# 11 Fathur Rahman-Espresso, Aeropress, Dan Vietnam Drip [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Pada kelas ini mempelajari mengenai beberapa metode penyeduhan yaitu aeropress,espresso,long black,americano dan Vietnam Drip. Berikut adalah penjelasan lebih jelas dari metode-meode diatas yaitu :



1. Aero press Selain untuk menyeduh kopi, Aeropress menyebut alatnya sebagai espresso maker, sebuah jargon yang terdapat dalam kemasan mereka sejak alat ini diciptakan tahun 2005 oleh penemunya Alan Adler, seorang dosek teknik mesin dari Stanford. Diklaim sebagai alat yang bisa menghasilkan kopi dengan konsentrasi yang pekat, “coffee and espresso maker”, begitu klaim dalam kemasannya.



Di Amerika dan negara2 Skandinavia alat ini cukup populer hingga perusahaannya mengadakan kompetisi Aeropress tingkat dunia untuk memilih peserta terbaik yang bisa menjajikan minuman kopi dalam durasi waktu 8 menit. Di dalam manualnya terdapat petunjuk yang bisa dilakukan untuk mengeksplorasi rasa dengan cara melakukan tweak faktor2 seperti tingkat halus-kasar kopi, suhu air, steeping, stirring, durasi atau waktu saat menekan plunger.



Satu hal yang paling menonjol dibanding bila dibandingkan dengan teknik menyeduh kopi seperti french press atau pour over adalah temperatur air. Aeropress sangat menyarankan untuk menggunakan suhu 80 derajat celsius dengan alasan agar ekstraksi kopi lebih smooth dan clean. Sebagaimana kita ketahui, suhu air yang biasa digunakan untuk menyeduh kopi pada frech press atau pour over berkisar antara 92-95 derajat celsius, sebuah standard yang biasa digunakan untuk bisa meng-ekstrak aroma dan rasa kopi. Alasan lain yang dikemukakan oleh pembuat alat ini, suhu yang lebih rendah dan waktu brewing yang lebih singkat akan mengurangi tingkat keasaman kopi. Di dalam box-nya terdapat dua bagian penting yaitu tabung yang terdiri dari chamber dan plunger. Chamber adalah tempat kita melakukan brewing dimana pada bagian dasarnya terdapat filter yang akan menyaring ampas kopi. Tabung yang satu lagi dinamai plunger karena berfungsi untuk menekan kopi melalui filter. Selain kedua alat tersebut, Aeropress menyertakan stirring stick, setumpuk filter kertas beserta tempatnya, sendok ukur kopi, dan sebuah funnel. Instalasi alat Aeropress tidaklah rumit, pertama buka cap yang berwarna hitam pada bagian chamber, lalu pasang filter kertas (bisa dicuci dan digunakan kembali). Tahap selanjutnya adalah memasukan kopi yang sudah digiling sebanyak satu sendok ke dalam chamber, lalu letakan di atas cangkir. Tuang air sesuai indikator angka, misalnya satu sendok untuk satu cangkir kopi. Atau agar lebih mudah Anda bisa menggunakan plunger sebagai gelas ukurnya. Saya sengaja melebihkan jumlah air sebanyak 1.5 gelas sekedar untuk mencoba bagaimana rasanya bila “menyimpang” dari instruksi yang diberikan. Setelah itu aduk perlahan hingga merata (kata Aeropress 10 detik) dan tekan perlahan dengan plunger. Cukup berat, apalagi kalau grind kopi terlalu halus (saya menggunakan grind lebih halus dibanding french press). Karena tekanan udara yang dihasilkan dari plunger cukup besar, cairan kopi akan turun sebelum alatnya menyentuh permukaannya. Saya akan terus melakukan eksperimen dengan alat ini untuk menghasilkan rasa yang sesuai dengan selera pribadi : grind setting, stirring time, plunger time, dan juga suhu air. Selebihnya, Aeropress tentu bukan mesin espresso dan tidak menghasilkan minuman tersebut walaupun dalam kemasannya disebut espresso coffee maker. *****



Adapun beberapa resep dari pemenang turnaman aero press ini Resep-resep para juara WAC ini lalu dianggap seolah mahzab oleh para penganut Aeropress. Karena, bagaimanapun, merekalah ahli yang sudah ditahbiskan sebagai juara di planet ini. Well, jika kamu termasuk penggemar Aeropress dan ingin mengetahui apa saja resep ajaib dari jajaran pemenang WAC, simak kumpulan resepnya dari tahun ke tahun berikut ini.



2009, Lukasz Jura, Polandia



Lukasz Jura, Juara WAC 2009 Lukasz Jura, Juara WAC 2009



▪ Balikkan Aeropress (upside down).



▪ Basahi filter sepenuhnya hingga merata.



▪ Siapkan 19,5 – 20 gram biji kopi, giling sedikit lebih kasar dari (ukuran) paper filter



▪ Masukkan kopi yang sudah digiling, tuangkan 200 ml air yang dipanaskan dengan suhu 75°C.



▪ Aduk 4 kali.



▪ Stop, pasang filter, kencangkan penutupnya lalu balikkan kembali setelah 10 detik.



▪ Biarkan kopi “terendam” sekitar selama 15 detik.



▪ Press



2010, Marie Hagemeister, Denmark



Marie Hagemeister, Juara WAC 2010 Marie Hagemeister, Juara WAC 2010 ▪ Panaskan air terlebih dahulu, pastikan suhunya benar-benar 80°C ketika menuangkannya ke atas kopi.



▪ Giling 20 gram biji kopi, dengan sedikit lebih halus dari paper filter.



▪ Balikkan (upside down) Aeropress dan basahi paper filter dengan air panas.



▪ Masukkan kopi yang sudah digiling, tuangkan air bersuhu 80°C ke atasnya, tuang sampai hampir penuh (sekitar 250+ ml).



▪ Aduk sekitar 10-12 detik.



▪ Panaskan cangkir, tekan Aeropress secara perlahan, stop sebelum sisa-sisa terakhir.



▪ Sajikan



2011, Jeff Verellen, Belgia



Jeff Verellen, Juara WAC 2011



Jeff Verellen, Juara WAC 2011



▪ Masukkkan paper filter ke dalam filter holder, basahi dengan air panas untuk menghilangkan bau kertas filter.



▪ Kencangkan ke Aeropress yang sudah dipanaskan terlebih dahulu.



▪ Giling 17 gram kopi (Jeff waktu itu menggunakan kopi Kenya) dengan level kasar, atau sedikit lebih kasar dari paper filter.



▪ Panaskan 270 ml air dalam suhu 80°C.



▪ Splash (percikkan) sedikit air ke atas filter dan segera tuangkan bubuk kopi segar yang baru digiling ke atasnya agar bagian bawah filter mengembang.



▪ Basahi kopi sepenuhnya dengan metode dripping ala pour-over sampai 40 gram.



▪ Biarkan blooming selama 30 detik.



▪ Tuangkan sisa airnya secara perlahan dan basahi lagi kopi secara merata.



▪ Biarkan Aeropress menetes atau dripping selama sekitar 1 menit.



▪ Tuangkan sekitar 2/4 sisa air, lalu press secara perlahan.



▪ Stop sebelum kopi di dalam Aeropress benar-benar tersisa habis (atau ketika sudah tersisa 50 ml).



2012, Charlene de Buysere, Belgia



Charlene de Buysere, Juara WAC 2012 Charlene de Buysere, Juara WAC 2012 ▪ Basahi filter sepenuhnya hingga merata, lalu pasangkan pada Aeropress.



▪ Giling 18.3 gram kopi dengan sedikit lebih kasar.



▪ Gunakan metode normal (non-inverted).



▪ Panaskan 250 ml air dalam suhu 85°C.



▪ Masukkan bubuk kopi, tuangkan air ke atasnya hingga 40 gram, lalu biarkan blooming kira-kira selama 30 detik.



▪ Tuangkan sisa airnya dan press.



▪ Stop sebelum sisa-sisa terakhir habis.



2013, Jeff Verellen, Belgia



Jeff Verellen, yang menang lagi di 2013 Jeff Verellen, yang menang lagi di 2013 ▪ Giling 17 gram kopi dengan ukuran sedikit lebih kasar dari paper filter.



▪ Basahi filter seperti biasa, Aeropress dalam posisi biasa (tidak dibalik).



▪ Panaskan 50 gram air dalam suhu 83°C untuk blooming. DAN (!) 215 gram air dalam suhu 79°C untuk dituangkan.



▪ Masukkan bubuk kopi fresh, tuangkan air (yang bersuhu 83°C), biarkan blooming selama 40 detik. Setelahnya, agitasikan secara perlahan.



▪ Tuangkan 215 gram air (bersuhu 79°C) selama kurang lebih 30 detik.



▪ Press dengan sangat perlahan selama 30 detik.



▪ Ketika kopi di dalam Aeropress sudah tersisa sekitar 50 gram, stop.



2014, Shuichi Sasaki, Jepang



Shuichi Sasaki, Juara WAC 2014 Shuichi Sasaki, Juara WAC 2014 ▪ Siapkan 16.5 gram biji kopi—Sasaki menggunakan Mahlkonig EK 43 dan menggiling di setting-an 9.5.



▪ Panaskan 250 cc air mineral dalam suhu 78°C.



▪ Basahi paper filter seperti biasanya, Aeropress dalam posisi standar (tanpa dibalik).



▪ Masukkan kopi yang sudah di-grind, tuangkan air panas sampai kira-kira 40 gram. Biarkan blooming selama 25 detik.



▪ Stir (aduk) sebanyak 5 kali.



▪ Tambahkan 210 gram sisa air, aduk satu kali lagi.



▪ Press secara perlahan selama 75 detik.



▪ Ketika kopi dalam Aeropress tersisa 45 gram, stop.



2015, Lukas Zahradnik, Slovakia



Lukas Zahradnik, Juara WAC 2015 Lukas Zahradnik, Juara WAC 2015 ▪ Siapkan 20 gram biji kopi—Lukas menggunakan Mahlkonig EK 43 dan menggiling di setting-an 7.3.



▪ Panaskan air dalam suhu 79°C.



▪ Basahi filter hingga merata.



▪ Masukkan bubuk kopi, tuang 60 gram air sambil membiarkannya blooming selama 15 detik.



▪ Goyangkan secara turbulensi selama 15 detik.



▪ Tambahkan sisa air selama 10 detik.



▪ Tutup filter, lalu balikkan (inverted).



▪ Press selama 45 detik.



▪ Stop ketika kopi dalam Aeropress berada di level nomor 1.



▪ Sajikan.



2. Espresso



MINUMAN yang awalnya ditemukan di Italia ini hampir selalu menjadi favorit, tak peduli gelombang kopi datang silih berganti. Seperti yang dikatakan Andrea Illy, ada semacam keajaiban tak terekspresikan dalam secangkir espresso, yang hanya bisa dirasakan ketika meminumnya.



Espresso, umumnya dihasilkan dengan memakai air panas dan di-brew di bawah tekanan suhu cukup tinggi. Kalau prosesnya benar, espresso tersebut bisa ditandai dengan adanya crema di lapisan atas minumannya. Nah, menurut “hukum minum kopi” ala orang Italia, espresso sebaiknya diminum ketika crema-nya masih ada. Selain karena crema adalah emulsi dari minyak kopi yang berfungsi untuk “membungkus” espresso dan menjaga agar aromanya tetap sempurna, crema ini juga merupakan penanda bahwa espresso tersebut masih segar atau tidak. Makanya disarankan untuk meminum espresso sekaligus, dalam satu tegukan. Merupakan jenis yang paling basic. Tradisionalnya, satu cup espresso terbuat dari 7-9 gram bubuk kopi dan seharusnya dibuat tidak lebih dari 25 detik. Satu shot espresso biasanya berukuran 25-30 ml. Tekanan tinggi mutlak diperlukan untuk menyeduh espresso agar bisa menciptakan karakter dan lapisan padat berwarna coklat—yang disebut crema dan merupakan penanda bahwa espresso itu baik. Seorang Italia bernama Luca di Pietro yang juga seorang pendiri Tallucci e Vino, kedai kopi cukup terkenal di New



York, mengatakan bahwa espresso yang baik harusnya tidak terasa terlalu pahit dan tidak membuat jantung berdebar. Belakangan, semakin banyak pula mesin dan alat yang memudahkan kita untuk membuat espresso. Meski begitu, tetap saja, membuatnya tidak semudah itu—terutama jika membuat espresso dengan mesin. Ada sejumlah faktor penting yang harus diperhatikan untuk menciptakan hasil yang sempurna. Apa-apa saja?



Variabel-variabel brewing



Bagian ini mencakup hal-hal dasar yang harus dipersiapkan, diantaranya adalah:



· Air. Espresso, bagaimana pun, akan terasa nikmat jika air yang digunakan juga baik. Bukan hal baru lagi bahwa air merupakan salah satu elemen penting dalam proses meracik kopi. Air yang mengandung endapan, ‘kerak’ dan mineral-mineral tak baik akan merusak espresso dan bahkan alat yang digunakan itu sendiri. Karenanya, sangat penting untuk memelajari kualitas air yang akan digunakan. Ada banyak water test kits yang kini dijual di toko-toko hardware. Dan sekiranya itu masih belum lengkap, buku panduan tentang standar kualitas air yang dirilis oleh SCAA pun bisa dijadikan panduan.



· Gilingan. Sebelum diproses, biji kopi perlu digiling terlebih dahulu. Untuk membuat espresso, dibutuhkan level gilingan yang lebih halus dibandingkan dengan metode seduhan kebanyakan, misalnya gilingan filtered coffee. Sebagai contoh sederhana, level kehalusan untuk bubuk espresso bisa dibandingkan dengan garam dapur dan bisa dikenali jika bubuknya sedikit bergumpal—menunjukkan bahwa level kehalusannya cukup maksimal.



· Takaran. Untuk espresso double shot, biasanya standar yang digunakan adalah 18-21 gram bubuk kopi. Semakin banyak bubuk kopi yang ditambahkan, maka espresso yang dihasilkan pun semakin kuat baik body dan intensitasnya.



· Tamping. Memadatkan bubuk kopi dengan tamper akan membatasi aliran air yang merambat masuk ke dalam bubuk kopi itu. Dan pada akhirnya akan “memaksa” bubuk kopi dan air terekstrasi lebih padat. Di sinilah fungsi tamping itu memegang peranannya. Proses tamping yang cukup kuat dan merata akan sangat penting dalam menghasilkan ekstraksi yang merata pula.



· Suhu. Air bersuhu 90°-96°C umumnya dianggap ideal untuk menyiapkan kopi. Di beberapa mesin kopi, kita bisa menentukan dan mengendalikan sendiri pengaturan suhu ini. Nah sistem inilah yang sering disebut dengan PID controller. Jika mesin espresso yang kamu miliki memiliki fitur ini, maka kamu bisa bereksperimen sebebasnya dengan berbagai rentang suhu yang disukai. Suhu yang lebih rendah umumnya akan menghasilkan lebih banyak brightness dan taste yang lebih ringan, sementara suhu yang lebih tinggi akan membuat karakternya lebih roasty dan intens.



· Hasil akhir. Pada proses coffee brewing, ada dua faktor yang cukup esensial yaitu coffee input dan water input. Namun untuk urusan membuat espresso, maka dua elemen yang cukup esensial adalah coffee input dan beverage input. Untuk mengukurnya, coba buat 2 oz espresso—kira-kira cukuplah untuk 1 shot glass ukuran besar. Lalu timbang espresso tadi, jika beratnya sekitar 30 gram maka itu bisa dianggap hasil akhir yang ideal.



hasil-akhir-espresso-shot



Contoh untuk “mengukur” coffee input dan beverage input. · Durasi waktu. Dengan rekomendasi dosis takaran dan hasil akhir tadi, maka durasi yang baik untuk membuat espresso umumnya adalah selama 25-30 detik, mulai dari tahap ekstraksi awal sampai gelas terisi penuh.



Alat-alat yang digunakan



Alat-alat yang penting untuk mengeksekusi proses espresso dengan baik, diantaranya:



· Mesin. Mesin espresso yang baik pada umumnya adalah yang bisa mendukung banyak performa penting dalam pembuatan espresso itu, mulai dari stabilitas temperatur sampai sensible interface. Di beberapa artikel sebelumnya, kami sudah pernah membahas tentang tipe-tipe mesin espresso, perbedaan macam-macam boiler pada mesin espresso dan beberapa pertimbangan yang bisa dipikirkan sebelum membeli mesin espresso. Nah, yang diperlukan hanya tinggal memelajarinya saja banyakbanyak. :p



· Grinder. Espresso dengan rasa yang konsisten dimulai dari level gilingan yang konsisten pula. Untuk mendapatkan hasil gilingan terbaik, disarankan untuk memilih burr grinder yang bisa menggiling cukup baik dengan berbagai penyesuaian.



· Tamper. Untuk menghasilkan ekstraksi yang merata, sebaiknya pilihlah tamper yang cocok dengan portafilter basket kalian masing-masing. Kebanyakan basket memiliki diameter 58 mm.



· Timbangan/scale. Dengan sebuah timbangan berat atau gram scale, maka kita akan bisa tetap menjaga hasil yang konsisten dan mendiagnosa kemungkinan kesalahan sedini mungkin. Terutama untuk soal coffee input dan beverage input tadi. Pada pembuatan espresso terdapat dua jenis pembuatanya yaitu menggunakan mesin espresso dan alat bernama rock presso



1. Rock presso Siapa bilang espresso dengan crema tebal hanya bisa dihasilkan oleh mesin mahal? ROK Presso menghadirkan solusi bagi maniak espresso agar dapat membuat minuman favoritnya di rumah, tanpa perlu khawatir tagihan listrik melambung tinggi.



Berikut langkah-langkah penggunaannya.



Alat dan Bahan



ROK Presso Sendok Penekan Tamper 49 mm (opsional) Penggiling kopi Timbangan Termometer Stopwatch 18 gram kopi 150 ml air panas



LANGKAH 1 Siapkan ROK Presso. Pasang portafilter pada tempatnya. Siapkan pula sendok penekan atau tamper agar dekat dari jangkauan.



LANGKAH 2 Timbang kopi sebanyak 18-20 gram. Disarankan untuk menimbang kopi lebih banyak 1-2 gram dari yang akan digunakan, karena seringkali berat kopi berkurang setelah digiling.



LANGKAH 3 Giling kopi. KopiDewa menggunakan Porlex dengan setelan 2-3 klik dari titik 0 untuk mendapatkan tingkat kehalusan maksimal. Sambil menggiling mulailah memanaskan air.



LANGKAH 4 Tuang air mendidih ke chamber ROK Presso lalu lakukan blind shot untuk menghangatkan portafilter dan gelas saji.



LANGKAH 5



Buka dan keringkan portafilter lalu tuangkan kopi yang sudah digiling sebanyak 18 gram. Ratakan dengan jari lalu tekan menggunakan sendok bawaan atau tamper (asesoris tambahan) sampai padat dan seimbang. LANGKAH 6



Pasang portafilter dengan kuat lalu mulai tuang air panas (90°C) ke dalam chamber sebanyak 100 ml. Nyalakan stopwatch lalu angkat tuas penekan ROK perlahan sampai air pindah ke bagian bawah chamber sepenuhnya. LANGKAH 7



Mulai tekan tuas ROK dengan kuat dan konsisten. Berhenti menekan setelah terekstraksi sebanyak 60 ml dan catat waktu stopwatch. Waktu ekstraksi di bawah 28 detik menandakan gilingan kurang halus, tamping kurang padat, atau tekanan yang terlalu bersemangat. Sebaliknya, waktu ekstraksi lebih dari 32 detik menandakan gilingan kurang kasar, tamping terlalu kuat, atau kurang tenaga saat menekan.



LANGKAH 8



Jangan lupa membersihkan portafilter dari sisa ampas kopi (cake). Cake adalah indikator kekuatan tamping yang dapat diandalkan. Ampas yang berhamburan menandakan tamping yang kurang kuat. Jika cake susah dikeluarkan, coba kurangi kekuatan tamping di proses seduh berikutnya.



LANGKAH 9



Jika prosesnya benar, pahitnya espresso hanya terasa samar-samar karena tertutup oleh rasa dan aroma lain, tergantung jenis kopi yang Anda gunakan. Dengan espresso senikmat ini, Anda akan melupakan beratnya tuas ROK Presso ketika ditekan.



Kopi, sebagaimana mahakarya kuliner lainnya, selalu mengandung unsur selera dan subjektivitas. Panduan yang disajikan di sini hanyalah acuan dasar yang tidak bisa lepas dari unsur tersebut. Silakan bereksperimen dengan gramasi biji, kehalusan gilingan, suhu air, waktu seduh, dan banyak variabel lain yang membuat teknik menyeduh kopi menjadi sebuah karya seni.



2. Moka pot espresso Dalam penyajian kopi ada terdapat banyak cara, dan cara tradisional yang banyak disukai orang adalah dengan cara manual brew. Manual brew ini ada banyak lagi jenisnya yaitu Frech Press, Syphon, pour over, aeropress, dan Moka pot.



Kali ini kita akan membahas cara yang terakhir yaitu metode penyeduhan dengan Moka Pot. Pada awalnya manual brew satu ini bernama Moka Express namun kini banyak orang sepakat menamakan manual brew ini menjadi Moka Pot.



Moka Pot diakui banyak orang sebagai alat pembuat espresso, namun tak sedikit pula yang tidak setuju dengan hal ini. Terlepas dari perdebatan tersebut memang kopi yang dihasilkan oleh Moka Pot memiliki rasa mendekati espresso. Jadi pada saat itu banyak yang lebih memilih memiliki Moka Pot karena belum memungkinkan memiliki mesin espress yang mahal hingga penjualanannya mencapai 200 juta buah.



Moka Pot sendiri berbentuk seperti teko keil dengan tiga bagian utama. Bagian pertama adalah tabung bawah untuk tempat air, bagian kedua adalah funnel di mana bubuk kopi diletakkan, dan bagian ketiga adalah tabung penampung hasil ekstraksi dari kopi.



Jadi, dari bagian tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa Moka Pot bekerja dengan cara saat air panas hingga titik tertentu, air akan berubah menjadi uap yang akan menekan bubuk kopi. hasil uap yang



menekan bubuk kopi tersebut akan naik ke atas lalu semakin menekan bubuk hingga ke funnel, setelah itu, barulah air hasil ekstraksi kopi akan keluar melalui saluran yang terhubung di bagian wadah atas.



Memang sih, bila dijabarkan akan terlihat sederhana namun bila kita tidak memiliki keterampilan dalam membuat kopi menggunakan Moka Pot maka kadang kopi akan terasa getir ataupun gosong. Istilah yang cocok untuk Moka Pot ini adalah ‘gampang-gampang susah’. Menaklukannya butuh tantangan dengan keterampilan.



Cara membuat espresso dengan Moka Pot Moka Pot sebelum digunakan harus dalam keadaan bersih, hal ini dimaksudkan agar kopi yang dihasilkan tidak tercemar rasa lain karena Moka Pot tidak steril sebelum digunakan. untuk menghasilkan kopi dengan rasa pas maka gunakan selalu air panas, hindari menggunakan air dingin karena harus memanaskannya lagi menggunakan Moka Pot, bila itu terjadi maka hal ini berbahaya bagi bubuk kopi sebab akan membuat Moka Pot terlalu panas dan bubuk kopi menjadi mengeluarkan rasa gosong.



Isi air hingga batas yang bentuknya seperti mur. Masukkan bubuk kopi, gunakan bubuk kopi yang tingkat kehalusannya seperti garam dapur dan bukannya terlalu halus seperti tepung. Lebih baik lagi jika kamu giling sendiri bubuk kopi bila memiliki grinder.



Pastikan wadah kopinya selalu penuh. Setelah semua sudah siap maka satukan semua bagian Moka Pot, periksa semua terpasang dengan kecang. Panaskan di atas kompor menggunakan api sedang. Inilah saat brewing dilakukan, jangan sekali-kali meninggalkannya sebab kopi rawan gosong. Jika kopi sudah terlihat keluar dari pipa, maka segera ditutup. Saat inilah dibutuhkan ketajaman pendengaran kamu, bila Moka Pot sudah mulai bergetar dan bergemuruh maka segera matikan api dan tunggu sampai suaranya berhenti. Inilah saat di mana proses brewing berhenti. Buka tutupnya kemudian tuang ke dalam cangkir, kopi siap diseruput. Jika proses berjalan lancar maka crema tebal akan muncul di permukaan cangkir.



Berbeda dengan manual brew lainnya, kenikmatan kopi dari Moka Pot ini tergantung dari jenis kopi, kesegaran hingga tingkat penggilingan dari kopi tersebut.



Dalam menggunakan bubuk kopi, ada hal yang perlu kamu ingat. Bila menggunakan bubuk kopi terlalu halus maka sering sekali malah tidak mau jalan melalui saluran pada Moka Pot. Sementara menggunakan bubuk kopi terlalu kasar jadinya akan muncrat dengan cepat saat air panas mendidih di dalam Moka Pot.



untuk memvariasikan rasa dari espresso terdapat beberapa menu yang biasa kita kenal dengan americano ,cappuccino dan latte. 1. Americano Pada americano 30 ml adalah espresso dan 150 ml adalah air panas.pada americano ini terdapat perbedaan suhu yang drastis dari suhu rendah ke suhu tinggi sehingga biasa jika penyeduhanya tidak sesuai maka akan over ektrasi. 2. Long black Pada americano komposisinya masih sama seperti diatas denga espresso dan air panas,tetapi untuk urutannya berbeda dengan americano yaitu awalanya yaitu air panas sebayak 150 ml dan diakhiri oleh 30 ml espresso. Pada long black ektrasi dari kopi akan cepat berhenti karena suhu air mengalami turun suhu yang drastic,sehingga akan under ektrasi 3. Cappuccino terbuat dari espresso, susu yang diuapkan, dan susu berbuih.untuk komposisinya yaitu 1. 1/3 espresso 2. 1/3 steam milk 3. 1/3 foam



4. Caffe latte terbuat dari espresso dan susu yang diuapkan. Untuk komposisinya sama seperti cappuccino tetapi bedanya foam pada caffe latte lebih tipis dari pada cappuccino.



3. Vienam Drip Masyarakat Vietnam terkenal suka minum kopi tanpa mengenal waktu dan tempat. Persis seperti di Indonesia, kopi hitam pekat disajikan dengan gula atau susu kental manis untuk mengurangi rasa pahit. Berikut panduan seduh kopi ala Vietnam, negara saingan utama Indonesia dalam hal ekspor kopi. Alat dan Bahan Vietnam Dripper Penggiling kopi Timbangan Termometer Sendok pengaduk 10 gram kopi



Susu kental manis sesuai selera 250 ml air panas LANGKAH 1 Siapkan dripper, gelas saji, susu kental manis, dan sendok pengaduk.



LANGKAH 2 Timbang kopi sebanyak 10 gram. Disarankan untuk menimbang kopi lebih banyak 1-2 gram dari yang akan digunakan, karena seringkali berat kopi berkurang setelah digiling.



Jika menyukai kopi yang pekat, Anda bisa menggunakan sampai 12 gram kopi. Tapi jika menginginkan yang ringan, 8 gram kopi sudah mencukupi. LANGKAH 3 Giling kopi. KopiDewa menggunakan Porlex dengan setelan 7-8 klik dari titik 0 untuk mendapatkan tingkat kehalusan pasir kasar. Sambil menggiling mulailah memanaskan air.



Dengan menggunakan Vietnam Dripper, waktu kontak air dan kopi berlangsung cukup lama. Gunakan gilingan kasar agar kopi tidak over-extracted karena kopi menetes lebih lama. LANGKAH 4 Masukkan kopi yang sudah digiling ke dalam dripper, lalu ratakan dengan menepuknepuk dripper.



LANGKAH 5 Tekan kopi dengan tamper, tapi jangan terlalu padat. Tekanan yang terlalu kuat akan membuat hasil akhir terasa burnt karena kopi over-extracted.



Jika dripper Anda menggunakan baut sebagai pengunci tamper, jangan terlalu kencang memutar baut. LANGKAH 6 Tuang air bersuhu 90°C sampai dripper hampir penuh. Lalu tunggu hingga kopi menetes perlahan.



LANGKAH 7 Proses seduh bisa terjadi selama 10 menit. Bila air menetes terlalu cepat, gunakan gilingan yang lebih halus atau tekan kopi lebih padat. Bila terlalu lama, lakukan sebaliknya.



Setelah selesai, gunakan tutup dripper sebagai alas agar tetesan kopi tidak mengotori meja. LANGKAH 8 Di Vietnam kopi biasa disajikan dengan gorengan, sama seperti di Indonesia.



Kopi, sebagaimana mahakarya kuliner lainnya, selalu mengandung unsur selera dan subjektivitas. Panduan yang disajikan di sini hanyalah acuan dasar yang tidak bisa lepas dari unsur tersebut. Silakan bereksperimen dengan gramasi biji, kehalusan gilingan, suhu air, waktu seduh, dan banyak variabel lain yang membuat teknik menyeduh kopi menjadi sebuah karya seni. Referensi : 1. 2. 3. 4. 5.



http://kopidewa.com https://majalah.ottencoffee.co.id/jenis-jenis-variabel-shot-espresso-2/ http://kopidewa.com/panduan-seduh/vietnam-drip/ https://www.coffindo.id/content/info/membuat-espresso-dengan-moka-pot.html