123dok Penerapan Arsitektur Tradisional Aceh Pada Museum Tsunami Aceh [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENERAPAN ARSITEKTUR TRADISIONAL ACEH PADA MUSEUM TSUNAMI ACEH



SKRIPSI



OLEH



RENI WIDIARTI 110406005



DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015



Universitas Sumatera Utara



PENERAPAN ARSITEKTUR TRADISIONAL ACEH PADA MUSEUM TSUNAMI ACEH



SKRIPSI



Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Dalam Departemen Arsitektur Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara



OLEH



RENI WIDIARTI 110406005



DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015



Universitas Sumatera Utara



PERNYATAAN PENERAPAN ARSITEKTUR TRADISIONAL ACEH PADA MUSEUM TSUNAMI ACEH



SKRIPSI Dengan ini penulis menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.



Medan, Juli 2015 Penulis,



(Reni Widiarti)



Universitas Sumatera Utara



Judul Skripsi



:



Penerapan Arsitektur Tradisional Aceh Pada Museum Tsunami Aceh



Nama Mahasiswa



:



Reni Widiarti



Nomor Pokok



:



110406005



Departemen



:



Arsitektur



Menyetujui Dosen Pembimbing



Salmina Wati Ginting, S.T.,M.T.



Koordinator Skripsi,



Ketua Program Studi,



Dr. Ir. Dwira N. Aulia, M.Sc



Ir. N. Vinky Rahman, MT



Tanggal Lulus: 08 Juli 2015



Universitas Sumatera Utara



Telah diuji pada Tanggal : 08 Juli2015



PanitiaPengujiSkripsi Ketua Komisi Penguji



: Dr. Ir. Nelson M. Siahaan, Dipl. T.P., M.Arch.



Anggota Komisi Penguji



: 1. SalminaWati Ginting, S.T., M.T. 2. Hajar Suwantoro, S.T., M.T



Universitas Sumatera Utara



KATA PENGANTAR Puji dan syukur, saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Tulisan ini merupakan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi Strata Satu (S1) Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Alur NonProfesi. Adapun judul yang di angkat pada tulisan ini yaitu “Penerapan Arsitektur Tradisional Aceh Pada Museum Tsunami Aceh”. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang berperan penting yaitu: 1. Ibu Salmina Wati Ginting, S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing, yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan, dukungan serta meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. 2. Bapak Dr. Ir. Nelson M. Siahaan, Dipl. T.P., M. Arch. Dan Bapak Hajar Suwantoro, S.T.,M.T. selaku Dosen Penguji, atas saran dan masukan yang diberikan kepada penulis terhadap skripsi ini. 3. Bapak Ir. N. Vinky Rahman, MT selaku Ketua Departemen Arsitektur dan Bapak Ir. Rudolf Sitorus, MLA selaku Sekretaris Departemen Arsitektur. 4. Bapak/Ibu staff pengajar Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.



i Universitas Sumatera Utara



5. Orang tua saya yang tercinta Bapak Suratno, S.pd. dan Ibu Wiwik Miosari. Kakak, abang dan adik tersayang, Nurwahyuni Ratna Setya, S.pd. Witra Febri, dan Rizky Januar. Terimakasih atas doa dan dukungan nyaselama ini. 6. Pacar tersayang Ismail Yusuf, ST.



yang selalu bersedia meluangkan



waktunya serta memberi semangat dan dukungannya selama ini. Teman sekaligus sahabat Elferina Dwi Cahya, Dina Purnama, dan para anggota gep besar yang namanya tidak bisa di sebutin satu persatu yang telah banyak memberi masukan dalam pengerjaan skripsi ini. Teman teman satu angkatan 2011 yang sering membuat suasana kelas selalu ramai dan banyak memberi inspirasi. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat yang besar bagi semua pihak.



Medan,



Juli 2015



Penulis



Reni Widiarti



ii Universitas Sumatera Utara



ABSTRAK Desain Museum Tsunami Aceh mengambil ide dasar dari budaya dan unsur arsitektur tradisional Aceh. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengkaji unsur unsur nilai budaya dan arsitektur tradisional Aceh yang diterapkan pada bangunan Museum Tsunami Aceh, dengan mengidentifikasi dan menganalisis faktor yang mempengaruhi perancangan Museum Tsunami Aceh yang dilihat dari penerapan arsitektur tradisional Aceh. Teori yang digunakan adalah teori tentang arsitektur tradisional Aceh. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian historis–kualitatif–deskriptif. Data yang di kumpulkan berupa data primer dan data skunder. Pengumpulan data Primer dilakukan dengan observasi langsung/survey ke tempat daerah penelitian dengan cara pengambilan foto, wawancara tidak terstruktur dengan tokoh masyarakat Aceh, dan Arsitek. Data skunder merupakan data yang didapat dari studi literatur yaitu dari buku, dan jurnaljurnal sebagai media informasi. Hasil dari tulisan ini adalah penerapan arsitektur pada Museum Tsunami Aceh memenuhi enam elemen konsep arsitektur tradisional Aceh, sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perancangan Museum Tsunami Aceh yang dilihat dari penerapan arsitektur tradisional Aceh memenuhi tiga elemen. Kata Kunci: Museum Tsunami Aceh, Arsitektur tradisional Aceh.



ABSTRACT The Aceh Tsunami Museum design based on a basic idea of the cultural and traditional architectural elements in Aceh. Therefore, this research has goal to analyze the elements of cultural values and Aceh’s traditional architecture that applied to The Aceh Tsunami Museum building, with identify and analyze factors that make the design of Aceh Tsunami Museum like from the traditional architecture Aceh .The theory used in this research is the theory about traditional architecture of Aceh. The method used in this research is the historical – qualitative descriptive method. Data was accumulated by the form of primary data and secondary data. Primary data was accumulated by direct observation and survey to the research area by take some photos, interview with an architect and community leaders in Aceh. Secondary data is the data obtained from literature, either some books or journals as an information media. The result of this research is the application of The Aceh Tsunami Museum architecture with the six elements of traditional architectural concepts, while the factors that affect the design of Aceh Tsunami Museum seen from the application of Aceh traditional architecture comply three elements. Keywords: Aceh Tsunami Museum. Traditional architecture of Aceh.



iii Universitas Sumatera Utara



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ..............................................................................................i ABSTRAK ................................................................................................................iii DAFTAR ISI .............................................................................................................iv DAFTAR GAMBAR ................................................................................................vii DAFTAR TABEL ....................................................................................................xii BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................1 1.1. Latar Belakang ....................................................................................................1 1.2. Rumusan Masalah ...............................................................................................3 1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................................4 1.4. Manfaat Penelitian ..............................................................................................4 1.5. Kerangka Berfikir................................................................................................5 BAB II KAJIAN PUSTAKA ...................................................................................6 2.1. Arsitektur Tradisional Aceh ................................................................................6 2.2.1. Jenis Jenis BanguananTradisional Aceh ...................................................6 2.1.1.1. Bangunan Tempat Tinggal (Rumah Aceh Tradisional) ..........................................................6 2.1.1.2. Bangunan Tempat Ibadah (Mesjid Tradisional Aceh)...........................................................25 2.2. Museum ..............................................................................................................30 2.2.1. Pengertian Museum ..................................................................................30 2.2.2. Fungsi Museum .........................................................................................31



iv Universitas Sumatera Utara



2.3. Konsep Museum Tsunami Aceh Sebagai Karya Ridwan Kamil ........................32 2.3.1. Ridwan Kamil Sebagai Arsitek .................................................................32 2.3.2. Konsep Museum Tsunami Aceh ...............................................................34 2.3.2.1. Konsep Denah ..............................................................................34 2.3.2.2. Konsep Fasad ................................................................................35 2.3.2.3. Konsep Atap .................................................................................36 2.3.2.4. Konsep Dinding ............................................................................36 2.3.2.5. Konsep Ruang Dalam ...................................................................37 2.4. Studi Kasus Sejenis .............................................................................................40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..............................................................45 3.1. Jenis Penelitian ....................................................................................................45 3.2. Variabel Penelitian ..............................................................................................45 3.4. Metode Pengumpulan Data .................................................................................46 3.5. Objek/Lokasi Penelitian ......................................................................................47 3.6. Metode Analisa Data ...........................................................................................51 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................53 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................................................................53 4.1.1. Deskripsi Wilayah Kota Banda Aceh .......................................................53 4.1.2. Deskripsi Wilayah Lokasi Penelitian ........................................................54 4.2. Museum Tsunami Aceh ......................................................................................57 4.2.1. Sejarah Museum Tsunami Aceh ...............................................................57 4.2.2. Kondisi Eksisting Museum Tsunami Aceh ...............................................59 4.2.2.1. Tapak/Siteplaning .........................................................................59



v Universitas Sumatera Utara



4.2.2.3. Ruang Dalam Bangunan Museum Tsunami Aceh .......................61 4.3. Analisa Penerapan Arsitektur Tradisional Aceh Pada Museum Tsunami Aceh .............................................................................73 4.3.1. Analisa Bentuk Museum Tsunami Aceh ..................................................73 4.3.1.1. Analisa Denah Bangunan ............................................................70 4.3.1.2. Analisa Tampak Bangunan ...........................................................76 4.3.2. Analisa Teknologi Bangunan Museum Tsunami Aceh ............................89 4.3.2.1. Analisa Material Bangunan ..........................................................89 4.3.2.2. Analisa Struktur Bangunan ..........................................................91 4.4. Temuan Penelitian Pada Bangunan Museum Tsunami Aceh .............................94 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 105 5.1. Kesimpulan ...................................................................................................... 105 5.2. Saran ................................................................................................................. 106 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 10



vi Universitas Sumatera Utara



DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Susunan Ruang Pada Rumah Aceh ......................................................7 Gambar 2.2. Rumah Tradisional Aceh Di Sigli .........................................................9 Gambar 2.3. Rumah Tradisional Aceh Di Banda Aceh .............................................9 Gambar 2.4. Rumah Tradisional Aceh Di Aceh Besar ..............................................10 Gambar 2.5. Rumah Tradisional Aceh Di Aceh Tengah ...........................................10 Gambar 2.6. Denah Rumah Tradisional Aceh Dengan 24 Tiang ..............................11 Gambar 2.7. Denah Rumah Tradisional Aceh Dengan 16 Tiang ..............................12 Gambar 2.8. Tampak Depan Rumah Tradisional Aceh .............................................13 Gambar 2.9. Tampak Samping Rumah Tradisional Aceh .........................................13 Gambar 2.10.Tampak Belakang Rumah Tradisional Aceh .......................................13 Gambar 2.11. Atap Rumah Tradisional Aceh ............................................................14 Gambar 2.12. Proporsi Rumah Tradisional Aceh ......................................................15 Gambar 2.13. Dinding Rumah Tradisional Aceh ......................................................16 Gambar 2.14. Pintu Rumah Tradisional Aceh ...........................................................16 Gambar 2.15. Jendela Rumah Tradisional Aceh ........................................................17 Gambar 2.16. Warna Dinding Rumah Tradisional Aceh ...........................................18 Gambar 2.17. Motif Ornamen Keagamaan ................................................................20 Gambar 2.18. Motif Ornamen Flora ..........................................................................21 Gambar 2.19. Motif Ornamen Fauna .........................................................................21 Gambar 2.20. Kerangka Konstruksi Rumah Tradisional Aceh..................................23 Gambar 2.21. Komponen Struktur Utama Rumah Tradisional Aceh ........................23 Gambar 2.22 Sistim Ikat Pada Konstruksi Rumah Tradisional Aceh. .......................24



vii Universitas Sumatera Utara



Gambar 2.23. Pola Penyambungan Dan Hubungan Tiang Pada Rumah Tradisional Aceh ..............................................................24 Gambar 2.24. Jenis Jenis Mesjid Tradisional Aceh Dari Berbagai Daerah Di Aceh .............................................................25 Gambar 2.25. Denah Mesjid Tradisional Aceh ..........................................................26 Gambar 2.26. Tampak Mesjid Tradisional Aceh .......................................................27 Gambar 2.27. Konstruksi Mesjid Tradisional Aceh...................................................28 Gambar 2.28. Ornamen Pintalan Tali Di Mesjid Tradisional Aceh ...........................29 Gambar 2.29. Pola Geometris Pada Mesjid Tradisional Aceh...................................29 Gambar 2.30. Ridwan Kamil .....................................................................................33 Gambar 2.31. Konsep Ilustrasi Bentuk Denah Museum Tsunami Aceh ...................34 Gambar 2.32. Konsep Ilustrasi Bentuk Fasad Bangunan Museum Tsunami Aceh .......................................................35 Gambar 2.33 Konsep Atap Bangunan Museum Tsunami Aceh ................................36 Gambar 2.34. Konsep Dinding Museum Tsunami Aceh ...........................................36 Gambar 2.35. Konsep Ruang Space Of Fear (Lorong Tsunami) ..............................37 Gambar 2.36. Konsep Ruang Memorial Hall ............................................................38 Gambar 2.37. Konsep Ruang Sumur Doa ..................................................................39 Gambar 2.38. Konsep Ruang Atrium Of Hope ..........................................................39 Gambar 3.1. Lokasi Penelitian ...................................................................................44 Gambar 3.2. Museum Tsunami Aceh ........................................................................45 Gambar 3.3. Ground Lan Museum Tsunami Aceh ....................................................45 Gambar 3.4. Site Plan Museum Tsunami Aceh .........................................................46



viii Universitas Sumatera Utara



Gambar 3.5. Tampak Museum Tsunami Aceh ..........................................................46 Gambar 4.1. Peta Kota Banda Aceh...........................................................................49 Gambar 4.2. Peta Lokasi Penelitian (Museum Tsunami Aceh) .................................50 Gambar 4.3. Kawasan Pariwisata Di Sekitar Lokasi Penelitian ................................51 Gambar 4.4. Kawasan Pendidikan Di Sekitar Lokasi Penelitian ...............................52 Gambar 4.5. Kawasan Perkantoran Di Sekitar Lokasi Penelitian ..............................52 Gambar 4.6. Kondisi Saat Museum Tsunami Sedang Di Bangun .............................54 Gambar 4.7. Konfigurasi Site Museum Tsunami Aceh .............................................56 Gambar 4.8. Ruang Luar Museum Tsunami Aceh ....................................................57 Gambar 4.9. Denah Lantai Dasar Museum Tsunami Aceh ......................................58 Gambar 4.10. Detai Denah Ruang Space Of Fear (Lorong Tsunami).......................59 Gambar 4.11. Ruang Space Of Fear (Lorong Tsunami) ............................................59 Gambar 4.12. Denah Ruang Memorial Hall ..............................................................60 Gambar 4.13. Ruang Memorial Hall .........................................................................60 Gambar 4.14. Denah Ruang Sumur Doa ....................................................................61 Gambar 4.15. Ruang Sumur Doa ...............................................................................62 Gambar 4.16. Denah Lantai 1 Museum Tsunami Aceh .............................................63 Gambar 4.17. Denah Ruang Atrium ..........................................................................63 Gambar 4.18. Ruang Atrium Of Hope........................................................................64 Gambar 4.19. Denah Perletakan Kolom Pada Ruang Atrium ....................................64 Gambar 4.20. Ruang Terbuka Atrium Of Hope .........................................................65 Gambar 4.21. Denah Lantai 2 Museum Tsunami Aceh .............................................65 Gambar 4.22. Ruang Hall/Lobby ...............................................................................66



ix Universitas Sumatera Utara



Gambar 4.23. Ruang Pamer Tetap .............................................................................66 Gambar 4.24. Denah Lantai 3 Musuem Tsunami Aceh .............................................67 Gambar 4.25. Ruang Pamer Temporer ......................................................................62 Gambar 4.26. Ruang Perpustakaan ............................................................................68 Gambar 4.27. Analisa Denah Museum Tsunami Aceh Terhadap Denah Rumah Dan Mesjid Tradisional Aceh .......................................70 Gambar 4.28. Analisa Penempatan Ruang Museum Tsunami Aceh Dan Rumah Tradisional Aceh ...............................................................71 Gambar 4.29. Analisa Tampak Museum Tsunami Aceh Terhadap Tampak Rumah Dan Mesjid Tradisoanal Aceh ....................................72 Gambar 4.30. Analisa Proporsi Museum Tsunami Aceh Terhadap Proporsi Rumah Dan Mesjid Tradisional Aceh ....................................73 Gambar 4.31. Analisa Bentuk Atap Museum Tsunami Aceh Terhadap Bentuk Atap Rumah Dan Mesjid Tradisional Aceh .............................75 Gambar 4.32. Analisa Dinding Museum Tsunami Aceh Terhadap Dinding Rumah Dan Mesjid Tradisional Aceh .....................................76 Gambar 4.33. Analisa Bentuk Kulit Dinding Museum Tsunami Aceh Terhadap Unsur Tradisioanal Aceh .......................................................77 Gambar 4.34. Analisa Pintu Museum Tsunami Aceh Terhadap Pintu Rumah Dan Mesjid Tradisional Aceh .........................................78 Gambar 4.35. Analisa Jendela/Ventilasi Museum Tsunami Aceh Terhadap Jendela/Ventilasi Rumah Dan Mesjid Tradisional Aceh ......................80



x Universitas Sumatera Utara



Gambar 4.36. Analisa Ornamen Museum Msunami Aceh Terhadap Ornamen Rumah Dan Mesjid Tradisioanal Aceh .................................82 Gambar 4.37. Analisa Warna Museum Msunami Aceh Terhadap Warna Rumah Dan Mesjid Tradisioanal Aceh .....................................83 Gambar 4.38. Warna Maket Museum Tsunami Aceh................................................84 Gambar 4.39. Material Lantai Rumah Dan Mesjid Tradisioanal Aceh .....................85 Gambar 4.40. Analisa Material Lantai Museum Tsunami Aceh................................86 Gambar 4.41. Analisa Sistem Struktur Rumah dan Mesjid Tradisioanal Aceh ...............................................................87 Gambar 4.42. Analisa Sistem Struktur Museum Tsunami Aceh ...............................88



xi Universitas Sumatera Utara



DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Kesan Warna Pada Rumah Tradisional Aceh. ......................................... 19 Tabel 2.2. Studi Kasus Sejenis. ................................................................................. 39 Tabel 3.1. Variabel Penelitian. .................................................................................. 42 Tabel 3.2. Metode Pengumpulan Data. ..................................................................... 43 Tabel 4.1. Variabel Analisa Bentuk Museum Tsunami Aceh ................................... 69 Tabel 4.2. Analisa Warna Museum Tsunami Aceh Terhadap Warna Rumah Dan Mesjid Tradisioanal Aceh.. ........................................ 84 Tabel 4.3. Variabel Analisa Teknologi Bangunan. ................................................... 85 Tabel 4.4. Analisa Penerapan Arsitektur Tradisional Aceh Pada Bangunan Museum Tsunami Aech. .................................................. 90 Tabel 4.5. Analisa faktor yang mempengaruhi perancangan museum tsunami aceh yang dilihat dari penerapan arsitektur tradisional Aceh ...................................................... 100



xii Universitas Sumatera Utara



ABSTRAK Desain Museum Tsunami Aceh mengambil ide dasar dari budaya dan unsur arsitektur tradisional Aceh. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengkaji unsur unsur nilai budaya dan arsitektur tradisional Aceh yang diterapkan pada bangunan Museum Tsunami Aceh, dengan mengidentifikasi dan menganalisis faktor yang mempengaruhi perancangan Museum Tsunami Aceh yang dilihat dari penerapan arsitektur tradisional Aceh. Teori yang digunakan adalah teori tentang arsitektur tradisional Aceh. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian historis–kualitatif–deskriptif. Data yang di kumpulkan berupa data primer dan data skunder. Pengumpulan data Primer dilakukan dengan observasi langsung/survey ke tempat daerah penelitian dengan cara pengambilan foto, wawancara tidak terstruktur dengan tokoh masyarakat Aceh, dan Arsitek. Data skunder merupakan data yang didapat dari studi literatur yaitu dari buku, dan jurnaljurnal sebagai media informasi. Hasil dari tulisan ini adalah penerapan arsitektur pada Museum Tsunami Aceh memenuhi enam elemen konsep arsitektur tradisional Aceh, sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perancangan Museum Tsunami Aceh yang dilihat dari penerapan arsitektur tradisional Aceh memenuhi tiga elemen. Kata Kunci: Museum Tsunami Aceh, Arsitektur tradisional Aceh.



ABSTRACT The Aceh Tsunami Museum design based on a basic idea of the cultural and traditional architectural elements in Aceh. Therefore, this research has goal to analyze the elements of cultural values and Aceh’s traditional architecture that applied to The Aceh Tsunami Museum building, with identify and analyze factors that make the design of Aceh Tsunami Museum like from the traditional architecture Aceh .The theory used in this research is the theory about traditional architecture of Aceh. The method used in this research is the historical – qualitative descriptive method. Data was accumulated by the form of primary data and secondary data. Primary data was accumulated by direct observation and survey to the research area by take some photos, interview with an architect and community leaders in Aceh. Secondary data is the data obtained from literature, either some books or journals as an information media. The result of this research is the application of The Aceh Tsunami Museum architecture with the six elements of traditional architectural concepts, while the factors that affect the design of Aceh Tsunami Museum seen from the application of Aceh traditional architecture comply three elements. Keywords: Aceh Tsunami Museum. Traditional architecture of Aceh.



iii Universitas Sumatera Utara



BAB I PENDAHULUAN 1.1.



Latar Belakang Indonesia terdiri dari banyak suku bangsa, setiap daerah memiliki



kekhasan sejarah dan budaya tersendiri, salah satunya adalah Nanggroe Aceh Darussalam sebagai Provinsi paling barat di Indonesia. Jika dilihat dari sejarah dan budayanya, Aceh adalah daerah pertama tempat masuknya agama Islam sehingga diberi nama Serambi Mekah. Ibu Kota dari Provinsi Aceh (NAD) adalah Kota Banda Aceh yang merupakan salah satu kota yang pernah dilanda bencana alam tsunami pada 26 Desember 2004. Setelah terjadinya musibah tsunami yang menghancurkan hampir dari separuh Kota tersebut, pemerintah dan berbagai bantuan dari dalam maupun luar negeri, membantu untuk melakukan tahap rekonstruksi dan rehabilitasi. Saat ini Banda Aceh telah berkembang pesat dari berbagai segi, baik segi ekonomi, pendidikan, khususnya dalam segi pariwisata. Wisata situs tsunami menjadikan Kota Banda Aceh sebuah objek wisata yang saat ini sangat pesat perkembangannya. Salah satu wisata yang saat ini menjadi sebuah landmark selain Mesjid Raya Baiturahman adalah Museum Tsunami Aceh. Museum Tsunami Aceh dibangun oleh pemerintah Kota Banda Aceh dengan cara mengadakan lomba sayembara terbuka yang dimenangkan oleh judul



1 Universitas Sumatera Utara



desain Rumoh Aceh Escape Hill yang merupakan karya arsitek Indonesia yaitu M Ridwan Kamil pada tahun 2007 , menyisihkan 68 desain lainnya. M Ridwan Kamil merupakan dosen Arsitektur ITB, yang saat ini juga menjabat sebagai Wali Kota Bandung dan juga ketua Bandung Creative City Forum bersama Urbane (Urban Evolution) sebagai jasa konsultan perencanaan, arsitektur dan desain. Museum Tsunami Aceh tidak hanya sebuah bangunan monumen, tapi juga sebuah museum yang monumental. Museum ini juga merupakan sebuah bangunan yang mampu mengekspresikan kejadian tsunami. Museum Tsunami Aceh di jadikan sebagai museum yang memiliki kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Aceh yang menunjukkan bahwa masyarakat aceh saat ini telah mengalami kebangkitan, dan juga menjadikan simbol kekuatan dan kesabaran masyarakat Aceh. Menurut proposal desain tim Ridwan Kamil (2007) desain Museum Tsunami Aceh ini mengambil ide dasar dari arsitektur tradisional Aceh yaitu rumoh Aceh dan unsur tradisional Aceh sebagai contoh kearifan arsitektural masa lalu dalam merespon tantangan dan bencana alam. Arsitektur tradisional Aceh diterapkan pada bangunan masyarakat Aceh. Jenis-jenis bangunan tradisional yang dimilikinya berdasarkan kegunaannya dapat dikelompokkan atas, bangunan tempat ibadah yaitu Mesjid (Meuseujid), dan yang paling utama adalah bangunan tempat tinggal yaitu Rumah (Rumoh).



2 Universitas Sumatera Utara



Dengan demikian penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji unsur unsur nilai budaya dan arsitektur tradisional Aceh yang diterapkan pada bangunan Museum Tsunami Aceh, dengan mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi perancangan Museum Tsunami Aceh yang dilihat dari penerapan arsitektur tradisional Aceh. Penelitian ini menggunakan metode penelitian historis– kualitatif–deskriptif. Data yang di kumpulkan berupa data primer dan data skunder. Pengumpulan data Primer dilakukan dengan observasi langsung/survey ke tempat daerah penelitian dengan cara pengambilan foto, wawancara tidak terstruktur dengan tokoh masyarakat Aceh, dan Arsitek. Data skunder merupakan data yang didapat dari studi literatur yaitu dari buku, dan jurnal-jurnal sebagai media informasi. 1.2.



Perumusan Masalah 1. Bagaimana penerapan arsitektur tradisional Aceh pada bangunan Museum Tsunami Aceh? 2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi perancangan Museum Tsunami Aceh yang dilihat dari penerapan arsitektur tradisional Aceh?



3 Universitas Sumatera Utara



1.3.



Tujuan Penelitian 1. Mengkaji penerapan nilai-nilai dan unsur unsur budaya Aceh, khususnya arsitektur tradisional Aceh pada bangunan Museum Tsunami Aceh. 2. Mengidentifikasi



dan



menganalisis



faktor



yang



mempengaruhi



perancangan Museum Tsunami Aceh yang dilihat dari penerapan arsitektur tradisional Aceh. 1.4.



Manfaat Penelitian Manfaat penelitian bagi pendidikan, penulis, maupun pembaca



untuk



menambah wawasan mengenai kebudayaan dan arsitektur tradisional Aceh terutama penerapannya pada bangunan Museum Tsunami Aceh. Hasil penelitian diharapkan dapat membantu peneliti lain dalam melakukan penelitian sejenis sehingga menghasilkan penelitian yang lebih maksimal dan dapat dijadikan sebagai refrensi bahan perbandingan dimasa yang akan datang sebagai literatur tentang arsitektur tradisional Aceh.



4 Universitas Sumatera Utara



1.5.



Kerangka Berfikir Latar Belakang: Adanya unsur budaya dan arsitektur tradisional Aceh yang diterapkan pada arsitektur bangunan Museum Tsunami Aceh Rumusan Masalah : 1. Bagaimana penerapan arsitektur tradisional Aceh pada bangunan Museum Tsunami Aceh? 2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi perancangan Museum Tsunami Aceh yang dilihat dari penerapan arsitektur tradisional Aceh?



Tujuan Penelitian 1. Mengkaji penerapan nilai-nilai dan unsur unsur budaya Aceh, khususnya arsitektur tradisional Aceh pada bangunan Museum Tsunami Aceh. 2. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor yang mempengaruhi perancangan Museum Tsunami Aceh yang dilihat dari penerapan arsitektur tradisional Aceh.



Kajian Pustaka  Arsitektur tradisional Aceh  Museum Tsunami Aceh



Metode Penelitian  Jenis Penelitian : Historis-Deskriptif Kualitatif Pengumpulan data Primer • Observasi : • Foto • Menggambar ulang • Sketsa • Wawancara : • Arsitek • Tokoh masyarakat Aceh











Analisis Data Bentuk  Denah  Tampak :  Atap  Proporsi  Dinding  Pintu  Jendela  Warna  Ornamen Teknologi  Struktur  Material



Pengumpulan data Sekunder • Studi literatur  Jurnal/Paper  Buku  Blog Ridwan Kamil



Temuan



Kesimpulan



5 Universitas Sumatera Utara



BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Arsitektur Tradisional Aceh Arsitektur tradisional Aceh banyak dipengaruhi oleh agama Islam yang merupakan kepercayaan mayoritas masyarakat Aceh ( Sahriyadi, 2012). Kehidupan keagamaan dalam masyarakat Aceh juga terlihat dengan adanya rumah-rumah ibadah seperti meunasah (surau/ langgar), dan meuseujid (mesjid), yang terdapat pada setiap kampung. Sebagian besar dari bangunan-bangunan tersebut masih merupakan bangunan tradisional. Masyarakat bangsa Aceh yang mendiami sebagian besar daerah Aceh masih memiliki bangunan tradisional. 2.1.1. Jenis Jenis Bangunan Tradisional Aceh Jenis-jenis bangunan tradisional yang dimiliki berdasarkan kegunaannya dapat dikelompokkan atas bangunan tempat tinggal, tempat ibadah dan beberapa bangunan lainnya (Hadjad dkk : 1984). 2.1.1.1. Bangunan Tempat Tinggal (Rumah Tradisional Aceh) Bangunan tempat tinggal (Rumah tradisional Aceh) disebut juga dengan rumoh Aceh. Rumoh Aceh merupakan rumah panggung yang terdiri atas tiga ruang, yaitu ruang depan yang disebut (seuramoe keue) , ruang tengah yang disebut (tungai), dan ruang belakang yang disebut (seuramoe likot). Letak ketiga ruang itu tidak sama rata, sebab ruang tengah yang meruapak ruang sakral lebih tinggi dari pada ruang depan dan ruang belakang (Sabila, 2014).



6 Universitas Sumatera Utara



Gambar 2.1. Susunan Ruang pada Rumah Tradisional Aceh . (Sumber: Sabila, 2014)



Rumah



tradisional Aceh dibuat tinggi di atas tanah dibangun di atas



sejumlah tiang-tiang bulat besar yang tempat tegaknya beraturan. Bentuknya segi empat/persegi panjang dan tinggi lantainya dari tanah antara 4-9 hasta, serta memiliki struktur yang unik dan ornamen-ornamen khas yang melekat pada rumah tradisional Aceh. Selain itu rumah tradisional Aceh merupakan hasil proses yang panjang dalam sejarah yang tersebut



merupakan produk karya manusia, proses



menyerap berbagai unsur didalamnya. Unsur pertama yang diserap



adalah optimalisasi dari fungsi rumah itu sendiri sebagai pelindung manusia dan keluarganya. Rumah tradisional Aceh merupakan ekspresi keyakinan terhadap Tuhan dan adaptasi terhadap alam. Adaptasi masyarakat Aceh terhadap lingkungannya dapat dilihat dari bentuk rumoh Aceh yang berbentuk panggung, tiang penyangganya yang terbuat dari kayu pilihan, dindingnya dari papan, dan atapnya dari rumbiah. Pemanfaatan alam juga dapat dilihat ketika mereka hendak menggabungkan bagian-bagian rumah, mereka tidak menggunakan paku tetapi menggunakan pasak atau tali pengikat dari rotan. Walaupun hanya terbuat dari



7 Universitas Sumatera Utara



kayu, beratap daun rumbia, dan tidak menggunakan paku, rumah tradisional Aceh bisa bertahan hingga 200 tahun (Hadjad dkk : 1984). Pengaruh keyakinan masyarakat Aceh terhadap arsitektur bangunan rumahnya dapat dilihat pada orientasi rumah yang selalu berbentuk dari timur ke barat, yaitu bagian depan menghadap ke timur dan sisi dalam atau belakang yang sakral berada di barat. Arah barat mencerminkan upaya masyarakat Aceh untuk membangun garis imajiner dengan Ka‘bah yang berada di Mekkah. Selain itu, pengaruh



keyakinan



dapat



juga



dilihat



pada



penggunaan



tiang-tiang



penyangganya yang selalu berjumlah genap, jumlah ruangannya yang selalu ganjil, dan anak tangganya yang berjumlah ganjil. Selain sebagai manifestasi dari keyakinan masyarakat dan adaptasi terhadap lingkungannya, keberadaan rumah tradisional Aceh juga untuk menunjukan status sosial penghuninya. Semakin banyak hiasan pada rumah tradisional Aceh, maka pastilah penghuninya semakin kaya. Bagi keluarga yang tidak mempunyai kekayaan berlebih, maka cukup dengan hiasan yang relatif sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali (Hadjad dkk : 1984). 1. Jenis-Jenis Rumah Tradisional Aceh Dari berbagai konsep filosofi tersebut akhirnya dapat membentuk beragam bentuk rumah tradisional Aceh. Dari jenisnya, rumah tradisional Aceh sebenarnya memiliki dua jenis rumah, yaitu rumah Aceh dan rumah santeut (datar) atau tampong limong atau rumah panggung (Widosari,2010).



8 Universitas Sumatera Utara



Gambar 2.2. Rumah Tradisional Aceh di Sigli (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015)



Gambar 2.3. Rumah Tradisional Aceh di Banda Aceh (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015)



9 Universitas Sumatera Utara



Gambar 2.4. Rumah Tradisional Aceh di Aceh Besar (Sumber : http://onlyaceh.blogspot.com)



Gambar 2.5. Rumah Tradisional Aceh di Aceh Tengah (Sumber http://onlyaceh.blogspot.com) Pada umumnya rumah tradisional Aceh disetiap daerah memiliki bentuk yang sama, karena sudah menjadi kebiasaan masyarakat Aceh, penyebutan rumoh Aceh dalam masyarakat Aceh hanya untuk rumah yang tinggi yaitu rumah



10 Universitas Sumatera Utara



panggung, hanya saja dari segi ukir-ukiran atau ornamen rumah tradisional Aceh di tiap-tiap kabupaten di Provinsi Aceh (NAD) tidaklah sama, masing-masing punya ragam ukiran yang berbeda (Widosari,2010). 2. Bentuk Rumah Tradisional Aceh Bentuk menurut (Ching,1987) merupakan gabungan antara teknik dengan keindahan. Bentuk pada sebuah bangunan dapat dilihat dari penampilan luar yang dapat dilihat melalui struktur formal, tata susun, komposisi yang menghasilkan gambaran nyata, massa 3 dimensi, wujud, penampilan dan konfigurasi. Unsurunsur utama timbulnya suatu bentuk bangunan adalah adanya titik, garis, bidang dan ruang. Wujud dasar dari bentuk bangunan adalah berbentuk lengkungan. bentuk lingkaran, bentuk segitiga, dan bentuk bujur sangkar. Semua bentuk dapat dipahami sebagai hasil dari perubahan, melalui variasi-variasi yang timbul. a. Denah Rumah Tradisional Aceh



Gambar 2.6. Denah Rumah Tradisional Aceh dengan 24 tiang (Sumber : Analisi penulis, 2015 berdasarkan tulisan Sabila dkk, 2014)



11 Universitas Sumatera Utara



Gambar 2.7. Denah Rumah Tradisional Aceh dengan 16 tiang (Sumber : Analisis penulis, 2015 berdasarkan pengamatan rumah Aceh di Kota Banda Aceh) Denah rumah tradisional Aceh berbentuk persegi dan juga persegi panjang dan terdiri dari tiga jalur lantai memanjang sejajar dengan bubungan atapnya. jalur lantai yang tengah sengaja ditinggikan 25 sampai 40 cm. Denah Rumah Aceh terdiri dari tiga atau



lima ruang,



rumah dengan tiga ruang memiliki 16



kolom/tiang, sedangkan rumah dengan lima ruang memiliki 24 tiang/kolom seperti gambar diatas. Jalur lantai terdepan dipakai sebagai serambi suami untuk menerima tamu-tamu laki-laki, sedangkan jalur lantai belakang adalah untuk ibu dan keluarga dan bersifat pribadi (skaral). Keduanya diantarai oleh dinding seketeng, yang maksudnya untuk memisahkan serambi depan yang bersifat umum dengan serambi belakang yang bersifat pribadi (Hadjad dkk, 1984).



12 Universitas Sumatera Utara



b. Tampak Rumah Tradisional Aceh



Gambar 2.8. Tampak Depan Rumah Tradisional Aceh (Sumber : Dokumentasi pribadi, 2015)



Gambar 2.9. Tampak Samping Rumah Tradisional Aceh (Sumber : Dokumentasi pribadi, 2015)



Gambar 2.10. Tampak Belakang Rumah Tradisional Aceh (Sumber : Dokumentasi pribadi, 2015)



13 Universitas Sumatera Utara



Rumah tradisional Aceh merupakan rumah panggung, biasanya memiliki ketinggian sekitar 2,5-3 meter dari atas tanah. Rumah tradisional Aceh didirikan di atas tiang-tiang kayu atau bambu dengan maksud untuk menghindarkan diri dari serangan binatang buas dan banjir. Tampak pada bangunan biasanya terdiri dari beberapa elemen yaitu : 



Atap Rumah Tradisional Aceh



Gambar 2.11. Atap Rumah Tradisional Aceh (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015) Atap pada rumah tradisional Aceh berbentuk atap pelana yang hanya menggunakan satu bubungan dan menggunakan bahan penutup berbahan rumbia yang memiliki andil besar dalam memperingan beban bangunan sehingga saat gempa tidak mudah roboh. Fungsi yang lain pun rumbia juga menambah kesejukan ruangan. Keburukan sifat rumbiah yang mudah terbakar pun juga sudah ada solusinya dalam rumah tradisional Aceh. Ketika rumbiah terbakar, pemotongan tali ijuk di dekat balok memanjang



pada bagian atas dinding



mempercepat runtuhnya seluruh kap rumbiah ke samping bawah sehingga tidak merembet ke elemen bangunan lainnya (Hadjad dkk, 1984).



14 Universitas Sumatera Utara







Proporsi Rumah Tradisional Aceh



Gambar 2.12. Proporsi Rumah Tradisional Aceh (Sumber : Analisis Penulis, 2015) Rumah tradisional Aceh merupakan rumah panggung yang memiliki proporsi ketinggian beragam, biasanya memiliki ketinggian tiang kolom sekitar 2,5-3 meter dari atas tanah sedengakan proporsi dinding memiliki tinggi yang lebih rendah yaitu berukurana 1,5 – 2 meter. Rumah tradisional Aceh memiliki tinggi pintu lebih rendah dari ketinggian orang dewasa. Biasanya ketinggian pintu ini hanya berukuran 120-150 cm sehingga setiap orang yang masuk ke rumah tradisional Aceh harus menunduk. Namun, begitu masuk, kita akan merasakan ruang yang sangat lapang karena di dalam rumah tak ada perabot berupa kursi atau meja. Semua orang duduk bersila di atas tikar ngom (dari bahan sejenis ilalang yang tumbuh di rawa) yang dilapisi tikar pandan (Hadjad dkk, 1984).



15 Universitas Sumatera Utara







Dinding Rumah Tradisional Aceh



Gambar 2.13. Dinding Rumah Tradisional Aceh (Sumber : Dokumentasi Pibadi, 2015) Dinding rumah tradisional Aceh terbuat dari papan kayu atau bilah bambu, penggunaan material tersebut mempengaruhi penghawan udara yang sangat baik karena udara dapat pengalir melalui selah selah antara atap dan dinding. Pada bagian dinding rumah tradisional Aceh terdapat tempelan tempelan ornamen yang mempengaruhi unsur tradisional Aceh (Hadjad dkk,1984). 



Pintu & Jendela Rumah Tradisional Aceh



Gambar 2.14. Pintu Rumah Tradisional Aceh (Sumber : Dokumentasi Pibadi, 2015 dan Analisis Penulis berdasarkan buku Arsitektur Tradisonal Aceh oleh Hadjad dkk, 1984)



16 Universitas Sumatera Utara



Pada dinding sebelah depan yang menghadap ke halaman rumah terdapat pintu masuk yang disebut pinto rumah, yang berukuran lebih kurang lebar 0,8 meter, dan tingginya 1.8 meter. Pintu masuk ini kadang-kadang terdapat pada dinding sebelah kanan ruangan serambi depan (Hadjad dkk,1984).



Gambar 2.15. Jendela Rumah Tradisional Aceh (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015 dan Analisis Penulis, 2015 berdasarkan buku Arsitektur Tradisonal Aceh oleh Hadjad dkk, 1984) Pada dinding sebelah samping kanan dan kiri terdapat jendela yang berukuran lebih kurang lebar 0.6 meter dan tingginya 1 meter yang disebut tingkap. Kadang-kadang jendela terdapat juga pada dinding sisi depan. Jendelajendela tersebut terdapat pada rumah yang berdinding papan, sedangkan pada rumah yang berdinding tepas/bamboo pada umumnya tidak memakai jendela (Hadjad dkk : 1984).



17 Universitas Sumatera Utara







Warna Rumah Tradisional Aceh



Gambar 2.16. Warna Dinding Rumah Tradisional Aceh (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015 dan onlyaceh.blogspot.com ) Warna pada rumah tradisional Aceh umumnya memakai warna kuning, krem dan merah, orange, hitam yang kadang kadang di kombinasikan dengan warna putih. Jika terdapat warna warna lain itu merupakan akibat pengaruh masa kini ( Hadjad dkk, 1984). Tabel 2.1. Kesan Warna Pada Rumah Tradisional Aceh (Hadjad dkk, 1984) Warna Merah



Kesan Emosi yang berubah-ubah, naik turun, hidup menggairahkan



dan



menyenangkan,



menumbuhkan semangat.



18 Universitas Sumatera Utara



Memiliki karakter kuat, hangat, dan memberi



Kuning



nuansa cerah. Menciptakan suasana nyaman dan menyenangkan. Putih



Bersifat netral, tanpa perasaan dan memliki kesan suci. Menunjukkan kehangatan, kesehatan pikiran



Orange



dan kegembiraan. Melambangkan perlindungan.



Hitam







Ragam Hias ( Ornamen) Rumah TradisionalAceh Pada bangunan tradisional Aceh banyak dijumpai ukiran- ukiran, karena



masyarakat Aceh pada hakekatnya termasuk suku bangsa yang berjiwa seni. Ukiran-ukiran itu terutama dijumpai pada bangunan- bangunan rumah tempat tinggal dan bangunan-bangunan rumah ibadat seperti pada Meuseujid (mesjid) dan meunasah (surau). Ukiran-ukiran yang terdapat pada bangunan tradisional seperti tersebut di atas mempunyai berbagai motif atau ragam hias. Motif-motif tersebut adalah motif yang berhubungan dengan lingkungan alam seperti : flora, fauna, awan, bintang dan bulan. Fungsi utama dari berbagai jenis motif dan ragam hias itu adalah sebagai hiasan semata-mata, sehingga dari ukirin tersebut tidak mengandung arti dak maksud-maksud tertentu, kecuali motif bintang dan bulan, yang menunjukkan simbul ke-Islaman, motif awan berarak (AWAN meucanek) yang menunjukkan lambang kesuburan, dan motif tali berpintal (taloe meuputa) yang menunjukkan ikatan persaudaraan yang kuat bagi masyarakat Aceh ( Hadjad dkk, 1984).



19 Universitas Sumatera Utara



Pada rumah tradisional Aceh, ada beberapa motif hiasan ornamen yang dipakai, yaitu: (Hadjad dkk,1984) (1) Motif keagamaan. Hiasan Rumah Aceh yang bercorak keagamaan merupakan ukiran-ukiran yang diambil dari ayat-ayat al-Quran;



Gambar 2.17. Motif ornamen keagamaan (Sumber : Hadjad dkk, 1984) (2) Motif flora. Motif flora yang digunakan adalah stelirisasi tumbuhtumbuhan baik berbentuk daun, akar, batang, ataupun bunga-bungaan. Ukiran berbentuk stilirisasi tumbuh-tumbuhan ini tidak diberi warna, jikapun ada, warna yang digunakan adalah Merah dan Hitam. Ragam hias ini biasanya terdapat pada rinyeuen (tangga), dinding, tulak angen, kindang, balok pada bagian kap, dan jendela rumah;



20 Universitas Sumatera Utara



Gambar 2.18. Motif Ornamen Flora (Sumber : Hadjad dkk, 1984) (3) Motif fauna. Motif binatang yang biasanya digunakan adalah binatangbinatang yang sering dilihat dan disukai, umumnya bermotifknan binatang unggas seperti merpati, balam, perkutut.



Gambar 2.19. Motif ornamen Fauna (Sumber : Hadjad dkk, 1984)



21 Universitas Sumatera Utara



(4) Motif alam. Motif alam yang digunakan oleh masyarakat Aceh di antaranya adalah: langit dan awannya, langit dan bulan, dan bintang dan laut; dan (5) Motif lainnya, seperti rantee, lidah, dan lain sebagainya. 3. Konstruksi /Struktur Rumah Tradisional Aceh Rumah tradisional Aceh mampu bertahan hingga ratusan tahun tentunya didukung oleh konstruksi yang kokoh dan mutu bahan bangunan yang berkualitas. Dari segi konstruksi, penempatan tiang rumah menyebabkan pembagian ruang rumah tradisional Aceh pada umumnya terdiri tiga ruang bertiang 16 atau lima ruang bertiang 24. Rumah tradisional Aceh didirikan di atas tiang-tiang kayu atau bambu dengan maksud untuk menghindarkan diri dari serangan binatang buas dan banjir. Karena berkolong maka orang hidup di atas lantai yang selalu kering, jadi lebih sehat (Hadjad,1984). Rumah tradisional Aceh terbukti mampu bertahan dari gempa karena struktur utama yang kokoh dan elastis. Kunci kekokohan dan keelastisan ini ada pada hubungan antar struktur utama yang saling mengunci, hanya dengan pasak dan bajoe, tanpa paku, serta membentuk kotak tiga dimensional yang utuh (rigid). Keelastisan ini menyebabkan struktur bangunan tidak mudah patah, namun hanya terombang-ambing ke kanan kiri yang kemudian kembali tegak atau pun bangunan terlikuifaksi (terangkat ke atas) yang kemudian mampu jatuh kembali ke tempat semula. Jika bangunan bergeser pun hanya beberapa centimeter saja dan dalam keadaan utuh.



22 Universitas Sumatera Utara



Gambar 2.20. Kerangka Konstruksi Rumah Tradisional Aceh (Sumber : Hadjad dkk, 1984) Tiga komponen struktur utama yang menjadi pusat kekokohan bangunan meliputi pondasi (komponen kaki) sebagai pusat beban bangunan terbesar, kemudian tiang dan balok antar tiang (komponen badan) sebagai penyalur beban dari atas dan dari samping, serta rangka atap (komponen kepala) sebagai penyangga beban elemen paling atas bangunan dan dari samping atas (Widosari : 2010).



Rangka Atap Tiang dan Balok antar tiang Tiang dan Pondasi Gambar 2.21. Komponen Struktur Utama Rumah Tradisional Aceh (Sumber : Analisis Penulis, 2015 berdasarkan buku Arsitektur Tradisonal Aceh oleh Hadjad dkk, 1984)



23 Universitas Sumatera Utara



Sistim konstruksinya menggunakan tiang-tiang dan gelagar yang saling ditusukkan dan dikancing dengan pasak dari bambu. Untuk unsur-unsur bangunan yang kecil dipakai sistim ikat, dengan tali rotan, ijuk dan lain sebagainya



Gambar 2.22. Sistim Ikat pada Konstruksi Rumah Tradisional Aceh (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015)



Gambar 2.23. Pola Penyambungan dan Hubungan Tiang pada Rumah Tradisional Aceh (Sumber : Hadjad dkk, 1984)



24 Universitas Sumatera Utara



2.1.1.2. Bangunan Tempat Ibadah/ Mesjid Tradisional Aceh (Meuseujid) Mesjid tradisional Aceh (Meuseujid) adalah istilah dalam bahasa Aceh, sedangkan dalam Bahasa Indonesia disebut mesjid. Istilah meuseujid dalam bahasa Aceh atau mesjid dalam bahasa Indonesia berasal dari perkataan masjid Jari Bahasa Arab, yang berarti tempat sujud. 1. Jenis jenis Mesjid Tradisional Aceh



s



Gambar 2.24. Jenis Jenis Mesjid Tradisional Aceh dari Berbagai daerah di Aceh. (Sumber : gpswisataindonesia.blogspot.com)



25 Universitas Sumatera Utara



Bentuk mesjid tradisional Aceh umumnya hampir sama yang memiliki sebuah ruangan saja, yaitu ruangan tempat salat. Ruangan tersebut merupakan sebuah ruangan berbentuk bujur sangkar (Hadjad dkk, 1984).



Gambar 2.25. Denah Mesjid Tradisional Aceh. (Sumber : portalsatu.com) 2. Konstruksi/Struktur Mesjid Tradisonal Aceh Struktur bangunan pada masjid tradisonal Aceh ditunjang oleh empat buah tiang utama yang bersegi delapan yang disebut tameh teungoh. Keempat buah tiang utama itu tepat di tengah-tengah bangunan mesjid tradisional Aceh dan menjadi penunjang pokok atap lapisan atas yang berbentuk limas. Selain empat buah tiang pokok yang terdapat di tengah-tengah bangunan mesjid tradisional Aceh, maka pada keempat sisi bangunan mesjid tradisional Aceh itu terdapat juga tiang-tiang pendek yang juga bersegi delapan yang disebut tameh Ungka yang



26 Universitas Sumatera Utara



jumlahnya dua belas buah. Tiang-tiang itu berfungsi sebagai penunjang atap lapisan bawah mesjid tradisional Aceh (Hadjad dkk, 1984).



Gambar 2.26. Tampak Mesjid Tradisional Aceh. (Sumber : portalsatu.com) Dinding pada mesjid tradisional Aceh mengunakan dinding setengah terbuka/setengah permanen karena dikelilingi oleh dinding tembok yang tingginya hanya satu setengah meter. Lantai ruangan terbuat terbuat dari semen. Pada sisi sebelah Timur (sisi depan) terdapat tangga dari beton setinggi dinding beton. Tangga itu dipergunakan sebagai jalan untuk masuk ke dalam ruangan mesjid tradisional Aceh (Hadjad dkk, 1984).



27 Universitas Sumatera Utara



Gambar 2.27. Konstruksi Mesjid Tradisional Aceh. (Sumber : Hadjad dkk, 1984) Bentuk atap mesjid tradisional Aceh berbentuk atap tumpang yang terdiri atas dua lapisan yaitu atap lapisan bawah dan atap lapisan atas. Atap lapisan atas berbentuk limas, sehingga pada mesjid tradisional Aceh tidak didapati kubah seperti yang lazim kita dapati pada mesjid-mesjid zaman sekarang. Namun didapati juga mesjid tradisional Aceh yang sudah diubah puncak bentuk limas dengan puncak bentuk kubah. Bangunan meuseujid itu selalu menghadap ke Timur, sehingga sisi belakangnya berada di sebelah Barat, karena disesuaikan dengan arah kiblat (Hadjad dkk, 1984). 3. Ragam Hias (Ornamen Mesjid Tradisional Aceh) Ornamen pada mesjid tradisional Aceh biasanya mengunakan jenis ornamen yang sama dengan ornamen pada rumah tradisional Aceh. Selain ragam hias/ornemen bermotif flora, fauna, alam dan keagamaan, maka pada bangunan tradisional Aceh terdapat juga ragam hias/ornemen yang lain seperti :



28 Universitas Sumatera Utara



a. Ragam hias/Ornamen berbentuk pintalan tali yang disebut taloe meuputa, karena ragam ini menyerupai pintalan tali.



Gambar 2.28. Ornamen pintalan tali di Mesjid Tradisional Aceh. (Sumber : Analisis Penulis, 2015 berdasarkan buku Arsitektur Tradisonal Aceh oleh Hadjad dkk, 1984) b. Ragam Hias/Ornamen Geometris ornamen geometris termaksud kedalam ornamen keagamaan sebagai pendukung di ornamen kaligrafi islam, pada masjid tradisional Aceh biasanya diaplikasikan di bagian dinding saja. Pola-pola geometris yang digunakan pada masjid tradisional Aceh umumnya berbentuk lingkaran, segitiga, persegi, dan segi enam.



Gambar 2.29. Pola Geometris pada Mesjid Tradisional Aceh. (Sumber : Hadjad dkk, 1984)



29 Universitas Sumatera Utara



2.2. Museum 1.2.1. Pengertian Museum Pengertian Museum berkaitan dengan warisan budaya yang merupakan lembaga, tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan, dan pemanfaatan bendabenda bukti materil hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa (Pasal 1 ayat 1 PP. No. 19 Tahun 1995). Keputusan (Mendikbud No.093/01/1979) menyatakan bahwa museum adalah mengumpulkan, merawat, mengawetkan, meneliti, dan menerbitkan hasilnya. Disamping itu museum mempunyai tugas untuk menyajikan pameran dan memberikan bimbingan edukatif kultural, benda benda yang bernilai budaya dan ilmiyah kepada masyarakat atau pengunjung. Museum merupakan tempat untuk menyimpulkan, menyimpan, merawat, melestarikan, mengkaji, mengkomunikasikan, bukti material hasil budaya manusia, dan juga lingkungannya. Secara umum Museum merupakan sebuah gedung atau bangunan yang menyimpan benda benda warisan yang memiliki nilai sejarah yang pantas untuk di simpan. Seiring perkembangan zaman , sejarah tumbuh kembangnya Museum banyak mengalami perubahan fungsi, maka dari itu museum harus di kembangkan dan menambah pemeliharaan, pengawetan dan penyajian. Museum merupakan sebuah lembaga yang bersifat tetap, namun tidak untuk mencari keuntungan, melainkan untuk melayani masyarakat, dan pengembangannya



terbuka



untuk



umum,



yang



memperoleh,



merawat,



30 Universitas Sumatera Utara



menghubungkan dan memamerkan, untuk tujuan pendidikan, penelitian, dan kesenangan. Barang barang pembuktian manusia dan



lingkungannya.



(Internasional Council Of Museum,1997) (Internasional of Museum 1997) juga menyimpulkan beberapa pengertian museum sebagai berikut : 



Museum adalah suatu lembaga atau tugas untuk menghimpun, menyelamatkan,dan melestarikan warisan sejarah, alam, dan budaya, untuk di wariskan kepada generasi penerus.







Museum juga merupakan sebagai lembaga ilmiah dan tempat penelitian bagi cendikiawan dalam rangka penggalian nilai nilai luhur budaya daerah untuk pembinaan dan pengembangan kebudayaan.







Museum juga berfungsi sebagai pusat informasi budaya dalam rangka penyaluran ilmu penegtahuan untuk ikut pencerdaskan kehidupan bangsa.







Museum juga berperan sebagai objek wisata budaya yang penting artinya bagi upaya pengembanganindustri pariwisata, dan lain lain.



1.2.2. Fungsi Museum



Museum menurut ICOM (1997) mempunyai fungsi sebagai berikut: 1. Mengumpulkan dan pengaman warisan alam dan budaya. 2. Dokumentasi dan penelitian ilmiah. 3. Konservasi dan preservasi.



31 Universitas Sumatera Utara



4. Penyebaran dan pemerataan ilmu untuk umum. 5. Pengenalan dan penghayatan kesenian. 6. Pengenalan kebudayaan antar daerah dan bangsa. 7. Visualisasi alam dan budaya. 8. Cermin pertumbuhan peradaban umat manusia. 9. Pembangkit rasa bertakwa dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Museum berfungsi untuk melestarika warisan sejarah, alam, dan budaya, dengan cara mengumpulkan, merawat, meneliti, mengkaji, mengkomunikasikan dan memamerkan, sehingga museum mempunyai peran untuk kepentingan masyarakat umum, yang di manfaatkan untuk penelitian, pendidikan dan rekreasi dalam rangka untuk mencerdaskan bangsa. 2.3.



Konsep Museum Tsunami Aceh Sebagai Karya Ridwan Kamil Museum Tsunami dibangun oleh pemerintah Kota Banda Aceh dengan



cara mengadakan lomba sayembara terbuka yang di menangkan oleh judul desain Rumah Aceh Escape Hill yang merupakan karya arsitek Indonesia yaitu M Ridwan Kamil pada tahun 2007. 2.3.1. Ridwan Kamil Sebagai Arsitek M. Ridwan Kamil, lahir di Bandung, 4 Oktober 1971. Beliau adalah putra dari Dr. Atje Misbach, S.H (alm.) dan Dra. Tjutju Sukaesih. Ridwan Kamil menempuh pendidikan nya di SDN Banjarsari III Bandung (1977-1984) . Setelah tamat SD kemudian melanjutkan pendidikannya di SMP Negeri 2 Bandung kemudian di SMA Negeri 3 Bandung pada tahun (1987 -1990). Setelah tamat SMA, ia melanjutkan pendidikannya di Institut Teknologi Bandung di jurusan



32 Universitas Sumatera Utara



Teknik Arsitektur (1990 – 1995). Lulus dari ITB Ridwan kamil bekerja di Amerika Serikat dan kemudian mendapatkan beasiswa di University of California, Berkeley



sambil



bekerja



di



Departemen



Perancanaan



Kota



Berkeley



(http://issuu.com/rk4bdg)



Gamabar 2.30. Ridwan Kamil (Sumber : news.fimadani.com) Tahun 2002 Ridwan Kamil pulang ke Indonesia dan dua tahun kemudian mendirikan Urbane, firma yang bergerak dalam bidang jasa konsultan perencanaan, arsitektur dan desain. Kini Ridwan Kamil aktif menjabat sebagai Prinsipal PT. Urbane Indonesia, Dosen Jurusan Teknik Arsitektur Institut Teknologi Bandung, serta Senior Urban Design Consultant SOM, EDAW (Hong Kong & San Francisco), dan SAA (Singapura) dan sekarang telah menjadi Wali Kota Bandung Priode 2013-2018 (http://issuu.com/rk4bdg)



33 Universitas Sumatera Utara



Ridwan Kamil adalah arsitek muda Indonesia dengan reputasi Internasional. Nama besar dan karya-karyanya menjadi inspirasi bagi banyak arsitek muda lainnya di Indonesia. Ridwan Kamil juga merupakan seorang arsitek ekspresif, banyak prestasi dan karyanya yang membuat orang kagum. Ridwan Kamil telah menangani banyak proyek besar di mancanegara, seperti di Singapura, Thailand, Vietnam, Cina, Hong Kong, Bahrain dan Uni Emirat Arab dan masih banyak lainnya. Bukan hanya proyek berkelas yang di tanganinya, masih banyak karyanya yang lain yang yang menerapkan konsep eskpresif dan mendapat penghargaan salah satunya adalah Museum Tsunami Aceh. 2.3.2. Konsep Museum Tsunami Aceh 2.3.2.1. Konsep Denah



Gambar 2.31. Konsep Ilustrasi Bentuk Denah Museum Tsunami Aceh (Sumber : Balai Arsip Tsunami Aceh,2015 dan Tim Kajian Desain Ridwan Kamil, 2007) Denah Museum Tsunami Aceh menganalogikan sebuah epicenter atau pusat pusaran air dari gelombang laut tsunami.



34 Universitas Sumatera Utara



2.3.2.2. Konsep Fasad



Gambar 2.32. Konsep Ilustrasi Bentuk Fasad Bangunan Museum Tsunami Aceh (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015/ archive.kaskus.co.id) Bentuk fasad bangunan Museum Tsunami Aceh ini menganalogikan bentuk kapal di atas rumah, kapal tersebut merupakan salah satu fenomena yang terdampar didekat pantai di daerah lampulo baru Kota Banda Aceh pada saat terjadi bencana tsunami pada 26 Desember 2004 dan saat ini kapal tersebut telah dijadikan sebagai museum wisata situs tsunami Aceh. Pada bangunan Museum Tsunami Aceh dipertinggi dengan kolom-kolom dibawahnya. Selain dari bentuk museum yang seperti kapal, terdapat bagian bentuk yang menonjol, yaitu pada bagian yang terlihat seperti sumur silender. Bentuk tersebut membentuk suatu ruang yang didalamnya terdapat makna, pada bagian atas sumur tersebut terdapat sebuah lubang yang menyorotkan cahaya ke atas langit dengan



35 Universitas Sumatera Utara



tulisan arab “Allah” . Ekspresi dari bentuk tersebut sangat mengandung nilai-nilai religi yang merupakan cerminan konsep hubungan manusia dan Allah. 2.3.2.3. Konsep Atap



Gambar 2.33. Konsep Atap Bangunan Museum Tsunami Aceh (Sumber : panduanwisata.id) Desain



atap



Museum



Tsunami



menganalogikan



sebagai



bukit



penyelamatan sebagai antisipasi terhadap bahaya jika suatu saat terjadi Tsunami, yang juga merupakan taman terbuka publik yang dapat diakses dab dipergunakan setiap saat sebagai respon terhadap konteks urban. 2.3.2.4. Konsep Dinding



Gambar 2.34. Konsep Dinding Museum Tsunami Aceh (Sumber : Dokumentasi pribadi, 2015/ www.kidnesia.com)



36 Universitas Sumatera Utara



Dinding pada Museum Tsunami Aceh mengunakan konsep hubungan antar umat manusia. Hal tersebut diterapkan pada kulit bangunan eksterior. Ukiran kulit bangunan tersebut mengadopsi dari tari saman yang menurut sang arsiteknya melambangkan kekompakan dan kerja sama antar manusia Aceh. 2.3.2.5. Konsep Ruang Dalam 1. Ruang Space of Fear (Lorong Tsunami)



Gambar 2.35. Konsep Ruang Space of Fear (Lorong Tsunami) (Sumber : rinaldimunir.wordpress.com/ sp.beritasatu.com) Lorong tsunami merupakan akses awal untuk memasuki Museum Tsunami Aceh. Memiliki panjang 30 m dan tinggi mencapai 23 m melambangkan tingginya gelombang tsunami yang terjadi pada tahun 2004. Air mengalir di kedua sisi dinding museum, suara gemuruh air, cahaya yang remang dan gelap, lorong yang sempit dan lembab, mendeskripsikan ketakutan masyarakat Aceh pada saat tsunami terjadi, atau disebut space of fear. 2. Ruang Memorial Hall Memorial Hall merupakan ruang kenangan yang memiliki 26 monitor sebagai lambang dari kejadian tsunami yang melanda Aceh ada 26 Desember



37 Universitas Sumatera Utara



2004. Setiap monitor menampilkan gambar dan foto para korban dan lokasi bencana yang melanda Aceh pada saat tsunami sebanyak 40 gambar yang ditampilkan dalam bentuk slide.



Gambar 2.36. Konsep Ruang Memorial Hall Sumber : www.bandaacehtourism.com Ruangan ini mengingatkan kembali kenangan tsunami yang melanda Aceh atau disebut space of memory yang tidak mudah untuk dilupakan dan dapat dipetik hikmah dari kejadian tersebut. Memorial hall ini dilengkapi dengan pencahayaan dari lubang-lubang sebuah ‘reflecting pool’ yang berada di atasnya dan ketinggian lantai pun berbeda-bedan level. 3. Ruang Sumur Doa Ruangan berbentuk silinder dengan cahaya remang dan ketinggian 30 meter ini memiliki kurang lebih 2.000 nama-nama koban tsunami yang tertera disetiap dindingnya. Ruangan ini difilosofikan sebagai kuburan massal tsunami dan pengunjung yang memasuki ruangan ini dianjurkan untuk mendoakan para korban menurut agama dan kepercayaan masing-masing.



38 Universitas Sumatera Utara



Gambar 2.37. Konsep Ruang Sumur Doa (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015) Ruangan ini juga menggambarkan hubungan manusia dengan Tuhannya yang dilambangkan dengan tulisan kaligrafi Allah yang tertera di atas cerobong dengan cahaya yang mengarah ke atas langit langit dan pad berada di ruangan ini terdengar suara lantunan ayat-ayat Al-Qur’an. 4. Ruang Atrium Of Hope



Gambar 2.38. Konsep Ruang Atrium Of Hope (Sumber : www.bandaacehtourism.com) Ruangan ini adalah area berupa ruang yang besar, sebagai simbol dari harapan dan optimisme menuju masa depan yang lebih baik. Pengunjung akan menggunakan ramp yang terlihat seperti jembatan (Jembatan perdamaian) untuk melintasi kolam dan atrium dan merasakan suasana hati yang lega.



39 Universitas Sumatera Utara



2.4.



Studi Kasus Sejenis Tabel 2.2. Studi Kasus Sejenis Judul, Tahun, Wilayah,



Tujuan Penelitian



Nama Peneliti



Metode Penelitian



Hasil Penelitian



dan Pendekatan



Studi Penerapan Arsitektur



Penelitian



Pasundan, Pada Bangunan



bertujuan



Selasar Seni Sunaryo, 2000.



mengkaji sejauh mana melakuan



Semarang, Rosina Indah



penerapan



Ayuni.



atau kaidah arsitektur menggunkan



metoda Arsitektur pasundan pada gagasan gagasan yang



local,



analisis cenderung dipengruhi oleh mederennitas yaitu :



Terapan Konsep Bangunan



ini Metode penelitian ini Bangunan selasar seni ini merupakan wadah untuk dilakukan dengan cara dalam



berkarya



yang



mencerminkan



survey, karakteristik sunaryo sebagai perupa yang



prinsip study literature, dan memadukan nilai nilai budaya local khususnya



khususnya deskriptif



Arsietektur pasundan dengan pengumpulan



1. Pemilihan tapak



pada desain bangunan data fisik dan non fisik



3. Bentuk



Selasar Seni Sunaryo



4. Penataan lingkungannya.



Bertujuan



mengkaji Penelitian



ini Dari hasil nalisis, hasil yang di dapat pada The



40 Universitas Sumatera Utara



Tradisional Bali pada Objek



terapan



Rancang-Bangun Karya



budaya



Popo Danes, 2013,



Indonesia, khususnya penelitian



kualitatif



1.



Pola Zoning



Surabaya, Poela Art



budaya Bali dari tiga yang bersifat deskriptif



2.



Elemen Struktur dan Konstruksi



Aprimavista, Mariana



objek



3.



Ragam Hias/ornament



Wibowo, dan Dody Wondo



rancangan



setiap



4.



Material



yang



5.



Elemen Pendukung



nilai-nilai dilakukan



dengan Long House terdapat penerapan kelima konsep



bangsa menguunakan motode bangunan tradisional Bali yaitu :



kajian untuk Popo secara



menjelaskan rinci



Danes yang dipilih, keadaan dengan menggunakan menyangkut 5



batasan



konsep rancangan Popo Danes Penerapan House pengaplikasiannya hanya ada



bangunan tradisional yang Bali



sebagai



ukur paramternya.



dengan



memiliki pada dua aspek, yaitu :



tolak keterikatan dengan ciri atau bangunan Bali.



tradisional



1.



aspek pola zoning dan tipologi ruang



konsep 2.



Penggunaan material.



41 Universitas Sumatera Utara



Perubahan Bentuk Bangunan



Penelitian



ini Dalam



Bale Tani Dan Bale



bertujuan



untuk digunakan



Bontar Di Dusun Sade



mengidentifikasi dan penelitian



Lombok Tengah, 2011,



menganalisis



Malang, Nur Fivi



perubahan secara fisik Data–data



Anggraeny, Antariksa,



yang terjadi



Noviani Suryasari



pada bangunan Bale hasil survey primer,



3. Bentuk



Tani dan Bale Bontar melalui media foto,



4. Fasade.



di



Dusun



studi



ini, Hasil penelitian yang didapat adalah bahwa telah metode terjadi perubahanperubahan



historis– yang terjadi pada bangunan Bale Tani dan Bale



kualitatif–deskriptif.



dari



pengumpulan



Bontar di Dusun Sade yaitu dari elemen : 1.



Atap



2.



Material



Sade, alat pencatatan, dan



kemudian



alat



menganalisis



penggambaran,



serta



penyebab dan faktor- wawancara/interview faktor apa saja yang yang dilakukan dengan mempengaruhi



pihak–pihak yang



42 Universitas Sumatera Utara



perubahan tersebut



terkait. sekunder



Survey diperoleh



dari studi pustaka dan karya ilmiah Transformasi Tipologi Denah  Bertujuan Bale Daja Pada Cottage membahas



untuk Tahapan Metode



Dari hasil penelitian, eksplorasi transformasi



bentuk Dibagi Menjadi 3



didapatkan 2 alternatif bentuk untuk cottage



Hotel Resort Teluk Lebangan, Arsitektur tradisional Yaitu:



jenis family room. Transformasi yang dipakai



2014, Malang, Biendra Azizi Bali asli dan juga



meliputi beberapa tahap dengan 4 modal utama



Wedhantara.



melihat sejauh mana perubahan yang telah dilakukan,



karakter



utama yang dimiliki, dan



juga



peraturan



1. Pengumpulan Data 2. Analisis Data 3. Pemaparan Hasil



yaitu : 1. Pemecahan (break) , pengirisan (cut) , penambahan (addition), dan pertautan (meshing). 2. Volume bangunan



43 Universitas Sumatera Utara



kosmologis dianut



yang



3. Perubahan ketinggian dan pelebaran 4. Skala



44 Universitas Sumatera Utara



BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Metode penelitian merupakan suatu prosedur atau langkah langkah untuk pendapatkan pengetahuan ilmiah atau ilmu (Suryana : 2010). Jadi metode penelitian adalah cara bagaimana untuk menyusun ilmu pengetahuan dan bagaimana cara melakukan atau melaksanakan penelian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian historis–kualitatif–deskriptif. Metode historis adalah suatu proses mengkaji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan sejarah agar hasil dari penelitian ini lebih lengkap. Metode kualitatif merupkan tahapan atau prosedur penelitian yang menghasilkan data secara deskriptif, yaitu berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan objek yang dapat diamati. Metode kualitatif adalah metode yang mendeskripsikan suatu objek yang dianalisis. Untuk sampai kepada tujuan penelitian, maka di perlukan seperangkat metode kerja yang komprehensif dan sistematif. Jenis penelitian ini digunakan karna data yang di peroleh dapat melengkapi yang dapat menunjang dengan penggunaan pengumpulan data yaitu dengan peelitian secara deskriptif. Metode deskriptif ialah metode yang digunakan untuk mentafsirkan data yang ada. 3.2. Variabel penelitian Variabel merupakan segala sesuatu yang memiliki nilai nilai yang beragam (Sinulingga, 2011). Variabel penelitian ditetapkan malalui pertimbangan variable yang diterapkan dari hasil studi kasus sejenis pada bab 2 yaitu:



45 Universitas Sumatera Utara



Tabel 3.1. Variabel Penelitian Sumber



Variabel



Ayuni, 2000 Wibowo dkk, 2013



Bentuk



Suryasari dkk, 2011



Wibowo dkk, 2013



Teknologi



Suryasari dkk, 2011



Bangunan



Sub Variabel



Metode Penelitian



 Denah



• Observasi :



 Tampak



-Foto



 Atap



-Menggambar ulang



 Proporsi



-Sketsa



 Dinding



• Wawancara :



 Pintu dan Jendela



-Arsitek



 Warna



-Tokoh



 Ornamen



Aceh



masyarakat



 Material



• Observasi :



 Struktur



-Foto



 Struktur Utama



-Menggambar ulang



 Struktur



-Sketsa



Sambungan



• Wawancara : -Arsitek -Tokoh



masyarakat



Aceh 3.3. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder.



46 Universitas Sumatera Utara



Tabel 3.2. Metode Pengumpulan Data Data



Metode Pengumpulan Data



Sumber



Observasi langsung Dilakukan



dengan



cara



mengamati



kondisi



lokasi



Museum Tsunami Aceh secara Data Primer



eksisting dengan cara pnecarian data pengambilan



foto dan



melakukan wawancara



Survey Lapangan



beberapa secara



tidak



terstruktur dengan : -Arsitek dan -Tokoh masyarakat Aceh Jurnal/paper,



Studi Literatur Dilakukan dengan cara mencari teori-teori berhubungan Data Sekunder



dan



data



dengan



yang tujuan



penelitian yaitu : -Arsitektur tradisional Aceh



Buku-buku, Dinas – Dinas Terkait sepertii Balai Arsip Tsunami Aceh



-Museum Tsunami Aceh. Blog Ridwan Kamil



3.4.



Objek/Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada di jalan Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh



Indonesia. Letak bangunan Musuem ini berseberangan dengan lapangan Blang Padang kota Banda Aceh.



47 Universitas Sumatera Utara



(



Kota Banda Aceh



Museum Tsunami Aceh Gambar 3.1. Lokasi penelitian (Sumber : https://www.google.co.id/eart/place/Aceh)



48 Universitas Sumatera Utara



Gambar 3.2. Museum Tsunami Aceh (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015)



Gambar 3.3. Ground Plan Museum Tsunami Aceh (Sumber : Balai Arsip Tsunami Aceh, 2015)



49 Universitas Sumatera Utara



Gambar 3.4. Site Plan Museum Tsunami Aceh (Sumber : Balai Arsip Tsunami Aceh, 2015)



Gambar 3.5. Tampak Museum Tsunami Aceh ( Sumber : Balai Arsip Tsunami Aceh, 2015)



50 Universitas Sumatera Utara



3.5.



Metode Analisa Data Metode yang digunakan untuk menganalisa data berupa deskripsi mengenai



data-data yang diperoleh. Proses analisa data dimulai dengan melakukan penelitian data-data sebagai berikut : 1. Melakukan pengumpulan data data dari studi kepustakaan yaitu jurnaljurnal dan buku-buku terkait. 2. Tahap selanjutnya melakukan metode observasi yaitu dengan survey ke lapangan dengan tahap pengambilan foto atau gambar. 3. Melakukan interview atau wawancara khusus dengan narasumber terpercaya yang mengetahui sejarah dari Museum Tsunami Aceh, dan juga mengerti tentang arsitektur tradisional Aceh yaitu dengan : a. Arsitek : Arsitek yang di pilih adalah Arsitek yang memahami tentang arsitektur tradisional Aceh yang berjumlah 2 orang yaitu :  Tomi, beliau merupakan seorang arsitek, dan juga dosen di Arsitektur Universitas Syah Kuala yang saat ini juga menjabat sebagai kepala Musuem Tsunami Aceh.  Zulkarnaini beliau merupakan seorang arsitek, dan juga dosen di arsitektur Universitas Syah Kuala yang saat ini juga menjabat sebagai kepala Permuseuman di Bappeda Kota Banda Aceh.



51 Universitas Sumatera Utara



b. Tokoh Masyarakat Aceh : tokoh masyarkat Aceh yang di wawancarai berjumlah satu orang yaitu Tarmizi Hamid, SH, MH, beliau merupakan seorang Maneskrip Aceh. 4. Mencari data denah, tampak, potongan Museum Tsunami Aceh ke intansi terkait seperti Bappeda dan Balai Arsip Tsunami Aceh. 5. Setelah



semua



metode



dapat



dikumpulkan



maka



dilakukan



pengelompokan data agar dapat dianalisa. 6. Setelah selesai menganalisa, maka akan didapatkan temuan dan kemudian menyusun kesimpulan .



52 Universitas Sumatera Utara



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Deskripsi Wilayah Kota Banda Aceh Kota Banda Aceh terletak antara 050 16’ 15”-050 36’ 16” Lintang Utara dan 950 16’ 15” - 950 22’ 35” Bujur Timur dengan ketinggian rata-rata diatas permukaan air laut 0,80 meter. Kota Banda Aceh terdiri dari 9 kecamatan, 70 desa dan 20 kelurahan dengan luas 61,36 Km2. Batas-batas wilayah Kota Banda Aceh yaitu : (RTRW Kota Banda Aceh 2009-2029). 1. Utara



: Selat Malaka



2. Selatan



: Kabupaten Aceh Besar



3. Timur



: Kabupaten Aceh Besar



4. Barat



: Samudera Indonesia



Gambar 4.1. Peta Kota Banda Aceh (Sumber : Google Maps)



53 Universitas Sumatera Utara



4.1.2. Deskripsi Wilayah Lokasi Penelitian (Museum Tsunami Aceh). Museum Tsunami Aceh berada di Kecamatan Baiturrahman, kota Banda Aceh, tepatnya di Jalan Iskandar Muda dengan batas-batas sebagai berikut : Batas Utara : Jl. Iskandar Muda (Lapangan Blang Padang) Batas Barat : Jl.Pattimura Batas Timur : Jl.Teuku Umar Batas Selatan : Jl. Teuku Umar



Kec. Baiturrahman Kota Banda Aceh



Museum Tsunami Aceh



Gambar 4.2. Peta Lokasi Penelitian (Museum Tsunami Aceh) (Sumber : Google Maps/Google Earth)



54 Universitas Sumatera Utara



Lokasi Museum Tsunami Aceh merupakan kawasan yang berada di pusat kota, Masjid Raya Baiturahman dan sekitarnya sebagai pusat utama dan didukung pula oleh beberapa sub pusat pelayanan lainnya, seperti : 1. Kawasan Pariwisata



Gambar 4.3. Kawasan pariwisata di sekitar lokasi penelitian (Sumber : Analisis penulis, 2015 berdasarkan peta dari google maps)



55 Universitas Sumatera Utara



2. Kawasan Pendidikan



Gambar 4.4. Kawasan pendidikan di sekitar lokasi penelitian (Sumber : Analisis penulis, 2015 berdasarkan peta dari google maps) 3. Kawasan Perkantoran



Gambar 4.5. Kawasan perkantoran di sekitar lokasi penelitian (Sumber : Analisis penulis, 2015 berdasarkan peta dari google maps)



56 Universitas Sumatera Utara



4.2. Museum Tsunami Aceh 4.2.1. Sejarah Museum Tsunami Aceh. Kota Banda Aceh merupakan salah satu kota yang pernah dilanda bencana Tsunami pada tanggal 26 Desember 2004. Setelah terjadinya bencana tsunami yang menghancurkan hampir dari separuh Kota tersebut, berbagai pihak baik itu lembaga-lembaga internasional, lokal, maupun pemerintah bersama-sama berupaya untuk memberikan bantuan dan membangun kembali daerah-daerah yang terimbar oleh bencana. Seiring dengan berjalannya masa rehabilitasi dan rekonstruksi yang berlangsung menjadikan suasana Kota Banda Aceh menjadi semakin pesat kemajuannya khususnya dalam segi pariwisata. Wisata situs tsunami menjadikan Kota Banda Aceh sebuah objek wisata yang saat ini sangat pesat perkembangannya. Salah satu wisata yang saat ini menjadi sebuah landmark Kota Banda Aceh adalah Museum Tsunami Aceh. Museum Tsunami Aceh dibangun oleh pemerintah Kota Banda Aceh dengan cara mengadakan lomba sayembara terbuka yang dimenangkan oleh judul desain Rumoh Aceh Escape Hill yang merupakan karya arsitek Indonesia yaitu M Ridwan Kamil pada tahun 2007 , menyisihkan 68 desain lainnya. M Ridwan Kamil merupakan dosen arsitektur ITB, yang saat ini juga menjabat sebagai Wali Kota Bandung dan juga ketua Bandung Creative City Forum bersama Urbane (Urban Evolution) sebagai jasa konsultan perencanaan, arsitektur dan desain.



57 Universitas Sumatera Utara



Gambar 4.6. Kondisi saat Museum Tsunami sedang di bangun (Sumber : aneukagamAceh.blogspot.com) Lokasi Museum Tsunami Aceh dulunya merupakan bekas kantor Dinas Peternakan Aceh yang telah hancur saat terjadi bencana tsunami. Museum Tsunami Aceh dibangun pada tahun 2007 melalui sumber dana bantuan yang diberikan oleh negara-negara donor di bawah koordinasi Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) NAD-Nias dan selesai dibangun pada tahun 2008. Diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono pada 23 Februari 2008 dan resmi dibuka untuk umum tanggal 08 Mei 2011. Saat ini Museum Tsunami Aceh dikelola oleh Pemerintah Aceh dibawah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh dan berkoordinasi dengan Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Badan Geologi Bandung dalam bentuk Satuan Tugas (Satgas). Hal ini sesuai dengan Keputusan Gubernur Aceh No. 432.1/638/2011 tentang pembentukan satuan tugas pengelolaan Museum Tsunami Aceh. Museum Tsunami Aceh adalah satu-satunya museum tsunami di Asia yang dianggap sangat strategis dan representatif, selain Museum Gempa Kobe di Jepang "Disaster Reduction and Human Renovation Institution". Museum



58 Universitas Sumatera Utara



Tsunami Aceh dibangun sebagai monumen simbolis untuk mengenang bencana gempa bumi dan tsunami pada waktu itu, dan hadir sebagai pusat pendidikan, pembelajaran dan penelitian tentang kebencanaan. Bangunan tersebut juga dimaksudkan untuk mengenang para korban dan sekaligus menjadi pusat evakuasi (Escape Building) serta tempat perlindungan darurat bagi masyarakat jika gempa bumi dan tsunami terjadi lagi. Keberadaan Museum Tsunami Aceh telah mendapatkan perhatian serius dari berbagai kalangan masyarakat, khususnya para pelajar/siswa dan masyarakat luar Aceh umumnya, termasuk para wisatawan mancar negara dan peneliti kebencanaan. Setiap hari Museum Tsunami Aceh dikunjungi rata-rata 600 pengunjung. Namun, khusus pada hari Sabtu dan Minggu jumlah tersebut dapat mencapai 2000 sampai 2500 pengunjung. Sementara, khusus pada hari liburan anak-anak sekolah, jumlah pengunjung Museum Tsunami Aceh dapat meningkat sekitar 3500 pengunjung atau meningkat sekitar 60% (Kepala Museum Tsunami Aceh, 2015). 4.2.2. Kondisi Eksisting Museum Tsunami Aceh 4.2.2.1. Tapak/Siteplaning Museum Tsunami Aceh, dibangun di atas lahan seluas 10.000 m2, dan dengan luas bangunan 2.500 m2, dapat dilihat bahwa pemilihan site atau pun lahan sangat tepat yaitu berada di pusat kota dan memanfaatkan keadaan topografi lahan sebagai bangunan ikon yang terletak lebih tinggi dibandingkan dengan bangunan sekitarnya.



59 Universitas Sumatera Utara



Lapangan Blang Padang



Taman Sari



Taman Putroe Phang



Gambar 4.7. Konfigurasi Site Museum Tsunami Aceh (Sumber : Analisis peneliti, 2015 dan Balai Arsip Tsunami Aceh)



Konfigurasi Museum Tsunami Aceh terdiri dari : • Bangunan diapit oleh beberapa ruang terbuka hijau yaitu lapangan Blang Padang, Taman Sari dan Taman Purtroe Phang. • Bangunan Museum Tsunami Aceh paling kontras ketinggiannya dengan bangunan sekitarnya karena hanya berada diantara ruang terbuka .



60 Universitas Sumatera Utara



4.2.2.2. Ruang Luar Bangunan Museum Tsunami Aceh (Eksterior) Desain



dan



pembangunan



Museum



Tsunami



Aceh



ini



sangat



mengutamakan desain melalui pendekatan arsitektur yang bernuansa Islami dan Budaya/Arsitektur Aceh dengan konsep dan design "Rumoh Aceh as escape hill", baik dari ruang luar bangunan maupun ruang dalam bangunan.



Gambar 4.8. Ruang Luar Museum Tsunami Aceh ( Sumber : Balai Arsip Tsunami Aceh, 2015) Museum ini menceritakan bagaimana tragedinya tsunami yang terjadi melalui arsitektur yang didesain secara unik. Sekilas seperti bangunan berbentuk kapal.



61 Universitas Sumatera Utara



4.2.2.3. Ruang Dalam Bangunan Museum Tsunami Aceh (Interior) Pada bagian dalam terdapat banyak ruang, rancangan ruang ruang tersebut mengingatkan kita pada suasana tsunami yang juga mempunyai makna. Pada masing-masing ruangan memiliki filosofi tersendiri yang mendeskripsikan gambaran tentang tsunami sebagai memorial dari bencana besar yang melanda Aceh pada 26 Desember 2004. Museum ini juga memiliki berbagai koleksi peninggalan tsunami, media berbagi pengalaman bencana dan pengetahuan kebencanaan (geologi) telah menjadi pusat edukasi, rekreasi dan evakuasi yang bersifat efektif dan produktif bagi masyarakat untuk selalu mengingat tragedi yang pernah terjadi dalam rangka menggugah respon kritis pada isu-isu kebencanaan dan membangun kesadaran serta motivasi masyarakat menuju budaya kesiap-siagaan bencana masa yang akan datang. 1. Lantai Dasar



B



C



A KETERANGAN A = Ruang Space of Fear (Lorong Tsunami) B = Ruang Memorial Hall C = Ruang Sumur Doa



Gambar 4.9. Denah Lantai Dasar Musuem Tsunami Aceh (Sumber : Balai Arsip Tsunami Aceh, 2015)



62 Universitas Sumatera Utara



Lantai dasar pada gambar di atas menunjuk kan beberapa bagian ruang yaitu : a. Ruang Space of Fear (Lorong Tsunami)



30 m



Gambar 4.10. Detail Denah Ruang Space of Fear (Lorong Tsunami) (Sumber : Balai Arsip Tsunami Aceh, 2015)



Gambar 4.11. Ruang Space of Fear (Lorong Tsunami) (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015)



63 Universitas Sumatera Utara



Lorong tsunami merupakan akses awal untuk memasuki Museum Tsunami Aceh. Memiliki panjang 30 m dan tinggi mencapai 23 meter melambangkan tingginya gelombang tsunami yang terjadi pada tahun 2004. Air mengalir di kedua sisi dinding museum, suara gemuruh air, cahaya yang remang dan gelap, lorong yang sempit dan lembab, mendeskripsikan ketakutan masyarakat Aceh pada saat tsunami terjadi, atau disebut space of fear. b. Ruang Memorial Hall



Gambar 4.12. Denah Ruang Memorial Hall (Sumber : Balai Arsip Tsunami Aceh, 2015)



Gambar 4.13. Ruang Memorial Hall (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015)



64 Universitas Sumatera Utara



Ruangan ini merupakan ruang kenangan yang memiliki 26 monitor sebagai lambang dari kejadian tsunami yang melanda Aceh ada 26 Desember 2004. Setiap monitor menampilkan gambar dan foto para korban dan lokasi bencana yang melanda Aceh pada saat tsunami sebanyak 40 gambar yang ditampilkan dalam bentuk slide. Gambar dan foto ini seakan mengingatkan kembali kenangan tsunami yang melanda Aceh atau disebut space of memory yang tidak mudah untuk dilupakan dan dapat dipetik hikmah dari kejadian tersebut. Memorial hall ini dilengkapi dengan pencahayaan dari lubang-lubang sebuah ‘reflecting pool’ yang berada di atasnya dan ketinggian lantai pun berbedabedan level. c. Ruang Sumur Doa



Gambar 4.14. Detail Denah Ruang Sumur Doa (Sumber : Balai Arsip Tsunami Aceh, 2015)



65 Universitas Sumatera Utara



Gambar 4.15. Ruang Sumur Doa (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015) Ruangan berbentuk silinder dengan cahaya remang dan ketinggian 30 meter ini memiliki kurang lebih 2.000 nama-nama koban tsunami yang tertera disetiap dindingnya. Ruangan sakral ini difilosofikan sebagai kuburan massal tsunami dan pengunjung yang memasuki ruangan ini dianjurkan untuk mendoakan para korban menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Ruangan ini juga menggambarkan hubungan manusia dengan Tuhannya yang dilambangkan dengan tulisan kaligrafi Allah yang tertera di atas cerobong dengan cahaya yang mengarah ke atas langit langit dan pad berada di ruangan ini terdengar suara lantunan ayat-ayat Al-Qur’an. Ini melambangkan bahwa setiap manusia pasti akan kembali kepada Allah (penciptanya).



66 Universitas Sumatera Utara



2. Lantai 1



B A KETERANGAN A = Atrium Of Hope B = Runag Bukit Penyelamatan



Gambar 4.16. Denah Lantai 1 Museum Tsunami Aceh (Sumber : Balai Arsip Tsunami Aceh, 2015) Lantai pertama museum merupakan ruang terbuka sebagaimana rumah tradisional Aceh, disebut sebagai escape hill. a. Ruang Atrium Of Hope



Gambar 4.17. Denah Ruang Atrium (Sumber : Balai Arsip Tsunami Aceh, 2015)



67 Universitas Sumatera Utara



Gambar 4.18. Ruang Atrium Of Hope (Sumber : Dokumentasi Pribadi dan Balai Arsip Tsunami Aceh, 2015) Ruangan ini adalah area berupa ruang yang besar, sebagai simbol dari harapan dan optimisme menuju masa depan yang lebih baik. Pengunjung akan menggunakan ramp yang terlihat seperti jembatan (Jembatan perdamaian) untuk melintasi kolam dan atrium dan merasakan suasana hati yang lega. b. Ruang Atrium Terbuka



Gambar 2.19. Denah perletakan kolom pada ruang atrium (Sumber : Balai Arsip Tsunami Aceh)



68 Universitas Sumatera Utara



Gambar 2.20. Ruang terbuka Atrium Of Hope (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015) Gambar di atas merupakan ruang di lantai pertama museum yang merupakan ruang terbuka sebagaimana rumah tradisional Aceh, yang memiliki banyak kolom dan tiang disebut sebagai escape hill. 3. Lantai 2



B



A KETERANGAN A = Hall/ Lobby B = Ruang Pamer Tetap



Gambar 2.21. Denah Lantai 2 Museum Tsunami Aceh (Sumber : Balai Arsip Tsunami Aceh, 2015)



69 Universitas Sumatera Utara



a. Hall/Lobby



Gambar 2.22. Ruang Hall/Lobby (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015) Ruangan di atas adalah ruang tempat para pengunjung untuk beristrahat apabila lelah mengelilingi museum, di ruangan ini terdapat maket Museum tsunami dan petunjuk petunjuk arah ruang yang akan di masuki. b. Ruang Pamer Tetap



Gambar 2.23. Ruang Pamer Tetap (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015)



70 Universitas Sumatera Utara



Ruangan ini adalah ruang tempat penyimpanan peningalan-peninggalan saat tsunami, terdapat foto-foto, dan juga terdapat miniatur replika peninggalan tsunami Aceh. Diruangan ini terdapat hasil jepretan kondisi pasca tsunami yang asli, ekpresi ruangan ini menunjukkan desain interior yang menarik, pengunjung akan merasakan atmosfir yang berbeda, seolah dihadapakan pada kondisi ketika bencana itu terjadi. 4. Lantai 3



A



B



KETERANGAN A = Ruang Pamer Temporer B = Ruang Perpustakaan



Gambar 2.24. Denah Lantai 3 Musuem Tsunami Aceh (Sumber : Balai Arsip Tsunami Aceh, 2015) a. Ruang Pamer Temporer



71 Universitas Sumatera Utara



Gambar 2.25. Ruang Pamer Temporer (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015) Ruang pamer temporer merupakan ruang yang ekpresif dengan cita rasa seni yang baik. Di ruangan ini terdapat beberapa karya lukis yang sarat akan makna. Salah satunya adalah lukisan abstrak diatas. Penuh dengan cerita dengan atmosfir bencana tsunami namun dalam sudut pandang yang berbeda-beda. Selain lukisan yang menjadikan ruangan ini ekpresif, benda unik lainnya adalah ruangan simulasi gempa., di ruangan ini benar-benar merasakan sensasi gempa yang sebenarnya jika memasuki ruangan ini. b. Ruang Perpustakaan.



Gambar 2.26. Ruang Perpustakaan (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015)



72 Universitas Sumatera Utara



Ruangan ini merupakan ruang perpustakaan dan tempat penjualan souvenir. Jika anda tertarik untuk membawa pulang aksesoris atau hanya sekedar membaca buku, maka tidak ada salahnya untuk memasuki ruangan ini. 4.3. Analisa Penerapan Arsitektur Aceh Pada Museum Tsunami 4.3.1. Analisa Bentuk Museum Tsunami Aceh Bentuk :Menurut D. K. Ching (1987) bentuk merupakan gabungan antara teknik dengan keindahan. Bentuk pada sebuah bangunan dapat dilihat dari penampilan luar yang dapat dilihat melalui struktur formal, tata susun, komposisi yang menghasilkan gambaran nyata, massa 3 dimensi, wujud, penampilan dan konfigurasi. Tabel 4.1. Variabel analisa bentuk Museum Tsunami Aceh Variabel



Sub Variabel  Denah  Tampak :



Bentuk



- Proporsi - Atap - Dinding -Pintu/Jendela - Warna - Ornamen



73 Universitas Sumatera Utara



4.3.1.1. Analisa Denah Bangunan



Tangga



Arah Pintu Masuk Utama



Denah Museum



Tangga



Arah Pintu Masuk Utama



Denah Rumah Tradisional Aceh



Arah Pintu Masuk Utama



Tangga



Denah Mesjid Tradisional Aceh



Gambar 4.27. Analisa Denah Museum Tsunami Aceh Terhadap Denah Rumah dan Mesjid Tradisional Aceh Sumber : Balai Arsip Tsunami Aceh dan Analisi penulis, 2015



Pada gambar di atas menjunjukkan analisa dari bentuk denah, arah pintu masuk, penempatan ruang dan pengunaan tangga pada denah Museum Tsunami Aceh, denah rumah tradisional Aceh dan denah Mesjid tradisional Aceh. Analisa tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :



74 Universitas Sumatera Utara







Terhadap bentuk denah : terlihat perbendaan bentuk denah pada rumah dan masjid tradisional Aceh terhadap bentuk denah pada bangunan Museum Tsunami aceh, yang dilihat dari



dari wujud dasar bentuk



bangunannya yaitu pada denah Museum Tsunami Aceh menggunakan bentuk elips, namun denah rumah dan denah mesjid tradisional Aceh menggunakan bentuk persegi. 



Terhadap arah pintu masuk : analisa diatas menjukkan arah pintu masuk Museum Tsunami Aceh dengan arah pintu masuk rumah dan mesjid tradisonal Aceh menggunakan arah yang sama yaitu diletakkan di bagian samping masing masing bangunan.







Terhadap penempatan ruang : mesjid tradisional Aceh hanya mengunakan satu ruang saja yaitu ruang sholat, maka terlihat jelas bahwa tidak ada kesamaan penempatan ruang terhadap Museum Tsunami Aceh. Namun jika dilihat pada denah penempatan ruang rumah tradisional Aceh memiliki kesamaan terhadap penempatan ruang pada Museum Tsunami Aceh, yaitu penempatan ruang secara simetris, dimana pada kedua penempatan ruang bangunan tersebut terdapat sebuah center atau fokal point sebagai ruang utama dari masing- masing bangunan.



Ruang Utama/Tungai /ruang sakral



Ruang Utama/Sumur Doa



Gambar 4.28. Analisa Penempatan Ruang Museum Tsunami Aceh dan Rumah tradisional Aceh Sumber : Analisi penulis, 2015



75 Universitas Sumatera Utara







Terhadap penggunaan tangga : Jika dilihat pada bangunan Museum Tsunami Aceh terhadap Rumah dan Mesjid Aceh memiliki kesamaan terhadap penggunaan tangga sebelum melalui pintu masuk pada masing masing bangunan. 4.3.1.2. Analisa Tampak Bangunan



Tampak Mesjid Tradisional Aceh



Tampak Samping Rumoh Aceh



Tampak Museum Tsunami Gambar 4.29.Analisa Tampak Museum Tsunami AcehTerhadap Tampak rumah dan mesjid tradisoanal Aceh Sumber : Balai Arsip Tsunami Aceh dan Analisi penulis, dan dokumentasi pribadi 2015



76 Universitas Sumatera Utara



Jika dilihat dari keseluruhan tampak pada bangunan Museum Tsunami Aceh terhadap rumah tradisional Aceh , terdapat persamaan yang dilihat dari bentuk dasar bangunan Museum Tsunami Aceh seperti tampak samping rumah panggung Aceh yang bentuknya memanjang dan juga menggunakan kolom-kolom sebagai penopang dengan penempatan kolom-kolom secara modular. Namun pada tampak Mesjid tradisional Aceh terhadap tampak Museum Tsunami Aceh tidak terdapat persamaan. Pada pembahasan tampak bangunan biasa terdapat beberapa elemen yaitu sebagai berikut : 1. Proporsi



Proporsi Mesjid Tradisional Aceh



Proporsi Rumah Tradisional Aceh



Proporsi Museum Tsunami Aceh



Gambar 4.30. Analisa Proporsi Museum Tsunami Aceh Terhadap Proporsi Rumah dan Mesjid Tradisoanal Aceh Sumber : Balai Arsip Tsunami Aceh dan Analisi penulis, 2015



77 Universitas Sumatera Utara



Proporsi bangunan Museum Tsunami Aceh terhadap bangunan mesjid tradisional Aceh sangat berbeda, yang dilihat dari ketinggian, dan lebar bangunannya seperti pada gambar diatas. Proporsi bangunan Museum Tsunami Aceh terhadap bangunan rumah tradisional Aceh juga berbeda, yang juga dilihat dari ketinggian, dan lebar bangunannya. Jika dilihat dari sudut pandang yang berbeda yaitu dari pengunaan kolom dan dindingnya, pada bangunan Museum Tsunami Aceh ketinggian kolomnya lebih rendah di banding ketinggian dindingnya, sedangkan pada bangunan rumah tradisional Aceh ketinggian kolomnya lebih besar dibanding tinggi dindingnya. 2. Atap Atap tumpang



Bentuk atap masjid Aceh Atap Pelana



Bentuk atap rumah Aceh



78 Universitas Sumatera Utara



Atap Dak Beton



Atap Polykarbonat



Bentuk atap Museum Tsunami Aceh



Gambar 4.31.Analisis Bentuk Atap Museum Tsunami Aceh Terhadap Bentuk Atap Rumah dan Mesjid Tradisional Aceh (Sumber : Balai Arsip Tsunami Aceh dan Analisi penulis, 2015) Pada atap Museum Tsunami Aceh terhadap atap rumah dan mesjid Aceh sangat terlihat jelas perbendaannya, dari wujud dasar jenis atap yaitu pada atap Museum Tsunami menggunakan atap jenis dak beton dan polykarbonat, atap rumah Aceh menggunakan jenis atap pelana, dan atap masjid Aceh mengunakana jenis atap tumpang.



79 Universitas Sumatera Utara



3. Dinding



Dinding Beton



Mesjid Tradisional Aceh



Dinding Papan Kayu



Rumah Tradisional Aceh



Dinding Ornamen Sebagai Dinding Kaca Grc Board Dinding Pas. Kulit kedua bangunan Batu Bata Miring Musueum Tsunami Aceh Gambar 4.32. Analisa Dinding Museum Tsunami Aceh Terhadap Dinding Rumah dan Mesjid Tradisonal Aceh (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015)



Pada bagian dinding Museum Tsunami Aceh terhadap dinding rumah dan mesjid Aceh terdapat perbedaan dari jenis dinding yang digunakan pada dinding



80 Universitas Sumatera Utara



Museum Tsunami Aceh yang menggunakan material batu bata plaster, beton bertulang, dan dinding kaca Grc board.



Sedangkan rumah tradisional Aceh



menggunakan material dari papan kayu, dan masjid tradisional Aceh menggunakan dinding setengah permanen yaitu dinding beton.



Gambar 4.33. Analisa Bentuk Kulit Dinding Museum Tsunami Aceh Terhadap Unsur Tradisioanal Aceh (Sumber : Dokumentasi Pribadi dan analisis penulis, 2015/ sosbud.kompasiana.com)



Namun jika dilihat dari wujud dasar bentuk dinding yang lebih dominan pada bangunan Museum Tsunami Aceh yaitu pada pengunaan dinding kedua sekaligus sebagai ornamen dinding



kulit



pada gambar di atas terdapat



persamaan, bukan terhadap arsitektur tradisional Aceh melainkan terhadap unsur Tradisional Aceh, yaitu bentuk dinding yang menganalogikan tarian Tradisional Aceh yaitu tari Saman.



81 Universitas Sumatera Utara



4. Pintu Masuk



Pintu kayu



Rumah Tradisional Aceh



Pintu kayu



Mesjid Tradisional Aceh



Museum Tsunami Aceh



Pintu Kaca dengan Frame Alumunium



Gambar 4.34. Analisa Pintu Museum Tsunami Aceh Terhadap Pintu Rumah dan Mesjid Tradisioanal Aceh



Sumber : Dokumentasi Pribadi dan analisis penulis, 2015



82 Universitas Sumatera Utara



Pada bagian pintu Museum Tsunami Aceh terhadap pintu rumah dan mesjid tradisional Aceh terdapat perbedaan dari jenis material dan juga ukuran pintunya, yang digunakan pada dinding pada Museum Tsunami yang menggunakan material pintu kaca dengan frame alumunium, sedangkan rumah dan masjid tradisional Aceh menggunakan jenis pintu kayu dengan ukuran yang berbeda beda. 5. Jendela/Ventiasi



Ventilas kisikisi Mesjid Tradisional Aceh Jendela Sisir



Rumah Tradisional Aceh



83 Universitas Sumatera Utara



Ventilasi



Museum Tsunami Aceh



Gambar 4.35. Analisa Jendela/Ventilasi Museum Tsunami Aceh Terhadap jendela Rumah dan Mesjid Tradisioanal Aceh Sumber : Dokumentasi Pribadi dan analisis penulis, 2015 Pada dasarnya bangunan



Museum Tsunami Aceh tidak mengunakan



jendela sebagai bukaan, cahaya dan udara yang masuk langsung dari ruang terbuka yang tidak mengunakan dinding pada lantai satu dan hanya mengunakan kolom, namun pada bagian samping dinding bangunan tersebut terdapat ventilasi yang ditutup dengan kaca permanen untuk masuknya cahaya. Jadi bagian jendela atau ventilasi pada bangunan Museum Tsunami Aceh terhadap jendela rumah dan mesjid tradisional Aceh terdapat perbedaan dari jenis jendela atau ventilasinya, pada rumah tradisional Aceh mengunakan jendela sisir dengan material kayu, dan pada masjid tradisional Aceh hanya mengunakan ventilasi untuk cahaya yang masuk sebagai bukaan.



84 Universitas Sumatera Utara



6. Ornamen Motif Flora



Motif Keagamaan Kaligrafi



Motif Fauna



Ornamen Pada Mesjid Tradional Aceh Motif Lidah



Motif Fauna



Ornamen Pada Rumah Tradional Aceh



85 Universitas Sumatera Utara



Motif Keagamaan/Geometris



Ornamen Pada Museum Tsunami Aceh



Gambar 4. 36. Analisa Ornamen Museum Tsunami Aceh Terhadap Ornamen Rumah dan Mesjid Tradisioanal Aceh Sumber : Dokumentasi Pribadi dan analisis penulis, 2015 Museum Tsunami Aceh hanya mengunakan satu jenis ornamen yang diterapkan di setiap kolom pada bangunan tersebut. Penggunaan ornamen Museum Tsunami Aceh terhadap ornamen rumah tradisional Aceh tidak terdapat persamaan yang dilihat dari jenis motif



ornamennya, namun penggunaan



ornamen pada bangunan Museum Tsunami Aceh terdapat persamaan terhadap masjid tradisional Aceh yang dilihat dari salah satu jenis motif yang di gunakan di setiap masjid Aceh, yaitu pengunaan motif keagamaan/ geometris seperti pada Gambar 4.36.



86 Universitas Sumatera Utara



7. Warna



Warna Mesjid Aceh



Warna Rumah Aceh



Warna Museum Tsunami Aceh Gambar 4.37. Analisa Warna Museum Tsunami Aceh Terhadap Warna Rumah dan Mesjid Tradisioanal Aceh (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015 /pesonapariwisataindonesia.blogspot.com)



Tabel 4.2. Perbedaan Warna Pada Museum Tsunami,Rumah dan Mesjid Aceh Warna Pada Museum Tsunami



Abu abu tua



Warna Pada Rumah Aceh



Merah



Warna Pada Mesjid Aceh



Putih



87 Universitas Sumatera Utara



Abu abu muda



Kuning



Krem



Orange Putih Krem Hitam Jika dilihat pada gambar analisa dan tabel di atas, warna Museum Tsunami Aceh terhadap warna rumah dan mesjid tradisional Aceh sangat terlihat jelas perbendaannya, yang dilihat dari jenis warnanya yaitu pada Museum Tsunami menggunakan warna abu abu tua dan abu abu muda, sedangkan warna pada masjid tradisional Aceh lebih dominan mengunakan warna putih yang melambangkan kesucian, dan pada rumah tradisional Aceh menggunakan merah, kuning, orange, putih, krem dengan warna dasar hitam.



Gambar 4.38. Warna Maket Museum Tsunami Aceh (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015) Namun jika dilhat dari perencanaan rancangan pada maket yang dibuat oleh tim kajian desain Ridwan Kamil sebagai arsitek Museum tersebut, warna awal pada Museum ini mengunakan warna dominan orange dengan perpaduan warna putih. Menurut kepala Museum Tsunami Aceh, karena adanya beberapa



88 Universitas Sumatera Utara



alasan tertentu sehingga pada saat pembangunan warna tersebut tidak di terapkan . Jadi jika dilihat dari ciri-ciri warna perancangan awal pada bangunan tersebut terdapat persamaan pada beberapa ciri ciri warna pada rumah Aceh. 4.3.2. Analisa Teknologi Bangunan Museum Tsunami Aceh Analisa teknologi bangunan pada penelitian ini dilihat dari dua sub variable yaitu: Tabel 4.3. Variabel analisa Teknologi Bangunan Variabel Teknologi Bangunan



Sub Variabel  Material  Struktur



4.3.2.1. Analisa Material Banguanan



Lantai Semen



Lantai Pada Mesjid Tradisional Aceh



Lantai Papan Kayu



Lantai Pada Rumah Tradisional Aceh Gambar 4.39. Material lantai Rumah dan Mesjid Tradisioanal Aceh (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015)



89 Universitas Sumatera Utara



Lantai Granit



Lantai Keramik



Lantai Keramik



Lantai Papan kayu Lantai Pada Museum Tsunami Aceh



Gambar 4.40. Analisa Material lantai Museum Tsunami Aceh (Sumber : Dokumentasi Pribadi dan analisis penulis, 2015)



Penggunaan material lantai pada bangunan Museum Tsunami Aceh umumnya lebih dominan menggunakan material lantai granit, jika di bandingkan dengan material lantai pada rumah Aceh, terdapat kesamaan material lantai yang digunakan pada Museum Tsunami Aceh yaitu penggunaan lantai papan kayu pada ruang atrium, yang digunakan sebagai jembatan penghubung dari lantai satu menuju lantai dua yang bentuknya seperti panggung dan di bawahnya terdapat ruang kosong/kolam, namun pada material lantai masjid Aceh tidak terdapat persamaan karena masjid Aceh hanya mengunakan material lantai dari semen saja.



90 Universitas Sumatera Utara



4.3.2.2. Analisa Struktur Bangunan



Struktur Rumah Tradisional Aceh tiang-tiang kayu dan gelagar yang Sistim Struktur pada Rumoh menggunakan saling ditusukkan dan dikancing dengan pasak dari bambu. Untuk unsur-unsur bangunan yang kecil dipakai sistim ikat, dengan tali rotan, ijuk dan lain sebagainya (Hadjad dkk 1984).



Struktur Mesjid Tradisional Aceh Struktur Bangunan Mesjid ditunjang konstruksi dengan kayu oleh empat buah tiang utama yang bersegi delapan. Keempat buah tiang utama itu tepat di tengahtengah bangunan meuseujid dan menjadi penunjang pokok atap lapisan atas yang berbentuk limas (Hadjad dkk 1984). Gambar 4.41. Analisa Sistem Struktur Rumah dan Mesjid Tradisioanal Aceh (Sumber : Dokumentasi Pribadi,2015 dan Hadjad, dkk)



91 Universitas Sumatera Utara



Struktur Museum Tsunami Aceh ……….“Struktur bangunan Museum Tsunami dirancang sedemikian mungkin, sebagai bangunan tahan gempa dan tsunami”…. (Konsep desain Ridwan Kamil,2007). Sistim konstruksinya di dukung oleh sambungan balok balok besar, dan di topang oleh kolom kolom secara merata.



Gambar 4.42. Analisa Sistem Struktur Museum Tsunami Aceh (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015)



Sisitem struktur pada Museum Tsunami Aceh terhadap mesid tradisional Aceh tidak terdapat persamaan, namun terhadap sistem struktur rumah tradisional Aceh terdapat persamaan yang dilihat dari konstruksi kaki bangunan tersebut yang menggunakan kolom-kolom sebagai penopang dengan penerapan supergrafik dan penerapan prinsip desain yang simetris berupa penempatan kolom-kolom secara



92 Universitas Sumatera Utara



modular dan kemudian sambungkan dengan balok balok sebagai penahan beban dari atas, hanya saja pengunaan material yang berbeda. Konsep Struktur bangunan Museum Tsunami dirancang sedemikian mungkin sebagai bangunan tahan gempa dan tsunami sedangkan rumah tradisional Aceh juga menggunakan konsep struktur tersebut yang terbukti mampu bertahan dari gempa karena struktur utama yang kokoh dan elastis.



93 Universitas Sumatera Utara



4.4. Temuan Penelitian Pada Bangunan Museum Tsunami Temuan penelitian di dapat kan dari hasil wawancara yang di lakukan dengan Tokoh masyarakat Aceh dan arsitek, kemudian digabungkan dengan hasil analisis yang dapat dirangkum dengan penggunaan tabel sebagai berikut : Tabel 4.4. Analisa penerapan arsitektur tradisional Aceh pada bangunan Museum Tsunami Aceh No



Variabel



Sub Variabel



Tokoh Masyarakat Aceh



Arsitek



Hasil Anilisis Penerapan



Penerapan Penerapan arsitektur tradisional tradisional



arsitektur



arsitektur tradisional Aceh pada Aceh pada bangunan Museum Tsunami



Aceh pada bangunan Museum bangunan Tsunami Aceh yaitu : Bentuk



Denah



Museum Aceh yaitu : Tsunami Aceh yaitu : 1. Rumah



Tradisional



2. Mesjid Tradisional Aceh:



1. Rumah Tradisional Aceh: -Arah pintu masuk. Aceh: -Penempatan ruang. -Penempatan ruang. -Pengunaan tangga



- Tidak Terdapat



2.



1. Rumah Tradisional Aceh: - Tidak Terdapat



Mesjid



Tradisional 2. Mesjid Tradisional Aceh: Aceh: -Arah pintu masuk. - Tidak Terdapat -Pengunaan tangga



94 Universitas Sumatera Utara



Penerapan Penerapan arsitektur tradisional Aceh pada bangunan Museum Tsunami Aceh yaitu : 1. Rumah Tradisional Aceh: Tampak :



-Bentuk



seperti



rumah



panggung dengan pengunaan kolom 2. Mesjid Tradisional Aceh: - Tidak Terdapat



arsitektur Penerapan



tradisional



Aceh



bangunan



pada tradisional



Aceh



Tsunami Aceh yaitu :



Aceh yaitu :



1. Rumah Tradisional



1.



Aceh:



Aceh:



-Bentuk



seperti



Tradisional



seperti



dengan



pengunaan kolom



Tradisional 2.



Mesjid



Tradisional



Aceh:



Aceh:



- Tidak Terdapat



- Tidak Terdapat



Aceh pada bangunan Museum tradisional



rumah



dengan panggung



pengunaan kolom Mesjid



Rumah



rumah -Bentuk



panggung



2.



pada



Museum bangunan Museum Tsunami



Penerapan arsitektur tradisional Penerapan



a. Proporsi



arsitektur



arsitektur Penerapan Aceh



pada tradisional



arsitektur Aceh



Tsunami Aceh yaitu :



bangunan



1. Rumah Tradisional Aceh:



Tsunami Aceh yaitu :



Aceh yaitu :



- Tidak Terdapat



1. Rumah Tradisional



1.



2. Mesjid Tradisional Aceh:



Aceh:



Aceh:



- Tidak Terdapat



- Tidak Terdapat



- Tidak Terdapat



pada



Museum bangunan Museum Tsunami



Rumah



Tradisional



95 Universitas Sumatera Utara



2.



Mesjid



Tradisional 2.



Aceh pada bangunan Museum Tsunami Aceh yaitu : b. Atap



1. Rumah Tradisional Aceh: - Tidak Terdapat 2. Mesjid Tradisional Aceh: - Tidak Terdapat



Aceh:



- Tidak Terdapat



- Tidak Terdapat



tradisional



arsitektur Penerapan Aceh



bangunan



pada tradisional



arsitektur Aceh



Aceh yaitu :



1. Rumah Tradisional



1.



Aceh:



Aceh:



- Tidak Terdapat



- Tidak Terdapat



2.



Mesjid



Tradisional 2.



Rumah



Tradisional



Mesjid



Tradisional



Aceh:



Aceh:



- Tidak Terdapat



- Tidak Terdapat



Aceh pada bangunan Museum tradisional



arsitektur Penerapan Aceh



Tsunami Aceh yaitu :



bangunan



1. Rumah Tradisional Aceh:



Tsunami Aceh yaitu :



- Tidak Terdapat



1.



2. Mesjid Tradisional Aceh:



Aceh:



Rumah



pada



Museum bangunan Museum Tsunami



Tsunami Aceh yaitu :



Penerapan arsitektur tradisional Penerapan



c. Dinding



Tradisional



Aceh:



Penerapan Penerapan arsitektur tradisional



Mesjid



pada tradisional



arsitektur Aceh



pada



Museum bangunan Museum Tsunami Aceh yaitu :



Tradisional 1.



Rumah



Tradisional



Aceh:



96 Universitas Sumatera Utara



- Tidak Terdapat



- Tidak Terdapat



- Tidak Terdapat



3. Tarian tradisional Aceh: - 2. Mesjid : Tidak Terdapat



2.



- Tidak Terdapat



Mesjid



Tradisional



Aceh: - Tidak Terdapat



3. Tarian tradisional Aceh : - Bentuk Kulit



3. Tarian tradisional Aceh



Dinding



: --Bentuk Kulit Dinding



Penerapan tradisional Penerapan arsitektur tradisional Aceh pada bangunan Museum Tsunami Aceh yaitu : d.



Pintu



1. Rumah Tradisional Aceh: - Tidak Terdapat 2. Mesjid Tradisional Aceh: - Tidak Terdapat



arsitektur Penerapan Aceh



bangunan



pada tradisional



arsitektur Aceh



Museum bangunan Museum Tsunami



Tsunami Aceh yaitu :



Aceh yaitu :



1. Rumah Tradisional



1.



Aceh:



Aceh:



- Tidak Terdapat



- Tidak Terdapat



2.



Mesjid



pada



Tradisional 2.



Rumah



Mesjid



Aceh:



Aceh:



- Tidak Terdapat



- Tidak Terdapat



Tradisional



Tradisional



97 Universitas Sumatera Utara



Penerapan Penerapan arsitektur tradisional Aceh pada bangunan Museum e. Jendela Ventilasi



Tsunami Aceh yaitu : 1. Rumah Tradisional Aceh: - Tidak Terdapat 2. Mesjid Tradisional Aceh: - Tidak Terdapat



tradisional



arsitektur Penerapan Aceh



bangunan



Aceh



Tsunami Aceh yaitu :



Aceh yaitu :



1. Rumah Tradisional



1.



Aceh:



Aceh:



- Tidak Terdapat



- Tidak Terdapat



2.



Mesjid



Tradisional 2.



Rumah



Tradisional



Mesjid



Tradisional



Aceh:



Aceh:



- Tidak Terdapat



- Tidak Terdapat



Aceh pada bangunan Museum tradisional



pada



Museum bangunan Museum Tsunami



Penerapan arsitektur tradisional Penerapan



f. Ornamen



pada tradisional



arsitektur



arsitektur Penerapan Aceh



pada tradisional



arsitektur Aceh



Tsunami Aceh yaitu :



bangunan



1. Rumah Tradisional Aceh:



Tsunami Aceh yaitu :



Aceh yaitu :



- Tidak Terdapat



1. Rumah Tradisional



1.



2. Mesjid Tradisional Aceh:



Aceh:



Aceh:



- Ornamen Motif



- Tidak Terdapat



- Tidak Terdapat



pada



Museum bangunan Museum Tsunami



Rumah



Tradisional



Keagamaan/Kaligrafi



98 Universitas Sumatera Utara



2.



Mesjid



Tradisional 2.



Mesjid



Tradisional



Aceh:



Aceh:



- Tidak Terdapat



- Ornamen Motif Keagamaan/Kaligrafi



Penerapan Penerapan arsitektur tradisional Aceh pada bangunan Museum Tsunami Aceh yaitu : g.



Warna



1. Rumah Tradisional Aceh: - Tidak Terdapat 2. Mesjid Tradisional Aceh: - Tidak Terdapat



tradisional



arsitektur Aceh



bangunan



pada



Museum



Tsunami Aceh yaitu : 1. Rumah Tradisional Aceh: Tidak Terdapat 2.



Mesjid



Tradisional



Aceh: - Tidak Terdapat



Teknologi 2



Material Bangunan



Penerapan arsitektur tradisional Aceh pada bangunan Museum Tsunami Aceh yaitu : 1. Rumah Tradisional Aceh: - Tidak Terdapat 2. Mesjid Tradisional Aceh:



Penerapan arsitektur tradisional Aceh pada bangunan Museum Tsunami Aceh yaitu : 1. Rumah Tradisional Aceh:



Penerapan tradisional



arsitektur Aceh



pada



bangunan Museum Tsunami Aceh yaitu : 1.



Rumah



Tradisional



Aceh: - Penggunaan warna orange pada maket 2.



Mesjid



Tradisional



Aceh: - Tidak Terdapat Penerapan tradisional



arsitektur Aceh



pada



bangunan Museum Tsunami Aceh yaitu : 1.



Rumah



Tradisional 99



Universitas Sumatera Utara



- Tidak Terdapat



Penggunaan lantai papan kayu 2. Mesjid Tradisional Aceh: - Tidak Terdapat



arsitektur tradisional



Penerapan tradisional



pada



Museum Aceh yaitu :



Penerapan arsitektur tradisional Tsunami Aceh yaitu :



1.



Rumah



Aceh pada bangunan Museum



1. Rumah Tradisional Aceh:



Tsunami Aceh yaitu :



Aceh:



1. Rumah Tradisional Aceh:



-



-Konsep struktur tahan gempa.



sebagai penopang.



2. Mesjid Tradisional Aceh :



-Konsep



- Tidak Terdapat



gempa. 2.



Aceh



pada bangunan Museum Tsunami



Aceh



bangunan



Struktur



Aceh: - Penggunaan lantai papan kayu 2. Mesjid Tradisional Aceh: - Tidak Terdapat Penerapan arsitektur



Tradisional



- Penggunaan kolom sebagai



Penggunaan



struktur



Mesjid



kolom penopang. - Pengunaan balok balok tahan sebagai penahan beban atas. -Konsep



struktur



tahan



Tradisional gempa.



Aceh:



2.



Mesjid



- Tidak Terdapat



Aceh:



Tradisional



- Tidak Terdapat



100 Universitas Sumatera Utara



Dari tabel di atas didapatkan beberapa temuan penerapan arsitektur tradisional Aceh pada bangunan Museum Tsunami Aceh yaitu : 1. Denah bangunan museum tsunami Aceh  Arah pintu masuk : rumah dan mesjid tradisonal Aceh mengunakan arah pintu masuk dibagian yang sama seperti museum tsunami Aceh yaitu pada bagian masing – masing bangunan.  Penempatan ruang : terdapat sebuah center atau fokal point sebagai ruang utama dari bangunan museum tsunami Aceh yang merupakan ruang sumur doa,



dan rumah tradisional Aceh sebagai ruang sakral/ruang



tengah.  Letak tangga : memiliki kesamaan terhadap penggunaan tangga sebelum melalui pintu masuk pada bangunan museum tsunami, rumah dan mesjid tradisional Aceh. 2. Tampak bangunan museum tsunami Aceh  Bentuk seperti rumah panggung Aceh dengan pengunaan kolom : terdapat persamaan yang dilihat dari bentuk dasar bangunan museum seperti tampak samping rumah panggung Aceh yang bentuknya memanjang dan juga menggunakan kolom-kolom sebagai penopang berupa penempatan kolom-kolom secara modular. 3. Ornamen pada tampak bangunan museum tsunami Aceh



101 Universitas Sumatera Utara



 Ornamen keagamaan : terdapat persamaan antara masjid tradisional Aceh dan museum tsunami Aceh yang dilihat dari salah satu jenis motif yang di gunakan salah satu masjid Aceh, yaitu pengunaan motif keagamaan geometris. 4. Warna pada tampak bangunan museum tsunami Aceh  Warna awal perancangan : dilhat dari perencanaan rancangan pada maket yang dibuat oleh tim kajian desain Ridwan Kamil sebagai arsitek museum tersebut, warna awal pada Museum Tsunami mengunakan warna dominan orange dengan perpaduan warna putih. Menurut kepala Museum Tsunami Aceh, karena adanya beberapa alasan tertentu sehingga pada saat pembangunan warna tersebut tidak di terapkan . Jadi jika dilihat dari ciriciri warna perancangan awal pada bangunan tersebut terdapat persamaan pada beberapa ciri ciri warna rumah tradisional Aceh. 5. Material lantai pada teknologi bangunan museum tsunami Aceh  Lantai papan kayu : penggunaan lantai papan kayu pada ruang atrium, yang digunakan sebagai jembatan penghubung dari lantai satu menuju lantai dua yang bentuknya seperti panggung pada museum tsunami Aceh menunjukkan kesamaan material lantai pada rumah tradisional Aceh. 6. Struktur pada teknologi bangunan museum tsunami Aceh 



Pengunaan kolom sebagai penopang : penempatan kolom-kolom secara modular dan kemudian disambungkan dengan balok balok sebagai



102 Universitas Sumatera Utara



penahan beban dari atas,antara museum tsunami Aceh dan rumah tradisional Aceh.  Konsep struktur tahan gempa : memiliki konsep struktur bangunan yang sama pada rumah tradisional Aceh yaitu sebagai bangunan tahan gempa dan tsunami. Tabel 4.5. Analisa faktor yang mempengaruhi perancangan Museum Tsunami Aceh yang dilihat dari penerapan arsitektur tradisional Aceh. No



Faktor Yang Mempengaruhi



Analisis



Perancangan 1



Unsur budaya tradisional Aceh







Dinding pada tampak bangunan Museum Tsunami



2



Filosofi Tsunami







Bentuk denah yang seperti pusaran air gelombang tsunami di laut.







Bentuk bangunan yang seperti kapal







Pengunaan unsur air pada ruang lorong tsunami



3



Konsep Islami



 Ruang sumur doa yang membentuk seperti sumur silinder.



103 Universitas Sumatera Utara



Dari tabel di atas didapatkan beberapa temuan faktor yang mempengaruhi perancangan Museum Tsunami Aceh



yang dilihat dari penerapan arsitektur



tradisional Aceh. 1. Dinding pada tampak bangunan museum tsunami Aceh : pengunaan dinding kulit kedua pada bangunan museum tsunami Aceh merupakan



unsur



tradisional Aceh, yaitu bentuk dinding yang menganalogikan tarian tradisional Aceh yaitu tari saman seperti huruf Y. 2. Bentuk denah bangunan museum tsunami Aceh : denah museum tsunami Aceh menganalogikan seperti sebuah epicenter atau pusat pusaran air dari gelombang laut tsunami yang merupakan filosofi terjadinya tsunami. 3. Bentuk bangunan museum tsunami aceh : menganalogikan bentuk kapal di atas rumah, kapal tersebut merupakan salah satu filosofi tsunami atau fenomena terdamparnya kapal diatas rumah didekat pantai di daerah lampulo baru Kota Banda Aceh. 4. Ruang lorong tsunami : air mengalir di kedua sisi dinding ruangan tersebut, suara gemuruh air, cahaya yang remang dan gelap, lorong yang sempit dan lembab yang merupakan filosofi terjadinya tsunami. 5. Ruang sumur doa yang membentuk seperti sumur selinder : pada bagian atas ruang tersebut terdapat sebuah lubang yang menyorotkan cahaya ke atas langit dengan tulisan arab “Allah”.



104 Universitas Sumatera Utara



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Penerapan arsitektur pada Museum Tsunami Aceh memenuhi enam elemen konsep arsitektur tradisional Aceh yaitu : 1. Denah bangunan Museum Tsunami Aceh : terdapat pada arah pintu masuk, penempatan ruang dan letak tangga. 2. Tampak bangunan Museum Tsunami Aceh : terdapat pada bentuk seperti rumah panggung Aceh dengan pengunaan kolom. 3. Ornamen pada tampak bangunan Museum Tsunami Aceh : terdapat pada ornamen keagamaan 4. Warna pada tampak bangunan Museum Tsunami Aceh : terdapat pada warna awal perancangan yang merupakan ciri rumah tradisional Aceh. 5. Material lantai pada teknologi bangunan Museum Tsunami Aceh : terdapat pada lantai papan kayu yang digunakan sebagai jembatan di ruang atrium. 6. Struktur pada Teknologi Bangunan Museum Tsunami Aceh : terdapat pada pengunaan kolom sebagai penopang, penggunaan konsep struktur tahan gempa. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perancangan Museum Tsunami Aceh yang dilihat dari penerapan arsitektur tradisional Aceh memenuhi tiga elemen yaitu :



105 Universitas Sumatera Utara



1. Unsur budaya tradisional Aceh : terdapat pada bagian dinding kulit kedua eksterior yang di aplikasikan membentuk huruf Y. 2. Filosofi Tsunami : 



Bentuk bangunan Museum Tsunami Aceh menganalogikan bentuk kapal di atas rumah.







Bentuk denah yang seperti pusaran air gelombang tsunami di laut.







Pengunaan unsur air dan suara gemuruh pada ruang lorong tsunami.



3. Konsep Islami : terdapat pada ruang doa yang membentuk seperti sumur silender yang terdapat tulisan arab “Allah” . Dari penjabaran diatas, maka dapat dilihat bahwa sang Arsitek yaitu Ridwan Kamil berusaha menerapkan nilai-nilai unsur budaya dan arsitektur tradisional Aceh pada perancangan Museum Tsunami Aceh. Meski demikian, kadar penerapan konsep bangunan Arsitektur tradisional Aceh maupun unsur budaya Tradisional Aceh pada bangunan Museum Tsunami Aceh ini masih sangat sedikit. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor antara lain tipe bangunan, fungsi bangunan, serta faktor lainnya. 5.2. Saran 1. Bagi Pembaca Pembaca diharapkan agar mengerti bahwa Museum Tsunami Aceh memang dirancang dengan unsur budaya dan arsitektur tradisional Aceh. Pembaca juga diharapkan agar kita sebagai generasi penerus tetap menjaga keutuhan dan melestarikan arsitektur tradisional maupun budaya Indonesia.



106 Universitas Sumatera Utara



2. Bagi Arsitek Agar kiranya arsitek arsitek indonesia lainnya juga dapat mengaplikasikan rancangan yang mempertahankan ciri sebagai bagunan khas Indonesia.



107 Universitas Sumatera Utara



DAFTAR PUSTAKA Aprimavista, Art, Poela, et,al. 2013. Terapan Konsep Bangunan Tradisional Bali pada Objek Rancang-Bangun Karya Popo Danes : Jurnal Intra Vol. 1, No. 1 Ayuni, Indah, Rosina. 2000. Study Penerapan Arsitek Pasundan Pada Bangunan Selasar Seni Sunaryo : Seminar Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Katolik Soegijapranata. Semarang. Ching, D.K.Francis. 1987. Arsitektur Bentuk Ruang dan Tatanan. Jakarta : Penerbit Erlangga Edisi ke Tiga. Hadjad, Abdul, Drs et,al. 1984. Arsitektur Tradisional Provinsi Daerah Istimewa Aceh. Banda Aceh: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Cetakan II Kamil, Ridwan Kamil Sang Arsitek Kota : http://issuu.com/rk4bdg Pasal 1 ayat 1 PP. No. 19 Tahun 1995 Sabila, Farisa. 2014. Tipologi Tata Ruang Dalam Rumoh Aceh Di Kawasan Mukim Aceh Lhee Sagoe: arsitektur e-Journal, Volume 7 Nomor 1, Juni 2014 Syahriadi dan Fahri, ILham. 2012. Identifikasi Pola Ruang, Sonasi, Dan Pola Sirkulasi Rumah Tradisional Aceh Di Desa Reudeup Montasik Aceh Besar : Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Besar, 2012. Suryana, M.Si. Dr. Prof. 2010. Metodelogi Penelitian (Model Praktis Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif : Buku Ajar Perkuliahan. Universitas Pendidikan Indonesia.



108 Universitas Sumatera Utara



Widosari. 2010. Mempertahankan Kearifan Lokal Rumoh Aceh dalam Dinamika Kehidupan Masyarakat Pasca Gempa dan Tsunami. Localwisdom-Jurnal Ilmiah Online, ISSN: 2086-3764. Volume II. Nomor 2. Halaman 27-36. Wedhantara, Biendra, Azizi. 2014. Transformasi Tipologi Denah Bale Daja Pada Cottage Hotel Resort Teluk Lebangan : Jurnal intra, Vol 2.No 1. Sinulingga, Sukaria. 2011. Metode Penelitian. Universitas Sumatera Utara Press. Medan.



109 Universitas Sumatera Utara