04 Modul 4 Pemeriksaan Simplisia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PANDUAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-FARMASI BAHAN ALAM Halaman 3 2016



MODUL PRAKTIKUM 4 Pemeriksaan Kualitas Simplisia TUJUAN PERCOBAAN Melakukan pemeriksaan kualitas simplisia meliputi definisi simplisia, pengujian organoleptik, mikroskopik dan makroskopik untuk memastikan identitas simplisia yang akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan produk jadi sediaan obat tradisional dan parameter kualitas simplisia yang terdapat dalam monografi Farmakope Herbal Indonesia.



TUJUAN INSTRUKSIONAL Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa mampu menganalisis kebenaran identitas simplisia yang akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan produk jadi sediaan obat tradisional melalui pengujian organoleptik, mikroskopik dan makroskopik yang kemudian dibandingkan dengan literatur. Serta, Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa mampu melakukan pengujian parameter kualitas simplisia dan menganalisa hasil pengujian dibandingkan dengan literatur.



TEORI Sudah sejak lama tanaman obat digunakan untuk pencegahan ataupun pengobatan penyakit-penyakit tertentu di kalangan masyarakat, dan seiring berjalannya waktu penggunaannya semakin menunjukkan kemajuan pesat. Berdasarkan keputusan Kepala BPOM Nomor HK.00.05.4.2411 Tahun 2004 tentang Ketentuan Pokok Pengelompokan dan Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia, obat tradisional dikategorikan menjadi : Jamu,



Modul Praktikum 4 PADJADJARAN



FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS



PANDUAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-FARMASI BAHAN ALAM Halaman 4 2016



Obat Herbal Terstandar (OHT) dan Fitofarmaka, yang memiliki persyaratan masing-masing. Penentuan identifikasi merupakan suatu langkah yang penting untuk menjamin kebenaran dari simplisia yang akan digunakan sebagai bahan baku yang memiliki senyawa aktif dalam pembuatan produk jadi obat tradisional. Hal ini berkaitan dengan salah satu persyaratan obat, yaitu efikasi (khasiat) yang tepat. Identitas suatu tanaman yang digunakan secara empirik ataupun pengujian ilmiah, harus diyakini dengan pasti kebenaran jenisnya agar tujuan pengobatan tercapai. Pemeriksaan paramater kualitas simplisia sebagai bahan baku produk jadi harus dilakukan untuk menjamin kualitas bahan dan keamanan bagi pasien, terutama OHT dan fitofarmaka yang persyaratan bahan baku esktraknya harus terstandar. Parameter non-spesifik berfokus pada aspek kimia, mikrobiologi, dan fisik yang akan mempengaruhi keamanan konsumen dan stabilitas. Sedangkan, parameter spesifik berfokus pada senyawa atau golongan senyawa yang bertanggung jawab terhadap aktivitas farmakologi. Nilai rentang yang ditunjukkan parameter nonspesifik adalah nilai maksimum yang dihasilkan dan perlu ditetapkan menjadi batas tertinggi karena nilai ini menunjukkan kemurnian suatu ekstrak. Sedangkan untuk parameter spesifik yang perlu ditetapkan adalah nilai minimum yang menjadin batas terendah dan karena nilai ini menunjukkan kualitas suatu simplisia. PEMERIKSAAN KUALITAS SIMPLISA Pemeriksaan simplisia perlu dilakukan untuk memastikan identitas atau kebenaran simplisia tersebut. Pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut : A.



Definisi Simplisia



Modul Praktikum 4 PADJADJARAN



FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS



PANDUAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-FARMASI BAHAN ALAM Halaman 5 2016



Dilakukannya tinjauan pustaka dari berbagai literatur (dapat dari MMI, FHI, buku atau jurnal terpercaya). Disebutkannya (sesuai Farmakkope Herbal Indonesia) : 1. Bagian tumbuhan 2. Nama Spesies beserta Author 3. Nama Suku 4. Senyawa Identitas B.



Identitas Simplisia 1. Pemerian (Organoleptik Simplisia) Pemeriksaan menggunakan panca indera untuk mendiskripsikan bentuk, warna, bau serta rasa dari simplisia yang digunakan. 2. Makroskopik Simplisia (Ciri Morfologi) Pemeriksaan menggunakan panca indera untuk mendiskripsikan bentuk dan ukuran, warna, bau serta rasa dari simplisia yang digunakan. Uji makroskopik dilakukan dengan menggunakan kaca pembesar, alat ukur atau tanpa menggunakan alat. Cara ini dilakukan untuk mencari khususnya morfologi, ukuran, dan warna simplisia yang diuji. Kemudian Simplisia difoto sesuai dengan ketentuan FHI. 3. Mikroskopik Simplisia Pada pengujian mikroskopik digunakan alat mikroskop yang derajat pembesarannya disesuaikan dengan keperluan. Simplisia yang diuji dalam bentuk serbuk. Pada uji mikroskopik dicari unsur-unsur anatomi jaringan yang khas. Dari pengujian ini akan diketahui jenis simplisia berdasarkan fragmen pengenal yang spesifik bagi masing-masing simplisia.



C. Pola Kromatografi Pola kromatografi dilakukan untuk memberikan gambaran secara kualitatif dan melihat pola pemisahan senyawa yang terkandung dalam tanaman sampel. Modul Praktikum 4 PADJADJARAN



FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS



PANDUAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-FARMASI BAHAN ALAM Halaman 6 2016



Sistem dan metode pengujian disesuaikan dengan sampel masing-masing di Farmakope Herbal Indonesia. D.Paramater Kualitas Simplisia 1. Susut Pengeringan Tujuan : Memberikan batasan maksimal (rentang) tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan. Prosedur : Simplisia ditimbang seksama 1-2 gram dan dimasukkan ke dalam botol timbang dangkal bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan 105 oC selama 30 menit dan ditara. Sebelum ditimbang, ekstrak diratakan dengan menggoyangkan botol hingga mendapat lapisan setebal 5-10 mm, lalu dimasukkan ke dalam oven 105 oC hingga bobot tetap dengan keadaan tutup terbuka. Dalam kedaan tertutup, botol didinginkan dalam desikator hingga suhu ruang sebelum ditimbang. Susut pengeringan ekstrak ditetapkan dengan rumus sebagai berikut : Ket :



Co = Bobot botol kosong



Ct = Bobot botol + simplisia m = Bobot simplisia



2. Kadar Abu Total dan Kadar Abu Tidak Larut Asam Tujuan : Memberikan gambaran kandungan mineral dan anorganik internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak. Prosedur: Kadar Abu Total 2 gram simplisia ditimbang dengan seksama ke dalam kurs yang telah ditara. Suhu dinaikan secara bertahap hingga 600 ± 25oC sampai bebas karbon. Dinginkan Modul Praktikum 4 PADJADJARAN



FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS



PANDUAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-FARMASI BAHAN ALAM Halaman 7 2016



dalam desikator serta timbang berat abu. Dihitung kadar abu dalam persen terhadap berat sampel awal, ditetapkan dengan rumus sebagai berikut : Ket : Co = Bobot krus kosong Ct = Bobot krus + simplisia m = Bobot ekstrak



Kadar Abu Tidak Larut Asam Abu hasil penetapan kadar abu total dididihkan dengan 25 mL HCl encer selama 5 menit. Kumplkan bagian yang tidak larut dalam asam. Lalu saring menggunakan kertas saring bebas abu, cuci dengan air panas, saring dan timbang kembali. Dihitung kadar abu yang tidak larut asam dalam persen terhadap berat sampel, ditetapkan dengan rumus sebagai berikut :



Ket : Co = Bobot krus kosong Ct = Bobot krus + kertas saring bebas abu m = Bobot simplisia



3. Kadar Sari Larut Air dan Kadar Sari Larut Etanol Tujuan : Memberikan gambaran awal jumlah senyawa kandungan yang terlarut dalam pelarut tertentu. Prosedur : Kadar Sari Larut Air Simplisia sebanyak 5 gram ditimbang. Kemudian, dimasukkan ke dalam labu bersumbat, kemudian dilarutkan dalam 100 mL air jenuh kloroform. Lalu dikocok berkali-kali selama 6 jam pertama, dan dibiarkan selama 18 jam. Kemudian disaring. Filtrat yang didapat, diambil 20 mL lalu diuapkan hingga kering dalam cawan penguap yang telah dipanaskan terlebih dahulu pada 105 oC dan ditara. Kemudian Modul Praktikum 4 PADJADJARAN



FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS



PANDUAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-FARMASI BAHAN ALAM Halaman 8 2016



residu yang didapat, dipanaskan pada 105 oC hingga bobot tetap. Kadar sari larut air ditetapkan dengan rumus sebagai berikut :



Ket : Co = Bobot cawan kosong Ct = Bobot cawan + simplisia m = Bobot simplisia



Kadar Sari Larut Etanol Simplisia sebanyak 5 gram ditimbang. Kemudian, dimasukkan ke dalam labu bersumbat, kemudian dilarutkan dalam 100 mL etanol 95%. Lalu dikocok berkali-kali selama 6 jam pertama, dan dibiarkan selama 18 jam. Kemudian disaring. Filtrat yang didapat, diambil 20 mL lalu diuapkan hingga kering dalam cawan penguap yang telah dipanaskan terlebih dahulu pada 105 oC dan ditara. Kemudian residu yang didapat, dipanaskan pada 105 oC hingga bobot tetap. Kadar sari larut etanol ditetapkan dengan rumus sebagai berikut :



Ket : Co = Bobot cawan kosong Ct = Bobot cawan + simplisia m = Bobot simplisia



PUSTAKA Depkes RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Dirjen POM. Direktorat Pengawasan Obat Tradisional. 3-5. BPOM RI. 2004. Keputusan Kepala BPOM Nomor HK.00.05.4.2411 Tahun 2004 tentang Ketentuan Pokok Pengelompokan dan Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia.



Modul Praktikum 4 PADJADJARAN



FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS



PANDUAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-FARMASI BAHAN ALAM Halaman 9 2016



Kemkes RI. 2013. Suplemen III Farmakope Herbal Indonesia Edisi I. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Jakarta. Stahl, E. 1985. Analisis Obat secara Kromatografi dan Mikroskopi. Penerjemah : Dr. Kosasih Padmawinata dan Dr. Iwang Sudiro. Penerbit ITB. Bandung.



Modul Praktikum 4 PADJADJARAN



FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS