Volkanologi Gunung Slamet [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

VULKANOLOGI DAN MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI SLAMET, PROVINSI JAWA TENGAH



Oleh :



SARI Gunung Slamet (3.428 meter dpl.) adalah gunung berapi yang terdapat di Pulau Jawa. Gunung ini berada di perbatasan Kabupaten Brebes, Banyumas, Purbalingga, Kabupaten Tegal, dan Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa Tengah, dan merupakan yang tertinggi di Jawa Tengah serta kedua tertinggi di Pulau Jawa. Empat kawah yang berada di puncaknya semuanya masih aktif. Di kaki gunung ini terletak kawasan wisata Baturraden yang menjadi andalan Kabupaten Banyumas karena hanya berjarak sekitar 15 km dari Purwokerto. Gunung ini mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung. A.



Pendahuluan



1



Gunung Slamet terletak di bagian Barat dari provinsi Jawa Tengah sekitar 22 km sebelah barat laut dari Purbalingga, Jawa Tengah. Puncak tertinggi adalah sekitar 3428 m di atas permukaan laut, dan secara geografis terletak pada 7 ° 14'30 "S dan 109 ° 13'00 "E. Gunung Slamet mempunyai arti dalam bahasa Jawa yaitu selamat. Menurut kisah yang beredar di masyarakat Jawa, setidaknya sejak zaman nenek moyang hingga sekarang Gunung Slamet tidak pernah meletus. Gunung Slamet memberikan rasa tenang kepada masyarakat yang mendiami sekitar lerengnya sehingga memberikan keselamatan bagi mereka. Ituah mengapa gunung ini diberi nama Gunung Slamet hingga sekarang. Gunung Slamet terbentuk akibat subduksi Lempeng Indo-Australia pada Lempeng Eurasia di selatan Pulau Jawa. Retakan pada lempeng membuka jalur lava ke permukaan. Catatan letusan diketahui sejak abad ke-19. Gunung ini aktif dan sering mengalami erupsi skala kecil. Aktivitas terakhir adalah pada bulan Mei 2009 dan sampai Juni masih terus mengeluarkan lava pijar, pernah tercatat meletus pada tahun 1999. Gunung Slamet adalah gunung tertinggi kedua di Pulau Jawa setelah Gunung Semeru. Para ahli geologi memasukkan gunung Slamet ke dalam tipe stratovulkano,yaitu gunung yang terbentuk akibat pengaruh pergerakan



2



dua lempeng antara lempeng Indoaustralia dan lempeng Eurasia. Tumbukan dua lempeng tersebut menyebabkan terbentuknya magma yang memiliki sifat intermediet (Si02 50-60%). Pardyanto (1971) mengatakan bahwa Gunung Cowet (Old Slamet Volcano) dibangun pada pertengahan-Kuarter, dan telah meletus mengeluarkan lava dan bahan pyroklastik. Selain itu, Hamilton (1979) menyatakan bahwa gunung berapi ini pada Kenozoikum Akhir naik sebagian besar di atas strata Neogen laut, daripada outcropping dalam pra-Tersier kompleks. Sehingga batuan vulkanik muda di Jawa lebih mafik dalam komposisi rata-rata dibandingkan dengan Sumatera. Batuan sedimennya terbentuk dari Tertiary dan Quater-nary. Sebagian besar deposito Tersier yang terletak di bawah produk Quarter vulkanik Gunung Slamet, yang merupakan lapisan tipis sebagai penutup yang tebalnya berkisar lebih dari 2000 m. Sutawidjaja et al. (1985) menyatakan bahwa batu-batu Slamet Lama terdiri dari andesit hornblende dan piroksen dan bahan letusan dari Gunung Slamet muda, ditandai dengan basal andesit dan olivin.



B.



Pembahasan



3



Gunung Slamet termasuk ke dalam kelompok Sunda dalam penyebaran gunungapi di Indonesia. Bertipe strato, karena terbentuk oleh adanya perlapisan antara lava dengan piroklastik. Gunung Slamet juga termasuk ke dalam klasifikasi gunungapi tipe A yaitu gunungapi yang melakukan kegiatan erupsi magmatik sesudah tahun 1600. Aspek-aspek yang akan dibahas dalam paper ini mengenai gunung Slamet antara lain : Geomorfologi



4



Geomorfologi G. Slamet dapat dibedakan menjadi dua bentuk bentang alam atau morfologi yang sangat berbeda yaitu, di bagian barat memperlihatkan bentuk morfologi yang tidak beraturan dengan relief kasar, sedangkan di bagian timur merupakan morfologi kerucut vulkanik dengan bentuk lereng yang teratur. Pola aliran sungai umumnya mengikuti bentuk morfologi ini, di sebelah barat yang mempunyai relief kasar dan morfologinya tidak teratur, membentuk pola aliran sungai dendritk. Pada morfologi kerucut gunungapi membentuk pola aliran sungai radial dengan memusat ke arah puncak. Berdasarkan bentuk bentang alam, dan tingkat erosinya, daerah G. Slamet dibagi menjadi beberapa satuan morfologi, yaitu : 1. Satuan morfologi perbukitan tidak teratur, menempati bagian barat dan baratdaya lembar peta, terdiri dari punggungan yang tidak teratur dan beberapa puncak yang meruncing. Satuan morfologi ini dibagi menjadi dua sub satuan morfologi, yaitu sub satuan morfologi relief kasar dan relief halus. 



Sub satuan morfologi berelief kasar dicirikan oleh lereng yang terjal dan lembah yang dalam disertai dengan puncak meruncing. Sub satuan ini menempati bagian baratlaut dan selatan lembar peta, puncak-puncaknya antara lain G. Cowet, G. Pendiara, G, Batur, G. Sembung dan puncak lainnya. Satuan ini umumnya disusun oleh lava yang berkomposisi andesit, sebagian ditutupi oleh endapan tefra dari G. Slamet tua dan G. Slamet muda.



5







Sub satuan morfologi berelief halus, menempati bagian tengah dari satuan morfologi perbukitan tidak teratur, terdiri dari punggungan memanjang dengan puncak membulat serta lembah-lembah melebar. Satuan ini disusun oleh endapan tefra dari G. Slamet, pada sayatan sungai dijumpai singkapan lava dengan komposisi andesit.



2. Satuan morfologi kerucut gunungapi, menempati bagian timur lembar peta dan merupakan tubuh G. Slamet itu sendiri. Satuan morfologi ini dipisahkan menjadi empat sub satuan morfologi, yaitu sub satuan morfologi puncak, tubuh, kaki dan kerucut sinder. 



Sub satuan morfologi puncak menempati daerah puncak G. Slamet mulai dari ketinggian 2950 m dpl, terdiri dari lava dan endapan piroklastik. Pada bagian puncak terdapat empat buah dinding kawah, dua diantaranya merupakan kawah yang masih aktif saat ini, yaitu kawah III dan IV.



6







Sub satuan morfologi tubuh menempati lereng sebelah utara, selatan, timur dan sedikit di sebelah barat dengan lereng yang lebih landai. Satuan ini tersusun dari lava dan piroklastik, semakin ke arah puncak piroklastiknya semakin tebal, sedangkan pada torehan sungai dijumpai lava. Di bagian timur satuan ini dijumpai kerucut - kerucut sinder yang jumlanya lebih dari 20 buah.



7







Sub satuan morfologi kaki tersebar mengelilingi G. Slamet, terutama daerah selatan dan sedikit utara, mempunyai lereng landai hampir datar dengan relief halus, merupakan daerah persawahan dan perkebunan tebu. Daerah ini umumnya ditutupi oleh bahan rombakan dari G. Slamet, berupa lahar di bagian selatan dan tenggara, serta lava basalt di bagian utara.







Sub satuan morfologi kerucut sinder, terdapat di lereng timur kerucut G. Slamet. Kerucut sinder ini tersebar dalam radius 5 km, merupakan bukitbukit kecil berbentuk bukt terpancung yang dibangun oleh bahan - bahan lepas berupa skorea dengan ukuran bom dan lapili. Bukit - bukit ini muncul secara berkelompok atau sendiri, berbentuk bulat atau lonjong, dengan bekas lubang letusan berbentuk lungkaran atau tapal kuda.



3.



Satuan morfologi dataran, menempati daerah sebelah utara bagian barat dan sebelah selatan lembar peta. Daerah ini merupakan hamparan dataran yang umumnya dijadikan daerah pemukiman dan dan pertanian yang subur. Satuan ini disusun olehj endapan hasil erosi dari G. Slamet tua maupun muda dan batuan sedimen di sekitarnya.



Stratigrafi Setelah Kuarter Tengah, muncul kerucut G. Slamet sekarang dibatas timurreruntuhan G. Slamet tua. Pertumbuhan ini berjalan sempurna tanpa perpindahan pipakepundan, sehingga membentuk kerucut yang sempurna didaerah tersebut. Kegiatan G.Slamet muda ini menghasilkan aliran lava, tufa breksi dan endapan lahar yang membentuksatuan batuan volkanik II. Bersama dengan membangun tubuh gunungapi ini, pada lerengsebelah timur muncul kerucut-kerucut sinder. Stratigrafi sekitar G. Slamet menurutPardyanto (1971), dapat di lihat pada tabel 1, sedangkan perbandingan antara Pardyanto(1971), Marks (1957) dan Djuri (1970) dapat di lihat pada tabel 2. Stratigrafi daerah G. Slamet dan sekitarnya berdasarkan potert udara dan literatur(Pardyanto 1971)



8



9



Endapan batuan hasil erupsi G. Slamet tua maupun muda semuanya berumur Kwarter, menumpang di atas batuan sedimen berumur Tersier. Penentuan posisi masing-masing satuan dalam stratigrafi adalah berdasarkan kontak dan posisi yang di temukan dilapangan, untuk yang tidak di temukan kontaknya di pergunakan cara dengan membandingkan terhadap tefra Slamet, terutama untuk produk-produk muda. Pada batuan tua di sebandingkan dengan melihat pada jenis litologi dan tingkat pelapukan serta tingkat erosinya, sedangkan untuk penyebarannnya banyak di bantu oleh potret udara. Pada laporan kemajuan tahap pertama, urutan stratigrafi G. Slamet terbagi dalam 20satuan, dalam laporan ini menjadi 23 satuan. Perbedaan ini adalah akibat adanya tambahan data serta penyempurnaan hasil pemetaan tahap pertama. Disamping itu, pada laporan tahap pertama di gunakansimbol litologi “Q” yang berarti Kwarter, dalam laporan ini symbol tersebut tidak di pakai lagi karena semua endapan hasil batuan hasil G. Slamet berumur Kuarter. Sebaran hasil kegiatan G. Slamet sngat luas, meliputi lima Kabupaten dengan luas ±1500 Km2 yang terdiri dari endapan piroklastik, lava, lahar, awan panas dan endapanpermukaan berupa aluvial dan fluvial.Urutan selengkapnya stratigrafi G. Slamet dari tua ke muda adalah sebagai berikut : 1. Lava G. Cendana (Lc) 2. Lava G. Sembung (Lgs) 3. Endapan aliran piroklasktik batuapung cikeruh (Pbc) 4. Lahar Kali Logawa (Lkl) 5. Lahar G. Mingkrik (Lm) 6. Lava Kalipagu (Lkp) 7. Lava G. Slamet 1 (LS 1) 8. Endapan jatuhan piroklastik Kerucut Angrun (ksa) 9. Lahar Bumijawa (lbj) 10. Endapan Guguran Guci (gg) 11. Endapan jatuhan piroklastika G. Slamet 1 (Sjpl) 12. Lava G. Slamet 2 (LS 2) 13. Endapan aliran piroklastika G. Slamet 1 (Sapl)



1 0



14. Endapan jatuhan piroklastika kerucut Lompong (ksl) 15. Lahar Kali Banjaran (lkb) 16. Endapan fluviatil Purbalingga (fp) 17. Lava G. Slamet 3 (LS 3) 18. Lava Lebaksiu (Lls) 19. Aliran piroklastik G. Slamet 2 (Sap2) 20. Lahar Kali Gung (lkg) 21. Endapan jatuhan piroklastika G. Slamet tua (Sjp2) 22. Endapan jatuhan piroklastika G. Slamet 3 (Sjp3) 23. Lava Kubah (kb)



1. Lava G. Cendana (Lc) Sumber lava ini belum di ketahui, sebarannya sekitar G. Cendana sebelah baratBaturaden. Berdasarkan analisa potret udara, daerah ini menunjukan bekas kawah tua yangsekarang tertutup aliran-aliran lava G. Slamet tua maupun muda. Bentuk morfologi G.Cendana ini terpisah-pisah meruncing (foto 7), menyerupai bentuk tubuh intrusi, selain itupada lava ini di ketemukan sumber mataair panas yang cukup besar yang di kenal sebagaipancuran tujuh, di sekitarnya di temukan endpan sinter yang cukup tebal. Di sekitar mataairpanas ini, lava telah mengalami ubahan menjadi kaolin. Batuan penyusunnya adalah andesithornblende, dalam keadaan segar berwarna abu-abu, yang agak lapuk putih kehitaman.Fenokris terdiri dari plagioklas, hornblende dan sedikitpiroksen. Plagioklas tidak berwarnahingga putih susu, subhedral, berjumlah lebih kurang 30%, hornblende hitam subhedral,berdiameter hingga 1 cm, berjumlah 10% dan piroksen hijau kehitam-hitaman, anhedralberjumlah 2% tertanam dalam masa dasar mikrolit plagioklas dan gelas vulkanik. (lapisansayatan S.15 ). Umumnya yang di ketemukan dalam tubuh kerucut adalah berwarna putih berbintikhitam dan agak lunak, antara fenokris, plagioklas dam masa dasar bersatu. Sedangkanbatuan yang segar di jumpai pada tebing dekat mataair panas pincuran tujuh. Kontaklangsung lava cendana dengan batuan sedimen di



1 1



bawahnya dapat dapat di lihat di sebelahselatan G. Cendana sebarannya di tutupi oleh aliran lava hasil erupsi G. Slamet tua yangtersesarkan, sedangkan keselatannya di tutupi oleh lahar Kali Logawa. 2. Lava G. Sembung ( Lgs) Sebaran paling luas di jumpai di sebelah barat dan utara daerah pemetaan, yaitu disekitar G. Sembung, bukit Tretepan, Gunung Klalar dan G. Salam. Selain itu di temukan pulabeberapa bukit kecil, yang antara lain bukit kancil dan bukit dekat kampung Tuwel sebelahtimur Bumijawa. Singkapan yang segar di temukan di sekitar bukit kali Buntu dan di sebelahselatan kampung Cijampang pada gawir sesar G. Sumping. Terdiri dari batuan andesit abu-abu cerah, bertekstur porfiritik dengan fenokris plagioklas putih lebih kurang 25%,hornblende ± 10% berdiameter sampai 6 mm, piroksen hijau kehitam-hitaman kurang lebih5% yang tertanam dalam masa dasar mikrolit plagioklas dan piroksen.Pada umumnya batuan ini telah mengalami pelapukan kuat, terutama yang terdapatdekat kampung Tuwel,



singkapan



dapat



di



ketemukan



di



sekitar



bukit



pada



bekas



penggalianpenduduk untuk di ambil sebagai bahan tras pembuat batako. Batuan disini telahmengalami pelapukan, lunak berwarna keputih-putihan, plagioklas menonjol berwarnaputih lebih kurang 20%, piroksen melapuk berwarna hijau kemerahan berbentuk anhedral,berjumlah ± 15%. Pada tubuh batuan ini sering di temukan mineral hornblende hitam, subhedral,umumnya telah lapuk menjadi limonit sehingga warnanya menjadi kemerahan atau merahseluruhnya. Hornblende ini kenampakannya tidak merata pada tubuh batuan, tetapiberkelompok dan sangat jarang seolah-olah seperti senolit dalam tubuh lava. Sampaisekarang penggalian lava ini masih terus di lakukan, di gunakan sebagai bahan bakupembuat batako atau sebagai campuran bahan bangunan lainnya. Karena pelapukan batuanini telah lanjut hingga kedalam, para penggali menbuat lubang-lubang berupa gua sampaibeberapa meter.



1 2



3. Endapan Piroklastika Batuapung (pbc) Sebaranya cukup luas, terutama sepanjang sungai Cikeruh yang meliputi kampungWadasngantung,



kampung



Pengasinan



hingga



sekitar



kampung



Igirmanis. Pada longsoransekitar bukit kampung Pengasinan dapat di lihat bahwa satuan batuan ini di tutupi lava G.Mingkrik (Lm). Bidang kontak dicirikan oleh abu gunungapiberwarna kuning kecoklatansampai agak merah munkin oleh akibat efek pemanggangan. Lava G. Sembung (lgs) terletak dibawahnya, singkapan yang baik di temukan di beberapa tempat penggalian dan longsorantebing bukit hingga batuan ini dapat di amati. Pengamatan menunjukan batuannya terdiridari endapan jatuhan dan aliran piroklastika, di mana endapan dari atas lebih dominan.Bagian dari aliran memperlihatkan kenampakan masif, ketebalan antara 3 sampai 7 meter,terutamadi susun oleh masadasar merah muda, dalam keadaan lembaba memperlihatkanwarna yang lebih tua dan agak kompak.Komponen umumnya batuapung berwarna putih sampai keabu-abuan hingga merahmuda, diameter 5 mm sampai 20 mm, memperlihatkan pemilahan yang buruk. Komponenlitik juga umum di temukan, terdiri dari pecahan lava berkomposisi andesitik, berdiameter 1cm sampai 30 cm kadang-kadang mencapai 1 m, menyudut tanggung, di jumpai pulabongkah batupasir yang mudah lepas berwarnaabu-abu segar. Komponen tersebutmenunjukan pengarahan diantara masadasar masif, dalam lapisan ini ditemukan struktursedimen berupa perlapisan sejajar dan perlapiasan silangsiur. Di atas bagian yang masif inidi temukan empat perlapisan batuapung yang mempunyai perlapisan bersusun, komponenumumnya berbentuk membulat tanggung, putih kemerahan sampai abu-abu, ukurankomponen mencapai 20 cm, sedangkan ukuran rata-rata 3 cm. Komponen litik jarang, bentuk menyudut tanggung, andesitik, ukuran sampai 10 cm,bercampur di antara batuapung. Selain itu, di jumpai lapisan abu gunungapi dengan ketebalan 5 cm sampai 50 cm, berwarna cokelat kotor, memperlihatkan struktur “acretionallapili” dan kompak. Batuan ini di gali oleh penduduk setempat untuk bahan campuran kapur dan semen untuk bangunan atau di jadikan bahanbaku pembuatan batako.



1 3



4. Lahar Kali Logawa (lkl) Sebarannya



sekitar



kampung



Ketengger



di



lembah



Kali



Banjaran,



kemudianmembentuk bukit-bukit kecil di sebelah selatan daerah pemetaan yang menerus ke KaliLogawa, Kali Mengaji dan sebagian terdapat di kampung Pesawahan, Karanggondang.Singkapan yang baik di jumpai ditebing kali Banjaran dekat sentral pembangkit listrik PLNKetengger. Batuannya tidak menampakan seluruhnya lahar, tetapi ada sisipan-sisipanendapan flufial yang mempunyai pemilahan baik, sangat kompak. Tebal singkapan mencapai40 cm, terdiri dari bongkah andesitik, menyudut sampai menyudut tanggung, ukuran sampailebih dari 30 cm, mengambang dalam masadasar pasir dan lumpur cokelat kemerahan, sedangkan bagian yang fluviatil, komponen membulat sampai membulat tanggung, kadang-kadang ada perlapisan kasar dan halus. Dalam tubuh lahar di lokasi singkapan SD 19, sekitarbukit Karanggondang di jumpai sisipan lava andesitik abu-abu kecokelatan, dan endapanpiroklastika batuapung dengan ketebalan antara 25 cm sampai 2 m.Endapan piroklastika batuapung ini berwarna kemerah-merahan, komponenbatuapung lebih kurang 60% dan komponen andesitik lebih kurang 10% berwarna abu-abukecokelatan. Di sekitar sentral listrik Ketengger, lahar ini tersesarkan dengan arah N 145°Eyang di duga menerus ke tambak waleh sehingga munculnya pulau-pulau lahar (lkl) diantara lahar kali Banjaran (lkb). Selain itu struktur sesar di jumpai di sekitar G. Gandalopadekat kampung Karangkedawung di tebing aliran kali Pangkor berarah N150°E. Di bagianatas lahar ini di tutupi oleh lava muda G. Slamet (SL1) dan lahar kali Banjaran (lkb),sedangkan di bagian bawah di ketemukan kontak dengan batuan sedimen. 5. Lava G. Mingkrik (Lm) Satuan



ini



membentuk



morfologi



terjal



yang



tidak



beraturan



dan



merupakanpenyatu tubuh G. Slamet tua. Sebarannya terutama dibagian sebelah barat G.slamet,sedangkan sebelah timur kemungknan tertutup oleh endapan yang lebih muda. Batuannyamempunyai ciri khusus andesit piroksen, abu-abu cerah berbintik hitam, tekstur porfiritikdengan fenokris terutama plagioklas dan



1 4



piroksen tertanam dalam masadasar afanitikkristalin berwarna abu-abu. Plagioklas umumnya berbentuk anhedral berwarna putih beningsampai putih susu, ukuran maksimum 3 mm.Di beberapa tempat plagiklas ini telah melapuk menjadi lempung atau meliputilimonit yang kadang-kadang limonit tersebut terarahkan sehingga terlihat seperti perlapisantipis. Piroksen umunya berbentuk anhedral, hijau hingga hijau kehitaman, berjumlah lebihkurang 15%-20%, sebagian telah melapuk sehingga memperlihatkan warna kehitaman,ukuran maksimun 5 mm. Pada batuan yang telah melapuk baik plagioklas maupun gioklas agak lebih besar,kadang-kadang fenokris plagioklas dengan masadasar bersatu, warna putih susu, yangterlihat hanyalah bintik-bintik hitam dari piroksin dan secara keseluruhan pelapukan batuanberwarna cokelat. Kenampakan fisik pada tiap lokasi singkapan batuan ini terutama yang dekat dengan titik erupsi umumnya memperlihatkan struktur lempeng (sheeting joint),sedangkan makin jauh bentuknya masif dan vesikuler halus. Bentuk morfologi terjal tidakberaturan pada sebaran batuan ini umumnya di pengaruhi oleh pola struktur sesar yangcukup rumit, sedangkan morfologi membulat halus tercermin dari tingkat pelapukan batuanyang cukup lanjut atau di tutupi oleh endapan jatuhan piroklastik. Di sekitar Guci, lava inimengalami sesar yang membentuk celah berarah baratlaut-tenggara sehingga daerah inimenjadi zona lemah, dimana terjadi hancuran batuan di sepanjang jalur patahan, ubahanhidrotermal juga di jumpai pada jalur ini.Endapan rombakan akibat hancuran tersebut dapat di petakan, denganterbentuknya celah ini, memberikanbagi erupsi muda berikutnya dari G. Slamet, baikbereupa lava maupun aliran piroklastik. Bagian permukaan daerah lava ini umumnya ditutupi hutan primer atau hutan buatan yang di kuasai oleh perhutani. 6. Lava Kalipagu ( Lkp ) Sebaran lava ini cukup luas, menempati bagian tengah daerah pemetaan sekitar igirDewa menerus ke arah selatan dan akhirnya mengisi bekas kawah tua G. Cendana dan G.Bunder. Batas antara lava ini terhadap lava G. Mingkrik (Lm) di bawahnya dan terhadap lavaG. Slamet 1(LS1) di atasnya di dapatkan ciri aliran dari analisa potret udara. Batuan ini jugadi tutupi oleh endapan jatuhan



1 5



piroklastika G. Slamet 1 (Sjpl), dan daerah ini bentukmorfologinya lebih halus. Singkapan sulit untuk di telusuri karena tertutp oleh vegetasi yangcukup lebat dan tingkat pelapukan batuan yang telah lanjut pula, namun di bagian huluKalipagu (SI14), singkapan batuan cukup jelas diamati. Batuan terdiri dari lava andesitberwarna hitam gelap hingga abu-abu keputih-putihan, berstruktur porfiritik denganfenokris plagioklas dan piroksin yang tertanam dalam masadasar kristalin abu-abu afanitik.Pada singkapan ini lava tersebut terbreksikan , dengan arah jalur mengikuti arah hulusungai Kalipagu atau berarah tenggara baratlaut. Di bagian selatan, sebaran batuan inimenutupi endapan lahar Kali Logawa (lkl) dan batuan sedimen (Sm). Maka paling tidakaliran tersebut lebih muda dari lahar logawa dan berumur lebih tua dari periodepembentukannya sesar kalipagu yang mempengaruhinya. 7. Lava G. Slamet 1 (LS1) Sebaran lava G. Slamet 1 (LS1) terdapat di sekitar kolam waduk pembangkit tenagalistrik di Kali Banjaran dan sekitar Kampung Ketengger. Berupa lapisan tipis yang menutupibukit-bukit terjal. Kenampakan lapangan lava tersebut bersifat basaltik, memperlihatkanstruktur kekar kolom berjarak antara 25 –50 cm, berwarna abu-abu kehitaman, porfiritikdengan fenokkris terdiri dari olivin dan piroksin yang tertanam dalam masadasar afanitikabu-abu, di samping itu terdapat tekstur vesikuler. Kebagian barat-baratlaut di jumpai LavaCendana (Lc) dan Lava Kalipagu (Lkg) dan terdapat sentuh sesar dengan lava tersebut,berarah tenggarabaratlaut, sedangkan lava G. Slamet 1 (LS1) tidak tersesarkan.Lava G. Slamet 1 menutupi Lava G. Cendana (Lc) dan Lava Kalipagu (Lkp), diperkirakan lava ini masuk ke dalam bekas kawah Cendana, dengan demikian umur Lava G.Slamet ini di guga lebih muda daripada Lava G. Cendana setelah pembentukan sesar Kalipagu. 8. Endapan Piroklastika Kerucut Angrun (ksa) Sebaran satuan ini terdapat disekitar Kampung Angrun, membentuk bukit, tampakadanya lubang kawah. Secara setempat-setempat batuan ini di tutupi oleh endapan jatuhanpiroklaastika G. Slamet 1, sedangkan singkapan yang muncul di



1 6



permukaan, yaitu pad bagianyang tertoreh dalam atau pada dinding bukit dengan tebing yang agak terjal. Singkapan yangbaik dapat di temukan dekat pancuran Kampung Angrun dan di tepi jalan antara Kampungpengasinan dan Kampung Angrun, terdiri dari batuan piroklastika berupa bongkah bom danskorea (5 cm–25 cm), lapili (1 cm) dan abu, berwarna cokelat kemerahan sampai hitam,berlapis dengan ketebalan antara 15 cm sampai lebih dari 50 cm.Fragmen skoria berwarna abu-abu kehitaman, afanitik, di susun oleh plagiklas, olivindan mineral hitam lainnya, di duga bersifat basaltis dan terdapat lubang keluarnya gasdengan diameter lubang sampai 4 mm, sedangkan pori-pori bekas gas ini kadangkadangberbentuk bulat atau lonjong. Sebaran batuan yang setempat dan adanya fragmen skoriaberukuran bongkah 5 cm –25 cm memberikan perkiraan bahwa sumber erupsi relatif dekandengan sebarannya. Satuan batuan ini menutupi lava andesit (Lm), jadi lebih muda dari lava tersebut danberumur lebih tua dari endapan jatuhan piroklastika G. Slamet 1 sebagai lapisan penutupnya. Karena pelapukan di daerah ini cukup tebal ( 2m –3m ) dan merupakan daerahpetanian yang subur, sebagian merupakan hutan pinus. 9. Lahar Bumijawa (lbj) Sebaran satuan ini cukup luas kearah baratlaut dan timurlaut G. Slamet. Lahar yangtersebar kearah baratlaut mulai dari Desa Guci mengikuti tebing sebelah barat dan timurKali Gung hingga daerah Kedawung. Sebaran sekitar Bumijawa cukup luas mengisi lembah diantara batuan sedimen, endapannya mencapai puluhan meter.Batuan terdiri dari komponen dengan masadasar tersemen lumpur. Komponenterdiri dari bongkah andesit, kadang-kadang di jumpai yang telah terubah, ada juga yangberupa bom kerak roti dan batuan sedimen, menyudut sampai menyudut tanggung,berukuran 2 cm sampai 2 meter ( ukuran rata-rata 40 cm), pemilahan buruk, kompak,mengambang dalam masadasar pasir halus-kasar yang terekat oleh lumpur.Dalam keadaan lapuk berwarna abu-abu kehitaman sedangkan dalam keadaan segarberwarna abu-abu cokelat. Penyebaran lahar disebelah timurlaut terdapat di dataran sekitarKampung Warungpring, sebelah utara Randudongkal dan sepanjang Kali Waluh. Disinisingkapan baik terdapat di



1 7



dekat jembatan Kali waluh (Kampung Darmalang yang cukupluas). Satuan lahar ini memperlihatkan warna abu-abu, kemas terbuka, pemilahan burukdan kompak. Terdiri dari batuan beku andesit piroksin berukuran sampai bongkah (70 cm),menyudut tanggung, tertanam dalam masadasar berukuran pasir dengan semen lumpur.Tidak terdapat struktur perlapisan (masif) dengan porositas buruk. Pada umumnya satuanlahar ini tersingkap di atas batuan sedimen terlipat dan kedapatannya mengisi celah dalamlembah-lembah dari batuan sedimen seperti pulau.Bagian atas satuan lahar ini sudah mengalami pelapukan dengan ketebalanpelapukan 3m sampai 4m, berwarna cokelat kemerah-merahan, membentuk pedataranyang merupakan daerah persawahan yang subur, sedangkan bagian yang menonjol dan olehpenduduk setempat di pergunakan sebagai kebun cengkeh. Di sekitar Kali Gung daerahBumijawa, satuan lahar tersebut membentuk bukit-bukit kecil, menyerupai “trap” (tangga) sisa torehan sungai, sehingga lembah-lembah di sini bertebing curam. Satuan lahar ini tidak mengandung komposisi basaltik, di jumpai komponen andesitikyang telah terubah, dengan demikian dapat ditafsirkan bahwa satuan batuan ini berumurlebih tua adari lava basalt (SL2) di sekitarnya, atau paling tidak aktivitas akhir pembentukanlahar ini bersama dengan proses pengendapan guguran Guci (gg). 10. Endapan Guguran Guci (gg) Sebagai hasil rombakan dari bahan endapan gunungapi yang lebih tua, mengisilembah sempit Kali Gung di sebelah baratlaut daerah pemetaan. Endapan guguran inidiperkirakan berasal dari rombakan kawah lama Tengguwak. Singkapan yang baik dapat diamati, seperti terlihat pada lokasi SI 28, SI 46, SI 48, SI 49, berupa fragmen dari batuanbersifat andesitik yang telah mengalami proses ubahan. Secara keseluruhan, endapangunung in berwarna abu-abu kotor kecokelat-cokelatan, fragmen lebih dominan darimatriks, terlihat seperti tercuci, berukuran dari 0,4 cm sampai 30 cm, bentuk menyuduttanggung dan mempunyai kemas tertutup. Partikel-partikel halus terdiri dari batuan yangsama, sebagaian telah lapuk. Pada umumnya endapan guguran ini telah terubah, terbuktidengan di



1 8



temukanya



fragmen



batuan



yang



terubah



secara



keseluruhan



menjadi



lempung(kaolin putih ke abu-abuan). Tidak jarang di temukan urat kuarsa dalam endapan gugurantersebut, oleh sebab itu proses ubahan mengawali rombakan batuan.Tanah lapukan cukup tebal mencapai 3 meter, berwarna cokelat muda sampaicokelat tua. Di gunakan sebagai areal tanam-tanaman palawija dan perkebunan olehpenduduk di sekitarnya. 11. Endapan Piroklastika Gunung Slamet 1 (Sjp1) Sebarannya sangat luas, menutupi hampir seluruh tubuh G. Slamet, baik morfologitua maupun kerucut muda, terutama di daerah lereng dan kaki. Singkapannya mudahdidapat, di pinggir jalan besar atau jalan ke hutan. Batuannya terdiri dari skoria merahsampai kehitam-hitaman, ukuran rata-rata 1 cm sampai 1,5 cm beberapa di antaranya adayang berukuran sampai 20 cm, bercampur dengan sesikit litik basaltik.Perlapisannya cukup baik yang menunjukan perulangan pengendapan denganmemperlihatkan struktur perlapisan bersusun ( graded beding ) dari lapili sampai abu padasetiap lapisan. Sentuh antar lapisan kadang-kadang di tandai dengan pelapukan abu sampaiketebalan 70 cm, tetapi ada yang sentuh langsung tanpa pelapukan. Kesan perlapisan jugadapat di bedakan dari perbedaan warna, makin ke bawah makin gelap. Banyak dan tebaltiap lapisan pada satu daerah berbeda dengan daerah lain, seperti terlihat pada beberapapenampang stratigrafi ( lampiran I, II, III, IV, dan V ). Sebagai contoh singkapan di sekitarDesa Pagentaran di pinggir jalan antara Kutabawa–Pulosari di jumpai lima paket lapisandengan ketebalan 2,03 meter, sedangkan di sekitar Kampung Sudikampir di jumpai 10sampai 12 paket lapisan piroklastika jatuhan yang tebal dari 5,41 meter. Dengan demikianendapan jatuhan piroklastik G. Slamet 1 (Sjp1), nisbi semakin menebal ke arah selatan, baratdaya dan barat. Di sekitar daerah hancuran dekat Guci, piroklastika jatuhan ini ada yang bercampurdengan bahan rombakan dengan endapan jatuhan, tetapi makin ke atas di tutupi olehendapan jatuhan semuanya berlapis baik. Pada umumnya endapan jatuhan ini keadanyalembab, sehingga pada bagian yang berbutir halus sampai abu terlihat seperti pelapukanmasif, bagian ini mencapai 2 meter di dekat Kampung



1 9



Sudikampir. Dapat dikenal endapan jatuhan piroklastika yang posisi stratigrafinya terletak di atas lava G. Slamet 2 (SL2) danterletak di bawah lava G. Slamet 3 (SL3). Tebal seluruh singkapan ini lebih besar dari 5meter, di susun oleh perselingan antara skoria dan abu gunungapi, berwarna merah, abu-abu hingga putih



kekuning-kuningan.



Sentuh



antara



lapisan



dicirikan



oleh



tanah



pelapukandengan ketebalan antara 40 sampai 70 cm, kehitam-hitaman, endapan ini sulit di pisahkandengan endapan jatuhan piroklastika di bawahnya, sehingga seluruhnya dikelompokanmenjadi satu satuan batuan (Sjp1).Oleh sebab itu kisaran umur pembentukan endapan jatuhan piroklastika Slamet 1 inicukup panjang, yaitu di mulai dari pra endapan guguran Guci ( gg ) dan berakhir sebelumlava G. Slamet 3 di endapkan ( pra SL3 ). 12. Lava G. Slamet 2 ( LS2 ) Sebarannya cukup luas, terutama menempati bagian timur, tenggara dan sedikitmuncul di bagian baratlaut daerah pemetaan. Sering mengisi lembahlembah sempit didasar sungai yang berhulu ke arah puncak G. Slamet. Hal ini jelas terlihat seperti di bagiantimur-tenggara yang di tunjukan berupa sebaran cacing pada peta geologi. Di bagian utara,lava ini tersingkap pada bagian-bagian yang tertoreh dalam, tidak terpetakan karena di atasnya di tutupi oleh lava G. Slamet 3 ( LS3 ) sangat luas sebarannya. Singkapan cukup jelasdi amati, berupa lava basaltik, abu-abu hitam, bertekstur porfiritik, mengandung mineralolivin, piroksen ( beberapa di antaranya mencapai ukuran 3 mm ) dan mineral plagioklas.Umumnya terdapat tekstur vesikuler dengan lubang-lubang bekas keluarnya gasberdiameter antara 1 mm sampai 2 cm.Terhadap contoh batuan ini telah dilaksanakan penelitian laboraturium di bawahmikroskop (lava sekitar Gua Lawa). Batuan bertekstur porfiritik dengan fenokris plagioklas,olivin dan piroksen,



tertanam



dalam



masadasar



gelas



volkanik



dan



mikrolit



plagioklas.Memperlihatkan tekstur vesikuler berdiameter hingga 2,5 mm. Plagioklas ( 1k 62%) dari jenis labradorit sebagai fenokris dan masadasar, olivin ( 1k 6% ) berbentuk anhedral-subhedral dari ukuran 0,1 mm - 0,2 mm, sedangkan piroksen ( 1k 1% ) kehijau-hijauan danumumnya berbentuk jarum.



2 0



Gelas volkanik ( 1k.30% ) berwarna cokelat kotor cenderung mengisi ruang antarkristal fenokris, di samping itu di jumpai mineral bijih ( 1k.1% ), ubahan dari olivin,sedangkan limonit berwarna cokelat di duga hasil oksidasi mineral bijih ( sayatan lava GuaLawa ). Berdasarkan pemerian, maka batuan tersebut dari jenis basalt. Pada pengamatan inidibeberapa singkapan, di bawah jembatan Kali Gung memperlihatkan struktur “columnar joint” bahkan dari kenampakan struktur ini dapat di taksirkan bahwa satuan lava ini terdiri dari lebih satu kali aliran.Pada lokasi (SL 43), ternyata lava ini menindih endapan lahar Bumijawa (lbj). Satuanlava ini ditutupi oleh endapan jatuhan piroklastika Slamet 1 ( Sjp1 ), terlihat pada lokasi-lokasi pengamatan dibagian timur daerah pemetaan. Dengan demikian lava G. Slamet 2 ( SL2 ) berumur lebih muda dari lahar Bumijawa (lbj), atau di bandingkan dengan aliranpiroklastika G. Slamet 1 ( Sap 1 ) yang menindih di atasnya, satuan lava ini berumur lebihtua. Tanah pelapukan batuan mencapai 1 meter



yang



di



manfaatkan



oleh



pendudukansetempat



menjadi



areal



perkampungan, perkebunan ( jagung, cengkeh, dan tanamanpalawija lainnya ) ataupun merupakan areal kehutanan yang di usahakan oleh Perhutani. 13. Endapan Aliran Piroklastika G. Slamet 1 ( Sap 1 ) Sebaran terdapat di sekitar celah di sebelah tenggara Guci ( sebelah baratlaut G.Slamet ) mempunyai ketebalan hanya beberapa meter saja. Singkapan terdapat di anak KaliGung sebelah tenggara kampung Guci (foto 18), terdiri dari aliran piroklastika berwarna abu-abu kehitaman, berukuran pasir, ketebalan pada singkapan sekitar 2,5 meter, mengandungfragmen litik dan skoria dari ukuran 4 mm –10 cm. Aliran piroklastika ini di cirikan pula oleh lapisan arang (“charcoal”) pada lapisan bawahnya, keadaan disekitar singkapan tadi cukup lembab, juga di bagian atasnya terdapat pelapukan yang cukup tebal yang menyebabkanpula aliran piroklastika ini telah mengalami konsolidasi sehingga cukup kompak.Di bagian atas dan bawah endapan aliran piroklastika ini terdapat lapisan jatuhanpiroklastika dengan



ketebalan



antara



20



cm –



30



cm,



dengan



demikian



posisi



stratigrafiendapan awan panas G. Slamet 1 ( Sap 1 ), terletak di antara endapan jatuhan piroklastika G.Slamet 1 bagian atas atau lebih muda dari endapan lava G. Slamet 2 ( SL 2 ).



2 1



14. Endapan Piroklastika Kerucut Lompong ( ksl ) Tersebar



di



sebelah



timur



G.



Slamet,



sekitar



Kampung



Sarangan



Kutabawa,membentuk morfologi kerucut dengan puncak terpotong. Bukit-bukit tersebut di kenalsebagai G. Malang, G. Sari, G. Celekatakan, G. Terbang dan lainnya. Singkapan yang baik ditemukan di G. Lompong, jembatan Kali Soso, G. Malang dan dekat Kampung Kepetek.Satuan endapan piroklastika kerucut sinder ini terdiri dari hasil erupsi masing-masingkerucut tersebut, berupa bom, skoria dan lapili, berwarna abu-abu kecokelatan sampaimerah, basaltik dengan tekstur afanitik terdapat lubang vesikuler seperti sarang tawon danterdapat adanya struktur perlapisan karena adanya gradasi.Analisa petrografi contoh batuan ini bertekstur skorius dengan komposisi mineralpenyusunnya terdiri dari plagioklas, piroksin, gelas vulkanik dan mineral bijih ubahan dariolivin dan piroksin. Pada sayatan ini di jumpai struktur implikasi, plagioklas ( 1k 45% ) bentuksubhedral dengan ukuran maksimum 1,1 mm dari jenis labradorit, olivin ( 1k 8% ) berbentukanhedral dan berukuran 0,08 mm – 0,5 mm, piroksin ( 1k 6 % ) berwarna kehijau-hijauandan gelas volkanik ( 1k 44% ) berwarna cokelat kotor. Di samping itu di jumpai mineral bijih,hitam opaq sebagai ubahan dari olivin dan piroksen, jumlahnya lebih kurang 1%. Dari hasilpemeriksaan dan pemerian di atas, skoria ini dari jenis basalt. Menurut Sujanto, ( 1971 ),terjadinya endapan piroklastika kerucut sinder tersebut akibat penghancuran lava dibawahnya dan kandungan gas di dalamnya, atau oleh tenaga penggilingan fragmen yangterdapat pada kepundan, kemudian di hembuskan berulang-ulang dan jatuh kembali dikepundan setelah terjadi letusan.Hal ini kurang sependapat dengan para pemeta, sebab hasil penelitian lapanganterhadap beberapa kerucut sinder ini, ternyata tidak di temukan fragmen litik atau peralihan skoria ke litik sebagai batuan penyusunnya. Disamping itu gejala “remelting” sebagian atau seluruhnya terhadap batuan tua tidak di jumpai. Disekitar Kampung Kepetek ditemukansedikit fragmen batuan sedimen yaitu batulempung yang memperlihatkan sifat fisik asalnya.Kemungkinan fragmen batuan sedimen ini terbawa pada saat pelemparan skoria kepermukaan. Kerucut sinder terutama di susun oleh skoria basalt. Dengan demikian gejalamagmatisme lebih mungkin mendominir pembentukan endapan piroklastika sindertersebut.



2 2



Sentuh langsung dengan satuan batuan lava G. Slamet 2 ditemukan pada singkapandekat Kampung Kepetek, dimana lava G. Slamet 2 tersebut terletak di bawah endapanpiroklastika kerucut sinder dan diatasnya ditutupi endapan jatuhan piroklastika G. Slamet 1.Oleh sebab itu endapan piroklastika kerucut sinder ini berumur lebih muda dari lava G.Slamet 2 ( SL2 ) dan lebih tua dari endapan jatuhan piroklastika G. Slamet 1 bagian atas, ataudi perkirakan setara dengan posisi stratigrafi endapan awan panas G. Slamet 1 ( Sap 1 ). 15. Lahar Kali Banjaran Sebaran lahar ini terutama menempati daerah sebelah selatan tenggara G. Slamet,meliputi Kali Banjaran hingga batas selatan dan timur daerah yang di petakan. Disamping itudi jumpai pula di sebelah utara G. Slamet yaitu pada daerah sekitar bukit kancil dan KaliAngin Desa Cikendung. Daerah sebaran umumnya membentuk morfologi relatif datardengan tingkat pelapukan batuan yang sudah lanjut. Ciri litologi satuan yang menepatibagian sebelah utara agak berbeda dengan yang terdapat di sebelah selatan tenggara.Di sebelah utara, seperti yang terdapat di Kali Lereng, desa Cikudung, endapan laharini berwarna abu-abu, mono komponen basalt berdiameter 2 cm – 45 cm, bulat – tanggung,matrik abu gunungapi dari ukuran pasir halus hingga sedang, terpilah buruk dan sifatnyakompak, di atasnya di tutupi oleh lava G. Slamet 3. Endapan lahar di sini umumnyaberasosiasi dengan endapan flufial dan di duga posisi endapan flufial ini terletak di bawahendapan lahar. Struktur Geologi Struktur geologi yang berkembang di daerah G. Slamet dan sekitarnya, umumnya berupa sesar normal yang banyak dijumpai pada kelompok Slamet Tua. Jejak-jejak sesar di lapangan dijumpai berupa breksiasi, gores garis sesar, zona hancuran, kelurusan bukit dan dan lembah, gawir yang lurus dan terjal serta kontak tajam antara satuan batuan. Berdasarkan kriteria tersebut di atas, maka struktur geologi di daerah G. Slamet dapat dibedakan menjadi 11 buah struktur sesar, yaitu sesar normal Jegjeg,



2 3



sesar normal Pengasinan, sesar normal Mengger, graben Guci, sesar normal Sijampang, sesar normal Kalibuntu, sesar normal Gunungrataamba, sesar normal Karanggondang, sesar normal Kubangan, sesar normal Kalipagu dan sesar normal Ganting. Ancaman Bahaya Gunung Slamet Sifat letusan G.Slamet didominasi dengan letusan abu diiringi dengan lontaran lava pijar yang jatuh kembali ke dalam kawah, maka potensi ancaman yang mungkin terjadi adalah hujan abu di beberapa wilayah kecamatan, antara lain : 



Kecamatan Bojong dan Bumijawa, Kabupaten Tegal.







Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang. Pada kondisi siaga, kecil kemungkinan akan terjadi ledakan besar yang



disertai luncuran awan panas dan aliran lava. Namun jika letusan membesar, diikuti aliran lava maka wilayah yang terancam adalah Guci. Bila letusan abu mencapai ketinggian dan mengganggu penerbangan, dikordinasikan dengan bandara Ahmad Yani di Semarang, dan bandara Soekarno-Hatta di Cengkareng. Strategi Mitigasi Bencana Letusan Gunungapi Slamet 



Pemantauan secara terus-menerus, meliputi kegempaan, pengukuran suhu di dua lokasi sumber air panas secara periodic dan visual.







Sosialisai kepada masyarakat dan aparat pemerintah daerah di lokasi yang paling terancam letusan G.Slamet.







Memberikan peringatan dini dan koordinasi dengan pemerintah daerah dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana.







Pemantauan aktivitas G.Slamet terus dilakukan guna mengantisipasi ancaman bencana yang mungkin terjadi.



2 4



Gambar 1 : Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Slamet



C.



Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan paper mengenai



“Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Gunungapi Slamet” antara lain : 



Gunung Slamet adalah gunung tertinggi di Jawa Tengah dan kedua tertinggi di



Pulau Jawa dengan ketinggian 3432 mdpl. Secara



administratif gunung ini terletak di perbatasan Kabupaten Banyumas, Brebes, Pemalang, Tegal, dan Purbalingga. 



Satuan morfologi G.Slamet yaitu morfologi perbukitan tidak teratur, morfologi kerucut gunungapi, dan morfologi dataran. Stratigrafinya meliputi endapan batuan hasil erupsi G. Slamet dari tua sampai muda



2 5



semuanya berumur Kuarter, menutupi batuan sedimen berumur Tersier. Struktur geologi yang berkembang di daerah ini yaitu sesar normal, 11 buah struktur sesar. 



Sifat letusan G.Slamet didominasi dengan letusan abu diiringi dengan lontaran lava pijar yang jatuh kembali ke dalam kawah. Mitigasi bencana yang perlu dilakukan adalah koordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana setempat, dan memantau kegiatan gunungapi secara berkala, usahakan masyarakat tidak panik dan dapat dilakukan penyuluhan tanggap bencana letusan gunung berapi serta simulasi yang dilakukan oleh masyarakat saat terjadi bencana letusan gunung berapi.



DAFTAR PUSTAKA A. Sumintadireja, Dr. Prihadi. 2005. Vulkanologi dan Geothermal. Bandung : ITB http://astacala.org/wp/2011/11/gunung-slamet-3432-mdpl/ http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Slamet http://mantanpejuanggeologi.blogspot.com/2009/02/gunung-slamet-keterangannama-kawah-k1.html http://id.scribd.com/doc/93011709/stratigrafi-slamet



2 6