0 - Skripi Evi Handayani. [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA OBAT AMLODIPIN DAN VALSARTAN PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DI RSUD KABUPATEN BEKASI PADA TAHUN 2019



Skripsi Untuk melengkapi syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Farmasi Pada Program Studi Farmasi



Disusun Oleh: Evi Handayani 1504015142



PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI DAN SAINS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA JAKARTA 2021



i



Skripsi dengan Judul ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA OBAT AMLODIPIN DAN VALSARTAN PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DI RSUD KABUPATEN BEKASI PADA TAHUN 2019 Telah disusun dan dipertahankan di hadapan penguji oleh Evi Handayani , NIM 1504015142 Tanda Tangan Tanggal Ketua Wakil Dekan I Drs. apt. Inding Gusmayadi, M.Si.



Penguji I apt. Tuti Wiyati, M.Sc.



Penguji II apt. Maifitrianti, M.Farm.



Pembimbing I apt. Nora Wulandari, M.Farm.



Pembimbing II apt. Septianita Hastuti, M.Sc. Mengetahui: Ketua Program Studi Dr. apt. Rini Prastiwi, M.Si.



Dinyatakan lulus pada tanggal: 25 Februari 2021



ii



ABSTRAK ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA OBAT AMLODIPIN DAN VALSARTAN PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DI RSUD KABUPATEN BEKASI PADA TAHUN 2019 Evi Handayani 1504015142 Hipertensi merupakan penyebab utama untuk penyakit kardiovaskular seperti penyakit stroke, gagal jantung, infark miokard serta dapat menyebabkan kematian. Menurut WHO dan the international socyti of hypertension (ISH), saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi diseluruh dunia, dan 3 juta diantaranya meninggal setiap tahunnya diberbagai dunia khususnya indonesia. Pengobatannya dapat menggunakan terapi dengan amlodipin dan valsartan. Pemakaian obat tersebut dalam jangka panjang yang akan berdampak pada mahalnya biaya pengobatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis efektivitas biaya amlodipin dan valsartan diinstalasi rawat inap RSUD Kabupaten bekasi pada tahun 2019. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode retrospektif, berdasarkan data rekam medik dan data keuangan. Data yang diambil untuk analisis efektivitas biaya adalah data efektivitas terapi obat dan biaya medik langsung selama menjalani perawatan dirumah sakit. Sampel yang didapat sebanyak 91 yang memenuhi kriteria inklusi. Bahwa penggunaan obat valsartan lebih cost effective dengan nilai ACER sebesar Rp 744,389,29/ hari dan omeprazol sebesar Rp 1,017,500,58/ hari rawat inap. Kata Kunci : Amlodipin, Cost Effectiveness, Hipertensi, Valsartan.



iii



KATA PENGANTAR Bismillahirahmanirrahim Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas seluruh rahmat, kemudahan, hidayah, dan keridhaan-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA OBAT AMLODIPIN DAN VALSARTAN PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DI RSUD KABUPATEN BEKASI PADA TAHUN 2019”. Penulisan skripsi ini disusun untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana farmasi (S.Farm) pada Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, Jakarta. Dalam penyelesaian skripsi ini penulis mendapatkan banyak bantuan, bimbingan dan nasehat yang berharga dari semua pihak baik secara langsung, maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak apt. Dr. Hadi Sunaryo, M.Si., selaku Dekan FFS UHAMKA. 2. Bapak apt. Drs. Inding Gusmayadi, M.Si., selaku Wakil Dekan I FFS UHAMKA. 3. Ibu Drs. Sri Nevi Gantini, M.Si., selaku Wakil Dekan II FFS UHAMKA. 4. Ibu apt. Ari Widayanti, M.Farm., selaku Wakil Dekan FFS UHAMKA. 5. Bapak Anang Rohwiyono, M.Ag., selaku wakil dekan FFS UHAMKA. 6. Ibu apt. Kori Yati, M.Farm., selaku Ketua Program Studi FFS UHAMKA. 7. Ibu Rindita, M.Si., selaku Pembimbing Akademik selama penulis mengikuti perkuliahan dikampus, yang selalu memberikan motivasi dalam menyelesaikan studi di FFS UHAMKA. 8. Ibu apt. Nora Wulandari M.Farm. dan Ibu apt. Septianita Hastusi, M.Si., selaku pembimbing I dan II yang telah memberikan bimbingan, arahan, saran dan ilmunya selama penelitian dan penyusunan skripsi. Terimakasih atas dukungan, waktu, serta masukan yang ibu berikan. 9. Bapak dan Ibu dosen FFS UHAMKA yang tidak dapat disebutkan satu pertsatu yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat selama penulis mengikuti perkuliahan 10. Pimpinan dan seluruh staf kesekertariatan yang telah membantu segala administrasi yang berkaitan dengan skripsi ini, serta semua pihak pendukung lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas segala bantuannya kepada penulis. 11. Kepada kedua orangtua tercinta atas do’a dan dorongan semangatnya kepada penulis, baik secara moril maupun materi. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Jakarta, Januari 2021 Penulis



iv



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUA A. Latar Belakang B. Permasalahan Penelitian C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Hipertensi 2. Farmakoekonomi B. Kerangka Berfikir BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Jadwal Penelitian 1. Tempat Penelitian 2. Waktu Penelitian B. Cara Penelitian 1. Popilasi Penelitian 2. Sampel Penelitian C. Metode Penelitian D. Kriteria Inklusi dan Ekslusi 1. Kriteria Inklusi 2. Kriteria Ekslusi E. Definisi Operasional F. Anaisis Data G. Analisis Efektivitas Terapi H. Analisis Efektivitas Biaya I. Pola Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Sampel B. Karakteristik Penggunaan Obat C. Karakteristik Pasien D. Klasifikasi Pasien E. Efektivitas Terapi F. Analisis Biaya BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN



v



Halaman i ii iii iv v vi vii viii 1 1 3 3 3 4 4 4 10 16 17 17 17 17 17 17 17 17 18 18 18 18 19 19 20 20 21 21 24 24 25 26 27 29 29 29 30 32



DATAR TABEL Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5 Tabel 6 Tabel 7 Tabel 8 Tabel 9 Tabel 10 Tabel 11



Halaman Klasifikasi Tekanan Darah 4 Empat Tipe Dasar farmakoekonomi 14 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin 22 Distribusi Sampel Berdasarkan Umur 22 Distribusi Berdasarkan Sistem Pembayaran 23 Jumlah Obat Amlodipin dan Valsartan Yang Digunakan 24 Pada Pasien Hipertensi Penyakit Penyerta Pada Pasien Hipertensi 25 Klasifikasi Tekanan Darah Pasien Hipertensi 26 Efektivitas Pengbobatan Hipertensi Yang Mencapai Target 27 Rekaputasi Biaya Medik Langsung 28 Gambaran Cost-Effectiveness 29



vi



DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3



Alogaritma Penatalaksanaan Penyakit Hipertensi Berdasarkan JNC VIII Kerangka Berpikir Pola Penelitian



vii



Halaman 9 15 19



DAFTAR LAMPIRAN



Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3



Lampiran Surat Ijin Rumah Sakit Surat Ijin Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kode Etik



Lampiran 4



Data Demografi Pasien Hiportensi Rawat Inap Kelompok Amlodipin di RSUD Kabupaten Bekasi Periode 2019 Data Demografi Pasien Hiportensi Rawat Inap Kelompok Palsatan di RSUD Kabupaten Bekasi Periode 2019 Data Tekanan Darah, Laboratorium dan Penyakit Penyerta Pada Pasien Hipertensi Penggunaan Obat Amlodipin Data Tekanan Darah, Laboratorium dan Penyakit Penyerta Pada Pasien Hipertensi Penggunaan Obat Valsartan



Lampiran 5



Lampiran 6



Lampiran 7



viii



Halaman 33 34 35 36



39



41



42



BAB 1 PENDAHULUAN A.



Latar Belakang Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik lebih



dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg yang diukur dua kali dengan selang waktu lima menit dalam keadaan istirahat. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal, jantung, dan otak bila tidak dideteksi secara dini dan mendapatkan pengobatan yang memadai (Kemenkes 2014). Hipertensi merupakan penyebab paling umum terjadinya kardiovaskuler dan merupakan masalah utama di negara maju maupun berkembang (Tumenggung 2013). Data WHO (2015) menyebutkan bahwa sekitar 1,13 Miliar orang didunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang didunia terdiagnosis hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang terkena hipertensi diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal dunia akibat hipertensi dan komplikasinya (Kemenkes 2018). Berdasarkan Riskesdas tahun 2018, prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia 18 tahun



sebesar



34,1% tertinggi dikalimantan selatan (44,1%), sedangkan



terendah di Papua sebesar (22,2%) hipertensi terjadi pada umur 31-44 tahun (31,6%) umur 45-54 tahun (45,3%) umur 55-64 tahun (55,2%) (Kemenkes 2019). Berdasarkan profil kesehatan Kota Bekasi pada tahun 2014, hipertensi termasuk 20 besar kasus penyakit tertinggi dengan terbanyak ke 4 dengan jumlah kasus hipertensi sejumlah 36.807 kasus (13,8%) (Dinkes Kota Bekasi, 2014). Adapun data dari Puskesmas Jati Luhur pada tahun 2016 diperoleh bahwa penderita hipertensi sejumlah 2.214 kasus (7,2%) dan pada tahun 2017 sejumlah 2.583 kasus (9,1%) (Dinkes 2016). Penatalaksanaan



hipertensi



bertujuan



untuk



mencegah



komplikasi



menurunkan kejadian penyakit kardiovaskular, serebrovaskular, dan renovaskular sehingga menurunkan resiko terjadinya kerusakan organ. Penatalaksanaan hipertensi



dapat



berupa



modifikasi



gaya



1



hidup,



penggunaan



berbagai



golongan obat antihipertensi atau keduanya, tergantung dari derajat hipertensi pasien, penyakit penyerta dan faktor resiko (Tedjasukmana 2012). Berbagai golongan obat antihipertensi yang telah tersedia antara lain Diuretik tiazid, Calcium channel blocker (CCB), Angiotensin corverting enzyme inhibitor (ACEi), Beta bloker & Angiotensin receptor blocker (ARB). Obat-obat ini dapat digunakan sebagai terapi tunggal maupun terapi kombinasi (Tedjasukmana 2012). CCB termasuk golongan obat antihipertensi yang direkomendasikan sebagai lini pertama pada pasien hipertensi berdasarkan JNC 8. Contoh obat CCB yaitu Amlodipin, Nifedipin, Verapamil, Diltiazem dan lainnya. Frekuensi minimum obat yang dibutuhkan untuk amlodipin hanya satu kali sehari. Berdasarkan penelitian (Tiwaskar dkk. 2018) membuktikan amlodipin



tetap



lebih



unggul



baik



CCB dari



generasi



baru



yaitu



segi efektivitasnya dalam



menurunkan tekanan darah maupun rendahnya efek samping yang terjadi dibandingkan dengan CCB generasi baru, efektivitas amlodipin terbukti dapat mempertahankan penurunan tekanan darah. Valsartan merupakan derivat tetrazol non peptida yang poten dan dapat menurunkan tekanan darah sehingga digunakan sebagai terapi antihipertensi. Valsartan bekerja dengan cara inhibisi selektif pada reseptor angiotensin II tipe I (AT1), afinitasnya terhadap AT1 20.000 kali lebih besar dibandingkan terhadap AT2. Efek antihipertensi valsartan mulai terlihat pada penggunaan dosis 80mg dengan ambang batas dosis yang dapat menurunkan tekanan darah adalah 1mg/kgBB, dibandingkan dengan angiotensin receptor blocker (ARB) lainnya valsartan memiliki efek antihipertensi yang lebih cepat, lebih besar, dan lebih baik dengan efek samping yang juga ringan (N.Siddiqui 2011). Cost-effectiveness analysis (CEA) merupakan teknik analisis ekonomi untuk membandingkan biaya dan hasil (outcome) relatif dari dua atau lebih intervensi kesehatan (Kemenkes 2013). Biaya pemeliharaan kesehatan yang tinggi dapat menurunkan



keterjangkauan



masyarakat



dalam



mendapatkan



pelayanan



kesehatan. Hal ini dapat berimbas pada dana kesehatan yang harus disediakan pemerintah (Andayani 2013). Berdasarkan penelitian



sebelumnya



yang



dilakukan oleh Eka menunjukan bahwa obat hipertensi yang banyak digunakan



2



di RSUD Karanganyar adalah Amlodipin (47,46%), furosemide (0,85%), hidroklortiazid (16,10%), Valsartan (34,75%), dan spironolakton (0,85%) (Eka 2018). Berdasarkan gambaran sepuluh penyakit terbesar untuk pasien rawat inap 2019 di RSUD Kabupaten Bekasi penyakit hipertensi menempati urutan kelima. Penelitian mengenai efektivitas biaya pengobatan hipertensi di RSUD Kabupaten Bekasi akan membandingkan obat amlodipin dan valsartan untuk menetapkan penggunaan obat yang cost effective pada pasien hipertensi. B.



Permasalahan Penelitian Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan masalah penelitian, yaitu :



Manakah yang paling efektivitas biaya antara amlodipin dan valsartan pada pasien hipertensi rawat inap di RSUD Kabupaten Bekasi? C.



Tujuan Penelitian Untuk menganalisis efektivitas biaya amlodipin dan varsartan pada pasien



hipertensi rawat inap di RSUD Kabupaten Bekasi. D.



Manfaat penelitian



1.



Bagi peneliti



a.



Sebagai bahan acuan dan sumber ilmu pengetahuan untuk penelitian yang lain terkait dengan efektivitas obat dan biaya pada pasien hipertensi.



b.



Dapat



mengetahui



efektivitas



biaya



(cost



effectiveness



analysis)



penggunaaan obat antihipertensi. 2.



Bagi Rumah Sakit



a.



Dapat mempertimbangkan hasil analisis yang dilakukan terhadap ( cost effectiveness analysis) penggunaan amlodipin dan valsartan pada pasien hipertensi rawat inap di RSUD Kabupaten Bekasi untuk penggunaan berikutnya.



b.



Dapat dijadikan masukan oleh rumah sakit untuk penerapan penggunaan obat yang paling efisien dan cost effektiv.



3.



Bagi Universitas/Instalasi Dapat dijadikan sebagai informasi ilmiah dalam pendidikan maupun perbandingan dalam penelitian sejenis dan dapat dilakukan penelitian lebih lanjut.



3



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1.



Hipertensi



a.



Definisi Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah arteri yang terus meningkat.



Hipertensi sistolik terisolasi adalah nilai tekanan darah diastolik yang kurang dari 90 mmHg dan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih. Krisis hipertensi (BP>180/120



mmHg)



dapat



dikategorikan



sebagai



darurat



hipertensi



(peningkatan tekanan darah yang tinggi tanpa cedera organ target yang akut atau semakin parah) (Dipiro et al. 2015). b.



Klasifikasi Klasifikasi hipertensi menurut Kemenkes (2014) berdasarkan penyebabnya



hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi esensial (hipertensi primer) adalah hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui dan hipertensi non esensial (hipertensi sekunder) adalah hipertensi yang diketahui penyebabnya. Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut (JNC VIII) Klasifikasi Normal



Sistolik mmHg < 120



Diastolik mmHg < 80



Prehipertensi



120 – 139



80 – 89



Tahap 1 hipertensi



140 – 159



90 – 99



Tahap 2 hipertensi



≥ 160



≥ 100



c.



Faktor Risiko Faktor



risiko



hipertensi



yaitu



umur,



jenis



kelamin,



riwayat



keluarga, merokok, konsumsi garam, minuman beralkohol, obesitas, kurang aktivitas fisik, stress (Kemenkes 2014). d.



Gejala Klinik Hipertensi merupakan silent killer dimana gejala dapat bervariasi pada



masing-masing individu dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya.



4



Gejala-gejalanya adalah sakit kepala atau rasa berat ditengkuk dan jantung berdebar-debar (Kemenkes 2014). e.



Etiologi Hipertensi Berdasarkan penyebab, terbagi manjadi (Kemenkes 2014):



1)



Hipertensi Primer/ Hipertensi Esensial Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), walaupun dikaitkan dengan faktor gaya hidup seperti kurang beraktivitas dan menjaga pola makan. Terjadi 90% pada penderita hipertensi.



2)



Hipertensi Sekunder/ Hipertensi Non Esensial Hipertensi yang diketahui penyebabnya. 5–10% penyebabnya yaitu penyakit ginjal dan 1 – 2% adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB). Hipertensi dapat terjadi akibat proses penyakit lainnya, lebih dari 90 persen



pasien mengalami hipertensi esensial, yaitu hipertensi yang tidak diketahui dan mempengaruhi mekanisme regulasi tekanan darah. Riwayat hipertensi dalam keluarga meningkatkan kecenderungan seseorang untuk mengalami hipertensi. Hipertensi esensial empat kali lebih sering pada orang kulit hitam dibandingkan kulit



putih.



Keadaan



ini



terjadi



lebih



sering



pada



laki-laki



paruh



baya, dibandingkan dengan perempuan paruh baya, dan prevalensinya meningkat seiring usia dan obesitas. Faktor-faktor lingkungan seperti gaya hidup yang penuh tekanan, asupan natrium yang tinggi dalam diet dan merokok, lebih mempredisposisikan seseorang mengalami hipertensi (Pamela 2016). f. 1)



Patofisiologi Hipertensi Hipertensi dapat disebabkan oleh penyebab spesifik (hipertensi sekunder) dan hipertensi primer, hipertensi sekunder (