1B. Dalam Percobaan Ini Apa Yang Dapat Menimbulkan Rasa Nyeri? [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Rangsangan merusak (naksus) apa saja yang dapat menimbulkan rasa nyeri? 



Rangsangan rusak yang dapat menimbulkan rasa nyeri antara lain rangsangan mekanis, kimiawi atau fisis. Rangsangan tersebut dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan sehingga memicu pelepasan zat-zat tertentu yang disebut mediator nyeri. Mediator dapat mengakibatkan reaksi radang dan kejang-kejang



1B. Dalam percobaan ini apa yang dapat menimbulkan rasa nyeri? 



Penambahan Asam Asetat 0,1 % sebanyak 0,2 ml secara peritoneal , 30 menit setelah pemberian obat analgesik



2A. Rasa nyeri yang diamati sebenarnya adalah respon nyeri. Respon nyeri apa saja yang dapat terjadi? A. Respon fisiologis terhadap nyeri 1. Stimulasi Simpatis (nyeri ringan, moderat dan superfisial) Diaphoresis Peningkatan kekuatan otot Dilatasi pupil Penurunan motilitas GI 2. Stimulasi Parasimpatis (nyeri berat dan dalam)  Muka pucat  Otot mengeras  Penurunan heart rate dan blood preasure B. Respon tingkah laku terhadap nyeri  Pernyataan verbal (Mengaduh, Menangis, Sesak Nafas, Mendengkur)  Ekspresi wajah (Meringis, Menggeletukkan gigi, Menggigit bibir)  Gerakan tubuh (Gelisah, Imobilisasi, Ketegangan otot, peningkatan gerakan jari & tangan  Kontak dengan orang lain/interaksi sosial (Menghindari percakapan, Menghindari kontak sosial, Penurunan rentang perhatian, Fokus pada aktivitas menghilangkan nyeri C. Respon individu terhadap nyeri ada 3 tahap :  Tahap aktivasi



Dimulai saat pertama individu menerima rangsang nyeri sampai tubuh bereaksi terhadap nyeri yang meliputi : respon simpato adrenal, respon muskuler dan respon emosional.  Tahap pemantulan Pada tahap ini nyeri sangat hebat tetapi singkat. Pada tahap ini pula sistem saraf parasimpatis mengambil alih tugas, sehingga terjadi respon yang berlawanan terhadap tahap aktivasi  Tahap adaptasi Saat nyeri berlangsung lama tubuh mencoba untuk beradaptasi melalui peran endorthins. Reaksi adaptasi tubuh ini terhadap nyeri dapat berlangsung beberapa jam atau beberapa hari. Bila nyeri berkepanjangan maka akan menurunkan sekresi norepinefrin sehingga individu merasa tidak berdaya, dan lesu 2B. Pada percobaan ini respon nyeri apa yang dapat terlihat? 



Respon nyeri yang terlihat adalah respon tingkah laku terhadap nyeri, dikarenakan mencit mengalami writhing reflex dengan menunjukkan meregangnya eksemitas yakni kaki belakang mencit akan tertarik ke belakang dan kaki depan akan tertarik ke depan, sehingga perut akan menempel pada bidang datar. Gerakan ini juga bisa disebut gerakan meliuk



3A. Bagaimana hasil percobaan respon nyeri dengan aspirin? Berikan penjelasan! Berdasarkan hasil tabel diatas, pada kontrol didapat pada menit ke 5, rata-rata jumlah liukan mencit sebanyak 40, sedangkan pada pemberian aspirin, pada menit ke 5, rata-rata jumlah liukan mencit sebanyak 21 sehingga didapat bahwa respon nyeri dengan aspirin dapat menurunkan jumlah liukan pada mencit dibanding kontrol (CMC) hal ini membuktikan bawa aspirin merupakan obat yang dapat mengurangi rasa nyeri. Namun jika dibanding dengan tanaman obat (bawang putih), aspirin masih belum maksimal dalam meredam nyeri, dikarenakan pada menit ke 5 pemberian tanaman obat hanya menimbulkan 7 liukan pada mencit, yang mana hal itu menunjukkan bahwa tanaman obat lebih efisien dibanding aspirin. 3B. Apakah ada perbedaan rasa nyeri pada kelompok I dibandingkan kelompok II? Pada kelompok I pemberian aspirin, menunjukkan jumlah liukan yang tidak stabil dari menit ke menitnya, pada menit ke 5 jumlah liukan 27, pada menit ke 10



jumlah liukan 22, pada menit ke 15 jumlah liukan 30, pada menit ke 20 jumlah liukan 29, pada menit ke 25 jumlah liukan 17 dan pada menit ke 30 jumalh liukan 23. Sedangkan pada kelompok II, menunjukkan kecenderungan jumlah liukan yang menurun dari menit ke menit, pada menit ke 5 jumlah liukan 26 pada menit ke 10 jumlah liukan 22 pada menit ke 15 jumlah liukan 15 pada menit ke 20 jumlah liukan 14, pada menit ke 25 jumlah liukan 14, pada menit ke 30 jumlah liukan 12. 4A. Apakah penggunaan khusus aspirin? Aspirin digunakan sebagai anti nyeri dari yang ringan sampai sedang dan dapat digunakan untuk menurunkan deman. Selain tiu, digunakan juga sebagai obat jantung 4B. Bagaimana cara kerjanya? Efektivitas penggunaan aspirin adalah berdasarkan kemampuannya menghambat enzim siklooksigenase (cyclooxygenase/COX), yang mengkatalisis perubahan asam arakidonat menjadi prostaglandin H2,prostaglandin E2,dan tromboksan A2 .Aspirin hanya bekerja pada enzim siklooksigenase, tidak pada enzim lipooksigenase, sehingga tidak menghambat pembentukan lekotrien (Roy, 2007). Tidak seperti AINS lainnya yang menghambat enzim secara kompetitifsehingga bersifat reversibel, aspirin menghambat enzim COX secara ireversibel. Hal ini disebabkan karena aspirin menyebabkan asetilasi residu serin pada gugus karbon terminal dari enzim COX, sehingga untuk memproduksi prostanoid baru memerlukan sintesis enzim COX baru (Vane & Botting, 2003). Hal ini penting karena terkait dengan efek aspirin, dimana durasi efek sangat bergantung pada kecepatan turn over enzim siklooksigenase (Roy, 2007). Mekanisme kerja aspirin terutama adalah penghambatan sintesis prostaglandin E2 dan tromboksan A2 . Akibat penghambatan ini, maka ada tiga aksi utama dari aspirin, yaitu: (1) antiinflamasi, karena penurunan sintesisprostaglandin proinflamasi,(2) analgesik, karena penurunan prostaglandin E2 akan menyebabkan penurunan sensitisasi akhiran saraf nosiseptif terhadap mediator pro inflamasi, dan (3) antipiretik, karena



penurunan



prostaglandin



E2



yang



bertanggungjawab



terhadap



peningkatan set point pengaturan suhu di hipotalamus (Roy, 2007). Aspirin menghambat sintesis platelet melalui asetilasi enzim COX dalam platelet secara ireversibel. Karena platelet tidak mempunyai nukleus, maka selama hidupnya platelet tidak mampu membentuk enzim COX ini. Akibatnya sintesistromboksan



A2 (TXA2) yang berperan besar dalam agregasi trombosit terhambat. Penggunaan aspirin dosis rendah regular (81 mg/hari) mampu menghambat lebih dari 95% sintesis TXA2 sehingga penggunaan rutin tidak memerlukan monitoring (Harrison, 2007). Molekul prostaglandin I 2 (PGI2 ) yang bersifat sebagai anti agregasi trombosit diproduksi oleh endothelium pembuluh darah sistemik. Sel‐sel endotel ini mempunyai nukleus sehingga mampu mensintesis ulang enzim COX. Hal inilah yang dapat menjelaskan mengapa aspirin dosis rendah dalam jangka panjang mampu mencegah serangan infark miokard melalui penghambatan terhadap TXA2 namun tidak terlalu berpengaruh terhadap PGI2 (Roy, 2007). Selain melalui penghambatan terhadap COX, aspirin juga mampu mengasetilasi enzim NitricOxide Synthase‐3 (NOS‐3) yang akan meningkatkan produksi NitricOxide (NO). Nitric Oxide diketahui bersifatsebagai inhibitor aktivasi platelet, dengan demikian hal ini menambah informasimengenai manfaat aspirin sebagai antiplatelet (O’Kane et al., 2009) 4C. Apakah efek sampingnya!  Menyebabkan anemia hemolitik pada orang yang secara genetik memiliki penyakit defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase, terutama dalam dosis besar dan tergantung pada beratnya penyakit  Gangguan pada saluran pencernaan,



misalnya



perdarahan,



ulserasi,



dan



perforasi lambung atau usus yang bisa berakibat fatal. Gejala yang muncul sering dalam bentuk mual dan muntah. Jika pemakaian dalam dosis tinggi atau untuk waktu yang lama, merokok, atau minum alkohol, meski digunakan bersama makanan tidak akan mengurangi efek samping ini.  Penggunaan dosis besar bisa menyebabkan tinnitus (telinga berdenging), urine berwarna gelap, dan mata atau kulit berwarna kuning. Efek ini hanya sementara.  Aspirin dan NSAID lainnya, seperti ibuprofen, dapat menunda penyembuhan luka kulit  Sindrom reye, meskipun kejadiannya jarang namun sangat fatal. Sindrom Reye adalah



sebuah



penyakit



yang



jarang



namun



parah



yang



ditandai



dengan ensefalopati akut dan hati berlemak. Penyakit ini dapat terjadi bila anakanak atau remaja diberikan aspirin (acetosal) untuk demam atau penyakit lain atau infeksi.



 Gejala alergi, termasuk gatal-gatal, bengkak, dan sakit kepala. Reaksi ini disebabkan oleh intoleransi salisilat. 4D. Apakah kontraindikasinya? Aspirin tidak direkomendasikan untuk anak di bawah 12 tahun karena risiko terjadinya sindroma Reye (ditandai dengan ensefalopati non inflamatorik akut dan



hepatopati



berat).



Pemeriksaan



laboratorium



menunjukkan



adanya



peningkatan kadar transaminase serum, bilirubin dan ammonia secara signifikan. Secara histopatologi, dapat ditemukan gambaran steatosismikrovesikuler dan edemamitokondria dengan cristae yang rusak. Sindrom ini lebih sering terjadisetelah infeksi virus,terutama varicella dan influenza (Orlowski et al., 2002; Glasgow, 2006). Dengan demikian, aspirin dan seluruh derivatnya tidak boleh diberikan sebagai terapi gejala mirip flu pada anak‐anak. Aspirin juga dikontraindikasikan pada ulkus lambung, hemofilia, dan penderita gout (karena aspirin dosis kecil dapat meningkatkan konsentrasi asamurat). Kontraindikasi lain adalah asma, penyakit alergi dan pasien dengan kelainan ginjal dan atau hepar (Kemkes Malaysia, 2001)