 1981).



B. Alat dan Regensia 1. Alat : pensil / spidol spuit 1 ml jarum perlobang telur Tissue Kapas alkohol inkubator kuteks kuku 2. Reagensi : Alkohol 70% Larutan PBS 7,2 – 7,4 PBS Antibiotik Penicillin Streptomycin fungizon C. Bahan Pemeriksaan : telur ayam berembrio umur 9-11 hari. D. Cara Kerja : 1. Siapkan alat dan bahan (melakukan pembuatan inokulum). 2. Teropong telur berembrio umur 9-11 hari. 3. Tandai posisi embrio dan kantong udara dengan pensil/spidol. 4. Desinfeksi telur dengan alcohol 70% 5. Buat lobang inokulasi menggunakan jarum dengan berlawanan arah kepala. 6. Inokulasikan sampel 0,1 - 0,2 ml ke dalam ruang alantois . 7. Tutup lobang penyuntikan dengan kuteks. 8. Inkubasi telur pada suhu 37°C selama 4 – 7 hari. 9. Lakukan pengamatan tiap hari untuk mengetahui adanya kematian embrio. 10. Bila ada telur yang mati, masukan telur tersebut kedalam kulkas. 11. Embrio yang mati pada hari ke 1 dianggap non spesifik dan tidak diperiksa. 12. Kemudian lakukan pemanenan caoiran allantois dan setelah itu melakuka pengujian aglutinasi. E. Hail pengamatan 1. Sampel Positif virus Newcastle diseasehasil inokulasi telur berembrio



2. Sampelinokulasi telur ayam biasa negative virus Newcastle disease(Hasil Praktikum)



F. Pembahasan Sesuai dengan pernyataan Shane (1998) bahwa bukti dari infkesi virus pada embrio ayam ditunjukkan dengan kematian embrio, pembentukan lesi pada CAM, lesi pada embrio, perkembangan otot dan buku yang abnormal, abnormalitas pada organ visceral dan perubahan warna kehijauan pada kaki. Newcastle Disease Virus (NDV) apabila berada berada pada chorioalantois maka akan mengalami tiga tahap perkembangan virus. Tahap pertama ditandai dengan dimulainya hipertrofi, hiperplasia sel dan kehadiran dari sedikit badan inklusi sitoplasma yang biasanya ditemukan dalam sel. Tahap 2, juxtanuclear agregat nukleokapsid-glikogen muncul dan ada peningkatan jumlah mikrovili. Tahap 3 yang ditandai dengan peningkatan kepadatan sitoplasma, perakitan virus dan pelepasan (Feller, 1969). Gejala klinis yang terlihat pada ayam sangat bervariasi, mulai dari yang sangat ringan sampai yang terberat. Berdasarkan hasil praktikum, telur yang diinjeksikan virus 0,1 cc menunjukkan gejala lesi pada embrio dan telur yang diinjeksikan virus 0,3 cc menunjukkan gejala lesi pada embrio, otot, dan buku. Terlihat semakin banyak



konsentrasi virus yang diberikan, gejala yang tampak juga semakin kompleks. Gejala yang timbul sesuai dengan pernyataan Alexander (1991), tanda tanda infeksi virus pada embrio ayam dapat dilihat dari kematian embrio, edema atu perkembangan plak, kekerdilan, kaki seperti memar, pembesaran hepar, organ visceral tumbuh tidak normal, hemoragi cutaneous, dan perkembangan otot yang abnormal. Menurut Beard (1984), gejala-gejala klinis pada ungggas penderita penyakit Newcastle Disease (ND) : a. Bentuk Velogenik-viscerotropik bersifat akut, menimbulkan kematian yang tinggi, mencapai 80 – 100%. Pada permulaan sakit napsu makan hilang, mencret yang kadangkadang disertai darah, lesu, sesak napas, megap-megap, ngorok, bersin, batuk, paralisis parsial atau komplit, kadang-kadang terlihat gejala torticalis. b. Bentuk Velogenik-pneumoencephalitis gejala pernapasan dan syaraf, seperti torticalis lebih menonjol terjadi daripada velogenik-viscerotropik. Mortalitas bisa mencapai 60 – 80 %. c. Bentuk Mesogenik, pada bentuk ini terlihat gejala klinis berupa gejala respirasi, seperti batuk, bersin, sesak napas, pada anak ayam menyebabkan kematian sampai 10%, sedangkan pada ayam dewasa hanya berupa penurunan produksi telur dan hambatan pertumbuhan, tanpa menimbulkan kematian. d. Bentuk Lentogenik terlihat gejala respirasi ringan saja, tidak terlihat gejala syaraf. Bentuk ini tidak menimbulkan kematian, baik pada anak ayam maupun ayam dewasa. e. Bentuk asymptomatik, pada galur lentogenik juga sering tidak memperlihatkan gejala klinis. Ayam yang terinfeksi mempunyai peranan penting dalam penyebaran penyakit dan sebagai sumber infeksi. Pada mulanya virus bereplikasi pada epitel mukosa dari saluran pernafasan bagian atas dan saluran pencernaan; segera setelah infeksi virus menyebar lewat aliran darah ke ginjal dan sumsum tulang yang menyebabkan viremia skunder, ini menyebabkan infeksi pada organ seperti paruparu, usus, dan system syaraf pusat. Kesulitan bernafas dan sesak nafas timbul akibat penyumbatan pada paru-paru dan kerusakan pada pusat pernafasan di otak (Wilden, 2012). Gejalanya tidak spesifik, diagnosis harus dipastikan dengan isolasi virus dan serologi. Virus dapat diisolasi dari limpa, otak atau paru-paru melalui inokulasi alantois dari telur berembrio umur 10 hari. Penularan virus pada hewan dan manusia sangat beragam jenisnya. Penularan dapat melalui udara, makanan serta adanya vektor.



Pengujian yang dilakukan terhadap adanya penularan virus dapat dilakukan dengan berbagai macam cara misalnya melalui in vivo, inovo dan in vitro (Purchase, 1989). Keberhasilan dalam mengisolasi dan mengembangkan virus tergantung pada beberapa kondisi yaitu rute inokulasi, umur embrio, temperatur inkubasi, waktu inkubasi setelah inokulasi, volume dan pengenceran dari inokulum yang digunakan, status imun dari kelompok dimana telur ayam berada. Fenner (1995) menambahkan bahwa produksi antibodi berlangsung dengan cepat setelah terinfeksi NDV. Antibodi penghambat hemaglutinasi dapat diamati dalam waktu 4-6 hari setelah infeksi. Antibodi yangberasal dari induk dapat melindungi anak ayam sampai 3-4 minggu setelah menetas. Antibodi 0 IgA yang dihasilkan secara lokal berperan penting dalam melindungi saluran pernafasan dan saluran pencernaan. G. Kesimpulan Dari hasil Praktikum yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa isolasi yang dilakukan terhadap sampel telur ayam adalah negatif virus Newcastle diseaseskarena telur yang diganakan tidak berembrio. H. Daftar Putaka https://www.slideshare.net/DickdickMaulana/lap-ndv-adz https://hayunosakurablog.wordpress.com/tag/laporan-praktikum-virologi-ndv/ http://anakrantau1512.blogspot.co.id/2016/11/inokulasi-virus-pada-telur-ayam.html https://www.scribd.com/document/372702025/INOKULASI-VIRUS-POX-PADA-TELUR-AYAMBEREMBRIO



Praktikan



(Ahmad Muttaqien)



Banjarbaru, 04 juni 2018 Dosen Praktikum



Leka Lutpiatina, SKM.,M.Si