0 - Makalah CMHN [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A.



Latar Belakang Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui



pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi – tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia. Visi yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan tersebut dirumuskan sebagai “Indonesia Sehat 2010”,menurut Depkes 1999. Untuk dapat mencapai tujuan pembangunan kesehatan, maka penyelenggaraan upaya kesehatan perlu memperhatikan kebijakan umum, diantaranya adalah peningkatan upaya kesehatan melalui pencegahan dan pengurangan angka kesakitan (morbiditas), angka kematian (mortalitas) dan kecacatan dalam masyarakat terutama pada bayi, anak balita dan wanita hamil, melahirkan dan masa nifas melalui upaya peningkatan (promosi) hidup sehat, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular serta pengobatan dan rehabilitasi. Gangguan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di Negaranegara maju, modern dan industri. Keempat masalah kesehatan utama tersebut adalah penyakit degeneratif, kangker, gangguan jiwa dan kecelakaan (Mardjono dalam Hawari 2001). Meskipun gangguan jiwa tersebut tidak dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung, namun beratnya gangguan tersebut dalam arti ketidakmampuan serta invaliditas baik secara individu maupun kelompok akan menghambat pembangunan,karena mereka tidak produktif dan tidak efisien. Mengingat masalah gangguan jiwa yang meningkat akhir-akhir ini dan terjadinya gempa dahsyat dengan kekuatan 8.9 Skala Richter pada tanggal 28 Maret 2005 yang melanda Kepulauan Nias, yang kesemuanya mengakibatkan dampak fisik dan psikologis, maka WHO memandang perlu program CMHN. Kegiatan program CMHN merupakan serangkaian kegiatan yang dimulai dari proses rekruitmen perawat CMHN yang akan mengikuti pelatihan, pertemuan persiapan yang melibatkan beberapa sector yang terkait seperti Dinas Kesehatan dan pemerintah daerah setempat dalam rangka memperoleh dukungan pelaksanan CMHN, kegiatan Pelatihan Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat (Basic Course of Community Mental Health



Nursing (BC-CMHN) berupa pemberian pengetahuan dan keterampilan bagi perawat Puskesmas, sehingga memiliki kompetensi melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien gangguan jiwa, selanjutnya implementasinya di masyarakat dan kegiatan supervisi. WHO memandang pelaksanaan Program CMHN tersebut sangat positif karena dapat memenuhi sasaran dalam upaya penanganan masalah pasien gangguan jiwa di masyarakat. Berdasarkan dari uraian diatas, maka penulis mencantumkan judul sebagai mana yaitu “Community Mental Healthy Nursing (CMHN)” yang berarti keperawatan kesehatan jiwa komunitas. B.



Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan konsep dasar community mental hearthnursing? 2. Bagaimana konseptual model keperawatan jiwa komunitas? 3. Bagaimana peran dan fungsi perawat kesehatan jiwa komunitas? 4. Bagaimana kompetensi perawatan kesehatan jiwa komunitas? 5. Bagaimana pelayanan keperawatan jiwa komunitas? 6. Apa saja jenis gangguan jiwa yang ditangani (anak, remaja dan lansia)? 7. Bagaimana perkembangan keperawatan jiwa komunitas?



C.



Tujuan Penulisan 1. Untuk mendapatkan informasi tentang ilmu keperawatan khususnya pada bidang keperawatan kesehatan jiwa komunitas. 2. Memperoleh informasi tentang keberadaan CMHN pada ilmu keperawatan saat ini. 3. Mengetahui konseptual model keperawatan kesehatan jiwa masyarakat yang ada. 4. Memperoleh pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada kesehatan jiwa komunitas.



BAB II PEMBAHASAN A. Community Mental Hearth Nursing Comunity Mental Health Nursing adalah upaya untuk mewujudkan pelayanan kesehatan jiwa dengan tujuan pasien yang tidak tertangani di masyarakat akan mendapatkan pelayanan yang lebih baik. CMHN adalah pelayanan keperawatan yang komprehensif, holistik, dan paripurna, berfokus pada masyarakat yang sehat jiwa, rentang terhadap stres dan dalam tahap pemulihan serta pencegahan kekambuhan. CMHN merupakan salah satu strategi berupa program peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang diberikan kepada petugas kesehatan melalui pelatihan dalam rangka upaya membantu masyarakat menyelesaikan masalah kesehatan jiwa akibat dampak tsunami, gempa maupun bencana lainnya. Pelatihan yang dilakukan terdiri dari tiga tahapan yaitu Basic, Intermediate dan Advance Nursing Training. Sejalan dengan perkembangan ilmu kesehatan jiwa maka perawat CMHN perlu dibekali pengetahuan dan kemampuan untuk menstimulasi perkembangan individu di masyarakat maupun mengantisipasi dan mengatasi penyimpangan yang menyertai perkembangan psikososial individu di masyarakat. Perawat CMHN sebagai tenaga kesehatan yang bekerja dimasyarakat dan bersama masyarakat harus mempunyai kemampuan melibatkan peran serta masyarakat terutama tokoh masyarakat dengan cara melatih para tokoh masyarakat untuk menjadi kader kesehatan jiwa (Depkes, 2006). B. Fungsi Community Mental Hearth Nursing Adapun tugas dan fungsi dari perawat/petugas CMHN meliputi : A. Perencanaan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang halhal yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1990 dalam Keliat et. al, 2006). Perencanaan dapat juga diartikan sebagai suatu rencana kegiatan tentang apa yang harus dilakukan, bagaimana kegiatan itu dilaksanakan dan dimana kegiatan itu dilakukan. Perencanaan



yang matang akan memberi petunjuk dan mempermudah dalam melaksanakan suatu kegiatan. Tanpa perencanaan kegiatan akan menjadi tidak terarah sehingga hasilnya tidak akan sesuai dengan yang diinginkan. Jenis perencanaan terdiri dari rencana jangka pendek, menengah dan panjang. Perencanaan jangka panjang disebut juga perencanaan strategis yang disusun untuk 3 sampai 10 tahun. Perencanaan jangka menengah dibuat dan berlaku 1 sampai 5 tahun sedangkan perencanaan jangka pendek dibuat 1 jam sampai dengan satu tahun (Marquia & Houston, 1998 dalam Depkes, 2006). Kegiatan perencanaan yang akan digunakan dipelayanan keperawatan kesehatan jiwa komunitas meliputi perumusan visi, misi, filosofi dan kebijakan. Untuk jenis perencanaan yang diterapkan adalah perencanaan jangka pendek yang meliputi rencana kegiatan tahunan dan bulanan. Perencanaan di pelayanan keperawatan kesehatan jiwa komunitas adalah perencanaan kegiatan yang akan dilakukan oleh perawat supervisor, perawat CMHN di puskesmas dan kader kesehatan jiwa. Rencana jangka pendek yang diterapkan pada pelayanan keperawatan kesehatan jiwa komunitas terdiri dari rencana bulanan dan tahunan (Keliat et.al, 2006). 1) Rencana bulanan perawat CMHN Rencana bulanan adalah kegiatan yang akan dilaksanankan oleh perawat CMHN dan kader dalam waktu satu bulan. Rencana bulanan perawat meliputi dua aspek, yaitu: a. Kegiatan manajerial Contoh kegiatan : supervisi kader, rapat/pertemuan b. Kegiatan asuhan keperawatan Asuhan keperawatan pada pasien dan keluarga, yang terdiri dari : 1. Pendidikan kesehatan bagi kelompok masyarakat yang sehat, kelompok yang berisiko masalah psikososial dan kelompok keluarga pasien gangguan jiwa. 2. Asuhan keperawatan masalah psikososial 3. Asuhan keperawatan risiko masalah psikososial 4. Asuhan keperawatan gangguan jiwa 5. Kegiatan terapi aktifitas kelompok dan rehabilitasi untuk kelompok pasien yang mengalami gangguan jiwa. 2) Rencana tahunan perawat CMHN Setiap akhir tahun perawat melakukan evaluasi hasil kegiatan dalam satu tahun yang dijadikan sebagai acuan rencana tindak lanjut serta penyusunan rencana tahun berikutna.



Rencana kegiatan tahunan mencakup : a. Menyusun laporan tahunan yang berisi tentang kinerja pelayanan keperawatan kesehatan jiwa komunitas berupa kegiatan yang dilaksanakan dan hasil evaluasi (wilayah kerja puskesmas dan Desa Siaga Sehat Jiwa). b. Penyegaran terkait dengan materi pelayanan keperawatan kesehatan jiwa komunitas khusus kegiatan yang masih rendah pencapaiannya. Ini bertujuan untuk memantapkan hal-hal yang masih rendah. c. Pengembangan SDM (perawat CMHN dan kader kesehatan jiwa) dalam bentuk rekomendasi untuk melanjutkan pendidikan formal dan informal. II. Pengorganisasian Pelayanan Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas Pengorganisasian adalah pengelompokkan aktivitas untuk mencapai suatu tujuan, penugasan suatu kelompok tenaga keperawatan untuk pengkoordinasian aktivitas yang tepat baik vertikal maupun horizontal, yang bertanggung jawab (Keliat et.al, 2006). Pengorganisasian kegiatan dan tenaga dalam pelayanan kesehatan jiwa komunitas menggunakan pendekatan lintas sektoral dan lintas program. Setiap perawat CMHN di puskesmas bertanggung jawab terhadap sejumlah desa yang menjadi area binaan. Desa siaga sehat jiwa dipimpin oleh perawat CMHN puskesmas yang bertanggung jawab terhadap dua desa atau lebih. Tokoh masyarakat didesa berperan sebagai penasehat atau pelindung kader kesehatan jiwa. Beberapa kader kesehatan jiwa bertanggung jawab terhadap masing-masing dusun yang melakukan kegiatan desa siaga sehat jiwa. Mekanisme pelaksanaan pengorganisasian desa siaga sehat jiwa adalah : a. Wilayah kerja puskesmas dibagi dua untuk 2 orang perawat CMHN. Misalnya ada 20 desa maka masing-masing perawat bertanggung jawab pada 10 desa. b. Perawat CMHN bersama tokoh masyarakat menetapkan satu desa untuk dikembangkan menjadi desa siaga sehat jiwa. c. Perawat CMHN bersama tokoh masyarakat pada tingkat desa menetapkan calon kader kesehatan jiwa pada tingkat dusun. Tiap dusun minimal 2 kader kesehatan jiwa. Pengelompokkan keluarga pada desa siaga sehat jiwa berdasarkan asuhan keperawatan yang diberikan yaitu asuhan keperawatan diberikan kepada keluarga yang sehat, risiko dan gangguan. Keluarga yang sehat dikelompokkan dalam usia: 1. Keluarga dengan bayi 0-18 bulan



2. Keluarga dengan kanak-kanak 18-36 bulan 3. Keluarga dengan pra sekolah 3-6 tahun 4. Keluarga dengan anak sekolah 6-12 tahun 5. Keluarga dengan remaja 12-18 tahun 6. Keluarga dengan dewasa muda 18-25 tahun 7. Keluarga dengan dewasa 25-65 tahun 8. Keluarga dengan lansia > 65 tahun III. Pengarahan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas Pengarahan adalah langkah ketiga dari fungsi manajemen yaitu pelaksanaan perencanaan kegiatan dalam bentuk tindakan untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam pengarahan pekerjaan diuraikan dengan jelas dalam bentuk tugas yang harus dilaksanakan. Untuk memaksimalkan pelaksanaan pekerjaan diperlukan iklim kerja yang menyenangkan, pengelolaan waktu secara efisien, keterampilan komunikasi yang baik, pengelolaan konflik, memfasilitasi kolaborasi, melaksanakan pendelegasian dan supervisi, melakukan negosiasi dan advokasi lintas program dan sektor (Keliat et.al, 2006). Kegiatan pengarahan yang akan dilaksanakan pada pelayanan keperawatan kesehatan jiwa komunitas adalah menciptakan budaya motivasi, menerapkan manajemen waktu, melaksanakan pendelegasian, melaksanakan supervisi dan komunikasi yang efektif, melakukan manajemen konflik. 1. Manajemen Waktu Manajemen waktu adalah penggunaan secara optimal waktu yang dimiliki. Pada desa siaga sehat jiwa manajemen waktu diterapkan dalam bentuk penerapan rencana kegiatan bulanan untuk perawat CMHN dan kader kesehatan jiwa masyarakat. Aktivitas manajemen waktu dievaluasi melalui instrumen evaluasi perencanaan. 2. Pendelegasian Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain. Dalam organisasi pendelegasian dilakukan agar aktivitas organisasi tetap berjalan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendelegasian dilaksanakan melalui proses : a. Buat rencana tugas yang perlu diselesaikan b. Identifikasi kemampuan kader kesehatan jiwa yang akan melaksanakan tugas c. Komunikasikan dengan jelas apa yang akan dikerjakan dan apa tujuannya



d. Jika kader kesehatan jiwa tidak mampu melaksanakan tugas karena menghadapi masalah tertentu maka perawat CMHN harus bias menjadi contoh peran dan menjadi narasumber untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi e. Evaluasi kinerja setelah tugas selesai



3. Supervisi Supervisi adalah proses memastikan kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan organisasi dengan cara melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut. Kegiatan supervisi dilaksanakan untuk menjamin kegiatan pelayanan kesehatan jiwa sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan. Fasilitator nasional, fasilitator provinsi dan dinas kesehatan melakukan supervise satu kali sebulan terhadap fasilitator lokal, perawat CMHN dan kader kesehatan jiwa masyarakat, fasilitator lokal dan kepala puskesmas melakukan supervisi dua kali seminggu terhadap perawat CMHN dan kader kesehatan jiwa. Sedangkan perawat CMHN melakukan supervisi satu kali seminggu terhadap kader kesehatan jiwa.Hal yang di supervisi adalah kemampuan fasilitator local, perawat CMHN dan kader kesehatan jiwa dalam melaksanakan tugasnya terkait aspek manajerial dan asuhan keperawatan. 4. Manajemen Konflik Konflik adalah perbedaan pandangan dan ide antara satu orang dengan orang yang lain. Dalam organisasi yang dibentuk dari sekumpulan orang yang memiliki latar belakang yang berbeda konflik mungkin terjadi. Untuk mengantisipasi terjadinya konflik maka perlu dibudayakan manajemen konflik. Cara penanganan konflik ada beberapa macam yaitu bersaing, berkolaborasi, menghindar, mengakomodasi dan berkompromi. Penanganan konflik yang diterapkan dalam pelayanan keperawatan kesehatan jiwa komunitas adalah dengan cara kolaborasi. Cara ini adalah salah satu bentuk kerja sama berbagai pihak yang terlibat konflik dalam menyelesaikan masalah yang mereka hadapi dengan jalan mencari dan menemukan persamaan kepentingan dan bukan perbedaan. Untuk itu pembudayaan kolaborasi antar pihak-pihak terkait menjadi prioritas utama dalam menyelenggarakan pelayanan keperawatan kesehatan jiwa komunitas.



C. Pelayanan Kesehatan Jiwa Pelayanan kesehatan jiwa komprehensif meliputi : a) Pencegahan Primer  Fokus : Pelayanan keperawatan jiwa pada peningkatan kesehatan dan pecegahan terjadinya gangguan jiwa.  Tujuan : Mencegah terjadinya gangguan jiwa, mempertahankan dan meningkatkan kesehatan jiwa.  Target : Anggota masyarakat yang belum mengalami gangguan jiwa sesuai dengan kelompok umur yaitu : anak-anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut.  Aktivitas : 



Program pendidikan kesehatan, program stimulasi perkembangan, program sosialisasi, manejemen stres, persiapan menjadi orang tua.







Program dukungan sosial pada anak yatim piatu, kehilangan pasangan, kehilangan pekerjaan, kehilangan rumah atau tempat tinggal.







Program pencegahan penyalahgunaan obat







Program pencegahan bunuh diri



b) Pencegahan Sekunder  Fokus : Deteksi dini masalah psikososial dan gangguan jiwa serta penanganan dengan segera.  Tujuan : Menurunkan kejadian gangguan jiwa  Target : Anggota masyarakat yang beresiko atau memperlihatkan tanda-tanda masalah dan gangguan jiwa.  Aktivitas : 



Menemukan kasus sedini mungkin dengan cara memperoleh informasi dari berbagai sumber seperti masyarakat, tim kesehatan lainnya, penemuan langsung.







Melakukan penjaringan kasus.



c) Pencegahan tersier  Fokus : Peningkatan fungsi dan sosialisasi serta pencegahan kekambuhan pada pasien gangguan jiwa.  Tujuan : Mengurangi kecacatan atau ketidakmampuan akibat gangguan jiwa.  Target : Anggota masyarakat yang mengalami gangguan jiwa pada tahap pemulihan. Aktivitas : 



Program dukungan sosial dengan menggerakkan sumber-sumber di masyarakat seperti sumber pendidikan, dukungan masyarakat (tetangga, teman dekat, tokoh masyarakat), pelayananan terdekat yang terjangkau masyarakat.







Program rehabilitasi dengan memberdayakan pasien dan keluarga hingga mandiri.







Program sosialisasi.







Program mencegah stigma.



D. Masalah-masalah Kesehatan Jiwa Perawat perlu memahami konsep gangguan jiwa dengan menggunakan pendekatan medis sebagai dasar dalam pemberian asuhan keperawatan pasien yang mengalami gangguan jiwa. Fungsi jiwa yang mungkin terganggu meliputi fungsi biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Secara umum gangguan fungsi jiwa yang dialami seorang individu dapat terlihat dari penampilan, komunikasi, proses berfikir, interaksi dan aktivitas sehari-hari (Budi, Keliat,dkk, 2012). 1. Psikotik Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidakmamapuan individu menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku



kacau/aneh. Psikotik terbagi menjadi dua macam yaitu psikotik akut dan psikotik kronik. a. Gangguan Psikotik Akut. Gangguan psikotik akut gangguan yang terjadi dengan awitan yang akut (dalam masa 2 minggu atau kurang) dengan gejala gejala psikotik yang menjadi nyata dengan menggunakan sedikitnya beberapa aspek kehidupan dan pekerjaan sehari-hari, dan tidak diketahui berapa lama gangguan akan berlangsung. Perilaku yang diperlihatkan oleh pasien yaitu: 1. Mendengarkan suara-suara yang tidak ada sumbernya 2. Keyakinan atau ketakutan yang aneh/tidak masuk akal 3. Kebingungan atau disorientasi 4. Perubahan perilaku, menjadi aneh atau menakutkan seperti menyendiri, kecurigaan berlebihan, mengancam diri sendiri, orang lain atau lingkungan, bicara dan tertawa serta marah-marah atau memukul tanpa alasan. Untuk menegakkan diagnosis, gejala pasti gangguan psikotik akut adalah sebagai berikut: 1. Halusinasi, persepsi indera yang salah atau yang dibayangkan. Misalnya, mendengarkan suara yang tidak ada sumbernya atau melihat sesuatu yang tidak ada bendanya. 2. Waham, ide yang dipegang teguh yang nyata salah dan tidak dapat diterima oleh kelompok sosial pasien. Misalnya, pasien percaya bahwa mereka diracuni oleh Tetangga, menerima pesan dari televisi, atau merasa diamati/diawasi oleh orang lain 3. Agitasi atau perilaku aneh (bizar). 4. Pembicaraan aneh atau kacau (disorganisasi) 5. Keadaan emosional yang labil dan ekstrem (iritabel) Selain diagnosis pasti, ada diagnosis banding untuk psikotik akut karena kemungkinan adanya gangguan fisik yang dapat menimbulkan gejala psikotik: 1. Epilepsi 2. Intoksikasi atau putus zat karena obat atau alkohol 3. Febris karena infeksi 4. Demensia atau delerium atau keduanya



5. Jika gejala psikotik berulang atau kronik, kemungkinan skizofrenia dan gangguan psikotik kronik lain 6. Jika terlihat gejala mania (suasana perasaan meninggi, percepatan bicara atau proses pikir, harga diri berlebihan), pasien mungkin sedang mengalami episode manik. 7. Jika suasana perasaan menurun atau sedih, pasien mungkin sedang mengalami depresi. b. Gangguan Psikotik Kronik. Gangguan psikotik kornik merupakan suatu gangguan dengan gejala negatif dari skizofrenia yang menonjol, sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa lampau, sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dengan intensitas dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang dan telah timbul sindrom negatif dari skizofrenia, tidak terdapat demensia atau penyakit/gangguan otak organik lain, depresi kronis atau instutisionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas negatif tersebut. Untuk menetapkan diagnosis medis psikotik kronik data berikut merupakan perilaku utama yang secara umum ada: 1. Penarkan diri secara sosial 2. Minat atau motivasi diri rendah, pengabaian diri 3. Gangguan berfikir (tampak dari pembicaraan yang tidak ngambung atau aneh) 4. Perilaku aneh atau apatis, menarik diri, dan tidak memperhatikan kebersihan yang dilaporkan keluarga Perilaku lain yang dapat menyertai adalah: 1. Kesulitan berfikir dan berkonsentrasi 2. Melaporkan bahwa individu mendengarkan suara-suara aneh 3. Keyakinan yang aneh dan tidak masuk akal seperti: memiliki kekuatan supranatural, merasa dikejar-kejar, merasa menjadi orang hebat/terkenal 4. Keluhan fisik yang tidak biasa/aneh seprti merasa ada hewan atau objek yang tidak lazim di dalam tubuhnya 5. Bermasalah dalam melaksanakan pekerjaan atau dalam pelajaran



Beberapa kondisi yang dapat menjadi diagnosis banding psikosis kronik diantaranya adalah: 1. Depresi jika ditemuka gejala depresi (suasana perasaan menurun atau sedih, presimisme, perasaan bersalah) 2. Gangguan bipolar jika ditemuka gejala mania (eksitasi, suasana perasaan meningkat, penilaian diri berlebih) 3. Intoksikasi kronik atau putus zat karen alkohol atau zat/bahan lain (stimulansia, halusinogenik) Efek penggunaan zat psikoaktif atau gangguan depresi dan gangguan ansietas menyeluruh jika berlangsung setelah satu periode abstinensia (sekita 4 minggu)



2. Depresi Depresi adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan sedih yang berkepanjangan, proses pikir melambat disertai penurunan motivasi dan perilaku lamban yang terkesan malas (trias depresi). Depresi bukan merupakan kelemahan atau kemalasan tapi ketidakberdayaan pasien untuk mengatasi masalahnya. Depresi adalah penyakit yang lazim terjadi dan tersedia terapi yang efektif untuk mengatasi depresi. Beberapa perilaku yang menunjukkan depresi adalah: 1. Terdapat satu atau lebih gangguan fisik (kelelahan, rasa nyeri) 2. Penurunan konsentrasi dan kehilangan minat terhadap hal-hal yang menjadi kebiasaannya 3. Sensitif (cepat marah, cepat tersinggung) 4. Berdiam diri dan memperlihatkan ekspresi wajah datar atau sedih 5. Gerakan cenderung lamban dan tidak bersemangat melakukan aktivitas 6. Khusus pada anak remaja, sering depresi ditunjukkan dalam bentuk gejala gangguan tingkah laku, menarik diri atau perilaku, misalnya sikap menentang, ngebut, perkelahian, atau perilaku mencederai diri



7. Beberapa kondisi yang menunjang depresi seperti baru melahirkan, stroke, parkinson, atau multiple sclerosis. Untuk menegakkan diagnosis depresi perilaku yang perlu diperhatikan adalah: 1. Suasana hati sedih 2. Kehilangan minat akan hal yang biasanya disukai 3. Penurunan kegiatan yang biasa dilakukan 4. Konsentrasi berkurang 5. Agitasi atau perlambatan gerak atau pembicaraan Gejala penyerta berikut seringkali ditampilkan/ditemukan: a. Gangguan tidur b. Rasa bersalah atau hilang kepercayaan diri c. Kelelahan atau kehilangan tenaga atau penurunan libido d. Nafsu makan terganggu e. Pikiran bunur diri atau lebih baik mati, atau usaha bunuh diri f. Kecemasan atau kegelisahan 3. Panik Panik diartikan sebagai gangguan akibat kecemasan yang memuncak dan pasien merasakan ”rasa yang tidak dapat dijelaskan”, sering disertai dengan keluhan fisik atau aktivitas motorik tertentu. Panik adalah suatu gangguan yang lazim dan dapat diobati. Ansietas seringkali menghasilkan sensasi fisik yang menakutkan seperti nyeri dada, pusing, atau napas pendek. Ansietas panik juga menyebabkan pikiran yang menakutkan (takut mati, perasaan akan jadi gila atau hilang kontrol). Masalah panik diketahui terjaid bila pasien datang dengan satu atau lebih gejala fisik seperti nyeri dada, pusing, napas pendek. Untuk menegakkan diagnosis pasti dari gangguan ini beberapa perilaku yang menunjukkan diagnosis adalah: 1. Serangan panik atau rasa yang tidak dapat dijelaskan, muncul secara mendadak, berkembang dengan cepat dan dapat berlangsung hanya beberapa menit.



2. Serangan itu muncul bersama dengan gejala fisik seperti palpitasi, nyeri dada, rasa tercekik, rasa mual, pusing, perasaan yang tidak realistis, rasa takut akan kehilangan kontol diri atau menjadi gila, serangan jantung, dan mati mendadak. Beberapa kondisi medis yang mempunyai gejala yang sama dengan serangan panik adalah sebagai berikut: a. Aritmia, iskemia otak, penyakit koroner. Melalui pengkajian riwayat penyakit dan pemeriksana fisik kondisi medis di atas dapat disingkirkan. b. Gangguan fobia dan depresi. 4. Gangguan Penyesuaian Gangguan penyesuaian adalah keluhan kejiwaan dalam berbagai bentuk setelah mengalami trauma. Beberpaa perilaku yang menunjukkan gangguan penyesuaian adalah: 1. Pasien merasa tidak berdaya, kewalahan atau tidak mampu menyesuaikan diri. 2. Mungkin disertai gejala fisik yang berkaitan dengan setres seperti tidak dapat tidur, sakit kepala, nyeri perut, nyeri dada, dan palpitasi. Untuk mendiagnosis pasti gangguan penyesuaian, perlu dianalisis kondisi-kondisi dibawah ini: 1. Reaksi akut terhadap peristiwa yang traumatik atau penuh setres yang baru terjadi 2. Setres berat akibat suatu peristiwa traumatik ynag baru terjadi atau kontak dengan peristiwa traumatik yang pernah terjadi di masa lalu 3. Secara umum gejalanya bersifat somatik 4. Gejala lain yang mungkin dapat menyertai: a. Suasana hati atau perasaan menurun atau sedih b. Ansietas atau kecemasan c. Merasa tak mampu menyesuaikan diri 5. Reaksi akut biasanya berlangsung dari beberapa hari sampai beberapa minggu Beberapa kondisi yang menjadi diagnosis banding gangguan penyesuaian diri:



1. Gangguan disosiatif (konversi) jika ada gejala disosiatif (gangguan yang tiba-tiba muncul dari gejala somatik yang tak lazim) 2. Gejala akur mungkin bertahan atau berkembang. Jika gejala yang bermakna bertahan lebih dari 1 bulan, pertimbangkan diagnosis lain 3. Ganggua depresif jika muncul gejala depresi 4. Gangguan ansietas menyeluruh jika muncul gejala ansietas 5. Keluhan somatik tidak terjelaskan jika gejala somatik yang berkaitan dengan setres berlangsung lama 6. Gangguan akibat kehilangan jika muncul gejala yang berkaitan dengan kehilangan seeorang yag dikasihi atau dicintai 7. Gangguan penggunaan alkohol atau obat/zat psikoaktif mencapai taraf berat.



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan KesimpulanKeperawatan Jiwa adalah pelayan keperawatan profesional didasarkan pada ilmu perilaku, Ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan oleh gangguan bio-psiko-sosial, dengan menggunakan diri sendiri dan terapi keperawatan jiwa (komunikasi terapetik dan dan terapi modalitas keperawatan kesehatan jiwa) melalui pendekatan proses keperawatan untuk meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan memulihkan masalah kesehatan jiwa. klien, (individu, keluarga, kelompok komunitas).Keperawatan kesehatan jiwa merupakan proses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang mendukung pada fungsi yang terintegrasi sehingga sanggup mengembangkan diri secara wajar dan dapat melakukan fungsinya dengan baik, sanggup menjelaskan tugasnya sehari-hari sebagaimana mestinya, Dalam mengembangkan upaya pelayanan keperawatan jiwa, perawat sangat penting untuk mengetahui dan meyakini akan peran



dan fungsinya, serta memahami beberapa konsep dasar yangf berhubungan denga asuhan keperawatan jiwa.