10.2.program - Budaya - Keselamatan - Rumah - Sakit (1) Ok [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 02.04.04



RUMAH SAKIT TK.IV 02.07.02 LAHAT



PROGRAM BUDAYA KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT



RUMAH SAKIT TK.IV 02.07.02 LAHAT TAHUN 2022



1



KATA PENGANTAR Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas RahmatNya penyusunan Program Budaya Keselamatan di Rumah Sakit Tk.IV 02.07.02 Lahat tahun 2022 dapat terlaksana. Program Budaya Keselamatan ini berisikan laporan hasil survey / pengukuran budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit Tk.IV 02.07.02 Lahat, dalam penyusunan program membutuhkan koordinasi dan komunikasi yang baik antara kepala instalasi / kepala unit keperawatan, penunjang, ketehnisian lain, administrasi atau staf dan pihak lainnya di rumah sakit. Program Budaya Keselamatan ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan Peningkatan Program Budaya Keselamatan di Rumah Sakit Tk.IV 02.07.02 Lahat, untuk meningkatkan mutu pelayanan kepada pasien. Ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam Penyusunan Program Budaya Keselamatan Rumah Sakit Tk.IV 02.07.02 Lahat. Kami menyadari bahwa Penyusunan Program Budaya Keselamatan Rumah Rumah Sakit Tk.IV 02.07.02 Lahat ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, berbagai kritik dan saran untuk perbaikannya sangat diharapkan sebagai upaya menerapkan kemajuan Budaya Keselamatan di Rumah Sakit. Semoga Program Budaya Keselamatan Rumah Sakit Tk.IV 02.07.02 Lahat ini dapat bermanfaat bagi kita semua.



Komite PMKP



2



PROGRAM BUDAYA KESELAMATAN RUMAH SAKIT TK IV 02.07.02 LAHAT I.



PENDAHULUAN Keselamatan Pasien di Rumah Sakit adalah hal yang utama dalam pelayanan kesehatan. Penyelenggaraan keselamatan pasien melalui Standar Keselamatan Pasien, Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) dan Tujuh Langkah menuju keselamatan pasien diharapkan menciptakan budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatkan akuntabilitas, menurunkan insiden keselamatan pasien dan dapat terlaksananya program pencegahan sehingga tidak terjadi kejadian tidak diharapkan yang merugikan pasien (Mei , 2021 dr. Revy J.N Tilaar, M.A.P) Budaya Keselamatan (safety culture) yaitu suatu budaya organisasi yang mendorong setiap individu anggota staf (klinis atau non klinis/administrasi) melaporkan hal-hal yang mengkhawatirkan tentang keselamatan atau mutu pelayanan di Rumah Sakit. Budaya Keselamatan di Rumah Sakit adalah sebuah lingkungan yang kolaboratif antara staf klinis memperlakukan satu sama lain secara hormat dengan melibatkan atau memberdayakan pasien dan keluarga. Pimpinan mendorong staf klinis pemberi asuhan bekerja sama dalam tim yang efektif dan mendukung proses kolaborasi interprofesional dalam asuhan berfokus pada pasien (pasien center care). Keselamatan adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien lebih aman, meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Keselamatan Pasien ( Patient Safety ) adalah merupakan issue global dan nasional bagi rumah sakit dan merupakan komponen penting dari mutu pelayanan kesehatan. Perhatian dan fokus pada Keselamatan Pasien ini didorong oleh tingginya kejadian KTD atau adverse event di rumah sakit baik secara global maupun nasional. KTD diberbagai Negara diperkirakan sebesar 4.0-16,6 % (Vincent 2005 dan Raleigh 2009). Dan hampir 50% merupakan kejadian yang bisa dicegah ( Cahyono 2008 dan Yahya 2011 ). Adanya KTD tersebut selain berdampak pada peningkatan biaya pelayanan juga dapat membawa rumah sakit ke area Blaming, menimbulkan konflik antara dokter/petugas kesehatan lain dengan pasien dan tidak jarang berakhir dengan tuntutan hukum yang dapat merugikan rumah sakit. Data KTD di Indonesia masih sangat sulit diperoleh secara lengkap dan akurat, tetapi dapat diamsusikan tidaklah kecil (KKP-RS,2006) Upaya memecahkan masalah tersebut dan mewujudkan pelayanan kesehatan yang lebih aman diperlukan suatu perubahan budaya dalam pelayanan kesehatan dari budaya yang menyalahkan individu menjadi budaya



3



dimana insiden dipandang sebagai kesempatan untuk memperbaiki sistem. Sistem pelaporan yang mengutamakan pembelajaran dari kesalahan dan perbaikan sistem pelayanan merupakan dasar budaya keselamatan. Meningkatnya kesadaran pelayanan kesehatan mengenai pentingnya mewujudkan budaya keselamatan pasien menyebabkan meningkatnya pula kebutuhan untuk mengukur budaya keselamatan. Perubahan budaya keselamatan dapat dipergunakan sebagai bukti keberhasilan implementasi program keselamatan pasien. II.



LATAR BELAKANG Rumah Sakit Tk.IV 02.07.02 Lahat telah memulai gerakan keselamatan pasien pada tahun 2017 dengan dibentuknya Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KPRS), namun dalam pelaporan belum dapat tercapai maksimal karena masih rendahnya budaya untuk melapor apabila ada insiden dalam pelayanan. Minimnya data insiden menyebabkan rendahnya proses pembelajaran yang berdampak buruk pada usaha pencegahan dan pengurangan cidera pada pasien. Akibatnya Rumah Sakit kesulitan untuk mengidentifikasi potensi bahaya atau resiko yang dihadapi dalam sistem pelayanan kesehatan Rendahnya sistem pelaporan dan pembelajaran insiden di Rumah Sakit Tk.IV 02.07.02 Lahat merupakan bukti nyata bahwa kesadaran staf dan rumah sakit atas potensi timbulnya kesalahan- kesalahan masih rendah, masih tingginya budaya menyalahkan/blaming culture dan rasa takut untuk terbuka dalam pelaporan jika terdapat insiden. Oleh sebab itu perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan keberhasilan sistem pelaporan dan pembelajaran yang berfokus pada sistem yang mengurangi cidera pasien di Rumah Sakit Tk.IV 02.07.02 Lahat. Langkah penting yang harus dilakukan adalah membangun budaya keselamatan dan langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan survey /pengukuran budaya keselamatan pasien rumah sakit. Survey budaya keselamaan pasien bermanfaat untuk mengetahui tingkat budaya keselamatan pasien dan sebagai acuan untuk menyusun Program Budaya keselamatan dan melakukan Evaluasi Keberhasilan Program. Program Budaya Keselamatan ini menggambarkan tingkat budaya keselamatan pasien dalam satu waktu tertentu saja sehingga membutuhkan pengulangan evaluasi program secara berkala untuk menilai perkembangannya.



4



III.



TUJUAN A. Tujuan Umum 1. Meningkatkan Budaya Keselamatan dengan penyusunan program pelaksanaan sebagai upaya membangun budaya keselamatan di Rumah Sakit Tk.IV 02.07.02 Lahat khusunya sistem pelaporan dan pembelajaran. 2. Memberikan masukan tentang gambaran budaya keselamatan yang ada di Rumah Sakit Tk.IV 02.07.02 Lahat



3. Sebagai bahan masukan untuk kebijakan terkait dengan pelaksanaan program khususnya dalam membangun budaya keselamatan di Rumah Sakit Tk.IV 02.07.02 Lahat



B. Tujuan Khusus 1. Meningkatkan kesadaran mengenai budaya keselamatan pasien 2. Mengidentifikasi area yang membutuhkan pengembangan dalam peningkatan budaya keselamatan untuk menyusun program berikutnya 3. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam melaksanakan Program Budaya Keselamatan khususnya pelaporan dan pembelajaran. 4. Sebagai evaluasi tingkat keberhasilan Program Budaya Keselamatan yang terintegrasi Program Keselamatan 5. Sebagai acuan untuk menyusun Program Budaya Keselamatan yang sesuai dengan karakteristik yang ada pada suatu Rumah Sakit. IV.



KEGIATAN A. Kegiatan Pokok a) Perilaku memberikan pelayanan yang aman secara konsisten untuk mencegah terjadinya kesalahan pada pelayanan berisiko tinggi b) Perilaku dimana para individu dapat melaporkan kesalahan dan insiden tanpa takut dikenakan sanksi atau teguran dan diperlakukan secara adil (just culture) c) Kerja sama Tim dan koordinasi untuk menyelesaikan masalah keselamatan pasien d) Komitmen pimpinan rumah sakit dalam mendukung staf seperti waktu kerja para staf, pendidikan, metode yang aman untuk melaporkan masalah dan hal lainnya untuk menyelesaikan masalah keselamatan e) Identifikasi dan mengenali masalah akibat perilaku yang tidak diinginkan (perilaku sembrono) f) Evaluasi budaya secara berkala dengan metode seperti kelompok focus diskusi (FGD), wawancara dengan staf dan analisis data g) Mendorong kerjasama dan membangun system, dalam mengembangkan budaya perilaku yang aman



5



h) Menanggapi perilaku yang tidak diinginkan pada semua staf semua jenjang dirumah sakit, termasuk manajemen, staf administrasi, staf klinis dan non klinis, dokter praktisi mandiri, representasi pemilik dan anggota dewan pengawas. B. Cara Pengukuran Budaya Keselamatan RS 1. Melakukan Survey / Pengukuran Budaya Keselamatan 2. Survey / Pengukuran Budaya Keselamatan dilakukan menggunakan AHRQ (Analisis Health Research Quality) 3. Analisa, Saran dan Rencana Tindak Lanjut dari hasil Survey / Pengukuran Budaya Keselamatan Pasien 4. Pelatihan terkait dengan pembelajaran Budaya Keselamatan pasien di rumah sakit 5. Komunikasi dan sosialisasi hasil pengukuran Budaya Keselamatan di rumah sakit C. Rincian Kegiatan 1. Melakukan Survey / Pengukuran Budaya Keselamatan menggunakan AHRQ (Analisis Health Research Quality). Instrumen ini terdiri atas 50 item pertanyaan dalam 12 aspek keselamatan pasien yang menilai persepsi karyawan / personil mengenai : a. Budaya keselamatan pasien level unit kerja b. Budaya keselamatan pasien level managemen rumah sakit c. Pengukuran Outcome Budaya Keselamatan rumah sakit 2. Pelatihan terkait dengan proses pembelajaran dan pelaporan keselamatan pasien sesuai program budaya keselamatan di rumah sakit 3. Komunikasi dan sosialisasi hasil pengukuran Budaya Keselamatan di rumah sakit dengan mengadakan rapat dilengkapi atau difasilitasi dengan undangan, daftar hadir, notulen / materi dan dokumentasi kegiatan 4. Melaksanakan tujuh langkah menuju budaya keselamatan pasien sebagai berikut : a. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien b. Pimpin dan dukung staf anda, ciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil c. Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko d. Kembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko dari budaya keselamatan, serta lakukan identifikasi dan assesmen hal yang potensial bermasalah. e. Bangunlah komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang keselamatan pasien di rumah sakit f. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien, kembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien. g. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien 6



V.



CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN Pelaksanaan kegiatan Program Budaya Keselamatan di Rumah Sakit Tk.IV 02.07.02 Lahat bertujuan meningkatkan Budaya Keselamatan sebagai upaya membangun budaya keselamatan khusunya sistem pelaporan dan pembelajaran. Adapun rangkaian kegiatan yang akan dilakukan untuk pemantauan peningkatan Budaya Keselamatan Pasien adalah : 1. Upaya Komite PMKP : a. Membagikan kuesioner pengukuran Budaya Keselamatan melalui aplikasi google form kepada kepala instalasi / kepala Unit / karu untuk selanjutnya dibagikan kepada personil atau anggota yang ada di unit kerjanya. b. Menganalisa jawaban kuesioner dari responden, untuk mendapatkan hasil dari survey / pengukuran Budaya Keselamatan tersebut. c. Hasil survey / pengukuran Budaya Keselamatan di laporkan kepada Kepala Rumah Sakit Tk.IV 02.07.02 Lahat



d.



VI.



Memberikan saran dan rencana tindak lanjut kepada Kepala Rumah Sakit Tk.IV 02.07.02 Lahat untuk di lakukan perbaikan atau pengelolaan risiko dari budaya keselamatan dengan melakukan identifikasi dan assesmen hal yang potensial bermasalah.



SASARAN Personil atau karyawan pada level unit kerja yang kontak langsung maupun tidak langsung kepada pasien, level manajemen, sampai kepada Pimpinan Rumah Sakit Tk.IV 02.07.02 Lahat



7



VII.



JADWAL PROGRAM BUDAYA DAN KEGIATAN NO 1



2



UPAYA RUMAH SAKIT



KEGIATAN



Perilaku memberikan pelayanan  yang aman secara konsisten untuk mencegah terjadinya kesalahan pada pelayanan berisiko tinggi 



Rumah sakit memberikan suasana yang aman dan nyaman untuk setiap unit kerja dalam melaksanakan kegiatan sehari- hari. Kepala unit memberikan sosialisasi untuk selalu bekerja sesuai dengan SPO yang sudah ditetapkan Rumah Sakit



Perilaku dimana para individu dapat  melaporkan kesalahan dan insiden tanpa takut dikenakan sanksi atau teguran dan diperlakukan secara adil (just culture) 



Rumah sakit memberikan jaminan kerahasiaan apabila ada laporan insiden dari individu atau unit pelayanan Laporan insiden dituliskan dalam lembar insiden untuk kejadian KPC,KNC dengan lembar investigasi sederhana. Tidak memberikan hukuman apabila ada kejadian insiden di RS, apabila ada insiden dilakukan analisis akar masalah bersama- sama.







3



4



5



Kerja sama Tim dan koordinasi  untuk menyelesaikan masalah keselamatan pasien



Membentuk Tim investigasi untuk menyelesaikan masalah keselamatan pasien di RS



Komitmen pimpinan rumah sakit  Membuat komitmen untuk seluruh staf dalam mendukung staf seperti waktu dan karyawan rumah sakit dalam kerja para staf, pendidikan, metode melaporkan setiap ada insiden yang aman untuk melaporkan keselamatan pasien masalah dan hal lainnya untuk menyelesaikan masalah keselamatan Identifikasi dan mengenali masalah akibat perilaku yang tidak  Mencari akar masalah apabila ada diinginkan (perilaku sembrono) insiden dengan metode RCA Evaluasi budaya secara berkala dengan metode seperti kelompok focus diskusi (FGD),



6



8



 Membuat rencana monitoring dan evaluasi secara berkala terhadap program budaya dengan



wawancara dengan staf dan analisis data 7



Mendorong kerjasama dan membangun system, dalam mengembangkan budaya perilaku yang aman



8



Menanggapi perilaku yang tidak diinginkan pada semua staf semua jenjang dirumah sakit, termasuk manajemen, staf administrasi, staf klinis dan non klinis, dokter praktisi mandiri, representasi pemilik dan anggota dewan pengawas.



9



membentuk kelompok disetiap unit kerja



diskusi



 Menumbuhkan kerjasama disemua unit kerja dengan membangun budaya kerja yang aman dan nyaman.  Memberikan tanggapan apabila ada kesalahan / insiden yang tidak diharapkan dengan cara melakukan diskusi dan analisis bersama untuk mendapatkan solusi terbaik.



VIII.



KEGIATAN SURVEY BUDAYA NO



KEGIATAN



PELAKSANAN



1



Melakukan Survey / Pengukuran Budaya Keselamatan



Membagikan kuesioner pengukuran Budaya Keselamatan melalui aplikasi google form kepada kepala instalasi / kepala Unit / karu untuk selanjutnya dibagikan kepada personil atau anggota yang ada di unit kerjanya.



2



Menganalisa Survey / Pengukuran Budaya Keselamatan



Menganalisa jawaban kuesioner dari responden, untuk mendapatkan hasil dari survey / pengukuran Budaya Keselamatan yang dilakukan



3



Mendapatkan hasil Survey / Pengukuran Budaya Keselamatan



Hasil survey / pengukuran Budaya Keselamatan di laporkan kepada Kepala



4



Rumah Sakit Tk.IV 02.07.02 Lahat



-Memberikan saran dan rencana tindak lanjut kepada kepala rumah sakit untuk di lakukan perbaikan atau pengelolaan risiko dari budaya keselamatan dengan melakukan identifikasi dan assesmen hal yang potensial bermasalah.



Memberikan saran terkait hasil Survey / Pengukuran Budaya



-Memberikan saran atau rencana tindak lanjut untuk proses ke arah solusi dan perbaikan



10



IX.



PENCATATAN DAN PELAPORAN 1. Pendokumentasian seluruh kegiatan program budaya keselamatan rumah sakit 2. Pelaporan hasil survey / pengukuran Budaya Keselamatan Pasien di laporkan kepada Kepala Rumah Sakit Tk.IV 02.07.02 Lahat 3. Pencatatan Survey / pengukuran Budaya Keselamatan Pasien selanjutnya dilaksanakan secara rutin minimal 2 x dalam setahun (Juni dan Desember tahun 2022) 4. Evaluasi program budaya keselamatan pasien : a. Dilakukan pencatatan atau pembuatan laporan berupa saran dan rencana tindak lanjut kepada kepala rumah sakit untuk di lakukan perbaikan atau pengelolaan risiko dengan melakukan identifikasi dan assesmen hal yang potensial bermasalah. b. Komite PMKP Sub Manajemen Risiko membuat pelaporan risiko tahunan dalam bentuk register risiko yang selanjutnya dilakukan identifikasi atau assesmen halhal yang berpotensi menjadi masalah c. Hal-hal yang berpotensi atau menjadi masalah diberikan saran atau rencana tindak lanjut untuk proses ke arah solusi dan perbaikan



X.



MONITORING DAN EVALUASI 1. Komite PMKP mebuat laporan, analisa, saran dan rencana tindak lanjut serta rekomendasi ke kepala rumah sakit untuk dilakukan tindak lanjut dalam upaya mencari solusi ke arah perbaikan 2. Evaluasi Program Pengukuran Budaya Keselamatan di Rumah Sakit Tk.IV 02.07.02 Lahat dilaksanakan minimal 2 x dalam 1 tahun



3. Komite PMKP dan kepala rumah sakit melakukan evaluasi dari hasil survey / pengukuran Budaya Keselamatan Rumah Sakit Tk.IV 02.07.02 Lahat Semua kegiatan pelaksanaan monitoring dan evaluasi di dokumentasikan dalam bentuk laporan pelaksanaan kegiatan 4. Evaluasi program komite PMKP Rumah Sakit Tk.IV 02.07.02 Lahat dilaksanakan setiap tiga bulan untuk menjamin perbaikan mutu secara berkesinambungan



11



XI.



PENUTUP Demikian Program Budaya Keselamatan Rumah Sakit Tk.IV 02.07.02 Lahat, diharapkan dapat meningkatkan budaya keselamatan di Rumah Sakit dan dapat digunakan untuk meningkatkan mutu dan keselamatan pasien.



Kepala Rumah Saskit TK.IV 02.07.02 Lahat



dr. Richard P Simbolon,Sp.THT-KL,M Biomed. Mayor Ckm NRP. 11080092730982



12



LAMPIRAN : 1. HASIL SURVEY / PENGUKURAN BUDAYA KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT 2. INTEGRASI HASIL SURVEY / PENGUKURAN BUDAYA KESELAMATAN DAN PROGRAM BUDAYA KESELAMATAN RUMAH SAKIT UNTUK SOLUSI KE ARAH PERBAIKAN



13



Lampiran : 1 HASIL SURVEY / PENGUKURAN BUDAYA KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT TK IV 02.07.02 LAHAT JUNI TAHUN 2022 1.



Responden Demografi Dalam survey ini, jumlah responden adalah sebanyak 148 dan mencapai nilai respon rate 90%. Demografi responden berdasarkan jabatan adalah: Perawat 39.2%, Bidan 9.1%, Laboraorium /Analis 9.1%, dokter umum 9.1%, Farmasi 7,2%, dokter spesialis 4.6% dan lain lain 21,7%. Dan sebanyak 81.1% adalah petugas rumah sakit yang kontak langsung dengan pasien dan 18.9% yang tidak kontak langsung dengan pasien. Berdasarkan lama kerja di Rumah Sakit responden yang bekerja < 1 tahun sebesar 7%, bekerja selama 1-5 tahun sebesar 31.5%, bekerja selama 6-10 tahun sebesar 23.8%, bekerja selama 11-15 tahun sebesar 14.7%, bekerja selama 16-20 tahun sebesar 12.6% dan yang bekerja selama 21 tahun atau lebih sebesar 10.5%. Berdasarkan waktu jam kerja seminggu sebagian besar karyawan sebesar 65.7% bekerja diatas 40 jam dalam seminggu. 2.



Hasil Survey keseluruhan Berdasarkan grafik, hasil persepsi karyawan mengenai tingkat budaya keselamatan pasien tahun 2022 maka area kekuatan mulai dari kerjasama dalam unit kerja 85%, tindakan dan ekspektasi atasan dalam meningkatkan keselamatan pasien 65.8%, perbaikan yang berkelanjutan 93%, dukungan manajemen terhadap keselamatan pasien 74.8%, persepsi umum mengenai keselamatan pasien 71.05%. Area membutuhkan pengembangan (nilai respon positif < 50%) adalah aspek keterbukaan informasi 40.13% dan tentang frekuensi melaporkan jika ada insiden 40.13% Nilai Respon Positif Aspek Budaya Keselamatan Rumah Sakit TK IV 02.07.02 LAHAT



Hasil survey 2022 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%



85%



93% 71.05%



65.80%



74.80%



79.50% 55.76% 40.13%



14



40.13%



53.12 %



GAMBARAN DIMENSI BUDAYA KESELAMATAN PASIEN KERJASAMA DALAM SATU UNIT SKOR POSITIF Saling mendukung antar staf di dalam unit



92,4%



Bekerja sama saat beban kerja meningkat



92,3%



Saling menghargai



92,3%



Saling membantu



63%



85% EKSPEKTASI DAN TINDAKAN ATASAN DALAM MENINGKATKAN KESELAMATAN PASIEN Dipuji saat melakukan sesuatu untuk meningkatkan keselamatan pasien (KP) 61,9% Mempertimbangkan masukan staf untuk meningkatkan KP 81,8% Kepatuhan terhadap prosedur saat tekanan pekerjaan meningkat 58% Atasan menghadapi permasalahan KP yang terjadi berulang 61,5% 65.8% PERBAIKAN YANG BERKELANJUTAN Aktif melakukan sesuatu untuk meningkatkan KP Kesalahan yang terjadi membawa perubahan positif Melakukan evaluasi setelah melakukan perubahan peningkatan KP



95,1% 90,9% 93% 93%



DUKUNGAN MANAJEMEN TERHADAP KESELAMATAN PASIEN Manajemen Rumah Sakit menyediakan iklim kerja yang mempromosikan KP Tindakan Manajemen RS menunjukkan bahwa KP adalah prioritas Manajemen RS tertarik tentang KP hanya terjadi setelah insiden



72,7% 87,5% 64,3% 74.8%



PERSEPSI UMUM MENGENAI KESELAMATAN PASIEN KP tidak pernah dikorbankan untuk menyelesaikan lebih banyak pekerjaan Prosedur dan sistem baik untuk mencegah kesalahan terjadi Hanya karena kebetulan saja kesalahan – kesalahan yang lebih serius tidak Terjadi Kami memiliki masalah keselamatan pasien di unit ini



93% 81,8% 54,8% 54,6% 71.05%



UMPAN BALIK DAN KOMUNIKASI MENGENAI KESALAHAN Umpan balik tentang perubahan diberikan sesuai dengan laporan insiden Unit diberitahu mengenai insiden yang terjadi dalam unit tersebut Cara – cara untuk mencegah insiden dibahas di dalam unit



15



35% 47,6% 84,7% 55.76%



KETERBUKAAN KOMUNIKASI Kebebasan berbicara saat melihat sesuatu yang berdampak negatif Kebebasan berpendapat kepada seseorang dengan otoritas lebih tinggi Staf takut untuk bertanya ketika sesuatu tampak tidak benar



SKOR POSITIF 44,1% 60,9% 68,55% 40,13%



FREKUENSI MELAPORKAN BILA ADA INSIDEN KESELAMATAN PASIEN Seberapa sering melaporkan ketika terdapat KNC Seberapa sering melaporkan ketika terdapat KTC Seberapa sering melaporkan ketika terdapat KPC



44,1% 35% 41,3% 40.13%



KERJASAMA ANTAR UNIT Ada kerjasama yang baik antar unit rumah sakit yang harusnya bekerja sama



79%



Unit RS bekerja sama dengan baik untuk memberikan perawatan terbaik



87,4%



Unit RS tidak berkoordinasi dengan baik satu sama lain



79% 72,7% 79.5%



Bekerja sama dengan staf dari unit lain seringkali tidak menyenangkan PENEMPATAN STAF / KEPEGAWAIAN Jumlah staf cukup untuk menangani beban kerja Jam bekerja lebih lama daripada waktu kerja yang optimal utk pelayanan Lebih banyak menggunakan staf temporer dibandingkan jumlah yang optimal



58,1% 69,9% 16%



Bekerja dalam mode krisis , melakukan dengan terburu – buru



68,5% 53.12%



OPERAN DAN TRANSISI Terdapat hal – hal yang terabaikan ketika memindahkan pasien dari unit Informasi penting mengenai perawatan pasien seringkali terlupakan pada saat pergantian giliran Sering kali terjadi masalah dalam pertukaran informasi antara unit – unit di RS



67,8%



Pergantian giliran merupakan masalah bagi pasien di RS ini



84,6% 73.6%



73 % 70 %



RESPON YANG TIDAK MENGHUKUM TERHADAP SUATU KESALAHAN Staf merasa ditekan bila melakukan kesalahan Ketika ada insiden yang dilaporkan, seolah terasa bahwa orang yang terlibatlah yang dilaporkan, bukan pada masalahnya Staf khawatir terhadap kesalahan yang mereka buat tersimpan dalam data personel mereka



71,3% 76,9% 28,9% 59.03%



16



3.



Pembahasan



Hasil survey menunjukkan bahwa survey Budaya Keselamatan Pasien AHRQ (America Hospital Research and Quality) dapat digunakan untuk melakukan evaluasi Keberhasilan Program Keselamatan dalam membangun budaya keselamatan pasien terutama budaya pelaporan dan pembelajaran keselamatan pasien.. Hasil keseluruhan penilaian pada grafik diatas menunjukkan bahwa Survey Budaya Keselamatan Pasien Rumah Sakit (SBKPRS) dapat menilai perkembangan budaya keselamatan dari waktu ke waktu. Penilaian survey budaya keselamatan hanya menilai kondisi budaya keselamatan pada suatu waktu sehingga perlu dilakukan survey ulang untuk memantau perkembangan (Sorra, 2003). Survey budaya AHRQ menunjukkan bahwa melalui implementasi program kerja yang spesifik dapat meningkatkan level budaya keselamatan pasien. Mengubah budaya bukanlah cara yang mudah sehingga perlu mempersiapkan diri dengan melakukan penilaian awal kesiapan rumah sakit untuk mengetahui tingkat budaya awal (data dasar) dan mempersiapkan diri dengan mempersiapkan program kerja spesifik yang diperlukan. Untuk itu dalam melakukan survey awal budaya keselamatan pasien rumah sakit pada bulan Juni 2022 . Menurut hasil survey budaya awal, area yang membutuhkan pengembangan adalah: 1. Aspek keterbukaan informasi (40.13%) karena hanya 39.1% karyawan dapat mempertanyakan keputusan atau tindakan yang diambil oleh atasannya. 2. Aspek frekuensi melaporkan apabila ada kejadian insiden (40.13%) karena masih rendahnya budaya melaporkan apabila ada insiden Berdasarkan hasil tersebut diatas dan data obyektif keselamatan pasien dimana pada Tri wulan I tahun 2022 hanya ada 7 insiden yang terlaporkan 5 insiden kategori KNC dan 2 insiden kategori KTD, maka tingkat budaya keselamatan pasien Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama berada pada level reaktif. Organisasi pada level reaktif sudah mempunyai system keselamatan pasien secara terbatas, organisasi memandang bahwa keselamatan pasien sebagai hal yang penting namun aktifitas yang dilakukan hanya bersifat reaktif kala terjadi cidera medis (Ashcroft, 2005). Kondisi ini diperkuat oleh data pelaporan kejadian nyaris cidara tahun 2022 yang masih rendah. Sebagai upaya meningkatkan level budaya keselamatan menuju tingkat generatif dimana sistem terus dipelihara dan diperbaiki dan menjadi bagian dari misi organisasi dan secara aktif mengevaluasi efektivitas intervensi yang dikembangkan dan terus belajar dari kegagalan dan kesuksesan, maka komite keselamatan pasien menyusun program implementasi keselamatan pasien yang mengacu pada hasil penilaian survey



17



Meningkatkan pelaporan insiden : 1. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan mengenai keselamatan pasien : a. Workshop internal : keselamatan pasien, alur pelaporan dan sistem pembelanjaran di Rumah Sakit b. Menyelenggarakan Workshop Keselamatan Pasien dan Manajemen Risiko setiap tahun. 2. Kegiatan pembelajaran a. Menyelenggarakan analisis insiden : 1) 5 W (Why,What, Who, When, Where) 2) RCA (Root Cause Analysis) b. Menyelenggarakan pelatihan analisis FMEA (Failure Mode Efek Analysis) kepada tim Manajemen Risiko 3. Meningkatkan komunikasi lisan 4. Meningkatkan komunikasi terbuka antar staf. 4.



Analisa dan Tindak Lanjut a.



b.



c.



Analisa : 1. Aspek keterbukaan informasi mengenai insiden keselamatan pasien perlu ditingkatkan 2. Pelaporan insiden keselamatan pasien masih dibawah 50% artinya hanya sebagian saja yang melakukan pelaporan 3. Sumber daya manusia (ketenagaan dan pengetahuan karyawan tentang budaya dan keselamatan pasien masih relatif rendah) 4. Adanya rasa kekawatiran karyawan terkait pelaporan insiden dan keselamatan pasien akan diberikan sanksi dan disimpan dalam file dokumen rumah sakit. Saran : 1. Meningkatkan pelaporan insiden 2. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mengenai keselamatan pasien baik melalui workshop eksternal maupun internal 3. Meningkatkan komunikasi terbuka antar staf 4. Meningkatkan kegiatan pembelajaran dengan FMEA (Failure Mode Efek Analysis) dan RCA (Root Cause Analysis) Tindak lanjut 1. Sosialisasi Pasien Safety dan Pelaporan Insiden Pasien oleh Tim KPRS (Keselamatan pasien Rumah Sakit)



18



Keselamatan



2. In house Training tentang Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien meliputi Sub Peningkatan Mutu, Keselamatan Pasien dan Manajemen Risiko



19



Lampiran : 2



NO 1



INTEGRASI HASIL SURVEY / PENGUKURAN BUDAYA KESELAMATAN DAN PROGRAM BUDAYA KESELAMATAN RUMAH SAKIT TK IV 02.07.02 LAHAT UNTUK SOLUSI KE ARAH PERBAIKAN MASALAH PEMBAHASAN SOLUSI KE ARAH PERBAIKAN 2 3 4 HASIL SURVEY / PENGUKURAN BUDAYA KESELAMATAN



A 1



AREA SKOR POSITIF Kerjasama dalam satu unit : 85%,



2



Ekspektasi dan tindakan atasan dalam meningkatkan keselamatan pasien : 65,8%



3



Perbaikan yang berkelanjutan : 93%



4



Dukungan manajemen terhadap keselamatan pasien : 74,8%



-Saling mendukung antar staf di dalam unit : 92,4% -Bekerja sama saat beban kerja meningkat : 92,3% -Saling menghargai : 92,3% -Saling membantu : 63%



Kerjasama dalam satu unit kerja 85% : -Tingkatkan terus kerjasama dalam satu unit kerja, terutama dalam hal komunikasi dan koordinasi.



Ekspektasi dan tindakan atasan dalam meningkatkan keselamatan pasien -Dipuji saat melakukan sesuatu untuk meningkatkan 65,8% : keselamatan pasien : 61,9% -Pimpin dan dukung staf anda -Mempertimbangkan masukan staf untuk meningkatkan -Ciptakan budaya kepemimpinan yang keselamatan pasien : 81,8% -Kepatuhan terhadap prosedur saat tekanan pekerjaan meningkat terbuka dan adil -Tingkatan komunikasi lisan : 58% -Atasan menghadapi permasalahan keselamatan pasien yang terjadi berulang : 61,5% Perbaikan yang berkelanjutan 93% : -Kembangkan sistem dan proses -Aktif melakukan sesuatu untuk meningkatkan pengelolaan risiko keselamatan pasien : 95,1% -Lakukan identifikasi dan assesmen hal -Kesalahan terjadi membawa perubahan positif : 90,9% yang potensial bermasalah. -Melakukan evaluasi setelah melakukan perubahan peningkatan keselamatan pasien : 93% Dukungan manajemen terhadap keselamatan pasien 74,8% : -Manajemen Rumah Sakit menyediakan iklim kerja yang -Mengidentifikasi area yang butuh mempromosikan keselamatan pasien : 72,7% pengembangan dalam peningkatan -Tindakan manajemen rumah sakit menunjukkan bahwa budaya keselamatan untuk keselamatan pasien adalah prioritas : 87,5% 20



1



2



5



Persepsi umum mengenai keselamatan pasien : 71.05%



B



AREA NILAI RESPON YANG MEMBUTUHKAN PENGEMBANGAN



1



Umpan balik dan komunikasi mengenai kesalahan : 55.76%



2



Keterbukaan komunikasi : 40,13%



3



4



-Manajemen rumah sakit tertarik tentang keselamatan pasien hanya terjadi setelah insiden: 64,3%



menyusun program yang berkelanjutan -Menyusun Program Budaya Keselamatan yang sesuai dengan karakteristik yang ada pada suatu Rumah Sakit.



-Keselamatan pasien tidak pernah dikorbankan untuk menyelesaikan lebih banyak pekerjaan : 93% -Prosedur dan sistem baik untuk mencegah kesalahan yang terjadi : 81,8% -Hanya karena kebetulan saja kesalahan – kesalahan yang lebih serius tidak terjadi : 54,8% -Kami memiliki masalah keselamatan pasien di unit kerja : 54,6%



Persepsi umum mengenai keselamatan pasien : 71.05% : -Meningkatkan kesadaran mengenai budaya keselamatan pasien -Tingkatkan mengenai nilai-nilai keselamatan pasien



-Umpan balik tentang perubahan diberikan sesuai dengan laporan insiden : 35% -Unit diberitahu mengenai insiden yang terjadi dalam unit tersebut : 47,6% -Cara – cara untuk mencegah insiden dibahas di dalam suatu unit : 84,7%



Umpan balik dan komunikasi mengenai kesalahan 55.76% : -Meningkatkan komunikasi lisan, terbuka dan adil antar instalsi / unit atau ruangan



-Kebebasan berbicara saat melihat sesuatu yang berdampak negatif : 44,1% -Kebebasan berpendapat kepada seseorang dengan otoritas lebih tinggi : 60,9% -Staf takut untuk bertanya ketika sesuatu tampak tidak benar : 68,55% 21



Keterbukaan komunikasi 40,13% : -Komunikasi terbuka, jujur dan adil antar bawahan kepada atasan -Tingkatkan budaya mengayomi / melindungi dari atasan atau pimpinan -Timbal balik dari bawahan untuk



22



1



2 3



Frekuensi melaporkan bila ada insiden keselamatan pasien : 40.13%



3



-Seberapa sering melaporkan ketika terdapat KNC : 44,1% -Seberapa sering melaporkan ketika terdapat KTC : 35% -Seberapa sering melaporkan ketika terdapat KPC : 41,3%



23



mendukung staf atau pimpinannya 4



Frekuensi melaporkan bila ada insiden keselamatan pasien 40.13% : -Dukung personil yang melaporkan insiden, misal dengan pemberian reward -Motivasi kalau ada masalah yang dibicarakan masalahnya untuk mencari solusi atau perbaikan bukan orangnya -Beri pengertian kesalahan tidak akan dimasukan ke dalam catatan penilaian file kepegawaian