Wawasan Nusantara (Derah) Kelompok 2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN “wawasan nusantara dalam mengenal daerah” (Dosen Pembimbing: Heru Subakti Dwiko Laksono, S.H, M.M)



KELAS I C KELOMPOK II : Bayu Santoso



(1918315)



Fatur Kurniawan



(1918344)



Iffat Novia Kurnaini



(1918365)



Nency Febriza



(1918430)



Tsabita Iswari



(1918495)



KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK AKA BOGOR PRODI ANALISIS KIMIA 2019



KATA PENGANTAR



Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Pendidikan Kewarganegaraan yang berjudul “wawasan nusantara dalam mengenal daerah”. Penyusunan makalah ini adalah salah satu syarat untuk memenuhi tugas Praktik Pendidikan Kewarganegaraan. Disamping itu, penulis ingin mengaplikasikan secara langsung antara teori dan bekal ilmu pengetahuan yang telah penulis terima dari proses belajar mengajar di kampus untuk memperluas wawasan bagi penulis. Proses Penyusunan makalah ini dapat terlaksanakan dengan baik berkat bantuan dari pihak-pihak terkait, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Allah SWT yang telah memberikan kesehatan lahir dan batin bagi kami selama mengemban pendidikan di Politeknik AKA Bogor. 2. Bapak Heru Subakti Dwiko Laksono, S.H, M.M selaku dosen pembimbing dalam mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. 3. Teman-teman Prodi Analisis Kimia kelas 1 C . . Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis berharap adanya kritik dan saran yang dapat membangun guna melengkapi kekurangan makalah ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan mohon maaf yang sebesarbesarnya apabila didalam makalah ini terdapat kata-kata yang kurang berkenan atau kurang dipahami.



Bogor, 2 Desember 2019



Penulis



DAFTAR ISI



SUMATERA BARAT (KOTA PADANG)



1. LETAK GEOGRAFIS Kota Padang adalah kota terbesar di pesisir barat pulau Sumatra dan merupakan Ibu Kota Provinsi Sumatra Barat, Indonesia. Sejak masa kolonial Hindia-Belanda, kota Padang telah menjadi pelabuhan utama dalam perdagangan emas, teh, kopi dan rempah-rempah. Memasuki abad ke-20, ekspor batu bara dan semen mulai dilakukan melalui Pelabuhan Teluk Bayur.



wilayah



daratan



sangat bervariasi, sampai 1.853 m permukaan tertinggi



laut



Letak Daerah Luas daerah Panjang Pantai Jumlah Sungai Temperatur Keliling Curah Hujan Daerah Efektif Daerah Bukit Jumlah Pulau



adalah



00044'00'' -01'08'' 35'' LS 1 414,96 km2 68 126 km 5 buah Besar/ Big 22 C-317 C 165,35 km 384,88 mm /bulan 205 007 km2 486 209 km2 19



Ketinggian Kota



di



Padang



yaitu antara 0 m di dengan



atas daerah



Kecamatan



Lubuk Kilangan. Suhu udaranya cukup tinggi, yaitu antara 23 °C–32 °C pada siang hari dan 22 °C–28 °C pada malam hari, dengan kelembabannya berkisar antara 78%–81%. Kota Padang memiliki banyak sungai, yaitu 5 sungai besar dan 16 sungai kecil, dengan sungai terpanjang yaitu Batang Kandis sepanjang 20 km. Tingkat curah hujan Kota Padang mencapai rata-rata 405,58 mm per bulan dengan rata-rata hari hujan 17 hari per bulan. Tingginya curah hujan membuat kota ini cukup rawan terhadap banjir. Pada tahun 1980 2/3 kawasan kota ini pernah terendam banjir karena saluran drainase kota yang bermuara terutama ke Batang Arau tidak mampu lagi menampung limpahan air tersebut. Lebih dari 60% dari luas Kota Padang berupa perbukitan yang ditutupi oleh hutan lindung. Hanya sekitar 205,007 km² wilayah yang merupakan daerah efektif perkotaan. Daerah perbukitan membentang di bagian timur dan selatan kota. Bukit-bukit yang terkenal di Kota Padang di antaranya adalah Bukit Lampu, Gunung Padang, Bukit Gado-Gado, dan Bukit Pegambiran. Kota Padang memiliki garis pantai sepanjang 68,126 km di daratan Sumatra. Selain itu, terdapat pula 19 buah pulau kecil, di antaranya yaitu Pulau Sikuai dengan luas 4,4 ha di Kecamatan Bungus Teluk Kabung, Pulau Toran seluas 25 ha dan Pulau Pisang Gadang di Kecamatan Padang Selatan.



2. KEBUDAYAAN a. Tradisi Adat (Kebudayaan Padang) Salah satu tradisi adat Minangkabau yaitu persembahan dalam upacara pemakaman masih dilaksanakan pada salah satu kecamatan di Sumatra Barat. Di beberapa kecamatan ada yang menyebut tradisi ini dengan nama tradisi Silat Pauh (Silek Pauah). Selain itu di kota Padang juga terdapat beberapa pantai, salah satunya adalah Pantai Air Manis. Di sana terdapat kisah Malin Kundang yang berkisah tentang seorang anak yang durhaka pada ibunya dan karena itu dikutuk menjadi batu. Sebentuk batu di Pantai air Manis, Padang, konon merupakan sisa-sisa kapal Malin Kundang. Kemudian selanjutnya ada “Tabuik”  (Indonesia: Tabut) adalah perayaan lokal dalam rangka memperingati Asyura, gugurnya Imam Husain, cucu Muhammad, yang dilakukan oleh masyarakat Minangkabau di daerah pantai Sumatera Barat, khususnya di Kota Pariaman. Festival ini termasuk menampilkan kembali Pertempuran Karbala, dan memainkan drum tassa dan dhol. Tabuik merupakan istilah untuk usungan jenazah yang dibawa selama prosesi upacara tersebut. Walaupun awal mulanya merupakan upacara Syi’ah, akan tetapi penduduk terbanyak di Pariaman dan daerah lain yang melakukan upacara serupa, kebanyakan penganut Sunni.Upacara melabuhkan tabuik ke laut dilakukan setiap tahun di Pariaman pada 10 Muharram sejak 1831. Upacara ini diperkenalkan di daerah ini oleh Pasukan Tamil Muslim Syi’ah dari India, yang .ditempatkan di sini dan kemudian bermukim pada masa kekuasaan Inggris di Sumatera



b. Sistem Teknologi dan Alat Produksi Bendi merupakan salah satu alat transportasi tradisional yang masih bertahan di Padang. Zaman dulu, sebelum orang-orang mengenal mobil, kendaraan pribadi adalah bendi. Punya bendi pribadi sudah setara dengan punya mobil pribadi. Sampai sekarang, alat transport yang digerakkan oleh tenaga kuda ini masih mempunyai pelanggan setia di tengah maraknya transportasi modern yang tentunya lebih cepat Pedati adalah alat transportasi yang digerakkan oleh kerbau. Penampakannya mirip dengan bendi, tapi agak lebih tinggi. Biasanya pedati digunakan untuk membawa barang yang berat. Sekarang, sulit sekali menemukan pedati di kota Padang. c. Makanan – Makanan Khas Padang Dalam dunia kuliner, Sumatra Barat terkenal dengan masakan Padang dan restoran Padang. Masakan Padang yang terkenal dengan citarasa yang pedas dapat ditemukan hampir di seluruh penjuru Nusantara, dan dapat ditemukan juga di luar negeri. Beberapa contoh makanan dari Sumatra Barat yang sangat populer adalah Rendang, Sate Padang, Dendeng Balado, Ayam Pop, Soto Padang, dan Bubur Kampiun.Selain itu, Sumatra Barat juga memiliki ratusan resep, seperti Galamai, Wajik, Kipang Kacang, Bareh



Randang,



Dakak-dakak,



Rakik



Maco, Karupuak



Balado dan



Karupuak



Sanjai. Makanan khas padang yang dijadikan buah tangan adalah bengkuang dan kerupuk balado. d. Rumah Adat Rumah adat Padang (Sumatra Barat) disebut Rumah Gadang. Rumah adat asli setiap tiangnya tidaklah tegak lurus atau horizontal tapi mempunyai kemiringan. Ini disebabkan oleh orang dahulu yang datang dari laut hanya tahu bagai mana membuat kapal. Rancangan kapal inilah yang ditiru dalam membuat rumah. Rumah adat jugat tidak memakai paku tapi memakai pasak kayu. Ini disebabkan daerah Sumatera Barat rawan terhadap gempa, baik vulkanik maupun tektonik. Jika dipasak dengan kayu setiap ada gempa akan semakin kuat mengikatnya. Pool



e. Senjata Tradisional Senjata tradisional Padang (Sumatera Barat) adalah Keris. Keris biasanya dipakai oleh kaum laki-laki dan diletakkan di sebelah depan, saat sekarang hanya dipakai bagi mempelai pria. Berbagai jenis tombak, pedang panjang, sumpit juga dipakai oleh raja-raja Minangkabau dalam menjaga diri mereka. f. Sistem Mata Pencaharian Kota Padang berawal dari pemukiman di tepi air, tepatnya di muara Sungai Batang Arau ke Samudera Hindia. Kota Padang dulu merupakan sebuah perkampungan nelayan kecil. Penduduk pada waktu itu terdiri atas orang-orang Rupit dan Tirau (NonMinangkabau). Mereka bekerja sebagai nelayan mengarungi samudera dengan kapal-kapal kecil mereka yang disandarkan di bibir muara. Ada juga sebagian yang bekerja sebagai petani garam dan pedagang. Pada abad ke–14 (1340-1375) Kota Padang dikenal sebagai kampung nelayan dengan sebutan Kampung Batung yang diperintah oleh Penghulu Delapan Suku. Tidak ada data yang pasti siapa yang memberi nama kota ini Padang.Diperkirakan Kota Padang pada zaman dahulu berupa sebuah dataran atau padang yang sangat luas yang ditumbuhi semak-semak kecil, rumput-rumput, lalang, sikejut dan sebagainya. Oleh sebab itu orang-orang yang datang pertama kali memberi nama kota ini Padang.



g. Sistem sosial masyarakat minang Sistem sosial masyarakat Padang yang matrilineal, yaitu suatu sistem sosial yang mengikuti garis keturunan dari pihak ibu. Suatu sistem sosial yang termasuk langka didunia ini sehingga menarik minat para ahli dan peneliti. Sistem matrilineal menurut ahli antropologi merupakan suatu sistem sosial masyarakat tertua yang telah lahir jauh sebelum lahirnya sistem patrilineal yang berkembang sekarang.Sistem ini akan tetap kuat dan berlaku dalam masyarakat Minangkabau sampai sekarang, dia tidak akan mengalami evolusi, sehingga menjadi sistem patrilineal. Sistem ini menjadi langgeng dan mapan karena sistem ini memang sejiwa dengan adat Minangkabau yang universal, yang meliputi seluruh segi kehidupan manusia, baik kehidupan secara individu maupun kehidupan bermasyarakat. Sistem kekerabatan di Padang (Minangkabau) adalah sebagai berikut: 1. Keturunan dihitung menurut garis ibu 2. Suku dibentuk menurut garis ibu 3. Pembalasan dendam merupakan tata kewajiban bagi seluruh suku 4.  Kekuasaan di dalam suku, menurut teori terletak di tangan ibu tetapi jarang dipergunakan. 5.  Tiap-tiap orang diharuskan kawin dengan orang luar suku. 6. Yang sebenarnya berkuasa adalah saudara laki-lakinya. 7. Perkawinan bersifat matrilokal yaitu suami mengunjungi rumah istri Garis keturunan dan kelompok-kelompok masyarakat yang menjadi inti dari sistem kekerabatan matrilineal ini adalah “paruik”. Setelah masuk islam di Minangkabau disebut kaum. Kelompok sosial lainnya yang merupakan pecahan dari paruik adalah “jurai”. Interaksi sosial yang terjadi antara seseorang, atau seseorang dengan kelompoknya, secara umum dapat dilihat pada sebuah kaum. Pada masa dahulu mereka pada mulanya tinggal dalam sebuah rumah gadang. Bahkan pada masa dahulu didiami oleh berpuluh-puluh



orang. Ikatan batin sesama anggota kaum besar sekali dan hal ini bukan hanya didasarkan atas pertalian darah saja, tetapi juga di luar faktor tersebut ikut mendukungnya.



Beberapa hal yang perlu dikemukakan yang berkaitan dengan perkawinan ini adalah sebagai berikut: 1. Inisiatif datang dari pihak keluarga perempuan 2.  Calon menantu cenderung dicari hubungan keluarga terdekat 3.  Setelah perkawinan suami tinggal di rumah isteri h. Sistem Pengetahuan Dalam sistem pengetahuan masyarakat Padang sangat berkaitan erat dengan pola keturunan dan pewarisan adat, suku Minang menganut pola matrilineal, yang mana hal ini sangatlah berlainan dari mayoritas masyarakat dunia menganut pola patrilineal. Terdapat kontradiksi antara pola matrilineal dengan pola pewarisan yang diajarkan oleh agama Islam yang menjadi anutan hampir seluruh suku Minang. Oleh sebab itu dalam pola pewarisan suku Minang, dikenallah harta pusaka tinggi dan harta pusaka rendah. Harta pusaka tinggi merupakan harta turun temurun yang diwariskan berdasarkan garis keturunan ibu, sedangkan harta pusaka rendah merupakan harta pencarian yang diwariskan secara faraidh berdasarkan hukum Islam. Suku Minang terkenal sebagai suku yang terpelajar, oleh sebab itu pula mereka menyebar di seluruh Indonesia bahkan manca-negara dalam berbagai macam profesi dan keahlian, antara lain sebagai politisi, penulis, ulama, pengajar, jurnalis, dan pedagang. Berdasarkan jumlah populasi yang relatif kecil (3% dari penduduk Indonesia), Minangkabau merupakan salah satu suku tersukses dengan banyak pencapaian. Majalah Tempo dalam edisi khusus tahun 2000 mencatat bahwa 6 dari 10 tokoh penting Indonesia di abad ke-20 merupakan orang Minang. i. Sistem Religi



Mayoritas penduduk Sumatra Barat beragama Islam. Selain itu ada juga yang beragama Kristen di Kepulauan Mentawai, serta Hindu dan Buddha yang pada umumnya adalah para pendatang.



j. Kesenian Padang Nuansa Minangkabau yang ada di dalam setiap musik Padang yang dicampur dengan jenis musik apapun saat ini pasti akan terlihat dari setiap karya lagu yang beredar di masyarat. Hal ini karena musik Minang bisa diracik dengan aliran musik jenis apapun sehingga enak didengar dan bisa diterima oleh masyarakat. Unsur musik pemberi nuansa terdiri dari instrumen alat musik tradisional saluang, bansi, talempong, rabab, dan gandang tabuik. Musik Minangkabau berupa instrumentalia dan lagu-lagu dari daerah ini pada umumnya bersifat melankolis. Hal ini berkaitan erat dengan struktur masyarakatnya yang memiliki rasa persaudaraan, hubungan kekeluargaan dan kecintaan akan kampung halaman yang tinggi ditunjang dengan kebiasaan pergi merantau. Industri musik di Sumatra Barat semakin berkembang dengan munculnya seniman-seniman Minang yang bisa membaurkan musik modern ke dalam musik tradisional Minangkabau. Perkembangan musik Minang modern di Sumatra Barat sudah dimulai sejak tahun 1950-an ditandai dengan lahirnya Orkes Gumarang. Tari tradisi bersifat klasik yang berasal dari Sumatera Barat yang ditarikan oleh kaum pria dan wanita umumnya memiliki gerakan aktif dinamis namun tetap berada dalam alur dan tatanan yang khas. Kekhasan ini terletak pada prinsip tari Minangkabau yang belajar kepada alam, oleh karena itu dinamisme gerakan tari-tari tradisi Minang selalu merupakan perlambang dari unsur alam. Pengaruh agama Islam, keunikan adat matrilineal dan kebiasan merantaumasyarakatnya juga memberi pengaruh besar dalam jiwa sebuah tari tradisi Minangkabau. Macam-macam tari tradisional dari Sumatra Barat meliputi Tari Piring, Tari Payung, Tari Randai, Tari Pasambahan, dan Tari Indang. Seni tari tradisional Pencak Silat dari Minangkabau merupakan penggabungan dari gerakan tari dan seni beladiri khas Minang.Pencak Silat di Minangkabau memiliki beberapa aliran, diantara nya aliran Harimau Kumango.Tarian ini biasanya sudah diajarkan kepada kaum pria di Minangkabau semenjak



kecil hingga menginjak usia akil baligh (periode usia 6 hingga 12 tahun) untuk dijadikan bekalmerantau. Saat ini seni tari pencak silat sudah mendunia dengan terbentuknya federasi pencak silat sedunia IPSF (International Pencak Silat Federation).



3. Tata ruang Kota Padang memiliki karakteristik ruang perkotaan yang menghadap Samudera Hindia dan dikelilingi oleh jajaran Pegunungan Bukit Barisan. Perkembangan kawasan urban di Padang bergerak ke arah utara dan timur dari kawasan kota tua di muara Batang Arau. Penataan wilayah kota saat ini mengacu pada Peraturan Daerah (Perda) tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Padang Tahun 2010–2030. Sejalan dengan pembangunan kota yang berbasis mitigasi bencana, wilayah timur Padang dikembangkan sebagai kawasan permukiman dan pusat pendidikan, sedangkan wilayah barat yang berdekatan dengan pantai merupakan kawasan komersial perkotaan dan pusat bisnis. Pemindahan pusat pemerintahan Kota Padang ke wilayah timur (Air Pacah, Kecamatan Koto Tangah) pada tahun 2010 adalah salah satu upaya mengurangi konsentrasi penduduk di kawasan pinggir pantai.



4. kependudukan Kota Padang merupakan kota dengan jumlah penduduk paling banyak di provinsi Sumatra Barat. Berdasarkan sensus penduduk yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, jumlah penduduk Kota Padang adalah sebanyak 833.584 jiwa. Jumlah tersebut menunjukan penurunan yang signifikan dari data kependudukan tahun 2008 (856.815 jiwa) akibat peristiwa gempa bumi 2009. Pada akhir tahun 2014, Dinas Kependudukan dan



Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota Padang melaporkan jumlah penduduk sebanyak 1.000.096 jiwa dengan rincian 273.915 Kepala Keluarga yang terdiri dari 507.785 orang lakilaki dan 492.306 perempuan. Pada tahun 2009 kota ini bersama dengan kota Makassar, Denpasar, dan Yogyakarta, ditetapkan oleh Kemendagri sebagai empat kota proyek percontohan penerapan Kartu Tanda Penduduk (KTP) berbasis Nomor Induk Kependudukan (NIK) di Indonesia. -



Etnis



Uda dan Uni Kota Padang 2012 dengan pakaian tradisional etnis Minangkabau.



Penduduk Padang sebagian besar berasal dari etnis Minangkabau. Etnis lain yang juga bermukim di sini adalah Jawa, Tionghoa, Nias, Mentawai, Batak, Aceh, dan Tamil. Orang Minang di Kota Padang merupakan perantau dari daerah lainnya dalam Provinsi Sumatra Barat. Pada tahun 1970, jumlah pendatang sebesar 43% dari seluruh penduduk, dengan 64% dari mereka berasal dari daerah-daerah lainnya dalam provinsi Sumatra Barat. Pada tahun 1990, dari jumlah penduduk Kota Padang, 91% berasal dari etnis Minangkabau. 5. Pendidikan Kampus Universitas Andalas (Unand) di Limau Manis. Unand adalah universitas tertua di luar Jawa. Kota Padang sejak dari zaman kolonial Belanda telah menjadi pusat pendidikan di Sumatra Barat. Tercatat pada tahun 1864, jumlah pelajar yang terdaftar di sekolah yang ada di kota ini sebanyak 237 orang. Untuk memberikan pelayanan dan kemudahan bagi siswa dan orang tua



murid, pemerintah kota bekerja sama dengan UNP dan Telkom sejak 1 Juli 2010 kembali menyelenggarakan Penerimaan Siswa Baru (PSB) Online untuk sekolah negeri jenjang SMP dan SMA, dengan perbaikan pola dan sistem dibandingkan tahun sebelumnya. Sistem yang telah diterapkan sejak tahun 2006 ini, akan memotivasi sekaligus memudahkan seluruh siswa yang akan melanjutkan pendidikannya di masing-masing tingkatan pendidikan. Mereka dapat



memilih sekolah favoritnya berdasarkan rangking nilai yang mereka dapat dan diketahui secara langsung dan transparan. Kota Padang memiliki puluhan perguruan tinggi, sepuluh di antaranya berbentuk universitas. Universitas Andalas (Unand) yang belokasi di Limau Manis diresmikan oleh Wakil Presiden pertama Mohammad Hatta pada tahun 1955 sebagai universitas tertua di luar Jawa. Pada tahun 2014, Unand menjadi universitas pertama di Sumatra yang mendapatkan peringkat A untuk akreditasi perguruan tinggi dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BANPT). Perguruan tinggi negeri lainnya yang ada di Kota Padang yakni Universitas Negeri Padang (UNP) di Air Tawar, Universitas Islam Negeri Imam Bonjol (UIN-IB) di Lubuk Lintah, Politeknik Negeri Padang di Limau Manis, Politeknik Kesehatan Padang di Siteba, dan Politeknik ATI Padang di Tabing. Beberapa perguruan tinggi swasta juga berada di kota ini, seperti Universitas Bung Hatta, Universitas Baiturrahmah, Universitas Ekasakti, Universitas Tamansiswa, Universitas Putra Indonesia, Universitas Muhammadiyah Sumatra Barat, Institut Teknologi Padang, dan Universitas Dharma Andalas 6. Perekonomian



Semen Padang merupakan produsen semen tertua di Indonesia. Kota Padang sebagai kota pelabuhan sejak abad ke-19 telah mengalami pertumbuhan ekonomi cepat yang didorong oleh tingginya permintaan kopi dari Amerika. Kota ini menempatkan sektor industri, perdagangan dan jasa menjadi andalan dibandingkan dengan sektor pertanian dalam mendorong perekonomian masyarakatnya. Hal ini terjadi karena transformasi ekonomi kota cenderung mengubah lahan pertanian menjadi kawasan industri. Walaupun di sisi lain industri pengolahan di kota ini telah memberikan kesempatan lapangan pekerjaan yang cukup berarti.



Di kota ini terdapat sebuah pabrik semen yang bernama PT Semen Padang dan telah beroperasi sejak didirikan pada tahun 1910. Pabrik semen ini berlokasi di Indarung dan merupakan pabrik semen yang pertama di Indonesia, dengan kapasitas produksi 5.240.000 ton per tahun. Hampir 63% dari produksinya (baik dalam bentuk kemasan zak maupun curah) didistribusikan melalui laut dengan memanfaatkan pelabuhan Teluk Bayur. Pusat perdagangan di Kota Padang adalah Pasar Raya Padang yang dibangun pada zaman kolonial Belanda oleh seorang kapiten Cina bernama Lie Saay. Dalam perkembangannya, pasar tradisional ini pernah menjadi sentra perdagangan bagi masyarakat di Sumatra Barat, Riau, Jambi dan Bengkulu pada era 1980-an. Tidak seperti kebanyakan kota besar di Indonesia, pertumbuhan pusat perbelanjaan modern di Kota Padang terbilang cukup lamban. Pada tahun 1990-an terdapat setidaknya lima permohonan izin pendirian mal di Kota Padang yang ditolak oleh Zuiyen Rais, wali kota Padang saat itu, karena mengambil lokasi di pusat kota. Pusat perbelanjaan modern yang beroperasi saat ini di Kota Padang di antaranya yaitu Plaza Andalas, Basko Grand Mall, Rocky Plaza, dan SPR Plaza. Untuk melindungi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), Pemerintah Kota Padang juga tidak memberi izin jaringan ritel waralaba berbentuk minimarket seperti Indomaret dan Alfamart yang sudah menjamur di berbagai kota di Indonesia. Sebagai gantinya, jaringan minimarket Minang Mart dibentuk oleh Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) PT Grafika Jaya Sumbar yang bekerja sama dengan PT Sentra Distribusi Nusantara. Perekonomian Kota Padang juga ditopang oleh sektor pariwisata dan industri MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition atau Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan Pameran). Hal ini didukung oleh keberadaan sederet hotel dan gedung pertemuan di kota ini. Hingga saat ini Kota Padang telah memiliki puluhan hotel berbintang, termasuk di antaranya satu hotel bintang 5 dan delapan hotel bintang 4. Minangkabau International Convention Center (MICC) yang saat ini dalam tahap konstruksi akan menjadi gedung pertemuan terbesar di Kota Padang. 7. Pariwisata Kota Padang yang terkenal akan legenda Sitti Nurbaya dan Malin Kundang saat ini sedang berbenah ke arah pembangunan kepariwisataan. Kota ini memiliki sebuah museum yang terletak di pusat kota yang bernama Museum Adityawarman, yang memiliki gaya arsitektur berbentuk rumah adat Minangkabau (Rumah Gadang), model Gajah Maharam. Di



halaman depan museum terdapat dua lumbung padi. Museum ini mengkhususkan diri pada sejarah dan budaya suku Minangkabau, suku Mentawai dan suku Nias. Museum ini memiliki 6.000 koleksi. Di kawasan pelabuhan Muara banyak dijumpai beberapa bangunan peninggalan sejak zaman Belanda. Beberapa bangunan di kawasan tersebut ditetapkan pemerintah setempat sebagai cagar budaya. Di antaranya adalah Masjid Muhammadan bertarikh 1843, yang merupakan masjid berwarna hijau muda yang dibangun oleh komunitas keturunan India. Cagar budaya lain, Klenteng Kwan Im yang bernama See Hin Kiong tahun 1861 kemudian direnovasi kembali tahun 1905 setelah sebelumnya terbakar. Dari sehiliran Batang Arau, terdapat sebuah jembatan yang bernama jembatan Sitti Nurbaya. Jembatan itu menghubungkan sebuah kawasan bukit yang dikenal juga dengan nama Gunung Padang. Pada bukit ini terdapat Taman Sitti Nurbaya yang menjadi lokasi kuburan Sitti Nurbaya. Kawasan bukit ini juga dahulunya menjadi tempat permukiman awal masyarakat etnis Nias di Kota Padang. Kemudian di pelabuhan Teluk Bayur terdapat beberapa kawasan wisata seperti pantai Air Manis, tempat batu Malin Kundang berdiri. Selain itu, terus ke selatan dari pusat kota juga terdapat kawasan wisata pantai Caroline, dan pantai Bungus, serta sebuah resort wisata sekelas hotel berbintang tiga yang terletak di Pulau Sikuai. Sedangkan ke arah Kecamatan Koto Tangah, terdapat kawasan wisata pantai Pasir Jambak, serta kawasan wisata alam Lubuk Minturun, yang populer dalam tradisi balimau dan ramai dikunjungi oleh masyarakat terutama sehari sebelum masuk bulan Ramadan. 8. Olahraga, seni, dan budaya Kota ini juga memiliki lapangan pacuan kuda. Setiap tahunnya diadakan lomba pacu kuda pada kawasan Tunggul Hitam yang memiliki panjang lintasan 1.600 m. Perlombaan pacu kuda ini sudah menjadi tradisi dan menjadi bagian dari budaya masyarakat Minangkabau khususnya. Saat ini terdapat rangkaian perlombaan dengan beberapa kota/kabupaten lain di Sumatra Barat yang mendapat kesempatan menjadi tuan rumah satu kali tiap tahunnya. Sementara pesertanya juga ada dari luar Sumatra Barat. Perlombaan selaju sampan atau dikenal dengan nama lomba perahu naga biasanya diadakan setiap tahunnya di sungai Banda Bakali. Lomba perahu naga ini kemungkinan



dipengaruhi oleh etnis Tionghoa, termasuk kesenian tarian tradisional Barongsai yang pernah mewakili Kota Padang pada beberapa perlombaan tingkat internasional. Kota Padang termasuk kota yang menjadi bagian dari tahapan kejuaraan balap sepeda Tour de Singkarak. Kejuaraan yang secara resmi telah menjadi agenda perhelatan tahunan Union Cycliste Internationale (UCI) tersebut telah diselenggarakan sejak tahun 2009 . Memasuki tahun ke-4 Kota Padang tidak lagi menjadi titik dimulainya Tour de Singkarak, melainkan menjadi titik akhir yang sebelumnya ditempatkan di Danau Singkarak. Dalam memperingati hari jadinya, kota ini setiap tahunnya menyelenggarakan pesta telong-telong, berupa perayaan pada malam hari yang dimeriahkan dengan pemasangan obor atau lampion. Sementara itu menjelang masuk bulan Ramadhan beberapa masyarakat muslim di kota ini menyelenggarakan tradisi balimau yaitu mandi keramas, biasanya dilakukan pada kawasan tertentu yang memiliki aliran sungai dan tempat pemandian. Salah satu tradisi adat Minangkabau yaitu persembahan (pasambahan) dalam upacara pemakaman masih dilaksanakan pada Kecamatan Kuranji. Sementara pada Kecamatan Pauh dikenal dengan tradisi silat Pauh (silek Pauah) yang memiliki pengaruh sampai mancanegara serta juga digunakan dalam mengembangkan beberapa aliran tarekat di Padang.



SUMATRA UTARA (MEDAN)



A. Bidang Politik Pada awal tahun lima puluhan di Indonesia khususnya Kota Medan menjadi pusat kegiatan politik. Hal itu ditandai dengan banyaknya berdiri partai politik. Hampir semua partai-partai politik yang ada di Jawa mendirikan cabangnya di Medan, seperti Serikat Islam, Murba, PKI, PNI, Partai Katholik dan Partai Masyumi. Menjelang pemilu Pertama 1955 Udin Syamsuddin dan Arsyad Thalib Lubis aktif berceramah mengkampanyekan Partai Masyumi kepada warga Al Washliyah yang jumlahnya mayoritas di Sumatera Utara. Bahkan karena terlalu seriusnya berkampanye Udin Syamsuddin pernah menjadi sasaran pengeroyokan para tukang pukulnya PKI. Peristiwa ini sempat menggemparkan masyarakat yang akhirnya pengadilan memutuskan hukuman kepada masing-masing pelaku.33 Hal ini terus menerus menimbulkan sikap antipati PKI terhadap Masyumi, ketika Udin Syamsuddin dan Arsyad Thalib mencari lahan untuk lokasi pembangunan gedung UNIVA mereka mendapat reaksi keras dari pendukung PKI yaitu Barisan Tani Indonesia. Berkat keseriusan Udin Syamsuddin dan Arsyad Thalib Lubis, akhirnya pada pemilu pertama untuk Sumatera Utara, Partai Masyumi mendapat suara dan kursi terbanyak dengan 6 kursi parlemen dan 12 kursi konstituante, disusul PNI 3,5, Parkindo 2,5, dan PKI 2,4.34 Dengan kemenangan tersebut Udin Syamsuddin duduk sebagai anggota Parlemen (DPRD-SU), sedangkan Arsyad Thalib Lubis, Zainal Arifin Abbas, al-Fadhil H. Adnan Lubis, H. Bahrum Jamil,Lubis, duduk sebagai anggota Konstituante. 35 Kemenangan ini semakin menambah kebencian dan dendam orang-orang PKI kepada tokoh-tokoh Partai Masyumi. Kejayaan PKI tidak hanya dirasakan oleh masyarakat yang tinggal di Medan, melainkan juga oleh mahasiswa yang sedang studi di luar negeri



seperti di Universitas al-Azhar Kairo. Hal ini dialami oleh Abdullah Syah 36 dalam penuturannya sebagai berikut: ”Suhu politik tanah air sangat terasa, yang banyak diutus adalah mahasiswa NU Jawa dan orang Medan sedikit sekali. Suasana Komunis terasa sampai ke Kairo, tiga staf KBRI di Kairo adalah orang Komunis. Bahkan koresponden ANTARA di Kairo bernama Ibrahim Isa adalah orang Komunis. Terasanya pengaruh komunis itu sampai pada pertanyaan penguji tentang apa yang terjadi di Indonesia yang mayoritas muslim, tapi berkembang paham Komunis”.37 Partai Komunis Indonesia (PKI), yang pernah melakukan tindakan makar terkenal dengan peristiwa Madiun 1948, masih mendapat kesempatan secara maksimal, merehabilitasi diri dan duduk di pemerintahan. Mereka mengadakan aliansi dengan kekuatan-kekuatan politik lainnya. Menurut jalan pikiran PKI, yang potensial dan harus didekati adalah PNI.38 Situasi tegang dan kesibukkan partai menyebabkan kecemasan dan ketidak amanan terjadi



di berbagai daerah sementara kemakmuran rakyat



terabaikan. Kondisi politik yang tidak stabil, menyebabkan ketidak stabilan roda pemerintahan, sering terjadi perubahan kabinet secara mendadak. Selama tahun 1946-1967 tercatat 25 kali perubahan kabinet, tujuh di antaranya memimpin hanya sekitar 12-23 bulan, sedangkan 12 kabinet memimpin hanya 6-11 bulan, dan 6 kabinet hanya bertahan selama 1-4 bulan. Sementara presiden Soekarno mengeluarkan pernyataan yang di sebut ”Konsepsi Presiden” dan ”Demokrasi Terpimpin” (1957-1959) yang ditampilkan dengan gaya kepemimpinan otoriter. Kepemimpinan presiden berakses kepada terpecahnya dua kelompok masyarakat yaitu kelompok pro dan kontra. Adapun partai politik yang pro dengan Soekarno adalah Nahdhatul Ulama (NU), Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI) dan Persatuan Serikat Islam Indonesia (PSII). Hal itu terlihat dari sikap NU dan



PERTI pada tahun 1953 bertempat di Istana Cipanas



Bogor



gelar ”Waliyyu al-amri adh-dharuuri bi asy-syaukah”



(penguasa



darurat dianggap mempunyai kekuasaan menetapkan hukum), yaitu



menganugerahkan yang



secara



sebuah



legitimasi agama atas kedudukannya sebagai presiden. Partai yang pro mendapat jabatan atau kekuasaan di pemerintahan. Namun legitimasi tersebut tidak diakui partai Masuymi melalui tokohnya M. Arsyad Thalib Lubis,41 Zainal Arifin Abbas, H. Adnan Lubis, H. Bahrum Jamil, dan Udin Syamsuddin. Sikap Masyumi yang sangat tegas dan tidak sejalan dengan pemerintah sangat dibenci oleh PKI, akhirnya Masyumi mendapat tuduhan ”kontra revolusi” dan harus menerima keputusan bubar dari presiden Soekarno. Keputusan tersebut didasarkan kepada Keppres No. 200/1960, yang diumumkan tanggal 17 Agustus 1960 dan tokohnya dipenjarakan. Sementara PKI mendapat posisi kian penting karena dianggap sebagai partai pendukung revolusi dan dipercaya untuk melakukan berbagai gerakan politik.



B. Bidang Ekonomi Medan adalah sebuah kota yang memiliki potensi sebagai kota dagang dan industri yang menjiwai hampir seluruh kegiatan masyarakatnya. Hal ini disebabkan fungsi Medan sebagai kota pelabuhan dan letaknya yang sangat strategis. Sebagai kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya, penduduk kota Medan berprofesi di bidang perdagangan. Umumnya mereka menjadi pedagang komoditas perkebunan. Setelah kemerdekaan, sektor perdagangan secara kontinyu didominasi oleh etnis Tionghoa dan Minangkabau. Bidang pemerintahan dan politik, dikuasai oleh orang-orang Mandailing. Menjelang berdirinya UNIVA, era 1950-1966 terjadi ketidak stabilan ekonomi secara nasional, sehingga inflasi sampai 650 %. Peredaran uang meningkat menjadi 701 %, sementara harga-harga membumbung tinggi mencapai 635 %.43 Dunia moneter di Indonesia sejak 24 Agustus 1959 mengalami penurunan nilai mata uang. Pengumuman mengenai penurunan nilai uang kertas dari Rp.500 dan Rp.1000, masing-masing menjadi Rp.50 dan Rp.100. Selain itu setiap deposito bank dibekukan untuk sejumlah Rp. 25.000 ke atas sebanyak 90 %. Masyarakat menjadi geger, tak terkecuali di kota Medan dan semua pemegang uang ribuan berusaha secepatnya menukarkan uangnya dengan membeli segala macam barang. Pusat-pusat perdagangan di kota Medan seperti Kesawan, Kanton, Jalan Perniagaan dan Pusat Pasar sangat sibuk. Ketika pemilik toko mendengar siaran pemerintah melalui radio, mereka buru-buru menutup tokonya. Pada ummnya para pedagang bingung dan terkejut mendengar pengumuman itu bahkan ada



yang lemas hingga jatuh pingsan.



Dalam kondisi ekonomi yang sulit itulah pembangunan gedung kuliah UNIVA berlangsung. Berkat kerja keras pengurus Al Washliyah yang sebahagian mereka adalah orang pemerintahan dan semangat berinfaq dari wali murid, guru-guru Al Washliyah, masyarakat dan bantuan dari Kementerian Agama RI, terkumpullah uang untuk pembelian tanah dan terbangunlah gedung kuliah UNIVA yang pertama. Dengan inflasi yang mencapai 650% itu, membuat harga barang bangunan melambung tinggi, menyebabkan pembangunan juga agak tersendat. Kondisi ekonomi waktu itu menyebabkan warga masyarakat menjadi resah, rakyat banyak mengalami kelaparan dan terpaksa harus antri beras, minyak, gula, dan barang-barang kebutuhan pokok lainnya. Sebagai akibat dari inflasi itu banyak rakyat yang sehari-hari hanya makan bonggol pisang, umbi- umbian, gaplek, serta bahan makanan yang tidak layak untuk dikonsumsi bahkan mereka banyak menggunakan kain dari karung sebagai pakaian mereka



C. Bidang Pendidikan Pasca kemerdekaan era tahun 1950-1960, lembaga pendidikan tinggi di Indonesia khususnya di kota Medan merupakan sesuatu yang mahal dan langka. Sedikit sekali masyarakat yang mampu dan mau memikirkan tentang pendidikan, apalagi untuk kuliah. Memang pada waktu itu sudah berdiri beberapa universitas di kota Medan, satu negeri dan lainnya swasta. Universitas negeri yaitu; USU berdiri tahun 1952, sedangkan universitas swasta yaitu; UISU (1952), Universitas HKBP Nomensen (1954), Universitas Tjut Nyak Dhien (1956), UMSU (1957) dan UNIVA (1958). Namun universitas tersebut bagaikan menara gading yang sangat sulit dijangkau masyarakat. Hanya orang-orang tertentu yang mampu untuk duduk di bangku kuliah. Adapun peminat dari universitas tersebut terbagi kepada dua kelompok, yaitu kelompok nasionalis dan kelompok agamis. Kelompok nasionalis lebih memilih kuliah di universitas umum seperti; Gading Hakim (dr di Medan) kuliah di USU dan T.M. Razali (pengusaha nasional) kuliah di UHN tahun 1958. Sedangkan universitas agama diminati oleh para agamawan, seperti; Bactiar Hamzah mantan Menteri Agama RI, dan Abdullah Syah (sekarang Ketua MUI SU) yang kuliah di UISU. Sementara yang kuliah di UMSU pada waktu itu terbatas hanya orang-orang dari kalangan Muhammadiyah saja. Langkanya masyarakat yang duduk di bangku kuliah disebabkan oleh rendahnya kemampuan ekonomi, diperparah lagi oleh huru hara bidang politik serta sistem kemasyarakatan yang belum kondusif. Masyarakat umum sudah merasa cukup puas apabila sudah menamatkan pendidikan di Sekolah Rakyat (SR). Pemerintah memang sudah menasionalkan sekolah-sekolah bekas Belanda dan Jepang, namun belum dikelola dengan baik. Sekolah-sekolah Al Washliyah juga belum beroperasi dengan baik dalam menjalankan kegiatan



.



belajar mengajar karena mendapat tekanan dari Partai Komunis Indonesia (PKI). Partai Komunis Indonesia tidak senang kepada sekolah-sekolah Al Washliyah karena berasaskan pada pendidikan agama. Oleh karena itu memperjuangkan pendidikan agama pada masa jayanya PKI dapat membahayakan keselamatan jiwa. 4Hal ini dialami oleh Ani Idrus, Pendiri harian Waspada. Ani Idrus tampil pada waktu itu menyampaikan prasaran dan resolusi untuk mengatasi kejahatan dan kenakalan anak-anak remaja. Ia mengusulkan agar pendidikan agama dimasukkan dalam kurikulum sekolah- sekolah negeri dan swasta. Usulan tersebut mendapat reaksi yang keras dari anggota-anggota DPRGR dari golongan Komunis diwakili oleh Sumarno Hasibuan. Soemarno dari fraksi Barisan Tani Indonesia (BTI) berpendapat bahwa maraknya kejahatan anak-anak muda itu terjadi akibat sistem masyarakat yang bobrok dan pengaruh imperialisasi. Karena itu, menurutnya pendidikan Pancasila dan Manipol Usdek lebih penting dari pada pendidikan Agama. Ani Idrus waktu itu aktif sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Gotong Royong (DPRGR) Tk.I Sumatera Utara. Sebagai anggota Dewan ia risau dengan kondisi maraknya kenakalan dan kejahatan anak-anak muda yang dikenal dengan sebutan ”crossboy”. Hal ini juga diungkapkan oleh Bachtiar Hamsah, bahwa ketika ia bersekolah di SMA Kutacane tidak sedikit pelajar yang membawa pisau ke sekolah. Ketika guru sedang menulis di papan tulis ada saja siswa yang melemparkan pisaunya ke papan tulis, dan pisau itu menancap di sana. Tujuannya tentu tak lain mengintimidasi guru supaya tidak memberi nilai jelek kepadanya. Menurut Shafwan Hadi Umry bahwa sekitar tahun 50-an banyak tumbuh geng-geng remaja dan perkelahian antar geng yang kemudian dikenal lebih populer dengan istilah ”Preman



Kabupaten Tangerang, Banten Sebutan Tangerang lahir ketika Pangeran Soegri, salah seorang putra Sultan Ageng Tirtayasa dari Kesultanan Banten membangun tugu prasasti di bagian barat Sungai Cisadane (diyakini di kampung Gerendeng, kini). Tugu itu disebut masyarakat dengan Tangerang [bahasa Sunda=tanda] memuat prasasti dalam bahasa Arab Gundul Jawa Kuno, "Bismillah peget Ingkang Gusti/Diningsun juput parenah kala Sabtu/Ping Gangsal Sapar Tahun Wau/ Rengsenaperang netek Nangeran/Bungas wetan Cipamugas kilen Cidurian/Sakabeh Angraksa Sitingsun Parahyang" Arti tulisan prasasti itu adalah: "Dengan nama Allah tetap Yang Maha Kuasa/Dari kami mengambil kesempatan pada hari Sabtu/Tanggal 5 Sapar Tahun Wau/Sesudah perang kita memancangkan tugu/Untuk mempertahankan batas timur Cipamugas [Cisadae] dan barat Cidurian/ Semua menjaga tanah kaum Parahyang" Diperkirakan sebutan Tangeran, lalu lama-kelamaan berubah sebutan menjadi Tangerang. Desakan pasukan Belanda semakin menjadi-jadi di Banten sehingga memaksa dibuatnya perjanjian antar kedua belah pihak pada 17 April 1684 yang menjadikan daerah Tangerang seluruhnya masuk kekuasaan Penjajah Belanda. Sebagai wujud kekuasaannya, Belanda pun membentuk pemerintahan kabupaten yang lepas dari Banten dengan dibawah pimpinan seorang bupati. Kabupaten Tangerang termasuk salah satu daerah tingkat dua yang menjadi bagian dari wilayah Propinsi Banten. Terletak pada posisi geografis cukup strategis. Di sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur dengan Jakarta dan Kota Tangerang, di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor. Sedangkan di bagian barat berbatasan langsung dengan Kabupaten Serang. Jarak antara Tangerang dengan pusat pemerintahan Republik Indonesia, Jakarta, sekitar 30 km, yang bisa ditempuh dengan waktu setengah jam. Keduanya dihubungkan dengan lajur lalu lintas darat bebas hambatan Jakarta-Merak yang menjadi jalur utama lalu lintas perekonomian antara Pulau Jawa dengan Pulau Sumatera. Dari 200 Juta lebih penduduk Indonesia, mayoritas terkonsentrasi di kedua pulau tersebut (Pulau Jawa 120 juta jiwa dan Sumatera 40 juta jiwa). Pertumbuhan penduduk daerah ini cukup pesat. Total penduduk 2.959.600 jiwa, rata-rata pertumbuhan 4,32% per tahun yang didominasi oleh kelompok umur berusia muda. Kelompok umur 0-14 tahun berjumlah 1.195.589 jiwa atau sebesar 40%. Kelompok umur 15-64 tahun sebesar 1.709.158 jiwa atau 57,6%. Sedangkan pada kelompok umur 65 tahun ke atas sebanyak 65.853 jiwa atau 2,2%. Luas wilayah Kabupaten Tangerang 111.038 ha. Dibagi ke dalam 36 kecamatan dan 251 desa. Keseluruhan kondisi wilayah memiliki topografi yang relatif datar dengan kemiringan tanah rata-rata 0-3% menurun. Ketinggian wilayah sekitar antara 0-85 m di atas permukaan laut. Curah hujan setahun rata-rata 1.475 mm dan temperatur udara berkisar antara 23 °C - 33 °C. Iklim ini dipengaruhi oleh wilayah di bagian utara yang merupakan daerah pesisir pantai sepanjang kurang lebih 50 km.







Kondisi Geografis Kabupaten Tangerang terletak di bagian Timur Propinsi Banten pada koordinat 106°20'106°43' Bujur Timur dan 6°00'-6°20' Lintang Selatan. Luas wilayah Kabupaten Tangerang 1.110,38 Km2 atau 12,62 % dari seluruh luas wilayah Propinsi Banten dengan Batas wilayah: Dari sebelah Utara wilayah ini berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah Timur berbatasan dengan Propinsi DKI Jakarta dan Kota Tangerang, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kota Depok, sedangkan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Serang dan Lebak. Secara Topografi, Kabupaten Tangerang berada pada wilayah dataran yang terdiri dari wilayah dataran rendah dan dataran tinggi. Dataran rendah sebagian besar berada di wilayah Utara yaitu Kecamatan Teluknaga, Mauk, Kemiri, Sukadiri, Kresek, Kronjo, Pakuhaji, dan Sepatan. Sedangkan dataran tinggi berada di wilayah Bagian Tengah ke arah Selatan. Secara administratif, Kabupaten Tangerang terdiri dari 36 Kecamatan, 77 Kelurahan dan 251 desa. 



Sosial Budaya Sampai dengan tahun 2002, dari 651.254 KK yang ada di Kabupaten Tangerang, mereka yang dikategorikan sebagai penduduk pra sejahtera sebanyak 105.245 KK, sejahtera I sebanyak 156.953 KK, sejahtera II sebanyak 206.040 KK, sejahtera III sebanyak 130.356 KK dan sejahtera III Plus sebanyak 52.600 KK. Masyarakat Kabupaten Tangerang memiliki kultur budaya campuran Betawi dan Priangan. Masyarakat Kabupaten Tangerang berbahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa Sunda sebagai bahasa daerah. Ada juga bahasa Jawa yang merupakan bahasa pendatang dari luar Kabupaten Tangerang yang umumnya para pekerja di kawasan industri KabupatenTangerang. Masyarakat Kabupaten Tangerang termasuk masyarakat yang dinamis dan gemar akan kesenian. Karakter kesenian yang ada di Kabupaten Tangerang adalah perpaduan antara seni budaya Betawi dan Priangan. Beberapa kesenian yang berkembang sampai saat ini adalah Seni Musik Gambang Keromong dan Tari Krecek yang merupakan tarian pergaulan yang banyak berkembang di kawasan Teluknaga dan Kosambi. Wisata Kabupaten Tangerang 1. Pantai Tanjung Pasir Terletak di wilayah Kecamatan Teluknaga, 50 Km dari Tigaraksa. Selain pantainya cukup landai dengan ombak yang tenang, juga memiliki panorama alam yang indah. Pasir pantai yang putih dan bersih dan tidak berlumpur terhampar. Melalui pantai ini pengunjung dapat menikmati pemandangan gugusan Pulau Seribu di laut lepas. Pengembangan kawasan pantai seluas 75 ha yang dipadukan dengan pengembangan Kawasan Wisata Terpadu Kapuk Naga. 2. Pulau Cangkir Terletak di Kecamatan Kronjo, sekitar 35 Km dari Pusat Pemerintahan Kabupaten Tangerang. Memiliki nuansa pedesaan yang masih asri. Kawasan pantai yang akan dikembangkan seluas 10 ha. Kondisi jalan menuju lokasi beraspal, terbentang menyusuri sungai sepanjang 4 Km. Dilengkapi dengan jaringan layanan telekomunikasi interlokal dan internasional (SLI), jaringan listrik dan sarana air bersih. 3. Pantai Dadap Terletak di Kecamatan Kosambi, dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan umum. Dilengkapi dengan berbagai fasilitas pariwisata seperti rumah makan seafood. Kawasan pantai yang akan dikembangkan seluas 135 ha.



4. Pantai Tanjung Kait Terletak di Kecamatan Mauk, akan dikembangkan sebagai pusat pengembangan wisata bahari, kegiatan nelayan dan kegiatan kelautan lainnya. Letak pantai cukup strategis dengan panorama alam yang indah, jaraknya hanya 30 Km dari Tigaraksa. Pantai ini merupakan bagian dari kawasan pertumbuhan wilayah timur dengan luas pantai 150 ha. 



Ekonomi



Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tangerang tahun 2003 sebesar 4,44% meningkat menjadi 6, 40% ditahun 2004 dan menjadi 7,40% ditahun 2005. Sedangkan pada tahun 2006, angka LPE mencapai 6,97%. Pertumbuhan LPE ini seharusnya berdampak pada perubahan ekonomi yang membaik seperti berkurangnya angka pengangguran, namun ternyata kenaikan LPE ini belum cukup membantu mengurangi angka pengangguran. Perkembangan perekonomian Kabupaten Tangerang selama 4 (empat) tahun terakhir terus menunjukkan kecenderungan yang semakin membaik. Hal ini menunjukkan semakin pulihnya kondisi perekonomian Kabupaten Tangerang, meskipun belum sepenuhnya keluar dari pengaruh krisis ekonomi berkepanjangan yang melanda perekonomian Indonesia pada umumnya Pada tahun 2005 tingkat pertumbuha riil sektor ekonomi Kabupaten Tangerang sebesar 7,40%, angka ini lebih tinggi dari angka pada tahun 2004 yang mencapai 6,40%. Meningkatnya LPE pada tahun 2005 menjadi 7,4 % dari 6,4 persen tahun sebelumnya menurunkan pengangguran sekitar 0,61 persen. Sedangkan melemahnva LPE pada tahun 2006 menjadi 6,97 sejalan dengan meningkatnya angka pengangguran menjadi 18,23 persen pada tahun 2006 dibanding 14,31 persen pada tahun 2005. Lebih jauh lagi melemahnya LPE ini menambah jumlah penduduk miskin yang pada tahun 2006 meningkat menjadi 13,07 persen dibandingkan 10,24% pada tahun 2005. Pertumbuhan sebesar ini didorong dan dimotori oleh peningkatan yang berarti pada pengeluaran konsumsi rumah tangga dan pembentukan modal tetap bruto.PDRB Kabupaten Tangerang atas dasar harga berlaku tahun 2006 sebesar 27,57 triliun rupiah, tahun 2005 sebesar 23,99 triliun rupiah, tahun 2004 sebesar 20,77 triliun rupiah, dan tahun 2003 sebesar 18,56 triliun rupiah. 



Ketenagakerjaan



*Potensi industri Seperti telah dikemukakan, Kabupaten Tangerang telah lama menyandang predikat sebagai sentra industri. Karena banyaknya ditemukan pabrik-pabrik industri, terutama pada jenis industri tekstil, pakaian jadi, dan kulit. Pendapatan dari industri tersebut mencapai 2,6 trilyun rupiah. Besarnya pendapatan ini mencerminkan besarnya potensi yang dimiliki oleh jenis industri tersebut. Potensi ini ditunjang oleh lokasi Kabupaten Tangerang yang sangat dekat dengan Ibukota dan transportasi yang mudah serta memadai. Hal ini memperlancar ekspor barang hasil produksi. Apabila dilihat pergolongan Industri perusahaan yang ada di Kabupaten Tangerang pada tahun 2004 masih didominasi oleh industri karet barang dari karet dan barang dari plastik sebanyak 91 perusahaan (12,20%) disusul industri barang dari logam kecuali mesin dan peralatan sebanyak 72 perusahaan (9,65%) serta industri pengolahan lainnya sebanyak 71 perusahaan (9,52%).



Sedangkan pertumbuhan industri IUIK dalam penyerapan investasi dan tenaga kerja dari tahun 20042008 adalah: tahun 2004 sebanyak 130 perusahaan, tenaga kerja 1.332 orang dengan nilai investasi Rp. 18.024.472.000,- Tahun 2005 sebanyak 97 perusahaan, tenaga kerja 10.688 orang, dengan investasi Rp. 445.576.440.000,- Tahun 2006 sebanyak 210 perusahaan, tenaga kerja 8.288 orang, dengan investasi Rp. 258.100.431.400,- Tahun 2007 sebanyak 347 perusahaan, tenaga kerja 12.570 orang, dengan investasi Rp. 952.793.446.400,- Pada tahun 2008 sebanyak 284 perusahaan, tenaga kerja 10.130 orang, dengan investasi Rp. 1.414.888.175.600,*Perdagangan Kegairahan dunia usaha sektor perdagangan tahun 2004 di Kabupaten Tangerang dapat dilihat dari jumlah Tanda Daftar perusahaan (TDP) yang diterbitkan. Tercatat jumlah TDP yang diterbitkan tahun 2005 sebanyak 1.941 buah atau mengalami peningkatan sebesar 10,72 % dibanding tahun 2004 (1.753 buah). Jumlah TDP yang diterbitkan usaha bentuk Perseroan Terbatas (PT), mengalami peningkatan 132 perusahaan dibanding tahun sebelumnya dan penurunan terbesar terjadi pada usaha berbentuk CV, yaitu dari 649 buah tahun 2004 menjadi 690 tahun 2005 atau mengalami peningkatan sebesar 6,32%. Sementara itu Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) juga sedikit mengalami peningkatan dibanding tahun 2004 yaitu dari 1.146 buah di tahun 2004 menjadi 1.342 buah tahun 2005. Dilihat menurut kualifikasi usaha peningkatan cukup besar pada penerbitan SIUP pada usaha menengah yaitu mencapai 64 SIUP (108,2%). Namun sebaliknya terjadi penurunan pada skala usaha kecil sebesar 134 SIUP(16,3%). Secara khusus perkembangan SIUP sektor jasa memperlihatkan lonjakan cukup besar selama periode 2003 2005 yaitu sebanyak 603 SIUP tahun 2003 naik menjadi 750 SIUP dan kembali naik menjadi 790 SIUP tahun 2005. *Perikanan Kegiatan sektor perikanan di Kabupaten Tangerang meliputi kegiatan perikanan laut, perikanan perairan umum (rawa, situ, ex galian pasir, sungai), tambak, kolam dan mina padi. Pada tahun 2005 produksi perikanan laut mencapai 16.532,71 ton, produksi perikanan perairan umum mencapai 157,54 ton, produksi budi daya air payau mencapai 7.309,5 ton, produksi budi daya ikan mencapai 2.096,4 ton. *Pertanian Di sektor pertanian, Kabupaten Tangerang pada era sebelum tahun 70-an dikenal sebagai lumbung padi. Namun setelah lahan-lahan persawahan terkonversi menjadi lahan industri dan pemukiman, luas lahan dan hasil produksi padi terus menurun. Namun demikian, hasil produksi ini bisa kembali dikembangkan dengan penerapan teknologi budidaya dan industri pengolahan hasil panen yang kian tepat dan berhasil guna. Sub sektor tanaman bahan makanan mencakup komoditi; padi, palawija (jagung dan kacang tanah) dan sayuran (terung, kacang panjang dan mentimun). Menurut data dari Dinas Pertanian Kabupaten Tangerang tahun 2005 jenis komoditi yang dihasilkan Kabupaten Tangerang dengan produktivitas tinggi adalah sayuran (komoditi mentimun, terung dan kacang panjang). Komoditi mentimun tingkat produktivitasnya mencapai 180,66 kwintal/ha dengan luas tanam 628 ha dan jumlah produksi yang dihasilkan mencapai 11.345 ton, komoditi terung tingkat produktivitasnya mencapai 175,35 kwintal/ha dengan luas tanam 202 ha dan jumlah produksi yang



dihasilkan 3.542 ton, sedangkan komoditi kacang panjang produktifitasnya sebesar 161,31 kwintal/ ha dengan luas tanam 623 ha dan jumlah produksi yang dihasilkan mencapai 10.050 ton. 



Politik



Peraturan Bupati Tangerang Tentang Rincian Tugas, Fungsi Dan Tata Kerja Pada Kantor Kesatuan Bangsa Dan Politik.  BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Tangerang. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai Unsur Penyelenggara Pemerintahan Daerah. 3. Bupati adalah Bupati Tangerang. 4. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Tangerang. 5. Kantor adalah  Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik. 6. Kepala Kantor  adalah Kepala Kantor  Kesatuan Bangsa dan Politik. 7. Kelompok Jabatan Fungsional  adalah Kelompok Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan kegiatan yang sesuai dengan propesinya dalam rangka kelancaran tugas pemerintah. BAB II SUSUNAN ORGANISASI Pasal 2 Susunan Organisasi Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik terdiri dari : 1. Kepala Kantor; 2. Sub. Bagian. Tata Usaha; 3. Seksi Politik dan Hubungan Antar Lembaga; 4. SeksiKewaspadaan; 5. Seksi Ketahanan Bangsa; 6. Kelompok Jabatan Fungsional. BAB  III



TUGAS POKOK, FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA KANTOR KESATUAN BANGSA DAN POLITIK Bagian Pertama Kepala Kantor Pasal 3 (1) Kantor Kesatuan Bangsa Dan Politik dipimpin oleh seorang Kepala Kantor. (2) Kepala Kantor mempunyai  tugas pokok merencanakan, melaksanakan, mengarahkan, mengawasi dan mengendalikan kebijakan dibidang Kesatuan Bangsa dan Politik sesuai dengan kebijakan Pemerintah Daerah. (3) Dalam melaksanakan  Tugas sebagaimana dimaksud  pada ayat (1) Kepala Kantor  mempunyai fungsi : a. Perencanaan dan perumusan bahan kebijakan program kerja Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik  ; b. Pelaksanaan persiapan fasilitasi program kerja Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik ; c.  Pelaksanaan kegiatan bidang Kesatuan Bangsa dan Politik ; d. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian  kebijakan program kerja bidang Kesatuan Bangsa dan Politik  ; e. Pelaksanaan kegiatan dibidang ketahanan idiologi negara, wawasan kebangsaan dan  bela negara ; f. Pelaksanaan pemberian penghargaan kebangsaan dilingkungan pemerintah kabupaten ; g. Pelaksanaan pembinaan dan penyelenggaraan pemerintahan baik ditingkat kecamatan, kelurahan/desa  dan  masyarakat dibidang ketahanan idiologi negara ; h. Pelaksanaan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan kecamatan, desa/keluarahan dan masyarakat  dibidang idiologi negara, wawasan kebangsaan, bela negara nilai-nilai sejarah dan penghargaan kebangsaan dilingkungan pemerintah kabupaten ; i. Pelaksanaan peningkatan kapasitas aparatur kebangsaan dan politik dibidang ketahanan ediologi negara ; j. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi/lembaga lainnya terkait dengan kegiatan bidang Kesatuan Bangsa dan Poltik ; k. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta pelaporan kegiatan KantorKesatuan bangsa dan politik  ; l. Pelaksanaan pemberian fasilitas dukungan dalam rangka penyelenggaraan  pemerintahan di daerah dibidang kesatuan bangsa ; m. Pelaksanaan pembinaan tugas dibidang kesatuan bangsa dan politik ; n. Pelaksanaan sebagian kewenangan rumah tangga  dibidang kesatuan bangsa dan politik ; o. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian  kebijakan program kerja kesatuan bangsa dan politik  ;



p. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi/lembaga lainnya terkait dengan kegiatan bidang kesatuan bangsa dan politik ; q. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta pelaporan kegiatan Kantorkesatuan bangsa dan politik. r. Pelaksanaan  kegiatan di bidang ketahanan seni dan budaya, agama dan kepercayaan, pembauran dan akulturasi budaya, organisasi kemasyarakatan, penanganan masalah sosial kemasyarakatan (PP NOMOR 38 TAHUN 2007) s. Pelaksanaan  kegiatan di bidang kebijakan dan ketahanan sumber daya alam, ketahanan perdagangan, investasi, fiskal dan moneter, perilaku masyarakat, kebijakan dan ketahanan lembaga usaha ekonomi, kebijakan dan ketahanan ormas perekonomian. (PP  NOMOR 38 TAHUN 2007) (4) Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Kepala Kantor mempunyai rincian tugas sebagai berikut : a. Merencanakan dan merumuskan bahan kebijakan program kerja Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik  ; b. Melaksanakan persiapan fasilitasi program kerja Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik ; c. Melaksanakan  kegiatan bidang Kesatuan Bangsa dan Politik ; d. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian  kebijakan program kerja bidang Kesatuan Bangsa dan Politik  ; e. Melaksanakan kegiatan dibidang ketahanan idiologi negara, wawasan kebangsaan dan  bela negara ; f. Melaksanakan pemberian penghargaan kebangsaan dilingkungan pemerintah kabupaten ; g. Melaksanakan pembinaan dan penyelenggaraan pemerintahan baik ditingkat kecamatan, kelurahan/desa  dan  masyarakat dibidang ketahanan idiologi negara ; h. Melaksanakan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan kecamatan, desa/keluarahan dan masyarakat  dibidang idiologi negara, wawasan kebangsaan, bela negara nilai-nilai sejarah dan penghargaan kebangsaan dilingkungan pemerintah kabupaten ; i. Melaksanakan peningkatan kapasitas aparatur kebangsaan dan politik dibidang ketahanan ediologi negara ; j. Melaksanakan koordinasi dengan instansi/lembaga lainnya terkait dengan kegiatan bidang Kesatuan Bangsa dan Poltik ; k. Melaksanakan monitoring dan evaluasi serta pelaporan kegiatan KantorKesatuan bangsa dan politik ; l. Melaksanakan pemberian fasilitas dukungan dalam rangka penyelenggaraan  pemerintahan di daerah dibidang kesatuan bangsa ; m. Melaksanakan pembinaan tugas dibidang kesatuan bangsa dan politik ; n. Melaksanakan sebagian kewenangan rumah tangga  dibidang kesatuan bangsa dan politik ;



o. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian  kebijakan program kerja kesatuan bangsa dan politik ; p. Melaksanakan koordinasi dengan instansi/lembaga lainnya terkait dengan kegiatan bidang kesatuan bangsa dan politik ; q. Melaksanakan monitoring dan evaluasi serta pelaporan kegiatan Kantorkesatuan bangsa dan politik. r. Melaksanakan  kegiatan di bidang ketahanan seni dan budaya, agama dan kepercayaan, pembauran dan akulturasi budaya, organisasi kemasyarakatan, penanganan masalah sosial kemasyarakatan (PP NOMOR 38 TAHUN 2007) s. Melaksanakan  kegiatan di bidang kebijakan dan ketahanan sumber daya alam, ketahanan perdagangan, investasi, fiskal dan moneter, perilaku masyarakat, kebijakan dan ketahanan lembaga usaha ekonomi, kebijakan dan ketahanan ormas perekonomian. (PP  NOMOR 38 TAHUN 2007)



DAFTAR PUSTAKA Repository.uinsu.ac.id/250/5/BAB%20II.pdf (diakses 2 desember 2019 14.30) https://www.academia.edu/17137340/tipelogi_kota_padang_berdasarkan_letak_geografis. Diakses tanggal 2 desember 2019 12.30) https://tangerangkab.go.id/kesbangpol/profile-skpd/show/246/96 http://wisatadanbudaya.blogspot.com/2009/11/kabupaten-tangerang.html?m=1