4 0 283 KB
WEB OF CAUSATION BRONKOPNEUMONIA DI RUANG AMARILIS RSDH
DI SUSUN OLEH : ADINDA PUTRI HANDAYANI 18210100140
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS UNIVERSITAS INDONESIA MAJU 2022
WEB OF CAUSATION BRONKOPNEUMONIA
-
Bakteri Stafilokokus aureus Bakteri Haemofilus Influezae
Saluran Pernapasan Atas
Kuman berlebih di bronkus
Kuman terbawa di saluran pencernaan
Proses Peradangan
Infeksi saluran pencernaan
/
Akumulasi secret bronkus
Peningkatan flora normal dalam tubuh Peningkatan peristaltik usus
Bersihan jala nafas tidak efektif
Mukus bronkus meningkat
Bau mulut tidak sedap
Malabsropsi
Diare
Infeksi saluran nafas bawah
Ditalasi pembuluh darah
Ekstrudak plasma masuk alveoli
Gangguan difusi dalam plasma
Gangguan pertukaran gas
Peningkatan suhu
Septikimia
Peningkatan metabolisme
Evaprasi meningkat
Anoreksia Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit Intake kurang
Defisit Nutrisi
Edema antara kapiler dan alveoli
Iritasi PMN eritrosit pecah
Bronkopneumonia adalah peradangan umum dari paruparu, juga disebut sebagai pneumonia bronkial. Atau pneumonia lobular. Peradangan dimulai dari tabung bronkial kecil bronkiolus, dan tidak teratur menyebar ke alveoli peribronchiolar (PDPI Lampung & Bengkulu, 2017)
c. Paru-paru Merupakan organ utama daqlam sistem pernapasan. Paru-paru terletak pada rongga thoraks tertinggi tulang selangka sampai dengan diagfragma.
Edema paru
Pengerasan dinding paru
Penurunan compliance paru
Hiperventilasi
Suplai O2 menurun
Dipsneu
Hipoksia
Retraksi dada / nafas cuping hidung
Metabolisme anaerob meningkat
Gangguan pola makan
Akumulasi asanm laktat
ANATOMI FISIOLOGI Menurut syaiffudin (2016), secara umum sistem respirasi dibagi menjadi saluran nafas bagian atas, saluran nafas bagian bawah, dan paru-paru. a. Saluran pernapasan bagian atas Saluran nafas bagian atas bergungsi menyaring, menghangatkan, dan melembabkan udara yang terhirup Hidung Hidung (nasal) merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai alat pernapasan (respirasi) dan indra penciuman (pembau). Faring Faring (tekak) adalah suatu saluran otot selaput kedudukanya tegak lurus antara basis krani dan vetebrae servikalis VI Laring tenggorokan Laring merupakan saluran pernapasan setelah faring yang terdiri dari tulang rawan dan ligamen Epiglotis Merupakan katup tulang rawan yang bertugas membantu menutup laring pada saat proses makan.
Intoleransi aktivitas Lanjutan anatomi fisiologis b. Saluran pernapasan bagian bawah Berfungsi mengalirkan udara dan memproduksi surfaktan Trakea Disebut sebagai batang tenggorokan, memiliki panjang kurang dari 9 cm yang dimulai dari laring sampai ketinggian vetevra kelima. Bronkus Bentuk percabangan atau kelanjutan dari trakea yang terdiri dari 2 percabangan kanan dan kiri Brpnkiolus Merupakan percadangan setelaj bronkus
ETIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), secara umum bronkopneumonia disebabkan penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi prgasme patogen.
Bronkopneumonia biasanya di tandai dahulu dengan infeksi saluran nafas bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik mendadak sampai 37,6-40°C dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi. Selain itu anak biasanya gelisah, pernapasan cepat dan dangkal, disertai adanya pernapasan cupig hidung dan sianosis sekitar mulut dan hidung.
Timbulnya Bronkopneumonia disebabkan oleh bakteri virus dan jamur antara lain : a. Bakteri : Steptococcus, Staphylocpccus, H Influenzae, Klebsiella b. Virus : Legionella Pneumoniae c. Jamur : Aspergillus, Spesies, Candida Albicans d. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung kedalam paru e. Terjadi karena kongesti paru yang lama Bronkopneuni merupakan infeksi sekundr yang biasanya disebabkan oleh virus penyebab bronkopneumonia masuk ke dalam saluran pernapasan sehingga terjadi peradangan bronkus dan alveolus.
PATOFISIOLOGIS Sebagian besar penyebab pneumonia ialah mikroorganisme (jamur, bakteri, virus) awalnya mikroorganisme masuk melalui percikan ludah (droplet) invasi ini dapat masuk kesaluran pernapasan atas dan menyebabkan reaksi imonologis dari atubuh. Nurarif & Kusum (2015Reaksi ini menyebabkan peradangan, dimana ketika terjadi peradangan ini tubuh menyesuaikan diri maka timbulah gejala demam. Mikroorganisme masuk ke dalam alveoli membentuk suatu proses peradangan yang meliputi 4 stadium yaitu : a. Stadium I/Hipertermia (4-12 jam pertama atau stadium kongesti). b. Stadium II/Hepatisasi Merah (48 jam berikutnya) c. Stadium III/Hepatisasi Kelabu (3-8 hari berikutnya) d. Stadium IV/Resolusi (7-11 hari berikutnya). Nurarif & Kusuma (2015).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan : a. Inspeksi : pernapasan cuping hidung +, sianosis sekitar hidung dan mulut, retraksi sela iga b. Palpasi : stem fremitus yang meningkat pada sisi yang sakit c. Perkusi : onor memendek sampai beda d. Auskultasi Suara pernapasan mengeras (vesikuler mengeras) disertai ronki basah gelembung halus sampai sedang. (PDPI Lampung & Bengkulu, 2017)
PENATALAKSANAAN Penatalaksanaaan dapat diberikan pada anak dengan bronkopneumonia adalah : a. Pemberian obat antibiotik b. Pemberian terapi yang diberikan pada pasien adalah terapi O2, terapi cairan dan antipiretik c. Terapi nebulasi
SDKI : Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001) SLKI : Bersihan jalan nafas (L.01001) SIKI : Manajemen jalan nafas Observasi Monitor pola nafas Monitor bunyi nafas tambahan Monitor sputum (jumlah, warna, aroma) Terapeutik Pertahankan kepatenan jalan nafas Posisikan semi fowler atau fowler Lakukan fisioterapi dada jika perlu Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik Berikan oksigen jika perlu Edukasi Anjurkan asupan cairan Kolaborasi Kolaborasi pemberian bronkodilator , ekspektoran, mukolitik jika perlu SDKI : Defisit nutrisi
SDKI : Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit (D.0037) SLKI : Keseimbangan Cairan SIKI : Manajemen Cairan Observasi Monitor status hidrasi Monitor berat badan harian Moniotor berat badan sebelum dan sesudah dialisis Monitor hasil pemeriksaan laboratorium Monitor status dinamik Terapeutik Catat intake outout dan hitung balance cairan Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan Berikan cairan intravena jika perlu Kolaborasi Kolaborasi pemberian diuretik jika perlu
SDKI : Intoleransi Aktivitas (D.0056)
SLKI : Status Nutrisi
SLKI : Toleransi Aktivitas (L.04034)
SIKI : Manajemen Nutrisi
SIKI : Manajemen Energi
1. Observasi
Observasi
SDKI : Gangguan pertukaran gas (D.0003) SLKI : Pertukaran gas (L.01003) SIKI : Pemantauan respirasi Observasi Monitor pola nafas, monitor saturasi oksigen Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya nafas Monitor adanya sumbatan jalan nafas Edukasi Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien Informasikan hasil pemantauan jika perlu Terapeutik Atur interval waktu pemantauan
Sumber 1. PPNI, T.P.S.D. (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : defisit dan indikator Diagnostik (1.ed). DPP.PPNI.
Identifikasi status nutrisi Identifikasi alergi dan intoleransi makanan Identifikasi makanan yang digemari Monitor asupan makanan Monitor berat badan 2. Terapeutik
Anjurkan pasien makan sedikit-sedikit tapi sering Anjurkan mengkonsumsi makanan yang digemari 3. kolaborasi Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemenuhan nutrisi
Identifikasi ganguan fungsi tubuh yang mengakibatkan keletihan Monitor pola dan jam tidur Monitor kelelahan fisik dan emosional Edukasi
Anjurkan tirah baring Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap Terapeutik Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus Lakukan latihan rentang gerak pasif atau aktif Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan Fasilitasi duduk disisi tempat tidur,jika tidak dapat berpindah atau berjalan
2. PPNI, T.P.S.D, (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Defisit Dan Tindakan Keperawatan (1.ed). DPP.PPNI. PPNI, T.P.S.D. (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Defisit Dan Kriteria Hasil Keperawatan (1.ed), DPP.PPNI