10 Sifat Wajib Untuk Menjadi Trainer Yang Baik [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

10 Sifat Wajib untuk Menjadi Trainer yang Baik Siap untuk mengetahui apa saja 10 sifat wajib untuk menjadi trainer yang baik? Berikut ini adalah sifat – sifat dasar yang harus kamu kuasai,



Consistent / Role Model



Role Model maksudnya adalah seorang trainer bisa menjadi contoh atas pesan yang disampaikannya dan berkomitmen untuk melaksanakan apa yang dia katakan. Seorang trainer yang menjadi role model akan sangat dipercaya oleh pendengarnya, ketimbang seorang trainer yang hanya bisa berbicara tetapi tidak memiliki prestasi apapun. Trainer perlu memperhatikan konsistensi antara apa yang dia ucapkan dengan kenyataan yang ada pada dirinya.



Clarity Clarity maksudnya seorang trainer harus memiliki pesan yang jelas untuk disampaikan kepada audience nya. Misalkan saya membawakan pesan kepada pemuda untuk menjadi generasi cemerlang melalui gaya hidup CerdasMulia. Atau ada mentor saya yang jelas menyampaikan pesan tentang menemukan passion. Intinya dari sifat ini, kamu harus bisa menjawab pertanyaan, “Who am I?” dan “What kind of message that I want to spread for my audience?” Competent Competent maksudnya setiap trainer perlu menguasai minimal 2 hal : penguasaan subjek ilmu yang ingin disampaikan (misalnya : keuangan, bisnis, atau pengembangan diri) dan penguasaan panggung. Penguasaan panggung di sini meliputi mulai dari mempersiapkan materi, membawakan materi dengan sangat menarik (mulai dari slide, cara penyampaian, dll) serta mengevaluasi materi yang telah dibawakan. Confident Confident maksudnya adalah menjaga kepercayaan diri saat diberikan tantangan yang lebih besar atau mendapatkan klien yang juga lebih besar. Cara menjaga kepercayaan diri adalah dengan terus – menerus belajar hingga menjadi seorang expert di bidangnya.



Creative Creative maksudnya adalah kemampuan menciptakan nilai tambah baru atau sesuatu yang unik dan berbeda dari sebelumnya. Tanpa kreativitas, maka pelatihan yang kita bawakan akan cenderung membosankan.



Collaborative Collaborative maksudnya adalah keterbukaan untuk bekerjasama dengan orang lain. Seringkali ditemukan bahwa trainer biasanya merasa bisa mengandalkan semuanya sendiri. Beranikan diri untuk asking for help apabila memang kita tidak menguasai suatu topik tertentu. Misalkan di program Young Trainer Academy, saya berkolaborasi dengan 3 trainer yang membawakan topik berbeda – beda. Hasilnya, pelatihan menjadi lebih asyik dan menarik. Communicative Communicative maksudnya bukan hanya bisa berkomunikasi menarik di atas panggung saja, tetapi juga pada komunikasi satu lawan satu kepada klien atau peserta kita. Salah satu cara untuk mengukur apakah kita komunikatif adalah dengan melihat apakah orang nyaman berkomunikasi dengan kita atau tidak.



Courageous Courageous maksudnya adalah keberanian untuk mengambil risiko, terutama menghadapi klien baru atau saat membuat program – program baru yang memiliki risiko. Namun, risiko ini bukan berarti tidak diukur, ya.. Jika kita melihat bahwa peluangnya lebih baik, maka sebaiknya diambil walaupun ada risiko yang menyertainya. Sifat ini saya terapkan sewaktu pertama kali meluncurkan program Young Trainer Circle. Ada sebuah perasaan bahwa investasi social media yang dibuat ini sepertinya tidak menguntungkan dan akan sedikit yang menggunakan. Tetapi, gagasan ini akhirnya dieksekusi. Beberapa saat kemudian user nya pun berkembang dan bahkan anggota socmed ini bisa meluncurkan sebuah buku dengan judul Sekeping Cinta. Bayangkan seandainya saya takut dan tidak berani mengambil risiko, maka platform dan buku tersebut pun menjadi tidak ada.



Caring Caring maksudnya adalah tulus peduli kepada orang lain. Dulu, saya sempat menganggap bahwa saat kita menjadi trainer maka yang menjadi bintang adalah trainer nya. Namun, saya salah. Mentor saya meluruskan bahwa yang menjadi bintang adalah audience nya. Kita adalah pelayan untuk membantu mereka menyelesaikan masalah mereka. Trainer terbaik adalah mereka yang secara tulus peduli terhadap audience mereka.



Compassion Compassion maksudnya adalah sebuah sikap antusias dan menghayati penuh profesi trainer sebagai passion mereka. Banyak dari trainer yang karena tidak memiliki sifat ini, menjadi bosan karena membawakan pelatihan hanya menjadi sebuah rutinitas saja tanpa memaknainya secara mendalam. Itulah 10 sifat utama yang wajib dimiliki seorang trainer yang baik dan materi ini tidak akan kamu temukan di manapun. Bagi kamu yang ingin menjadi trainer, silakan ukur diri kamu dengan skala 1 – 10 untuk masing – masing sifat tersebut. 1 berarti kamu belum punya sifat itu sama sekali, 10 berarti itu sudah menjadi sifat alamiah kamu. Untuk setiap sifat itu kemudian dijumlahkan.



Rahasia Menjadi Trainer Handal 2



Oleh: Anthony Dio Martin. S (Self Improvement). Banyak orang mengaku punya pengalaman 10 tahun tapi sebenarnya pengalaman setahun yang diulang 10 kali. Begitu pula dengan para trainer. Sering kali Anda mendengarkan para trainer yang mengulang pesan yang sama pada topik yang berbeda. Seakan-akan apa yang diketahuinya adalah ‘formula sukses’ yang berlaku untuk segala hal. Baru-baru ini saya mendengar dalam suatu acara talk show radio di mana seorang trainer yang mengaku motivator ditanya tentang isi sebuah buku motivasi yang sedang ramai dan “hot” dibicarakan. Tapi, ternyata ia tidak membaca dan tidak tahu apaapa. Si penanya di radio bertanya dengan gemas, “Masak Bapak tidak baca?” Tapi si motivator ini bisa berkelit dengan cukup baik,”Ada ribuan buku, Pak. Apakah saya harus membaca buku yang Anda baca?” Trainer ini bisa mengelak, tapi bagaimana pun saya setuju bahwa seharusnya si motivator ini update dengan buku baru best sellerdunia yang ditanyakan itu. Nah, salah satu kendala terbesar bagi trainer adalah menjadi “tape recorder hidup” yang hanya memutar pesan yang sama. Oleh karena itu, cobalah melakukan self improvement dan update informasi. Ada begitu banyak sumber informasi: majalah, koran, TV, Radio, apalagi internet! Bergabunglah dengan milis group yang membahas topik yang Anda bawakan. Juga perbanyak belajar dari trainer world class. Dalam buku “Tony Robbins Biography:Living His Dream” dikatakan bahwa Anthony Robbins setiap tahun membaca ratusan buku sukses dan ia telah menghabiskan ribuan buku tentang pengembangan diri sebelum mengembangkan Neuro Associative Conditioningnya. Saya sendiri berkomitmen mendengar atau menyaksikan world class trainer setiap hari. Bagaimana dengan program self improvement Anda? M (Multi Sensori) Para trainer professional mendesain trainingnya secara menarik. Bukan hanya visual slide presentasinya yang eye-catching tapi juga ada sound yang menggelegar termasuk



juga aktivitas serta berbagai props (tambahan perlengkapan pelatihan) yang sesuai. Selain itu yang menarik adalah bagaimana secara kinestetik melibatkan audiensnya. Sewaktu di Hongkong saya pernah menyaksikan di TV seorang trainer financial freedom yang sengaja membawa kartu kredit dan mengguntingnya! Tatkala ia bicara mengenai ‘sedia payung sebelum hujan’ sang trainer betul-betul membawa payung ke atas panggung. Wow! Dalam NLP dikatakan 3 modalitas belajar kita yang mencakup visual (penglihatan), auditory (pendengaran) dan kinestetik (peragaan). Upayakan presentasi dan training Anda mencakup ke-3 hal dalam berbagai variasi. Kalau Anda masih belum yakin, coba sekali-kali lihat tukang obat keliling yang menawarkan obatnya. Ia punya visual atraktif, suara dengan loud speaker yang keras sampai terdengar puluhan meter, lalu ia pun membuat peragaan termasuk sulap yang menarik. Pikirkanlah kalau ketrampilan trainer seperti itu. A (Act Passionately) Anda pasti menyukai trainer yang bersemangat dengan topiknya. Semangat trainer seperti ini selalu menular dan banyak dicari. Para trainer ini bicara dengan sepenuh hatinya, oleh karenanya pada peserta pasti mendengarkan! Ingatkah pepatah mengatakan, “It’s better to speak with full heart but empty head, rather than full head but empty heart ” (lebih baik bicara dengan sepenuh hari tapi kepala kosong daripada kepala penuh, tapi hati yang kosong). Saya senang dengan seminar duo pembicara Mark Victor Hansen – Jack Canfield yang membawakan cerita “chicken soup for soul”-nya dengan sepenuh hati. Jadilah bersemangat dengan topik Anda. Sederhana saja, kalau Anda sendiri tidak bersemangat dengan topik Anda, bagaimana peserta Anda mau bersemangat? R (Responsive to Audience Needs) Ada audiens yang datang karena ingin di-entertain, ada yang karena mau belajar sesuatu, ada yang ingin meningkatkan kemampuannya, ada pula yang belajar karena dipaksa. Semua audiens ini butuh direspon oleh trainer. Para audiens menginginkan kita memahami bahasa mereka dan apa yang mereka inginkan. Karena itu para trainer yang profesional biasanya telah berbicara dan menggali kebutuhan pendengarnya dulu, khususnya dengan pada atasannya. Ataupun, jika tidak ada kesempatan, trainer datang lebih awal dan menyapa serta bicara dengan audiensnya tentang harapan mereka. Bisa pula, jika Anda ingin menggali needs audiens Anda, ambil sedikit waktu



untuk menggali harapan mereka. Setelah itu berusahalah untuk memenuhi harapan para peserta. T (Totality) Singkatnya totalitas adalah.. “hadir jiwa dan raga untuk melakukan apapun yang diperlukan agar pesan bisa diterima oleh peserta. “ Ada trainer yang mengupayakan kertas ukuran kartu nama yang dibagikan agar peserta ingat key-point-nya. Ada yang menunjukkan totalitas dengan cara mendramatisir kisah dan cerita, misal kalau bercerita tentang pelari yang buntung kakinya, diperagakan cara geraknya. Ada juga yang menghadirkan totalitas dengan meluangkan waktu untuk memberikan konseling personal bagi peserta. Banyak cara! Tapi yang jelas, semuanya dilakukan dengan ketulusan agar peserta sungguh-sungguh mendapat dari apa yang disampaikannya. Kesimpulannya, untuk mengetahui apakah Anda seorang trainer yang SMART atau tidak bandingkanlah dengan ke-5 isu ini: Pertama, apakah Anda sudah jarang baca buku, jarang mengikuti perkembangan topik, Anda masih terus menggunakan semua slide yang Anda pakai 5 tahun lalu? Kedua, apakah metode Anda mengajar hanya mengandalkan slide presentasi tanpa variasi dan fokus pada ceramah 1 arah melulu? Ketiga, apakah Anda sendiri tidak percaya dan tidak mempraktekkan, bahkan tidak yakin yang Anda ajarkan bisa dipraktekkan? Terakhir, apakah Anda merasa mengajar itu membosankan dan Anda sendiri yang bertanya-tanya kapan jam mengajar Anda segera selesai? Jika ada salah satu jawaban yang YA, cobalah untuk bercermin lebih jauh. Bisa jadi itulah yang membuat karir Anda sebagai trainer tidak berkembang dan jalan di tempat seperti sekarang! Be A smart trainer & presenter!