2013 - Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Bullying [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENELITIAN INDIVIDU



Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Bullying Pada Peserta Didik Anak Usia MI/SD



Disusun oleh Asep Ediana Latip



Pusat Penelitian dan Penerbitan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2013



0



Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Bullying Pada Peserta Didik Anak Usia MI/SD Oleh Asep Ediana Latip, M.Pd



Abstrak Tujuan penelitian ini untuk menganalisis factor-faktor yang mempengaruhi prilaku bullying di MI/SD. Dengan hipotesis penelitian terdapat factor-faktor yang mempengaruhi prilaku bullying pada peserta didik anak usia MI/SD kelas VI. Untuk menguji hipotesis ini dilakukan identifikasi secara teoritik factor-faktor yang mempengaruhi bullying dan prilaku bullying di MI/SD terkait dengan factor temperamen, factor pola asuh orang tua, factor konformitas teman sebaya, factor media, dan factor iklim sekolah. Instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data tersebut adalah kuesioner. Kuesioner tersebut diberikan kepada subjek penelitian yang terdiri dari 100 orang peserta didik anak usia MI/SD kelas VI laki-laki dan perempuan dengan distribusi responden dari Madrasah Ibtidaiyah 50 orang dan 50 orang dari Sekolah Dasar. Pengolahan data penelitian dilakukan dengan proses tabulating, pengelompokkan data berdasarkan subjek penelitian dan penyajian data dengan proses analisis korelasi-regresi dengan bantuan SPSS 15.00. Hasil penelitian menjelaskan bahwa terdapat pengaruh factor bullying di Madarasah Ibtidaiyah dan Sekolah Dasar dengan signifikansi pengaruh yang ditimbulkannya adalah temperamen 0.000, pola asuh orang tua 0.461, konformitas 0.926, media 0.006 dan iklim sekolah 0.787. Hasil tersebut apabila dibandingkan dengan standar batas pengaruh signifikansinya dari factor-faktor tersebut maka lebih kecil dari 0.050. Namun factor-faktor yang paling besar pengaruh signifikansinya terhadap terjadinya bullying di MI/SD adalah factor temperamen dan factor media. Dilihat dari jenis kelamin yang terkena pengaruh factor-faktor tersebut, terbukti prilaku bullying banyak terjadi pada laki-laki daripada perempuan. Adapun apabila dilihat dari sisi kelembagaan, madrasah ibtidaiyah memiliki rata-rata pengaruh yang lebih rendah daripada sekolah dasar terhadap terjadinya bullying pada anak usia kelas VI. Key word: Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bullying, Perilaku Bullying MI/SD



A. Pendahuluan Di Indonesia proses pendidikan dilakukan secara berjenjang mulai tingkat TK/RA, SD/MI, SMP/Mts/, SMA/MA dan perguruan tinggi. Secara nasional semua jenjang pendidikan tersebut berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang



bermartabat



dalam



rangka



mencerdaskan kehidupan



bangsa,



bertujuan untuk



berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, dan bartakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU Sisdiknas No 23 tahun 2003). 1



Ibarat mata rantai, setiap jenjang pendidikan mendasari jenjang berikutnya sehingga pencapaian tujuan tersebut merupakan proses panjang yang harus ditempuh oleh peserta didik untuk mencapai tujuan nasional tersebut. Seperti pada jenjang pendidikan anak usia dini proses pendidikan berlangsung melalui pemberian rangsangan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dalam Undang-undang Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan Nasioanal Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 28 Ayat 3 yang menyatakan bahwa “Taman Kanak-kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia dini yang diselenggarakan untuk mengembangkan kepribadian dan potensi diri anak sesuai dengan tahap perkembangannya”. Anak usia dini disebut sebagai masa the golden age. Kondisi ini bagi guru dan orang tua harus menjadi the golden ways bagi perwujudan cita-cita ideal pendidikan nasional. Seperti diungkapkan Franklin D. Roosevelt, We may not be able to prepare the future for our children, but we can at least prepare our children for the future. Oleh karena itu figure guru dan orang tua, keadaan lingkungan, peer group yang baik menjadi starting point dalam proses internalisasi, instruction, habituasi, modeling, inculcation, dan value clarification dalam mewujudkan masa depan anak indonesia emas. Cita-cita pendidikan ideal yang diharapkan, namun generasi bermental dajal yang bermunculan. Lembaga pendidikan yang diharapkan menjadi tempat aman dan nyaman tetapi justru menjadi lembaga yang seram dan menakutkan. Karena ternyata prilaku bullying di sekolah merebak dan marak hampir pada setiap jenjang pendidikan. Tawuran yang berujung kematian terjadi pada tingkat SMP/SMA/SMK, dan kekerasan seksual terjadi pada anak usia SD. Prilaku bullying tersebut juga terjadi antara teman pada anak usia TK baik dengan pemukulan, menyakiti, menghardik, maupun mengejek. Kekerasan yang terjadi pada anak bila dibiarkan bisa menjadi gradasi bagi kekerasan berikutnya seperti dibenarkan oleh teori clasical conditioning-nya Pavlov (Santrock, 2007: 52) tentang besarnya pengaruh pengalaman masa lalu terhadap prilaku anak di kemudian hari. Inilah yang penting dikaji mengapa bullying terjadi antara peserta didik di sekolah yang notabene mereka ditempa dengan pendidikan. Perkiraan tingkat bullying dan korban pada anak usia sekolah dasar/madrasah di dunia berkisar 15 % menjadi 25 % di Australia, Austria, Inggris, Finlandia, Jerman, Norwegia, dan Amerika Serikat (Lindenberg, dkk.; Lahmadara: 2012: 1). Sebuah survey oleh federasi Asosiasi 2



Guru Korea dan surat Kabar Chosun Ilbo mengatakan 4,1 % anak sekolah mengatakan mereka telah diintimidasi, dengan beberapa siswa yang putus asa bahkan hingga melakukan tindakan bunuh diri (Park; Lahmadara, 2012: 1). Sama dengan yang terjadi di Korea Selatan, di Indonesia salah satu alasan utama terjadinya kasus bunuh diri pada anak disebabkan oleh bullying (Bullying in schools a worry in Indonesia; Jakarta Globe, 2011; Lahmadara, 2012: 1). Pada tahun 20012005 sebanyak 30 anak usia 6 tahun sampai 15 tahun, pernah melakuakun atau mencoba bunuh diri. Tahun 2010, komisi Nasional Indonesia untuk perlindungan anak mencatat 2.339 kasus kekerasan fisik, psikologis, dan seksual terhadap anak, yang 300 adalah mengalami intimidasi Lahmadara, 2012: 1). Sullivan (2000; Lahmadara, 2012: 2)), menjelaskan bahwa banyak alasan yang dapat menyebabkan seseorang menjadi pelaku bullying. Seseorang dapat menjadi pelaku bullying karena keluraga, kejadian di dalam kehidupan, pengaruh peer group, iklim social di sekolah, karakteristik personal, maupun kombinasi antara factor-faktor tersebut. Hasil penelitian Ahmed dan Brathwaite (Lahmadara, 2012: 2) menjelaskan bahwa keluarga, sekolah, kepribadian, serta emosi, secara bersamaan dapat menjadi pemicu untuk tingkah laku bullying. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sekolah dan keluarga merupakan factor yang paling berpengaruh dalam nenetukan keterlibatan seseorang pada prilaku bullying. Disamping itu, factor yang menyebabkan bullying atau agresi, bentuk tertentu dari pengasuhan dan masalah keluarga termasuk factor terpenting yang mendorong prilaku bullying pada anak (Sullivan; Lahmadara, 2012: 2). Salah satu kasus bullying di Indonesia yang pernah dimuat di berbagai media masa adalah kasus Fifi Kusrini, seorang siswi yang berusia 13 tahun, yang bunuh diri dengan menggantung dirinya karena teman-temannya sering mengejek pekerjaan ayahnya yang seorang penjual bubur (Rahman, 2005). Kasus bullying ibarat puncak gunung es, karena kasus bullying yang terjadi sebenarnya jauh lebih banyak daripada yang sempat dipublikasikan di media massa. Masih banyak lagi kasus bullying di sekolah yang belum terungkap (bullying; 2006) Besarnya pengaruh terjadinya bullying di sekolah dari factor keluarga, iklim sekolah, dan teman sebaya dan banyaknya kasus kekerasan yang terjadi di sekolah mengundang pertanyaan Apakah terdapat factor pola asuh keluarga, iklim sekolah, dan konformitas teman sebaya mempengaruhi perilaku bullying pada peserta didik anak usia MI/SD ? jawaban sementara atau



3



hipotesis penelitian ini adalah terdapat factor-faktor yang mempengaruhi perilaku bullying di MI/SD. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis secara korelatif factor-faktor yang mempengaruhi perilaku bullying pada peserta didik anak usia MI/SD. Manfaat penelitian secara teoritis, Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memperkaya literature tentang bullying dan dapat menjadi perbendaharaan keilmuan dalam memahami karakteristik perilaku bullying pada peserta didik anak usia MI/SD. Secara praktis, Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara praktis dalam meminimalisir perilaku bullying pada peserta didik anak usia MI/SD di Sekolah, sehingga guru dapat menciptakan suasana pembelajaran dan pergaulan peserta didik yang bersih dari tindakan bullying.



4



B. Landasan Teoritik Penelitian 1. Pengertian Perilaku Bullying Menurut Ken Rigby (2002: 51) makna Bullying berhubungan dengan keinginan menyakiti, dan tindakan menyakiti orang lain seperti penjelasannya bahwa Bulying involves a desire to hurt, hurtful action, a power imbalance, typical repetition, an anjust use of power, evident enjoyment by the aggressor and generally a sense of being oppressed on the part of the victim. Oleh karena itu bullying juga termasuk tindakan negative (negative action) seperti yang dijelaskan oleh Olweus (1993: p.9) bahwa: A student is being bullied or victimized when he or she is exposed repeatedly an over time, to negative actions on the part of one or more other students. Perilaku bullying sebagai tindakan negative disebut oleh John F, Travers (1998) termasuk tindakan social Abuse, sebagaimana penjelasannya: The physical or mental injury, sexual abuse, negligent treatment, or maltreatment of a child under the age of 18 by a person who is responsible for the child’s welfare under circumstances which indicate that the child’s helth or welfare is harmed or threatened thereby, a determined in accordance with regulations prescribed by the secretary. Kempe and Kempe (John F, Travers: 1998) mengklasifikasi tipikal social abuse dari bullying meliputi physical violence, neglect, sexual exploitation, and emotional abuse. Sementara itu Sullivan (2005) mengkategorikan perilaku bullying menjadi physical bullying, verbal bullying, dan relational bullying. Disamping bullying sebagai tindakan negative, tindakan bullying merupakan tindakan agresif yang secara umum dilakukan secara berulang-ulang seperti yang dijelaskan oleh Papalia, Olds dan Feldman (2009) bullying adalah prilaku agresif yang disengaja dan berulang untuk menyerang target atau korban, yang biasanya adalah orang yang lemah, mudah diejek, dan tidak bisa membela diri. Juga menurut Baron dan Bryne (2008) bullying adalah pola tingkah laku dimana individu yang dipilih sebagai target untuk menjadi korban perilaku agresi secara berulang-ulang yang dilakukan oleh satu orang atau lebih. Sulivan (2005) menambahkan definsi bullying sebagai tindakan agresif adalah tindakan negative dan seringkali agresif atau manipulative yang dilakukan oleh satu atau sekelompok orang terhadap orang lain yang menjadi korban dalam kurun waktu tertentu dan biasanya terdapat ketidakseimbangan kekuasaan antara kedua belah pihak



5



2. Bentuk-Bentuk Perilaku Bullying pada Peserta Didik Anak Usia MI/SD Dari pandangan para ahli tentang bullying dapat diketahui bahwa perilaku bullying merupakan tindakan negative berupa menyakiti orang lain, memukul, pengabaian, agresifitas, yang dilakukan secara berulang-ulang baik oleh individu atau kelompok terhadap individu atau kelompok yang lebih lemah. Secara lebih lengkap dapat diidentifikasi menjadi beberapa bentuk bullying dianataranya: a. Desire to hurt, hurtful action, a power imbalance, an a part of victim (Ken Righy: 20012: 51) b. Negative action (Olweus, 1993:p.9) c. Social abuse: Mental unjury, sexual abuse, negligment treatment (Travers, 1998) d. Social abuse: Phyisical violence, neglect, sexual exploitation, and emotional abuse (Kemp and Kempe, 1998) e. Phyisical bullying, verbal bullying, and relational bullying (Sullivan, 2005) f. Aggressive action (Papalia, dkk., 2009) Bentuk bullying di atas dapat saja dilakukan oleh setiap individu pada setiap jenjang pendidikan termasuk bagi individu jenjang anak usia MI/SD. Anak Usia MI/SD diperkirakan berusia 6 sampai 13 tahun (Sukadji, 2000). Sementara Papalia, dan Feldman (2009) mengatakan bahwa anak usia 6 sampai 11 tahun berada pada masa kanak-kanak madya. Dengan begitu, sebagian besar anak MI/SD berada pada perkembangan kanak-kanak madya. Di Indonesia menurut UUSPN No 23 tahun 2003 disebutkan bahwa batas awal usia MI/SD adalah usia 7 tahun dan berlangsung dalam kurun waktu belajar 6 tahun sehingga batas akhir dari Usia MI/SD pada umumnya usia 13 tahun. Secara social peserta didik anak usia MI/SD kelas VI berada pada masa transisi antara industry versus inferiority dengan identity versus identity confusing. Fase ini dijelaskan oleh Erickson Santrock (2007: 15) bahwa fase industry vs inferiority memiliki karakteristik rajin, tekun, produktif dan sebaliknya inferioty memiliki karakteristik rendah diri, tidak percaya diri, antisocial, menyendiri dan lain-lain. sedangkan identity memiliki karakteristik kepemilikan peserta didik anak usia diri pada perannya masing-masing misalnya peran sebagai laki-laki, perempuan, sebagai ketua kelompok, anggota kelompok, anak pintar, anak populer, anak diabaikan atau yang lainnya. Adapun identity confusing adalah kebingunan peran terjadi apabilah peserta didik tidak dapat memenuhi peran identitas di atas. 6



Oleh karena itu dalam konteks fase social seperti itu peserta didik anak usia MI/SD dapat menemukan perannya dengan cara berkelompok atau ngegroup atau ngegang seperti yang dijelaskan Hawadi (2005) usia MI/SD dapat disebut sebagai gang age karena banyak menghabiskan waktunya diluar rumah bersama teman sebayanya. Anak kelas 5 dan 6 MI/SD biasanya sudah membentuk kelompok sebayanya. Meskipun begitu, rumah dan orang-orang yang tinggal di rumah seorang anak tetaplah merupakan bagian penting dalam kehidupan anak (Papalia, dkk., 2009) begitu pula dengan orang tua. Seperti yang telah dijelaskan, bahwa ketika anak berusia SD/MI orang tua paling berpengaruh dalam mengatur tugas-tugas kelurga. Seperti mengatur kapan anak anak mengerjakan tugas sekolah dan mandi (Brooks, 2008). Dalam pola sosialisasi yang lebih kompleks tersebut peserta didik anak usia MI/SD berinteraksi dengan perannya masing-masing dengan tujuan interaksi masing-masing baik untuk tujuan konformitas, menguasai kelompok, memenuhi kebutuhan individu maupun untuk sekedar eksistensi dan menunjukkan identitas diri namun sayangnya seringkali dijumpai anak usia MI/SD yang melakukan pola sosialisai yang lepas kendali seperti dijelaskan oleh Papalia, Olds, & Feldman (2009) mengatakan bahwa usia kanak-kanak madya atau MI/SD adalah waktu utama untuk terjadinya bullying. Selama masa kanak-kanak madya, anak-anak menjadi lebih menyadari kekuatan kata-kata yang dapat melukai orang lain (Sheras, 2002). Anak laki-laki lebih memilih menggunakan julukan, celaan, dan ancaman sedangkan anak perempuan lebih sering menggunakan label negative dan menyebarkan rumor untuk mengucilkan siswa lain dan menunjukkan kekuatan mereka. Oleh karena itu anak-anak usia 9 sampai 14 tahun umumnya sadar secara penuh akan kata-kata yang dapat melukai orang lain, tindakan mereka merupakan bullying yang sebenarnya (Sheras, 2002). Pada masa kanak-kanak madya, anak perempuan, khususnya menjadi lebih memahami cara mengucilkan kelompok lain (Sheras, 2002). Pada masa ini terjadi yang sangat menyakitkan ketika dipersepsi atau mempersepsi seseorang sebagai orang yang berbeda dapat menghacurkan kesejateraan emosional anak. Pengucilan yang sering terjadi bersamaan dengan bullying tidak hanya memperburuk hubungan pertemanan, interaksi social, dan kebersamaan anak dengan teman-temannya, tetapi juga menyebabkan mereka tidak menarik dan tidak kompeten sehingga memiliki prestasi akademis yang buruk (Sullivan, 2001). Bentuk bullying di atas tidak semata-mata terjadi karena pihak pelaku dan korban saja seperti menurut Sullivan et al. (2004) bukan hanya merupakan hubungan antara dua pihak (oneon-one relationship), namun lebih merupakan suatu hubungan segitiga. Dalam terjadinya 7



bullying, terdapat tiga pihak utama yang berperan dalam bullying. Bentuk bullying berdasarkan pihak yang berperan terhadap terjadinya bullying dijelaskan oleh Baron & Bryne (2008) bahwa pihak yang berperan terhadap terjadinya bullying merupakan salah satu cara kelompok untuk membentuk tingkah laku dan pikiran anggota kelompok yang memegang peran tersebut. Melalui perannya seseorang dapat mengetahui apa yang menjadi tugas (secara formal/informal) dan tanggungjawabnya didalam kelompok. Ketiga bentuk pihak yang berperan utama terjadinya bullying tersebut menurut Sullivan et al. (2004) yaitu pelaku (bullies), korban (victims), dan penonton (bystanders). Sejalan dengan itu, Kowalski, Limber, & Agatston (2008) juga menyatakan bahwa terdapat tiga pihak yang dikategorikan sebagai pemeran utama bullying, yaitu, pelaku, korban dan bystander. Sementara Olweus (1993), mendeskripsikan delapan pihak yang berperan dalam bullying sebagai sebuah kontinum yang disebutnya sebagai The Bullying Circle. a. Anak yang memulai bullying b. Pengikut atau antek, yang secara aktif berpartisipasi dalam bullying namun bukan sebagai orang yang memulainya c. Pendukung, yang secara terbuka mendukung (misalnya menertawai atau mengajak orang lain untuk menonton bullying) namun tidak berperan secara aktif dalam bullying. d. Pendukung pasif, yang menikmati terjadinya bullying namun tidak memberikan dukungan secara terbuka. e. Penonton lepas (disengaged onlookers) yaitu mereka yang tidak terlibat maupun merasa bertanggung jawab untuk berusaha menghentikan bullying f. Orang yang mungkin membela (possible defenders), yang tidak menyukai bullying dan berpikir mereka harus melakukan sesuatu, namun mereka tidak melakukan sesuatu. g. Pembela, yang tidak menyukai bullying dan berusaha menolong orang yang dibuli h. Anak yang dibuli. Bulying tersebut tidak bersifat statis, melainkan dapat berubah dari satu situasi ke situasi lainnya. (Kowalski et al., 2008). Dalam suatu situasi, seorang siswa bisa saja merupakan pendukung pasif yang menyaksikan bullying yang melibatkan siswa satu sekolahnya yang tidak ia kenal, namun dalam situasi lain ia membela temannya yang dibuli. Sementara itu, dalam suatu situasi, seorang siswa bisa saja menjadi korban bullying, namun sorenya, siswa yang sama



8



tersebut mengejek siswa lain yang lebih muda di bis jemputan. Hal ini menunjukkan bahwa satu orang dapat berperan lebih dari satu bentuk bullying. Dengan demikian bentuk bullying tidak bisa dilepaskan dari peran individu yang terlibat bullying. Bullying yang didasarkan pada peran individu dijelaskan sebagai berikut 1) Peran Pelaku (Bullies), menurut Sullivan et al. (2004) terdiri dari pelaku pintar (the clever bully), pelaku tidak terlalu pintar (the not – so – clever) dan korban (The bullyi/victim). 2) Peran Korban (Victim), menurut Olweus (Duffy, 2004) adalah individu yang kurang popular dibandingkan kelompok pelaku bullying maupun kelompok yang tidak terlibat dalam bullying. 3) Peran Penonton (byastader), Sullivan et.al (2004) membagi bullying bystanders menjadi empat, yaitu The Sidekick (antek), the reinforces (pendukung), the outsiders (peran netral), the defenders (pembela korban). 4). Peran Penentang (Defenders), menurut Olweus (1993) menjelaskan bahwa defender of bullying adalah orang yang tidak menyukai bullying dan berusaha menolong orang yang di buli. 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Bullying Setiap individu yang melakukan bullying dapat terjadi tidak secara independen tetapi dipengaruhi oleh factor-faktor yang berada di sekitar bullying. Jika diidentifikasi terdapat beberapa factor yang berpengaruh terhadap terjadinya perilaku bullying, diantaranya: a. Kontribusi Anak Maksud dari kontribusi anak adalah hal-hal yang terdapat didalam diri anak yang dapat mempengaruhi tingkah lakunya (Pearce, 2002). Jenis kelamin dan temperamen merupakan contoh dari kontribusi anak. Penelitian Maccoby dan Jaklin (Pearce, 2002) menjelaskan bahwa baik manusia maupun binatang yang berjenis kelamin laki-laki/jantan lebih agresif dibandingkan dengan perempuan/betina. Temperamen merupakan karakteristik individu yang secara potensial telah dimiliki dari sejak lahir, banyak teori yang menjelaskan bahwa temperamen sebagai bentuk keturunan seperti yang diyakini oleh Hurlock (2006:89). Oleh karena itu factor temperamen ini tidak dapat dipungkiri diasumsikan menjadi salah satu dari penyebab terjadinya bullying pada semua tingkatan usia sekolah seperti TK, MI/SD, SMP, SMA, dan bahan perguruan tinggi. Adapun yang dimaksud dengan anak yang temperamen adalah anak yang emosional, pemarah, sensitive, dan lepas kendali (Budiman, dkk., 2006: 76).



9



b. Pola Asuh Keluarga Factor lain yang juga penting untuk diidentifikasi yang dapat mempengaruhi perilaku bullying adalah pola asuh keluarga, karena pola asuh dan masalah dalam keluarga dapat mendorong perilaku bullying pada anak (Pearce, 2002). Oleh karena itu, dapat diterima jika sekolah dengan tingkat bullying yang tinggi, relative memiliki jumlah anak yang mengalami pengasuhan yang kurang memuaskan dan mengalami banyak masalah keluraga. Kurang puasnya pengasuhan yang dirasakan anak terjadi akibat ia merasa hanya sedikit mendapatkan cinta, perhatian, dan pengawasan serta pengasuh anak tidak memberikan batasan yang jelas tentang tingkah laku yang dilarang yang disebut dengan pola asuh permissive (permissive parenting). Penyebab terjadinya permissive parenting yang kemudian berdampak pada bullying pada anak dapat saja karena masalah keluarga seperti berupa pertengkaran diantara orang tua, perceraian, penyakit psikiatris, penyalahgunaan alkohol, dan sebagainya. Disamping pola asuh permissive yang dapat mempengaruhi prilaku bullying dapat juga dari pola asuh otoriter (authoritarian parenting). Pola asuh oteriter ini sangat mementingkan kepatuhan anak terhadap orang tua (Slavin, 1997: 2007) pola asuh seperti akan terjadi pemkasaan kehendak dari orang tua yang tidak menutup kemungkinan berbenturan dengan kesiapan anak sehingga anak akan mengalami trauma atau melakukan perlawanan dalam bentuk substitusi atau pengalihan perlawanan dengan melakukan bullying pada anak lain yang imbalence a power. Sebanding dengan pola asuh di atas, pola asuh yang mengabaikan (uninvolved parenting) juga dapat menjadi factor yang mendorong terjadinya bullying pada anak, seperti dijelaskan oleh Steninberg, (1999) bahwa pola asuh mengabaikan tidak berpusat pada apa yang baik untuk anak, melainkan hanya berpusat pada keinginan dan kepentingan orang tua. Pola asuh seperti ini mengakibatkan anak bertindak tanpa kendali dan jika dibiarkan dapat terjerembab kedalam tindakan bullying. hasil penelitian yang dilakukan oleh Patterson, dkk. (1997) menjelaskan bahwa anak dengan pola asuh mengabaikan memiliki kecenderungan terlibat dalam kenakalan remaja dan bertingkah laku antisocial. c. Konformitas Teman Sebaya Anak usia MI/SD secara social dikenal sebagai fase awal untuk berkelompok dan memiliki banyak teman sehingga dikenal dengan gang age, oleh karena itu konformitas teman sebaya atau peer lebih memiliki pengaruh terhadap prilaku anak oleh karena itu memilih teman dan 10



kelompok yang baik menjadi keniscayaan yang tidak bisa ditawarkan untuk menghindari prilaku anak dari tindakan negative, dan apabila lepas kendali dari cara berteman dan berkelompok yang salah diapastikan anak anak terlibat dalam tindakan negative seperti bullying seperti yang dijelaskan oleh Lowestein (2002) menyatakan bahwa konformitas terhadap peer merupakan peran-peran sentral di dalam proses pembentukan bullying. Hal tersebut juga didukung oleh Sullivan (2000) yang menyatakan bahwa salah satu factor yang dapat menyebabkan seseorang menjadi pelaku bullying adalah pengaruh teman sebaya. d. Media Saat ini media menjadi komponen kehidupan yang dapat mempengaruhi pola kehidupan sesorang baik itu media cetak maupun elektronika, pengaruh yang ditimbulkan dapat saja positif atau negative tergantung pada pengguna dari media tersebut. Oleh karena itu menggunakan media sesuai fungsi utamanya yaitu menjadi sumber belajar harus menjadi pilihan utama pula dalam membimbing anak, sebab jika lepas kendali akan dapat dipastikan anak memilih informasi dan tontonan yang dapat merusak moral dan prilakunya. Diantara pengaruh negative yang langsung atau tidak langsung adalah tindakan kekerasan atau bullying yang terjadi pada peserta didik anak usia MI/SD seperti hasil Penelitian internasional mengindikasikan bahwa anak dan remaja yang melihat kekerasan yang ada di TV, Video, dan film seringkali menjadi agresif dan memiliki empati yang lebih rendah pada korban agresifitas (Olweus, 1993). Hal tersebut didukung oleh Pearce (2002) yang menyatakan bahwa bagi beberapa anak yang menonton TV dapat memancing agresivitas mereka. Dengan demikian benar benar yang disimpulkan oleh Rahmadara (2012:27) bahwa media dapat menimbulkan tindakan bullying yang meningkat pada anak. Oleh karena itu sejatinya para pengelola media dan orang tua dapat memberikan dan mengontrol tontonan dan bacaan peserta didik anak usia MI/SD untuk kebaikan yang lebih utama dimasa yang akan datang. e. Iklim Sekolah Iklim sekolah atau school climate adalah kondisi dan suasana sekolah sebagai tempat belajar bagi peserta didik anak usia MI/SD. Sekolah bagi anak usia MI/SD adalah rumah kedua yang kondisinya harus diciptakan senyaman mungkin like at home. Dan jika kondisinya terjadi sebaliknya sekolah justru menjadi tempat berlatih untuk bertindak negative maka iklim sekolah seperti ini akan merusak dan bahkan menghancurkan masadepan emas anak. Jika demikian maka sekolah memegang peranan penting dalam membentuk anak menjadi pelaku 11



bullying (Pearce, 2002). Seperti penelitian yang dilakukan oleh Pearce (2002) menjelaskan indikasi bullying di sekolah yaitu moral yang rendah pada staf-stafnya, tingkat pergantian guru cukup tinggi, standar tingkah lakunya tidak jelas, metode disiplin tidak konsisten, organisasinya buruk, pengawasan tidak ketat, dan kurang mengawasi anak sebagai individu. Dengan demikian iklim sekolah yang didesain dengan baik aman dan nyama akan menciptkan output bahkan outcome yang baik pula dan tentu saja semua komponen pendidikan berharap generasi emas kita menjadi pendulang emas bagi kesejahteraan mereka dimasa yang akan dan terutam bagi kemajuan bangsa ini. 4. Dampak Perilaku Bullying Setiap tindakan kekerasan, apapun bentuknya, baik fisik maupun verbal, akan menimbulkan kerugian bagi korbannya. Para peneliti menjelaskan bahwa bullying yang terjadi di sekolah merupakan suatu bentuk perilaku kekerasan antar pelajar yang mempunyai dampak negative bagi korbannya, baik secara fisik maupun psikologis. Seara umum, dampak dari tindakan bullying ini dapat dikelompokkan ke dalam empat kategori (Rigby, 2003), yaitu: a. Psychological well-being yang rendah. Seperti perasaan tidak bahagia secara umum, self esteem rendah, dan perasaan marah dan sedih b. Penyesuaian social yang buruk. Seperti munculnya perasaan benci terhadap lingkungan social seseorang, mengekespresikan ketidaksenangan terhadap sekolah, merasa kesepian, merasa terisolasi, dan sering membolos. c. Psychological distress. Seperti munculnya tingkat kecemasan yang tinggi, depresi dan pikiran-pikiran untuk bunuh diri. d. Physical unwellness. Adanya tanda-tanda yang jelas mengenai masalah fisik dan dapat dikenali melalui diagnosis medis sebagai penyakit dan symtom psikomatis. Sebuah penelitian mengindikasikan bahwa dampak negative bullying dapat menimbulkan efek jangka panjang bagi korbannya. Siswa dan siswi korban bullying pada tingkat sekolah dasar dan sekolah menengah pertama, melaporkan bahwa mereka dibuli kembali beberapa tahun kemudian (Olweus, 1993). Kemudian, pelajar yang sering menjadi korban bullying akan mempunyai tingkat kecemasan dan depresi yang tinggi, serta memiliki self esteem yang rendah pada masa dewasa muda, walaupun dalam usia tersebut korban tidak pernah di buli, dilecehkan atau dikucilkan. Terlebih lagi, korban yang kondisinya sudah kronis akan bermasalah kesehatan



12



mentalnya seperti schizophrenia atau melakukan bunuh diri (Limber dkk., 1998, dalam Harris & Petrie, 2002). 5. Penelitian yang relevan Dalam penelitian yang dilakukan oleh Belinda (2012) dengan judul hubungan antara pola asuh orang tua dan peran-peran dalam perilaku Bullying pada Siswa sekolah Dasar menjelaskan kesimpulannya bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orang dengan peran-peran dalam prilaku bullying. Terdapat penelitian lain dengan judul fenomena Bullying Di Sekolah Dasar Negeri Di Semarang: Sebuah Studi Deskriptif Pengarang Widayanti, Costrie Ganes -- Siswati, Siswati Subjek BF Psychology dalam abstraknya menjelaskan bawah The result shows that 37.55% students become victims of bullying. 42.5% students suffered from physical bullying and 34.06% from non physical bullying. The research also describes that there is a chance for victims to be developed as the doers. There is a low understanding from school community about bullying. Recognition and prevention about bullying have to be noticed in order to create safe place for students to be fully developed. Hasil penelitian di atas menjelaskan tentang terjadinya bullying di MI/SD baik dalam taraf signifikan atau tidak signifikan tingkat bullying tersebut, oleh karena itu dalam kesempatan penelitian ini dengan judul “Analisis Deskriptif Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Bullying di MI/SD” akan mendeskripsikan tindakan bullying di MI/SD dilihat dari factor-faktor yang mempengaruhinya seperti factor temperament, factor pola asuh orang tua, factor media, factor konformitas teman sebaya dan factor iklim sekolah, dengan harapan bahwa dengan teridentifikasi tingkat pengaruh yang ditimbulkan dari factor tersebut dapat melakukan tindakan preventif dan refresif atas maraknya bullying di MI/SD.



13



C. Metodologi Penelitian 1. Populasi dan Sampel Penelitian Dalam sebuah penelitian dipastikan melibatkan subjek penelitian sebagai sumber data penelitian. Sumber data penelitian tentu saja disesuaikan dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini sumber datanya adalah jenjang sekolah MI/SD oleh karena itu populasinya adalah peserta didik anak usia MI/SD. Namun karena jumlah peserta didik anak usia MI/SD yang begitu besar yang tidak mungkin terjangkau atau yang disebut dengan populasi. Seperti menurut Sugiyono (2012) bahwa yang dimaksud dengan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Mengingat populasi penelitian ini berjumlah besar yaitu peserta didik anak usia MI/SD oleh karena itu dibutuhkan pengambilan sampel. Sample yang dipilih adalah siswa siswi MI/SD kelas VI. Adapun teknik pengambilan sample yang digunakan dalam penelitian ini yakni purposipe sampling. Adapun proses samplingnya berdasarkan pada ketersediaan dan kebersediaan responden untuk menjadi responden (Guilford & Frutcher, 1978). Artinya kuesioner diberikan kepada responden yang sesuai dengan karakteristik penelitian dan bersedia mengikuti penelitian ini dengan cara mengisi angket kuesionernya. Para ahli statistic setuju bahwa semakin banyak responden yang menjadi sample semakin akurat hasil penelitian. Menurut Guilford dan Frunchter (1978), untuk mendapatkan persebaran skor yang mendekati penyebaran normal, jumlah responden yang dibutuhkan minimal 30 orang. Meskipun demikian, tetap diusahakan untuk menyebarkan kuesioner sebanyak mungkin agar semakin mendekati populasi, dan sampel bisa mempresentasikan populasi yang dituju. Jumlah responden yang direncanakan dalam penelitian ini sebanyak 100 orang peserta didik anak usia MI/SD. 2. Metode dan Instrumen Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena data dikumpulkan dan diperlihatkan dalam bentuk angka, sebagai skor rata-rata untuk beberapa kelompok yang berbeda pada beberapa tugas (Goodwin, 2005). Jenis metode penelitian kuantitatif yang dimaksud adalah metode korelasi. Penentuan metode ini didasarkan pada tujuan penelitian ini yaitu untuk pembuktian adanya factor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku bullying seperti menurut Sugiyono (2012) bahwa suatu metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan 14



data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Disamping itu juga ditinjau dari kegunaannya metode ini dapat menjadi cara ilmiah untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah penelitian ini. Memahami berarti memperjelas informasi tentang perilaku bullying di Sekolah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengantisipasi masalah perilaku bullying di Sekolah khususnya di MI/SD. Penelitian ini termasuk jenis penelitian non eksperimental yaitu penelitian yang bertujuan untuk melakukan pengamatan dan berusaha menjelaskan hal-hal yang menjadi penyebabnya (Kumar, 1996). Selain ini, pada penelitian ini tidak terdapat manipulasi terhadap variable penelitian dan dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dua variable (Seniati, Yulianto & Seitadi, 2005). Penelitian ini menggunakan desain field studies, yaitu varibel bebas tidak dimanipulasi karena merupakan sesuatu yang sudah terjadi (Kerlinger & Lee, 2000). Dalam penelitian ini, tidak dilakukan manipulasi pada variable penelitian. Variable penelitian ini tidak dapat dikontrol secara langsung karena merupakan variable yang sudah ada sebelum penelitian dilakukan. Dalam hal ini, variable penelitian yang dimaksud adalah factor-faktor yang mempengaruhi perilaku bullying sebagai indevendent variable (variable bebas) dan perilaku bullying pada anak usia MI/SD sebagai variable devendent (variable terikat). Penggunaan metode penelitian korelasi ini membutuhkan teknik pengumpulan data dan instrument penelitian, menurut Sugiyono (2012) terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu kualitas instrument penelitian, dan kualitas pengumpulan data. Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah teknik kuesioner. Kuesioner merupakan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono:2012). Teknik kuesioner dipilih dalam penelitian ini, karena variable penelitian yang akan diukur sudah pasti, yaitu factor yang mempengaruhi dan perilaku bullying di Sekolah. Teknik ini juga merupakan teknik yang efektif untuk mengukur tujuan penelitian ini dari responden yang sudah ditetapkan yaitu menjaring informasi perilaku bullying pada peserta didik anak usia MI/SD terutama berkenaan dengan factor-faktor yang mempengaruhi perilaku bullying pada peserta didik anak usia MI/SD pada kelas VI. Kuesioner ini akan disebarkan selama bulan Juli – Agustus 2013. Teknik kuesioner tersebut disusun dalam bentuk instrumen penelitian. Instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun social yang diamati atau variable penelitian (Sugiyono: 2012). Adapun Instrumen penelitian jenis kuesioner 15



digunakan untuk menjaring informasi mengenai factor-faktor yang mempengaruhi perilaku bullying pada peserta didik anak usia MI/SD kelas VI. Kuesioner tersebut digunakan untuk mengumpulkan data berkenaan dengan factor-faktor yang mempengaruhi perilaku bullying pada kelas VI. Kuesioner tersebut terdiri dari factor-faktor yang mempengaruhi perilaku bullying yang terdiri dari dua dimensi, yaitu 20 item untuk factorfaktor yang mempengaruhi bullying dan 10 item untuk perilaku bullying. Kuesioner ini menggunakan format selected-response yang terdiri dari selalu (4), sering (3), kadang-kadang (2), tidak pernah (1). Kuesioner ini akan dibagikan kepada 100 peserta didik anak usia MI/SD dengan rincian 50 peserta didik anak usia MI kelas VI dan 50 peserta didik anak usia SD kelas VI dengan criteria untuk peserta didik MI yang terdiri dari 25 orang dibagi menjadi dua kelompok secara demografis yaitu bullying yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan dengan rincian 25 orang laki-laki dan 25 orang perempuan. Samahalnya di MI, di SD yang terdiri dari 50 orang dibagi menjadi dua kelompok secara demografis yaitu bullying yang dilakukan oleh lakilaki dan perempuan dengan rincian 25 orang perilaku bullying oleh laki-laki dan 25 orang perilaku bullying oleh perempuan. Kisi-Kisi Instrument Penelitian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Bullying A. Variabel X N0



Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Bullying



1.



Temperamen



2.



Pola Asuh Orang Tua



3.



Konformitas Teman Sebaya



4.



Media



5.



Iklim Sekolah



Nomor Item Pernyataan 1, 2, 3, 4 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17 18, 19, 20



B. Variabel Y N0 1.



Nomor Item Pernyataan



Bullying Bullies – desire to hurt, physical violence, agresive action 16



1



2. 3. 4. 5. 6 7



The sidekick /antek – negative action, mental injury, verbal bullying, relational bullying Pendukung aktif (the reinforce) – social abuse, verbal bullying, relational bullying The outsiders/netral – social neglect, desire to hurt The Defenders of Victim/pembela korban – an a part of victim Defenders/penentang/melawan – a power imbalance, aggressive action, negative action, Victim – emotional abuse



2 3, 4 5 6,7 8,10 9



3. Analisis Data Setelah instrumen penelitian untuk menjaring data penelitian ini terkumpul kemudian dilakukan analisis data. Analisis data adalah kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul (Sugiyono:2012). Analisis data penelitian ini dilakukan terhadap data berdasarkan variable penelitian ini yaitu factor-faktor yang mempengaruhi perilaku bullying pada peserta didik anak usia MI/SD kelas VI, mentabulasi data, menyajikan data, dan melakukan perhitungan regresi. Analisis data tersebut dilakukan dengan teknik statistik. Dari beberapa teknik statistik dalam penelitian kuantitatif, dalam penelitian ini digunakan teknik analisis data statistik regresi. Teknik ini digunakan karena penelitian ini diorientasikan untuk menganalisis pengaruh data variable x terhadap data variable y, dan untuk mendapatkan gambaran distribusi subyek penelitian berdasarkan sekolah/madrasah, dan subyek/peserta didik/ serta kelompok jenis kelamin yang memiliki pengaruh terhadap terjadinya perilaku bullying di sekolah. Untuk menganalisis tingkat pengaruh yang disebabkan oleh factor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku bullying pada anak usia MI/SD kelas VI dalam penelitian ini akan menggunakan analisis regresi Spearman yang dibantu dengan program statistic SPSS. Disamping itu, dalam penelitian ini menggunakan analisis komparasi Mann Whitney yang perhitungan dibantu dengan program SPSS untuk mengetahui tingkat perbedaan prilaku bullying di MI dan di SD kelas VI. 4. Waktu Pelaksanaan Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian ini mengikuti alokasi waktu yang sudah direncanakan oleh Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu: 17



No. Kegiatan



Waktu Pelaksanaan



1.



Menyusun Proposal Penelitian



Februari-Maret



2.



Penyusunan dan penyebaran instrumen penelitian



Juli – Agustus



3.



Analisis Data



September – Oktober



4.



Menyusun Laporan



November



5.



Menyerahkan hasil penelitian



November



D. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Subjek Penelitian Fokus subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik anak usia Madrasah Ibtidaiyah dan Sekolah Dasar kelas yang berjumlah 100 peserta didik yang berasal dari empat sekolah di wilayah Bogor, Jakarta selatan, dan Jakarta timur yaitu 2 Madrasah Ibtidaiyah dan 2 Sekolah Dasar. Masing-masing sekolah tersebut dibagi menjadi dua kelompok yaitu dari Madrasah Ibtidaiyah 50 peserta didik dan dari Sekolah Dasar adalah 50 peserta didik. Karakteristik Madrasah Ibtidaiyah atau Sekolah Dasar yang dijadikan sample penelitian ini adalah MI/SD dengan peserta didik yang suka melakukan bullying. Untuk mengetahuinya karakteristik tersebut peneliti melakukan wawancara terbuka dengan guru kelas VI dari sekolah tersebut untuk mengidentifikasi ada atau tidak adanya prilaku bullying di MI/SD tersebut, dan setelah mendapat penjelasan tentang adanya prilaku bullying dari guru masing-masing MI/SD tersebut kemudian mengajukan permohonan kesediaan untuk mengumpulkan data terkait dengan prilaku bullying yang terjadi di MI/SD tersebut. Setelah memperoleh kesediaan pengumpulan data dari MI/SD bersangkutan, peneliti menyebarkan kuesioner pada peserta didik anak usia MI/SD kelas VI tersebut dengan cara dipandu cara pengisiannya pada setiap item kuesioner sehingga diharapkan mereka mengerti cara pengisiannya. Karakteristik subjek penelitian ini adalah laki-laki dan perempuan kelas VI dari Madrasah Ibtidaiyah dan Sekolah Dasar. Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner jumlah laki-laki dari MI/SD kelas VI terjaring 51 peserta didik dan 49 orang perempuan peserta didik MI/SD. Prilaku bullying dalam penelitian ini akan dilihat berdasarkan karakteristik subjek penelitian tersebut sehingga akan diketahui tingkat 18



bullying berdasarkan pada kelompok laki-laki dan perempuan dan berdasarkan pada Madrasah Ibtidaiyah dan Sekolah Dasar. 2. Deskripsi Data Penelitian Data penelitian ini bersumber dari dua variable yaitu variable factor-faktor yang mempengaruhi perilaku bullying (X) dan variable perilaku bullying (Y) di MI/SD. Data variable factor-faktor yang mempengaruhi perilaku Bullying (X) terdiri dari factor temperamen, factor pola asuh orang tua, factor konformitas teman sebaya, factor media, dan factor iklim sekolah. Dari masing-masing factor tersebut dijadikan item kuesioener untuk mengumpulkan data terkait dengan factor-faktor tersebut dari peserta anak usia MI/SD masing-masing menjadi empat item kueisioner sehingga jumlah keseluruhan adalah 20 item kuesioner. Adapun data variable prilaku bullying (Y) terdiri dari prilaku Desire to hurt, hurtful action, a power imbalance, an a part of victim, negative action, mental unjury, negligment treatment, negligment treatment, emotional abuse, Phyisical bullying, verbal bullying, relational bullying, and aggressive



action. Prilaku bullying ini



dikelompokan berdasarkan pada peran dalam bullying yang terdiri dari Bullis, the sidekick, the reinforce, the out siders, the defenders and victim. Masing-masing peran prilaku bullying tersebut dapat melakukan bullying tersebut. Untuk mengumpulkan data prilaku bullying tersebut dikembangkan teknik kuesioner berdasarkan bentuk prilaku bullying di atas dengan berdasarkan perannya menjadi 10 item kuesioner. Dengan demikian kuesioner untuk mengumpulkan data penelitian yang terdiri dari variabele X dan variable Y adalah 30 item kuesioner. Ketiga puluh item kuesioner tersebut disebarkan kepada 100 peserta didik anak usia MI/SD kelas VI yang tersebar dari wilayah Jakarta Selatan, Jakarta Timur dan Bogor. 3. Pengujian Hipotesis Hipotesis penelitian ini adalah terdapat pengaruh signifikan antara factor-faktor yang mempengaruhi perilaku bullying dengan prilaku bullying di MI/SD. Untuk menguji hipotesis penelitian ini dilakukan uji validitas data penelitian menggunakan uji valitadas correlation Spearmen SPSS. Dari hasil uji validitas data terdapat empat item kuesioner yang tidak valid. Empat item data yang tidak valid tersebut tidak digunakan sehingga data yang diolah menjadi 26 item kuesioener. Dengan demikian 19



hanya dua puluh enam item yang diolah ketahap selanjutnya yaitu pengolahan regersi, mean, meadian, modus, dan lain-lain dengann menggunakan bantuan perhitungan SPSS 15.00. Berikut ini hasil uji validitas dari masing-masing variable adalah Tabel 1 Hasil Uji Validitas Prilaku Bullying Item Bullying 1 2 3 4 5 6 7 8 9



Alat Uji Validitas Pearson Correlation Pearson Correlation Pearson Correlation Pearson Correlation Pearson Correlation Pearson Correlation Pearson Correlation Pearson Correlation Pearson Correlation



Hasil Uji Validitas .340(**) .397(**) .443(**) .476(**) .402(**) .469(**) .335(**) .392(**) .438(**)



** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Data pada table di atas menggambarkan validitas data karena lebih besar dengan r table 0.199 dari N =100 Tabel 2 Hasil Uji Validitas Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prilaku Bullying



Item Faktor 1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12 14 15 16 17 18 19



Alat Uji Validitas Pearson Correlation Pearson Correlation Pearson Correlation Pearson Correlation Pearson Correlation Pearson Correlation Pearson Correlation Pearson Correlation Pearson Correlation Pearson Correlation Pearson Correlation Pearson Correlation Pearson Correlation Pearson Correlation Pearson Correlation Pearson Correlation Pearson Correlation



20



Hasil Uji Validitas .203(*) .496(**) .268(**) .305(**) .254(*) .345(**) .492(**) .553(**) .373(**) .674(**) .287(**) .426(**) .200(*) .182 .443(**) .537(**) .253(*)



** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Data pada table di atas dari N = 100 dengan r table 0.199 ada beberapa yang tidak valid yang kemudian tidak input dalam pengolahan data regresi yaitu no. 16 (0.182). Adapun hasil dari pengolahan data yang valid di atas diuraikan sebagai berikut: a. Summary Tabel 3 Prosentase Faktor-faktor Mempengaruhi Bullying di MI/SD Model Summary Model 1



R .484a



Adjusted R Square .193



R Square .234



St d. Error of the Estimate 2.155



a. Predictors: (Constant), I klimsekolah, Media, Konf ormitas, Temperamen, Polasuh



Secara umum, berdasarkan table summary di atas factor-faktor yang mempengaruhi bullying di MI/SD itu mempengaruhi terjadi bullying di MI/SD dengan R. Square 0.234. Hal ini berarti pengaruh factor-faktor terhadap terjadinya bullying di MI/SD adalah 19.3%, sedangkan 80.7 % dipengaruhi factor lain. Tabel 4 Signifikansei Pengaruh Masing-masing Faktor terhadap Bullying di Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar Model Summary Change Statistics Model 1 2 3 4 5



R R Square .406a .165 .412b .169 .412c .169 .483d .233 .484e .234



Adjusted R Square .156 .152 .143 .201 .193



Std. Error of the Estimate 2.204 2.209 2.220 2.144 2.155



R Square Change .165 .005 .000 .064 .001



F Change 19.319 .547 .009 7.906 .073



df 1



df 2 1 1 1 1 1



98 97 96 95 94



Sig. F Change .000 .461 .926 .006 .787



a. Predictors: (Constant), Temperamen b. Predictors: (Constant), Temperamen, Polasuh c. Predictors: (Constant), Temperamen, Polasuh, Konf ormitas d. Predictors: (Constant), Temperamen, Polasuh, Konf ormitas, Media e. Predictors: (Constant), Temperamen, Polasuh, Konf ormitas, Media, Iklimsekolah



Berdasarkan table model summary regresi di atas dapat dijelaskan bahwa semua factor berpengaruh terhadap terjadinya prilaku bullying di MI/SD dengan 21



signifikansi pengaruh yang ditimbulkannya adalah temperamen 0.000, pola asuh orang tua 0.461, konformitas 0.926, media 0.006 dan iklim sekolah 0.787. dengan standar batas pengaruh signifikansinya yaitu lebih kecil dari 0.050. Dengan demikian factor-faktor yang paling besar pengaruh signifikansinya terhadap terjadinya bullying di MI/SD adalah factor temperamen dan factor media. b. Annova Table 5 Regresi Anova Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bullying di MI/SD ANOVAb Model 1



Regression Residual Total



Sum of Squares 133.230 436.530 569.760



df



Mean Square 26.646 4.644



5 94 99



F 5.738



Sig. .000a



a. Predictors: (Const ant), Iklimsekolah, Media, Konf ormit as, Temperamen, Polasuh b. Dependent Variable: Bully ing



Berdasarkan table di analisis anova diketahui bahwa nilai F = 5.738 dengan tingkat signifikansi 0.000 menunjukkan bahwa memang terdapat pengaruh antara factor-faktor iklim sekolah, media, konformitas, temperamen, pola asuh terhadap bullying di MI/SD. c. Coefesien Regresi Tabel 6 Koefesien Regresi Pengaruh Faktor-faktor terhadap Bullying di MI/SD Coeffi ci entsa



Model 1



(Constant) Temperamen Polasuh Konf ormitas Media Iklimsekolah



Unstandardized Coef f icients B St d. Error 10.759 1.441 .466 .145 .091 .141 .025 .096 .350 .128 -.048 .179



St andardized Coef f icients Beta .319 .072 .028 .261 -.028



t 7.466 3.212 .646 .265 2.746 -.270



Sig. .000 .002 .520 .791 .007 .787



a. Dependent Variable: Bully ing



Berdasarkan table coeficiens regresi di atas diketahui factor dengan tingkat pengaruh yang lebih besar signifikansinya terhadap terjadinya bullying adalah factor temperamen dan factor media karena nilai signifikansi untuk 22



temperamen 0.002 lebih kecil dari 0.050 dan media dengan nilai signifikansi 0.007 lebih kecil dari 0.050. Jadi factor temperamental peserta didik dan kebiasaan menonton tindakan kekerasan dalam media cetak dan elektronik memberikan kontribusi yang sangat besar pengaruhnya terhadap prilaku bullying Di MI/SD kelas VI d. Kontribusi 1. Laki dan Perempuan Table 7 Rata-rata Pengaruh factor-faktor Bullying Berdasarkan Jenis Kelamin di Madraah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar Group Statisti cs



Bully ing Temperamen Polasuh Konf ormitas Media Iklimsekolah



jeniskelamin laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan



N 51 49 51 49 51 49 51 49 51 49 51 49



Mean 17.29 16.04 7.53 7.16 8.37 8.51 8.14 9.18 5.96 4.27 5.75 6.27



St d. Dev iation 2.377 2.273 1.641 1.637 1.865 1.938 2.298 2.811 1.928 1.095 1.412 1.287



St d. Error Mean .333 .325 .230 .234 .261 .277 .322 .402 .270 .156 .198 .184



Berdasarkan table group statistic dilihat dari jenis kelamin terjadinya bullying adalah bahwa untuk laki-laki rata-rata melakukan bullying 17.29 lebih besar dari perempuan 16.04. Sementara untuk factor yang mempengaruhi terjadinya bullying antara laki-laki dan perempuan untuk factor temperamen dapat mempengaruhi prilaku bullying pada tingkatan yang hampir sama yaitu berkisar 7. 53 (laki-laki) dan 7.16 (perempuan). Dari factor Pola asuh orang tua mempengaruhi terjadinya bullying dengan nilai yang hampir sama antara laki-laki (8.37) dan perempuan (8.51). Untuk bullying yang ditimbulkan dari pengaruh factor konformitas teman sebaya pada 23



jenis kelamin perempuan memiliki tingkat pengaruh yang lebih besar dari lakilaki yaitu 9. 18 (perempuan) dan 8.14 (laki-laki). Sementara bullying yang ditimbulkan dari pengaruh factor media seperti televisi dan bacaan kekerasan lebih besar pengaruhnya terhadap laki-laki daripada terhadap perempuan yaitu untuk pengaruh terhadap laki-laki 5.96 sedangkan pengaruh untuk perempuan 4.27. Lain halnya bullying yang dilakukan oleh perempuan dan laki-laki berdasarkan factor iklim sekolah ternyata terhadap peserta didik anak usia MI/SD berjenis kelamin perempuan (6.27) lebih besar pengaruhnya daripada terhadap peserta didik anak usia MI/SD kelas VI berjenis kelamin laki-laki yang lebih kecil yaitu 5.75 Tabel 8 Uji Beda Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bullying antara Laki-laki dan Perempuan di MI/SD Independent Samples Test Lev ene's Test f or Equality of Variances



F Bully ing



Temperamen



Polasuh



Konf ormitas



Media



Iklimsekolah



Equal v ariances assumed Equal v ariances not assumed Equal v ariances assumed Equal v ariances not assumed Equal v ariances assumed Equal v ariances not assumed Equal v ariances assumed Equal v ariances not assumed Equal v ariances assumed Equal v ariances not assumed Equal v ariances assumed Equal v ariances not assumed



t-t est f or Equalit y of Means



Sig. .800



t



.373



.000



.988



.305



.582



4.067



.046



7.345



.008



.388



.535



df



Sig. (2-tailed)



Mean Dif f erence



St d. Error Dif f erence



95% Conf idence Interv al of t he Dif f erence Lower Upper



2.693



98



.008



1.253



.465



.330



2.177



2.695



97.998



.008



1.253



.465



.331



2.176



1.116



98



.267



.366



.328



-.285



1.017



1.117



97.859



.267



.366



.328



-.285



1.017



-.362



98



.718



-.138



.380



-.892



.617



-.362



97.398



.718



-.138



.381



-.893



.618



-2.042



98



.044



-1.046



.513



-2.064



-.029



-2.033



92.726



.045



-1.046



.515



-2.068



-.024



5.377



98



.000



1.695



.315



1.070



2.321



5.433



79.826



.000



1.695



.312



1.074



2.317



-1.923



98



.057



-.520



.271



-1.057



.017



-1.926



97.737



.057



-.520



.270



-1.056



.016



Berdasarkan table uji beda di atas akan dilakukan analisis pengujian berdasarkan probabilitas sebagai berikut: a. Memilih t yang dipakai, apakah equal variance assumed atau not assumed? untuk menentukan t yang akan dipakai, menentukan nilai F pada table di atas. dan jika F ˃ 0.05 maka yang dipakai nilai t pada equal



24



variance assumed dan sebaliknya jika F ˂ 0.05 maka yang dipakai nilai t equal not assumed b. Tentukan Hipotesis Ho = rata-rata bullying laki-laki dan perempuan adalah sama Hi = rata-rata bullying laki-laki dan perempuan adalah berbeda c. Penentuan kesimpulan berdasarkan probabilitas jika probabilitas ˃ 0.05 Ho diterima jika porbabilitas ˂ 0.05 Ho ditolak d. Penarikan kesimpulan untuk 1) Bullying Harga t pada equal varians not assumed = 2.695 dengan tingkat signifikansi 0.008. maka probabilitas 0.008 lebih kecil dari 0.05. Ini berarti Ho ditolak dan berarti pula bahwa rata-rata bullying antara laki-laki dan perempuan berbeda di MI/SD. 2) Temperamen Nilai F = 0.000 lebih kecil dari 0.05 maka digunakan t pada equal variance not assumed = 1.117 dengan tingkat signifikansi = 0.988. maka probabilitas 0.988 lebih besar dari 0.05. ini berarti Ho diterima dan berarti pula bahwa rata-rata bullying antara laki-laki dan perempuan tidak berbeda (sama saja) yang disebabkan oleh temperamen 3) Pola Asuh Nila F = 0.305 lebih besar dari 0.05 maka digunakan t pada equal not variance assumed = -0.362 dengan tingkat signifikansi = 0.718. maka probabilitas 0. 718 lebih besar dari 0.05. ini berarti Ho diterima dan berarti pula bahwa rata-rata bullying antara laki-laki dan perempuan tidak berbeda (sama saja) dapat dipengaruhi oleh pola asuh orang tua. 4) Konformitas Nilai F = 4.067 lebih besar dari 0.05 maka digunakan t pada equal variance not assumed = -2.033 dengan tingkat signifikansi = 0.045. maka probabilitas 0.045 lebih kecil dari 0.05. ini berarti Ho ditolak dan berarti



25



pula bahwa rata-rata bullying antara laki-laki dan perempuan yang disebabkan oleh factor konformitas teman sebaya terdapat perbedaan. 5) Media Nilai F = 7.34 lebih besar dari 0.05 maka digunakan t pada equal variance not assumed = 5.433 dengan nilai signifikansi = 0.000. maka probabilitas 0.000 lebih kecil dari 0.05. ini berarti Ho ditolak dan berarti pula bahwa rata-rata bullying antara laki-laki dan perempuan yang disebabkan oleh factor pengaruh media tidak ada bedanya dengan tingkat signifikansi yang sama di MI/SD. 6) Iklim Sekolah Nila F = 0.388 lebih besar dari 0.05 maka digunakan t pada equal variance not assumed = -1.926 dengan nilai signifikansi = 0.57. maka probabiltisa 0.57 lebih besar dari 0.05. ini berarti Ho diterima dan berarti pula bahwa rata-rata bullying antara laki-laki dan perempuan yang disebabkan oleh factor iklim sekolah adalah tidak ada bedanya atau pengaruhnya sama terhadap laki-laki dan perempuan tentang terjadinya bullying. 2. Madrasah Ibtidaiyah dan Sekolah Dasar Table 9 Rata-Rata Bullying Berdasarkan Jenis sekolah dari Madrasah Ibtidaiyah dan Sekolah Dasar Group Statisti cs



Bully ing Temperamen Polasuh Konf ormitas Media Iklimsekolah



jenissekolah Madrasah Ibtidaiy ah Sekolah Dasar Madrasah Ibtidaiy ah Sekolah Dasar Madrasah Ibtidaiy ah Sekolah Dasar Madrasah Ibtidaiy ah Sekolah Dasar Madrasah Ibtidaiy ah Sekolah Dasar Madrasah Ibtidaiy ah Sekolah Dasar



26



N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50



Mean 15.98 17.38 7.08 7.62 7.72 9.16 7.92 9.38 5.36 4.90 5.22 6.78



St d. Dev iation 1.911 2.641 1.469 1.772 1.429 2.034 1.904 2.996 1.675 1.876 .840 1.360



St d. Error Mean .270 .373 .208 .251 .202 .288 .269 .424 .237 .265 .119 .192



Bullying yang terjadi akibat pengaruh factor temperamen, pola asuh, konformitas, media dan iklim sekolah dilihat dari kelompok madarasah ibtidiyah dan sekolah dasar ternyata pada sekolah dasar tingkat bullying lebih besar daripada di madrasah ibtidaiyah. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata bullying yang terjadi pada madrasah ibitidaiyah sebesar 15.98 sedangkan rata-rata bullying yang terjadi pada sekolah dasar adalah 17.38. Apabila dilihat dari setiap factor yang mempengaruhinya terhadap terjadinya bullying dapat diidentifikasi bahwa di madrasah ibtidaiyah untuk factor temperamen rata-rata mempengarahi terjadinya bullying hampir sama dengan di sekolah dasar yaitu di madarasah ibtidaiyah 7.08 dan di sekolah dasar adalah 7.62. untuk rata-rata bullying di madarasah ibtidaiyah yang dipengaruhi oleh factor pola asuh orang tua ternyata lebih rendah ketimbang di sekolah dasar yaitu untuk madarasah ibtidaiyah 7.72, dan sekolah dasar 9.16. Untuk bullying yang terjadi akibat pengaruh factor konformitas teman sebaya di madarasah ibtidaiyah rata-ratanya lebih rendah daripada dari sekolah dasar yaitu rata-rata bullying di madarasah ibitidaiyah 7.92 sedangkan rata-rata bullying di sekolah dasar adalah 9.38. Bullying yang terjadi pada peserta didik anak usia madarasah ibtidaiyah ata sekolah dasar akibat pengaruh factor media ternyata di madrasah ibtidaiyah lebih besar rata-rata pengaruhnya daripada di sekolah dasar yaitu untuk bullying di madrasah ibtidaiyah adalah 5.36 sedangkan bullying di sekolah dasar rata-rata terjadi akibat pengaruh factor media adalah 4.90. Sementara itu bullying yang terjadi di madrasah ibtidaiyah dan sekolah dasar akibat pengaruh factor iklim sekolah ternyata di madarasah ibtidaiyah memiliki pengaruh yang lebih rendah daripada di sekolah dasar dengan rata-rata perolehan pengaruhnya adalah 5.22, sedangkan di sekolah dasar rata-rata perolehan pengaruhnya adalah 6.78. Hal ini menunjukkan bahwa dari semua factor yang mempengaruhi bullying dilihat dari kelompok belajar di sekolah dasar dan madarasah ibtidaiyah, bahwa di madrasah ibtidaiyah tingkat bullying-nya lebih rendah daripada disekolah dasar. Tabel 10 27



Uji Beda Rata-Rata Bullying Berdasarkan Jenis Sekolah antara Madarasah Ibtidaiyah dan Sekolah Dasar Independent Samples Test Lev ene's Test f or Equality of Variances



F Bully ing



Temperamen



Polasuh



Konf ormitas



Media



Iklimsekolah



Equal v ariances assumed Equal v ariances not assumed Equal v ariances assumed Equal v ariances not assumed Equal v ariances assumed Equal v ariances not assumed Equal v ariances assumed Equal v ariances not assumed Equal v ariances assumed Equal v ariances not assumed Equal v ariances assumed Equal v ariances not assumed



Sig.



3.485



.065



1.876



.174



4.875



14.939



1.206



16.983



.030



.000



.275



.000



t-t est f or Equalit y of Means



Sig. (2-tailed)



-3.037



98



.003



-1.400



.461



-2.315



-.485



-3.037



89.275



.003



-1.400



.461



-2.316



-.484



-1.659



98



.100



-.540



.325



-1.186



.106



-1.659



94.744



.100



-.540



.325



-1.186



.106



-4.096



98



.000



-1.440



.352



-2.138



-.742



-4.096



87.900



.000



-1.440



.352



-2.139



-.741



-2.908



98



.004



-1.460



.502



-2.456



-.464



-2.908



83.038



.005



-1.460



.502



-2.458



-.462



1.293



98



.199



.460



.356



-.246



1.166



1.293



96.768



.199



.460



.356



-.246



1.166



-6.902



98



.000



-1.560



.226



-2.009



-1.111



-6.902



81.654



.000



-1.560



.226



-2.010



-1.110



t



df



St d. Error Dif f erence



95% Conf idence Interv al of t he Dif f erence Lower Upper



Mean Dif f erence



a) Bullying di MI/SD Nilai F = 0.800 lebih besar dari 0.05, maka digunakan t pada equal variance not assumed = 2.695 dengan taraf signikansi 0.008. maka probabilitas 0.008 lebih kecil dari 0.05. ini berarti Ho ditolak dan berarti pula bahwa rata-rata bullying di Madrasah Ibtidaiyah berbeda dengan rata bullying di Sekola Dasar. b) Faktor Temperamen di MI/SD Nilai F = 0.000 lebih kecil dari 0.05, maka digunakan t pada equal variance assumed = 1.116 dengan taraf signikansi 0.267. maka probabilitas 0.267 lebih besar dari 0.05. ini berarti Ho diterima dan berarti pula bahwa rata-rata bullying di Madrasah Ibtidaiyah tidak berbeda dengan rata bullying di Sekolah Dasar yang disebabkan oleh factor temperamen. c) Faktor Pola Asuh di MI/SD Nilai F = 0.305 lebih besar dari 0.05, maka digunakan t pada equal variance not assumed = -0.362 dengan taraf signikansi 0.718. Maka probabilitas 0.718 lebih besar dari 0.05. ini berarti Ho diterima dan berarti pula bahwa rata-rata bullying di Madrasah Ibtidaiyah sama dengan rata bullying di Sekolah Dasar yang disebabkan oleh factor pola asuh di MI/SD. d) Faktor Konformitas di MI/SD 28



Nilai F = 4.067 lebih besar dari 0.05, maka digunakan t pada equal variance assumed = -2.042 dengan taraf signikansi 0.044. Maka probabilitas 0.044 lebih kecil dari 0.05. ini berarti Ho ditolak dan berarti pula bahwa rata-rata bullying di Madrasah Ibtidaiyah berbeda dengan rata bullying di Sekolah Dasar yang diakibatkan oleh factor konformitas. e) Faktor Media Nilai F = 7.345 lebih besar dari 0.05, maka digunakan t pada equal variance assumed = 5.377 dengan taraf signikansi 0.000. Maka probabilitas 0.000 lebih kecil dari 0.05. ini berarti Ho ditolak dan berarti pula bahwa rata-rata bullying di Madrasah Ibtidaiyah berbeda dengan rata-rata bullying di Sekolah Dasar yang disebabkan oleh factor Media. f) Faktor Iklim Sekolah Nilai F = 0.388 lebih besar dari 0.05, maka digunakan t pada equal variance assumed = -1.923 dengan taraf signikansi 0.057. Maka probabilitas 0.057 lebih besar dari 0.05. ini berarti Ho diterima dan berarti pula bahwa rata-rata bullying di Madrasah Ibtidaiyah sama dengan rata-rata bullying di Sekolah Dasar yang disebabkan oleh factor iklim sekolah. 3. Frekuensi Tingkat Pengaruh Terhadap Bullying Untuk mengetahui frekuensi bullying dan pengaruh yang ditimbulkan dari factor-faktor yang mempengaruhi bullying di MI/SD diidentifikasi menjadi tiga tingkatan yaitu tinggi, sedang dan rendah. Teknik statistic untuk mengetahui frekuensi pengaruh yang ditimbulkan menggunakan rumus SPSS 15.00 for windows sebagai berikut: Tabel 11 Statistic Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prilaku Bullying di MI/SD



29



Statistics N



Bully ing 100 0 16.68 16.00 16 2.399 5.755 14 10 24 1668



Valid Missing



Mean Median Mode St d. Dev iation Variance Range Minimum Maximum Sum



Temperamen 100 0 7.35 7.00 8 1.641 2.694 8 4 12 735



Polasuh 100 0 8.44 8.00 9 1.893 3.582 9 5 14 844



Konf ormitas 100 0 8.65 8.00 8 2.603 6.775 11 4 15 865



Media 100 0 5.13 5.00 5 1.785 3.185 10 2 12 513



Iklimsekolah 100 0 6.00 6.00 6 1.371 1.879 5 3 8 600



Dari table statistic di atas diolah untuk mencari tinggi, sedang dan rendah bullying dan factor yang mempengaruhi terjadinya bullying di MI/SD dengan cara sebagai berikut: = Hasilnya harus sesuai dengan jumlah Responden



Tinggi = Mean + Standar Deviasi Sedang = Hasil antara tinggi dan Rendah Rendah = Mean – Standar Deviasi



a). Frekuensi Bullying di MI/SD Tabel 12 Tingkat Frekuensi Bullying di MI/SD Bullyi ng



Valid



10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Total



Frequency 1 1 1 2 9 17 20 17 14 8 4 1 2 2 1 100



Percent 1.0 1.0 1.0 2.0 9.0 17.0 20.0 17.0 14.0 8.0 4.0 1.0 2.0 2.0 1.0 100.0



30



Valid Percent 1.0 1.0 1.0 2.0 9.0 17.0 20.0 17.0 14.0 8.0 4.0 1.0 2.0 2.0 1.0 100.0



Cumulat iv e Percent 1.0 2.0 3.0 5.0 14.0 31.0 51.0 68.0 82.0 90.0 94.0 95.0 97.0 99.0 100.0



Berdasarkan tabael statistic dan table frekuensi di atas, diketahui bahwa scoring yang muncul akan berkisar pada 10-24, dengan scoring untuk ferekuensi Tinggi = 19 – 24 = 18, frekuensi Sedang = 15 – 18 = 68 dan frekuensi Rendah = 10 – 14 = 14. Skor total dari jawaban menunjukkan frekuensi bullying di MI/SD. Semakin tinggi skor total yang diperoleh responden, maka frekuensi bullying di MI/SD semakin tinggi pada peserta didik. Berdasarkan skor tertinggi di atas terletak pada frekuensi sedang, Dengan demikian bullying di MI/SD dengan skor total yang paling besar ada frekuensi sedang dengan jumlah 68, oleh karena itu bullying di MI/SD terjadi dengan tingkat yang sedang sebesar 68%. 18 % bullying dengan tingkat yang tinggi terjadi di MI/SD, dan 14 % bullying dengan tingkat rendah terjadi di MI/SD. 1) Temperament Tabel 13 Frekuensi Pengaruh Factor Temperamen terhadap bullying di MI/SD Temperamen



Valid



4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total



Frequency 3 8 20 24 27 7 7 2 2 100



Percent 3.0 8.0 20.0 24.0 27.0 7.0 7.0 2.0 2.0 100.0



Valid Percent 3.0 8.0 20.0 24.0 27.0 7.0 7.0 2.0 2.0 100.0



Cumulat iv e Percent 3.0 11.0 31.0 55.0 82.0 89.0 96.0 98.0 100.0



o Berdasarkan tabael statistic dan table frekuensi di atas, diketahui bahwa scoring yang muncul akan berkisar pada 4-12, dengan scoring untuk ferekuensi Tinggi = 9 – 12 = 18, frekuensi Sedang = 7 –8 = 51 dan frekuensi Rendah = 4 – 6 = 31. Skor total dari jawaban menunjukkan frekuensi bullying di MI/SD. Semakin tinggi skor total yang diperoleh responden, maka frekuensi bullying di MI/SD semakin tinggi pada peserta didik. 31



Berdasarkan skor tertinggi di atas terletak pada frekuensi sedang, Dengan demikian bullying di MI/SD dengan skor total yang paling besar ada frekuensi sedang dengan jumlah 51, oleh karena itu bullying di MI/SD terjadi dengan tingkat yang sedang sebesar 51%. 18 % bullying dengan tingkat yang tinggi terjadi di MI/SD, dan 31 % bullying dengan tingkat rendah terjadi di MI/SD. 2) Pola Asuh Orang Tua Tabel 14 Frekuensi Pengaruh Faktor Pola Asuh Orang Tua terhadap Bullying di Madrasah Ibtidaiyah dan Sekolah Dasar Polasuh



Valid



5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Total



Frequency 2 13 20 20 21 9 6 7 1 1 100



Percent 2.0 13.0 20.0 20.0 21.0 9.0 6.0 7.0 1.0 1.0 100.0



Valid Percent 2.0 13.0 20.0 20.0 21.0 9.0 6.0 7.0 1.0 1.0 100.0



Cumulat iv e Percent 2.0 15.0 35.0 55.0 76.0 85.0 91.0 98.0 99.0 100.0



Berdasarkan tabael statistic dan table frekuensi di atas, diketahui bahwa scoring yang muncul akan berkisar pada 5-14, dengan scoring untuk ferekuensi Tinggi = 10 – 14 = 23, frekuensi Sedang = 7 – 9 = 61 dan frekuensi Rendah = 5 – 6 = 15. Skor total dari jawaban menunjukkan frekuensi bullying di MI/SD. Semakin tinggi skor total yang diperoleh responden, maka frekuensi bullying di MI/SD semakin tinggi pada peserta didik. Berdasarkan skor tertinggi di atas terletak pada frekuensi sedang, Dengan demikian bullying di MI/SD dengan skor total yang paling besar ada frekuensi sedang dengan jumlah 51, oleh karena itu bullying di MI/SD terjadi dengan tingkat yang sedang sebesar 61%. 23 % bullying dengan tingkat yang tinggi terjadi di MI/SD, dan 15 % bullying dengan tingkat rendah terjadi di MI/SD. 3) Konformitas Teman Sebaya 32



Tabel 15 Frekuensi Pengaruh Konformitas Teman Sebaya terhadap Bullying di MI/SD Konformitas



Valid



4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Total



Frequency 2 5 17 13 20 10 6 13 4 3 6 1 100



Percent 2.0 5.0 17.0 13.0 20.0 10.0 6.0 13.0 4.0 3.0 6.0 1.0 100.0



Valid Percent 2.0 5.0 17.0 13.0 20.0 10.0 6.0 13.0 4.0 3.0 6.0 1.0 100.0



Cumulat iv e Percent 2.0 7.0 24.0 37.0 57.0 67.0 73.0 86.0 90.0 93.0 99.0 100.0



Berdasarkan tabael statistic dan table frekuensi di atas, diketahui bahwa scoring yang muncul akan berkisar pada 4-15, dengan scoring untuk ferekuensi Tinggi = 11 – 15 = 27, frekuensi Sedang = 7 – 10 = 39 dan frekuensi Rendah = 4 – 6 = 24. Skor total dari jawaban menunjukkan frekuensi bullying di MI/SD. Semakin tinggi skor total yang diperoleh responden, maka frekuensi bullying di MI/SD semakin tinggi pada peserta didik. Berdasarkan skor tertinggi di atas terletak pada frekuensi sedang, Dengan demikian bullying di MI/SD dengan skor total yang paling besar ada frekuensi sedang dengan jumlah 39, oleh karena itu bullying di MI/SD terjadi dengan tingkat yang sedang sebesar 39%. 27 % bullying dengan tingkat yang tinggi terjadi di MI/SD, dan 24 % bullying dengan tingkat rendah terjadi di MI/SD. 4) Media Tabel 16 Frekuensi Pengaruh Faktor Media terhadap Bullying di MI/SD



33



Media



Valid



2 3 4 5 6 7 8 9 10 12 Total



Frequency 1 16 23 26 18 5 5 4 1 1 100



Percent 1.0 16.0 23.0 26.0 18.0 5.0 5.0 4.0 1.0 1.0 100.0



Valid Percent 1.0 16.0 23.0 26.0 18.0 5.0 5.0 4.0 1.0 1.0 100.0



Cumulat iv e Percent 1.0 17.0 40.0 66.0 84.0 89.0 94.0 98.0 99.0 100.0



Berdasarkan tabael statistic dan table frekuensi di atas, diketahui bahwa scoring yang muncul akan berkisar pada 2 – 12, dengan scoring untuk ferekuensi Tinggi = 7 – 12 = 16, frekuensi Sedang = 4 – 6 = 67 dan frekuensi Rendah = 2 – 3 = 17. Skor total dari jawaban menunjukkan frekuensi bullying di MI/SD yang disebabkan oleh pengaruh factor media. Semakin tinggi skor total yang diperoleh responden, maka frekuensi bullying di MI/SD semakin tinggi pada peserta didik yang disebabkan oleh pengaruh media. Berdasarkan skor tertinggi di atas terletak pada frekuensi sedang, Dengan demikian bullying di MI/SD dengan skor total yang paling besar ada frekuensi sedang dengan jumlah 67, oleh karena itu bullying di MI/SD terjadi dengan tingkat yang sedang sebesar 67%. 16 % bullying dengan tingkat yang tinggi terjadi di MI/SD, dan 17 % bullying dengan tingkat rendah terjadi di MI/SD. 5) Iklim Sekolah Tabel 17 Frekuensi Pengaruh Faktor Iklim Sekolah di MI/SD



34



Iklimsekolah



Valid



3 4 5 6 7 8 Total



Frequency 1 13 25 30 8 23 100



Percent 1.0 13.0 25.0 30.0 8.0 23.0 100.0



Valid Percent 1.0 13.0 25.0 30.0 8.0 23.0 100.0



Cumulat iv e Percent 1.0 14.0 39.0 69.0 77.0 100.0



Berdasarkan tabael statistic dan table frekuensi di atas, diketahui bahwa scoring yang muncul akan berkisar pada 3-8, dengan scoring untuk ferekuensi Tinggi = 7 – 8 = 31, frekuensi Sedang = 5 – 6 = 55 dan frekuensi Rendah = 3 – 4 = 14. Skor total dari jawaban menunjukkan frekuensi bullying di MI/SD yang disebabkan oleh pengaruh factor iklim sekolah. Semakin tinggi skor total yang diperoleh responden, maka frekuensi bullying di MI/SD semakin tinggi pada peserta didik yang dipengaruhi oleh factor iklim sekolah. Berdasarkan skor tertinggi di atas terletak pada frekuensi sedang, Dengan demikian bullying di MI/SD dengan skor total yang paling besar ada frekuensi sedang dengan jumlah 55, oleh karena itu bullying di MI/SD terjadi dengan tingkat yang sedang sebesar 55%. 31 % bullying dengan tingkat yang tinggi terjadi di MI/SD, dan 14 % bullying dengan tingkat rendah terjadi di MI/SD dengan factor yang dipengaruhi oleh iklim sekolah.



E. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terjadinya bullying di madarasah ibitidaiyah dan sekolah dasar tidak lepas dari factor-faktor yang mempengaruhinya yaitu factor temperamen peserta didik, factor pola asuh orang tua, factor konformitas teman sebaya, factor media, dan factor iklim sekolah. Dilihat dari jenis kelamin yang terkena pengaruh factor-faktor tersebut, terbukti prilaku bullying banyak terjadi pada laki-laki daripada perempuan. Adapun apabila dilihat dari sisi kelembagaan, madrasah ibtidaiyah memiliki rata-rata pengaruh yang lebih rendah daripada sekolah dasar terhadap terjadinya bullying pada anak usia kelas VI. 35



Dengan demikian hipotesis penelitian ini diterima artinya terdapat pengaruh yang signifikan terhadap terjadinya bullying pada anak usia MI/SD kelas VI disebabkan oleh factor-faktor yang mempengaruhinya yang terdiri dari factor temperamen, pola asuh, konformitas teman sebaya, media, dan iklim sekolah. Oleh karena itu berdasarkan temuan penelitian ini semua element yang berperan dalam masing-masing factor yang mempengaruhi terjadinya bullying pada anak usia MI/SD disarankan untuk lebih peka dan perhatian terhadap peserta didik anak usia MI/SD dengan membantu mengelola temperamen anak, memberikan pola asuh yang tepat, memasukkan pada kelompok teman sebaya yang baik, mendampingi dan mengontrol setiap tontonan dan bacaan anak serta menciptakan iklim sekolah yang aman dan nyaman bagi peserta didik.



36



Daftar Pustaka



Aliah B. Purwakania Hasan (2008) Psikologi Perkembangan Islami, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Budiman, A., dkk., (2006) Perkembangan Peserta Didik, Bandung: UPI PRESS Brooks, J. (2008) The Process of Parenting (7 th ed) New York: McGraw-Hill Depdiknas. 2003. UU RI No 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,” Jakarta: Departemen Pendididikan Nasional, Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda. _________. 2006. Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI. Desmita, (2009) Psikologi perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarta Goodwin, C.J. (2005) Research in Psychology: Methods and Design (4th ed). USA: John Wiley & Sons, Inc. Guilford, J. P. & Fruchter, B. (1978) Fundamental Statistic In Psychology and Education (6th ed). Tokya: McGraw-Hill. Hurlock, E.B (1980) Psikologi Perkembangan, terjemahan; Meitasari Tjandrasa, Jakarta, Penerbit Erlangga. Jhon F. Travers (1982) The Growing Child: London: Scott, Foresman and Company: Lowenstein, L.F. (2002) Bullying: recent research into the casuses, diagnosis, and treatment. Dalam Elliot. M (Eds). Bullying, a practical guide to coping for school third edition (pp281-299). London: Pearson Education Ormrod, (2008) Educational Psychology Developing Learners. Alih Bahasa: Indianti, Dkk., Jakarta: Elangga Olweus, D. (1993) Bullying at School: What We Know and What We Can Do. New York: Blacwell _________(2003) Understanding Children’s worlds: Bullying at School. USA: Backwell Publishing Papalia, D.B., Olds, S.W., & Feldman, R.D (2009) Human Development (11 th ed). New York: McGraw Hill Pearce, J. (2002) What can be done about the bully? Dalam Elliot, M. (eds) Bullying, a practical guide to coping for school third edition (pp.74-91) London; Pearson Education Rigby, K. (2003) Consequences of Bullying in Schools. The Canadian Journal of Psychiatry. 48, 583-590 Ross, V., Marshall, M. H., & Scott A. M., (1992) Child Psychology: The Modern Science. New York: Jhon Willey & Sons, INC. Santrock (2007) Child Development, elevent edision. Alih bahasa: Mila, dkk., Jakarta: Erlangga 37



Seniati, L., Yulianto, A., & Setiadi, B.N (2005) Psikologi Eksperimen. Jakarta: PT. Indeks Sullivan, K. (2000) The anti-bullying handbook. New York: Okford University Press __________ (2001) The anti-bullying handbook. Auckland: Oxpford University Press Sullivan, K., Cleary, M., & Sullivan, G. (2005) Bullying in secondary Schools. London: Paul Chapman Publishing. Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta SEJIWA (2008) Bullying: Mengatasi kekerasan di sekolah dan lingkungan sekitar anak. Jakarta: Grasindo Widiastono, 2004. Pendidikan Manusia Indonesia. Jakarta: Buku Kompas Zuchdi, Darmiyati. 2009. Humanisasi Pendidikan: Menemukan Kembali Pendidikan yang Manusiawi. Jakarta: Bumi Aksara. Jurnal Psikologi Vol. 8. No 02 (2010) Coping Stress Pada Remaja Korban Bullying di Sekolah “X”. http://ejurnal.esaunggul.ac.id/index.php/Psi/search/results Senin, 04 November 2013



Curiculum Vitae Nama



: Asep Ediana Latip



NIP



: 198106232009121003



Tempat tanggal lahir : Cianjur, 23 – 06 – 1981 Alamat



: Jl. Batununggal, Gg. Batu Barokah No.41 Buah Batu, Bandung



Unit Kerja Golongan



: Program Studi Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FITK) : Penata Muda Tingkat I/III b



Hp.



: 081322176081



Pendidikan terakhir



: S2 UPI Bandung Prodi Pendidikan Dasar (PenDas) lulus tahun 2009



38