2E - Hendrawan (Makalah Rekayasa Teknologi Budidaya Tanaman) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH REKAYASA TEKNOLOGI PERTANIAN “ROOFTOP GARDEN”



DI SUSUN OLEH : HENDRAWAN 05.13.19.1892 2E / BUDIDAYA TANAMAN HORTIKULTURA



JURUSAN DIII BUDIDAYA TANAMAN HORTIKULTURA POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN GOWA BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2021



KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas kehendak-NyA makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya . Dalam menyelesaikan makalah ini ada berbagai macam hambatan atau masalah, akan tetapi berkat bimbingan dari dosen mata kuliah yang bersangkutan, dan juga masukan dari teman-teman maka masalah – masalah tersebut bisa terselesaikan. penulis menyadari bahwasaanya dalam membuat makalah ini masih memerlukan perbaikan untuk menyempurnakanya. Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak, demi kesempurnaan makalah ini. Harapan penulis, mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan manfaat yang positif bagi semua pihak.



Gowa, 28 Agustus 2021 Penulis



Hendrawan



ii



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2 DAFTAR ISI ............................................................................................................................. 3 BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1 A . Latar Belakang ..................................................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................................................. 2 C. Tujuan ................................................................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3 A . Definisi Rooftop Garden...................................................................................................... 3 B . Sejarah Rooftop Garden ....................................................................................................... 3 C . Fungsi Dari Rooftop Garden ................................................................................................ 3 D. Konsep Rooftop Garden ....................................................................................................... 5 E. Keuntungan Membangun Rooftop Garden ........................................................................... 6 F . Limpasan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi .............................................................. 7 BAB III PENUTUP ................................................................................................................... 8 A . Kesimpulan .......................................................................................................................... 8 B . Saran..................................................................................................................................... 8 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 9



iii



BAB I PENDAHULUAN A . Latar Belakang Vegetasi, terutama hutan, telah diidentifikasikan sebagai komponen penting dari strategi apapun untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, melalui penyerapan karbon pada biomasa kayu pohon. Mengingat terbatasnya ruang yang tersedia, terutama di perkotaan besar, strategi adaptasi baru seperti menempatkan vegetasi langsung pada bangunan atap menjadi sangat menarik. Taman-taman atap atau taman hijau telah dikembangkan di beberapa negara di Eropa. Salah satunya di Canada telah terbukti dapat mengurangi gas rumah kaca sekitar 6% di sekitar tahun 2008 – 2012. Dari penelitian tersebut atap hijau bisa merupakan solusi dari pengurangan efek gas rumah kaca. Alam bertindak seperti insulator yang perlahanlahan menyerap dan menahan energi dari sinar matahari lalu melepaskannya ketika udara lingkungan sekitar mendingin. Dengan atap hijau, atap bertindak sebagai baterai penyimpan panas dimana perlahan-lahan menyerap dan menahan sinar matahari dan melepaskannya disaat udara di sekitar mendingin. Penelitian di berbagai negara membuktikan bahwa penghematan energi akan maksimal didapatkan pada bangunan selama musim kemarau. Penelitian juga menunjukkan bahwa pemakaian atap hijau belum sepenuhnya dapat dilaksanakan di beberapa negara maju terlebih lagi di negara-negara berkembang dikarenakan biaya konstruksi dan biaya pemeliharaan jangka panjang yang tinggi. Namun terdapat beberapa jenis atap hijau yang dapat ditinjau dan disesuaikan dengan iklim di daerah tersebut juga dari segi pembiayaannya. Instalasi atap hijau merupakan solusi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan dan membantu meningkatkan manajemen air hujan di lingkungan perkotaan. Sebagian dari hujan disimpan dalam media tumbuh sementara dan akan diambil oleh tanaman dan kembali di atmosfer melalui evapotranspirasi. Atap hijau menunda air limpasan yang mengalir masuk ke dalam saluran-saluran kota, yang merupakan masalah yang signifikan bagi banyak kota-kota besar di dunia. Tanaman dan media tumbuh juga dapat menyaring polusi udara. Instalasi atap hijau memberikan beberapa keuntungan pada wilayah perkotaan. Atap hijau dapat meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan (urban environment quality), dapat mengurangi energi panas pada proses pendinginan ruangan melalui penutupan pada atap, evapotranspirasi dan sebagai insulator panas. Atap hijau merupakan tiruan dari kondisi penerapan ruang terbuka dalam menangkap air hujan pada saat musim penghujan. Efektifitas atap hijau dapat langsung berkorelasi dengan ketebalan dan sifat dari media tumbuh atap hijau. Alam pada batas tertentu dapat direplikasikan di atas bangunan tergantung pada seberapa kuat konstruksi atap.



1



B. Rumusan Masalah 1. 2. 3. 4.



Untuk mengetahui definisi Rooftop Garden ? Untuk mengetahui sejarah Rooftop Garden? Untuk mengetahui fungsi Rooftop Garden? Untuk mengetahui konsep Sistem Budidaya Rooftop Garden? 5. Untuk mengetahui keuntungan membangun Rooftop Garden? 6. Untuk mengetahui pengaruh limpasan pada Rooftop Garden?



C. Tujuan 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Mahasiswa Dapat memahami Definisi Rooftop Garden Mahasiswa Dapat memahami sejarah Rooftop Garden Mahasiswa Dapat memahami fungsi Rooftop Garden Mahasiswa Dapat mengetahui konsep Sistem Budidaya Rooftop Garden Mahasiswa Dapat memahami keuntungan membangun Rooftop Garden Mahasiswa Dapat mengetahui pengaruh limpasan pada Rooftop Garden



2



BAB II PEMBAHASAN A . Definisi Rooftop Garden Rooftop Garden merupakan sebuah inovasi dalam mendesain yang menghadirkan taman pada area atap suatu rumah/ bangunan. Saat ini, hal tersebut sudah menjadi bahan perbincangan yang hangat di dunia arsitektur. Tau gak sih? Bahwa rooftop garden ini kini dijadikan sebagai salah satu solusi dari masalah keterbatasan lahan perumahan dalam menyediakan ruang terbuka hijau (RTH).



B . Sejarah Rooftop Garden Pengembangan ilmu desain rooftop garden merupakan sebuah desain yang sedang fenomenal di kalangan dunia arsitektur. Rooftop garden dikembangan pertama kali di Negara Jerman pada tahun 1980-an yang selanjutnya menyebar ke beberapa negara Eropa, seperti halnya Austria, Swedia, Belanda, Italia, Inggris, Perancis, dan Swiss. Bahkan untuk saat ini, sekitar 10% dari semua bangunan yang berada di Jerman, telah memiliki taman pada atap. Selain Negara Jerman, Austria (Linz kota) bahkan telah mengembangkan sebuah proyek rooftop garden sejak tahun 1983. Di Inggris, Sheffield dan London. Pemerintah kota mereka bahkan sudah membuat sebuah kebijakan khusus terkait pengembangan taman (rooftop garden) pada atap rumah. Pengembangan akan taman atap juga sudah sangat populer di Benua Amerika Serikat, walaupun tidak seintensif di Benua Eropa. Di Amerika, konsep Rooftop garden pertama kali dikembangkan di Chicago, yang selanjutnya menjadi populer di Atlanta, dan New York (Wikipedia, 2008). Beberapa beberapa negara di asia seperti halnya Jepang, Hong Kong, Singapura, Korea dan Cina, bahkan telah termasuk kedalam Kawasan yang sedang mengembangkan proyek Rooftop garden.



C . Fungsi Dari Rooftop Garden Dari penjelasan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa banyak sekali negara yang saat ini sedang berada di tahap pengembangan proyek taman pada atap rumah. Banyaknya proyek yang berjalan tersebut tentu didasari dari manfaat yang dapat diberikan dari sebuah Rooftop garden. Nah, untuk kamu yang belum mengetahui berbagai manfaatnya. Berikut deretan manfaat dari adanya taman pada atap rumah yang perlu untuk kamu ketahui. 1. Menyejukkan area di sekitar rumah , Kehadiran dari taman pada atap dapat mengurangi 10% hingga 25% udara panas yang dapat masuk dan mempengaruhi suhu dalam ruangan. Tanaman yang ditanam pada atap rumah/ bangunan tentu dapat menyerap udara panas pada di siang hari, yang kemudian melepasnya pada waktu malam hari. Alhasil, suhu yang ada di dalam ruangan dapat lebih rendah 3 hingga 4 , apabila dibandingkan dengan suhu yang berada di luar ruangan. Penurunan suhu



3



udara terjadi akibat adanya taman pada atap rumah. Selain itu, pengaplikasian taman pada atap rumah, dapat membantu untuk menghemat pemakaian energi listrik 50%70%, tentunya yakni dengan tidak menggunakan penyejuk ruangan secara berlebihan. 2. Sebagai sebuah pelindung bangunan , Rooftop garden dapat menjadi sebuah insulator panas yang bisa mengurangi radiasi dari sinar matahari dengan cara efektif. Yang secara tidak langsung, hal tersebut dapat melindungi ekterior dari bangunan yang ada. Sehingga, dapat terhindar dari resiko terjadinya kerusakan fisik pada bangunan. Seperti halnya kebocoran atap, pelapukan dan sebagainya. Dengan kata lain, pengaplikasian taman pada atap rumah atau bangunan dapat membantu bangunan tersebut untuk memiliki usia ketahanan yang lebih Panjang. 3. Sebagai lapisan untuk menahan air , Walaupun tidak dapat menyerap air secara langsung ke dalam tanah, taman pada atap bangunan tersebut dapat dimanfaatkan untuk menyimpan sekitar 30% air dari air hujan. Air buangan yang tertahan pada taman atap rumah/ bangunan dapat didaur ulang kembali untuk kelangsungan kegiatan dalam rumah tangga. Seperti halnya menyiraman tanaman bahkan dapat dimanfaatkan dalamsystem saniter. 4. Meningkatkan kualitas udara , Pengapliksian taman pada atap dapat dikatakan sebagai upaya untuk menghadirkan sebuah ruang terbuka hijau (RTH) pada bangunan. Negara Hong Kong dan Tokyo bahkan telah melaksanakan sebuah progam terkait penambahan Ruang Terbuka Hijau (RTH) melalui pembuatan taman pada setiap atap rumah di permukiman yang cukup padat. Bertambahnya ruang terbuka hijau tentu dapat meningkatkan kualitas dari lingkungan hidup, serta dapat membantu memengurangi resiko terjadinya pemanasan global. 5. Peredam suara , Tahukah kamu, bahwa sebenarnya tanaman merupakan sebuah media yang dapat menjadi peredam suara? Yap. Tanaman seperti pepohonan merupakan media yang dapat meredam kebisingan. Sehingga, apabila kamu memilih untuk membuat sebuah taman pada atap bangunanmu. Hal tersebut dapat menjadi sebuah hal yang membantu kamu dalam meredam kebisingan yang ada di luar bangunan. Sehingga kamu dapat dengan nyaman berada di dalam bangunan tersebut. 6. Menyaring udara kotor, Manfaat selanjutnya ialah dapat menyaring udara-udara kotor diluar bangunan yang dapat masuk kedalam bangunan. Proses fotosintesis yang terjadi di tanaman pada atap dapat menyerap partikel-partikel debu serta kotoran yang bersifat bahaya secara efektif. 7. Menjadi tempat relaksasi serta hang out , Selain berfungsi untuk meredam bunyi dan memfilter udara kotor. Rooftop garden juga memiliki fungsi intensif, yakni sebagai area untuk berkegiatan sosial serta rekreasi bagi pemiliknya. Taman pada



4



atap dapat menjadi sebuah tempat untuk bersantai sejenak dan melepaskan kepenatan setelah seharian melukan pekerjaan.



D. Konsep Rooftop Garden Atap Hijau/Taman Atap atau lebih dikenal dalam bahasa Inggris Roof Garden atau Green Roof adalah ruang terbuka hijau yang dibuat dengan menambahkan lapisan tanaman di atas sistem atap. Lapisan sistem atap hijau dari atas ke bawah termasuk adalah sebagai berikut: • Tanaman, biasanya dipilih tanaman khusus untuk aplikasi tertentu • Sistem pengairan dan pengontrolan • Media tumbuh rekayasa, bukan tanah • Filter berupa kain, tempat akar, media tumbuh, memungkinkan untuk penetrasi air • Lapisan drainase khusus, penampungan air yang dibuat khusus • Lapisan mebran anti air • Struktur atap, dengan insulator



( Gambar lapisan Sistem Atap Hijau atau Rooftop garden )



Persyaratan konstruksi khusus dan pertimbangan dalam mengembangkan taman atap. •







Perlindungan Atap dan Struktur , Unsur yang paling penting dalam pembangunan taman atap adalah melindungi integritas atap dan komponen struktur di bawah taman. Kapasitas Beban (Load Bearing Capacity) , Tenaga ahli harus memverifikasi kapasitas beban (load bearing capacity) maksimum yang dapat dipikul oleh struktur yang ada. Biasanya batas beban mati tambahan minimal adalah 150 psf antara kolom yang diperlukan untuk mengakomodasi pembangunan taman atap.



(Waterproofing) Sistem waterproofing harus dipasang untuk melindungi struktur bangunan. Sebuah sistem waterproofing dipasang dengan baik dapat bertahan seumur hidup bangunan, namun bila ada kebocoran kecil dapat mengakibatkan perombakan seluruh taman untuk menemukan dan memperbaiki kerusakan.



5



















Ketentuan Penanaman , Konstruksi atap hijau dibuat terdiri dari lapisanlapisan. Kegagalan komponen tanaman dapat menyebabkan kerusakan yang cukup nyata dan membutuhkan biaya yang mahal untuk memperbaikinya. Saluran Air (Drainase) , Saluran air pada atap yang ada harus sesuai untuk digunakan dalam taman atap. Beberapa modifikasi diperlukan untuk mengakomodasi kebutuhan taman atap. Pertimbangan Iklim , Iklim dan paparan dapat menjadi faktor utama dalam keberhasilan ruang luar. Hal ini merupakan bahan pertimbangan dalam pemilihan bahan tanaman, tapi juga faktor penggunaan pada manusia dan kenyamanan. Kemiringan Atap , Dalam membangun taman atap sebaiknya tidak hanya dapat diaplikasikan pada atap datar atau dak beton, tetapi juga dapat diaplikasikan pada atap model pelana, atap perisai, atap limas, dan lain-lain. Kemiringan atap yang dianjurkan adalah di atas 10º dan tidak lebih dari 45º.



E. Keuntungan Membangun Rooftop Garden Membuat atap hijau menghasilkan banyak keuntungan, baik di tingkat makroseluruh kota dan mikro-bangunan lingkungan perumahan. Sistem atap hijau menyimpan sebagian besar dari curah hujan tahunan dan melepaskannya ke atmosfer dengan sistem transpirasi. Beberapa manfaat pada tingkat makro adalah: •



Mengurangi efek panas , Sebagian di kota-kota besar lahan terbuka telah tertutupi oleh lapisan tahan air, seperti jalan-jalan beraspal, atapatap kota menyerap panas matahari dan memantulkannya kembali ke atmosfer sekitarnya. Tanaman menambah faktor pendinginan dengan melepaskan air melalui proses yang disebut evapotranspirasi.







Mengurangi polusi , Tanaman dapat mengurangi kadar CO2 pada kotakota besar seperti Jakarta. Dengan banyaknya kendaraan yang ada kadar CO2 yang membuat polusi udara akan bertambah seiring dengan pertumbuhan perekonomian dalam suatu daerah. Mengurangi limpasan , Air hujan yang dilimpaskan melalui atap rumah dan langsung mengalir ke dalam saluransaluran drainase kota lalu ke badan sungai. Mengalirkan air limpasan hujan langsung ke drainase kota membuat debit air hujan akan meningkat dan menyebabkan bertambahnya beban pada sungai kota. Insulator bangunan , Seperti pengurangan efek panas, taman atap juga membawa manfaat sebagai isolasi bangungan. Ekstra lapisan di atas atap membantu melindungi bangunan, yang berarti pemanasan menjadi lebih rendah dan udara dalam bangunan menjadi lebih dingin.











6



F . Limpasan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Limpasan adalah apabila intensitas hujan yang jatuh di suatu DAS melebihi kapasitas infiltrasi, setelah laju infiltrasi terpenuhi air akan mengisi cekungancekungan pada permukaan tanah. Setelah cekungan-cekungan tersebut penuh, selanjutnya air akan mengalir (melimpas) diatas permukaan tanah. Komponen-komponen dari limpasan berasal dari tiga sumber yaitu: 1. Aliran Permukaan (surface flow) adalah bagian dari air hujan yang mengalir dalam bentuk lapisan tipis di atas permukaan tanah. Disebut juga aliran langsung (direct runoff). Aliran permukaan dapat terkonsentrasi menuju sungai dalam waktu singkat, sehingga aliran ini merupakan penyebab utama terjadinya genangan dan banjir. 2. Aliran Antara (interflow) adalah aliran dalam arah lateral yang terjadi di bawah permukaan tanah. Terdiri dari gerakan air dan lengas tanah secara lateral menuju elevasi yang lebih rendah, yang akhirnya menuju ke sungai. Prosesnya lebih lambat dari aliran permukaan, dengan tingkat kelambatan dalam beberapa jam sampai hari. 3. Aliran Air Tanah adalah aliran yang terjadi di bawah permukaan air tanah ke elevasi yang lebih rendah yang akhirnya menuju ke sungai atau langsung ke laut .



7



BAB III PENUTUP A . Kesimpulan 1. Rooftop Garden merupakan sebuah inovasi dalam mendesain yang menghadirkan taman pada area atap suatu rumah/ bangunan. 2. Rooftop garden dikembangan pertama kali di Negara Jerman pada tahun 1980-an yang selanjutnya menyebar ke beberapa negara Eropa, seperti halnya Austria, Swedia, Belanda, Italia, Inggris, Perancis, dan Swiss. Bahkan untuk saat ini, sekitar 10% dari semua bangunan yang berada di Jerman, telah memiliki taman pada atap. Selain Negara Jerman, Austria (Linz kota) bahkan telah mengembangkan sebuah proyek rooftop garden sejak tahun 1983. 3. Atap Hijau/Taman Atap atau lebih dikenal dalam bahasa Inggris Roof Garden atau Green Roof adalah ruang terbuka hijau yang dibuat dengan menambahkan lapisan tanaman di atas sistem atap. Lapisan sistem atap hijau dari atas ke bawah termasuk adalah sebagai hal hal yang telah dijelaskan sebelumnya. 4. Membuat atap hijau menghasilkan banyak keuntungan, baik di tingkat makroseluruh kota dan mikro-bangunan lingkungan perumahan. Sistem atap hijau menyimpan sebagian besar dari curah hujan tahunan dan melepaskannya ke atmosfer dengan sistem transpirasi. 5. Limpasan adalah apabila intensitas hujan yang jatuh di suatu DAS melebihi kapasitas infiltrasi, setelah laju infiltrasi terpenuhi air akan mengisi cekungancekungan pada permukaan tanah. Setelah cekungancekungan tersebut penuh, selanjutnya air akan mengalir (melimpas) diatas permukaan tanah.



B . Saran Disarankan agar penerapan Rooftop Garden ini dapat diaplikasikan oleh mahasiswa karena pada dasarnya penerapan taman atap ini masih sangat pasif atau belum banyak kita temukan di wilayah makassar dan sekitarnya.



8



DAFTAR PUSTAKA https://en.wikipedia.org/wiki/Roof_garden https://docplayer.info/156515188-Analisa-taman-atap-dalam-upaya-mengurangilimpasan-airhujan-pada-bangunan-perkotaan.html http://fachryys.blogspot.com/2016/06/tugassoftskill-pengetahuanlingkungan.html



9



MAKALAH REKAYASA TEKNOLOGI PERTANIAN “AQUAPONIK”



DI SUSUN OLEH : HENDRAWAN 05.13.19.1883 2E / BUDIDAYA TANAMAN HORTIKULTURA



JURUSAN DIII BUDIDAYA TANAMAN HORTIKULTURA POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN GOWA BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2021



KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas kehendakNyA makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya . Dalam menyelesaikan makalah ini ada berbagai macam hambatan atau masalah, akan tetapi berkat bimbingan dari dosen mata kuliah yang bersangkutan, dan juga masukan dari temanteman maka masalah – masalah tersebut bisa terselesaikan. penulis menyadari bahwasaanya dalam membuat makalah ini masih memerlukan perbaikan untuk menyempurnakanya. Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak, demi kesempurnaan makalah ini. Harapan penulis, mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan manfaat yang positif bagi semua pihak.



Gowa, 28 Juli 2021 Penulis



HENDRAWAN



ii



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR........................................................................................... 2 DAFTAR ISI ......................................................................................................... 3 BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1 A. Latar Belakang.................................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 1 C. Tujuan ............................................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 3 A. Pengertian Akuaponik ...................................................................................... 3 B. Kelebihan dan Kekurangan Akuaponik ............................................................ 4 C. Bahan yang Diperlukan untuk Sistem Akuaponik............................................ 5 D. Sistem Akuaponik Tekhnik Pasang Surut ........................................................ 6 E. Mekanisme Sistem Akuaponik ......................................................................... 9 BAB III PENUTUP ............................................................................................. 11 A. Kesimpulan ..................................................................................................... 11 DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 12



iii



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang subur. Namun sayang, saat ini lahan pertanian telah banyak dialih fungsikan menjadi perumahan, hotel, dan tempat wisata. Sehingga menyebabkan luas lahan petanian berkurang. Dengan berkurangnya luas lahan pertanian, hal tersebut berimbas pada turunnya produtivitas lahan. Sementara kebutuhan dan permintaan akan bahan pangan terus meningkat setiap harinya. Menurunnya tingkat produktivitas bahan pangan tidak hanya disebabkan oleh lahan yang sempit, melainkan juga kualitas air, serta kesuburan tanah. Akibat penggunaan pupuk anorganik perlahan-lahan menyebabkan ketidak suburan tanah. Disamping itu juga menyebabkan mutasi pada hama maupun mikroorganisme yang ada di dalam tanah sehingga menyebabkan hama semakin resisten tetapi menyebabkan kematian pada mikroba penyubur tanah. Untuk itu dibutuhkan suatu teknologi yang memiliki efisiensi tinggi pada lahan sempit. Salah satu cara menanggulangi permasalahan diatas ialah dengan menerapkan suatu sistem yang disebut akuaponik. Akuaponik adalah sistem pertanian berkelanjutan yang mengkombinasikan akuakultur dan hidroponik dalam lingkungan yang bersifat simbiotik. Sitem ini tidak hanya dapat diterapkan pada lahan yang luas tetapi juga dapat digunakan pada lahan yang sempit. Dengan menerapkan sistem akuaponik pada lahan yang sempit maka lahan dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien.



B. Rumusan Masalah Adapun yang menjadi rumusan masalah adalah: 1. Apa yang dimaksud dengan sistem akuaponik? 2. Apakah kelebihan dan kekurangan dari sistem akuaponik?



1



3. Bahan apa saja yang dibutuhkan untuk pembuatan sitem akuaponik? 4. Bagaimana mekanisme sistem akuaponik? 5. Bahan pangan apa saja yang dapat ditanam pada sistem akuaponik?



C. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah, maka didapatkan tujuan sebagai berikut: 1. Mengetahui sistem akuaponik 2. Kelebihan dan kekurangan penerapan sistem akuaponik 3. Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan sitem akuaponik 4. Mekanisme sistem akuaponik 5. Bahan pangan yang dapat ditanam pada sistem akuaponik



2



BAB II PEMBAHASAN



A. Pengertian Akuaponik Akuaponik merupakan suatu sistem kombinasi antara akuakultur dengan budidaya tanaman hidroponik. Ikan dan tanaman tumbuh pada satu sistem yang sama dan saling terintegrasi sehingga menciptakan suatu simbiotik keduanya (Zulkifli dalam Ratna dan Rifai, 2011). Prinsip dasar akuaponik adalah mengkombinasikan sistem akuakultur dan budidaya tanaman, dimana ikan dan tanaman budidaya tumbuh dalam satu sistem yang terintegrasi, dan saling bersimbiosis. Fokus dalam Akuakultur adalah memaksimalkan pertumbuhan ikan di dalam tangki atau kolam pemeliharaan yang disituasikan dalam kepadatan yang tinggi. Tingkat penebaran yang tinggi ini berarti bahwa air untuk budidaya menjadi mudah tercemar oleh kotoran ikan. Kotoran ikan ini berbentuk Amonia yang beracun bagi ikan. Sementara itu, Hidroponik bergantung pada aplikasi nutrisi buatan manusia. Nutrisi ini dapat dibuat dari bahan kimia, garam dan unsur-unsur mikro yang disusun dan dicampur dengan teliti untuk membentuk keseimbangan optimal untuk pertumbuhan tanaman. Akuaponik menggabungkan kedua sistem tersebut. Sederhananya, akuaponik menggunakan kotoran ikan yang berisi hampir semua nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Akuaponik juga menggunakan tanaman dan medianya untuk membersihkan dan memurnikan air. Jadi dalam akuaponik



terjadi



simbiosis antara tanaman dan ikan. Dengan teknologi akuaponik ini para petani dapat memanen hasilnya sekaligus dengan memanfaatkan ruang dan fasilitasfasilitas yang disajikan dalam teknologi ini, terutama dalam penggunaan air bersih,



3



yang mana dalam satu kali pengairan air ke objek tanaman dan ikan tersebut berlangsung secara bersama-sama, sehingga dapat menghemat waktu, tenaga dan biaya (Siregar dkk, 2013). Dalam akuakultur yang normal, ekskresi dari ikan yang dipelihara akan terakumulasi di air dan meningkatkan toksisitas air jika tidak dibuang. Namun pada sistem akuaponik, ekskresi ikan diberikan kepada tanaman agar dipecah menjadi nitrat dan nitrit melalui proses alami, dan dimanfaatkan oleh tanaman sebagai nutrisi. Selanjutnya air kemudian mengalami sirkulasi kembali dan masuk ke sistem akuakultur.



B. Kelebihan dan Kekurangan Akuaponik Manfaat yang diperoleh dari penerapan sistem akuaponik selain para petani dapat memanen secara sekaligus, limbah dari hasil metabolisme ikan dapat termanfaatkan. Menurut Dauhan, dkk (2014), amonia yang ada di perairan berasal dari sisa metabolisme ikan yang terlarut dalam air, feses ikan, serta dari makanan ikan yang tidak termakan dan mengendap di dasar kolam budidaya. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan konsentrasi amonia meningkat antara lain membusuknya makanan ikan yang tidak termakan, menurunnya kadar oksigen terlarut pada kolam yang apabila oksigen terlarut berkisar antara 1-5 ppm mengakibatkan pertumbuhan ikan menjadi lambat sedangkan oksigen terlarut yang kurang dari 1 ppm dapat bersifat toksik bagi sebagian besar spesies ikan. Sistem akuaponik memanfaatkan tumbuhan budidayanya untuk mereduksi amonia dengan menyerap air buangan budidaya atau air limbah dengan menggunakan akar tanaman sehingga amonia yang terserap mengalami proses oksidasi dengan bantuan oksigen dan bakteri, amonia diubah menjadi nitrat. Pada kegiatan budidaya dengan sistem tanpa pergantian air, bakteria memiliki peranan penting dalam menghilangkan partikel amonia melalui proses nitrifikasi. Ada dua



4



jenis bakteri yang berbeda yaitu nitrosomonas dan nitrobacter. Nitrosomonas mengubah amoniak menjadi nitrit. Nitrit ini kemudian diubah menjadi Nitrat oleh bakteri Nitrobacter. Tanaman kemudian menyerap nitrat ini untuk pertumbuhannya. Adapun kelebihan yang diperoleh dari akuaponik adalah dapat diterapkan pada lahan sempit, dengan hasil yang efisien. Limbah yang dapat menjadi racun dapat dijadikan pupuk bagi tanaman sehingga tidak tterbuang secara sia-sia. Selain itu sistem ini juga efektif dan efisien dalam penggunaan air. Sedangkan kelemahan yang terdapat pada sistem ini antara lain dengan lamanya proses penanaman dengan persiapan penanaman berupa penyemaian tanaman sebelum ditanam pada media akuaponik. Selain itu, ikan yang telah berukuran besar perlu dipindahkan ke dalam kolam yang lebih dalam agar feses ikan yang telah dewasa tidak merusak nutrisi tanaman.



C. Bahan yang Diperlukan untuk Sistem Akuaponik Tentu saja pemilihan jenis ikan dan tanaman harus disesuaikan satu sama lain. Ikan dan tanaman yang dipilih harus memiliki kebutuhan yang sama, baik suhu dan pH. Akan selalu ada beberapa kompromi dengan kebutuhan ikan dan tanaman tetapi, semakin dekat dengan kondisi baik suhu dan pH, maka mereka akan semain cocok, dan lebih berhasil dalam teknik akuakultur. Sistem aquaponik yang akan diterapkanpun disesuaikan



juga



dengan



keadaan.



Sebagai



gambaran



apabila



menggunakan air tawar, dapat dikombinasikan ikan dengan tanaman seperti selada, dan tanaman herbal yang dalam keadaan demikian akan dapat tumbuh dengan baik. Sedang sistem hidroponik yang dapat diterapkan dalam keadaan demikian adalah Rafting dan NFT. Dalam sistem sangat penuh dengan ikan dapat dikombinasikan dengan tanaman



5



buah seperti tomat dan paprika, dengan sistem aquaponik yang memerlukan tangki-tangki air untuk ikan. Tanaman yang sesuai untuk di tanam pada sitem akuaponik ialah sayuran daun hijau adalah selada, kemangi, tomat, okra, melon dan paprika. Selain itu, spesies lain antara lain buncis, kacang polong, kol, selada air, talas, lobak, stroberi, melon, bawang, lobak, lobak dan ubi jalar. Disamping itu rempahrempah juga dapat menjadi pilihan tanaman yang bisa ditanam secara akuaponik. Ikan adalah kunci dalam sistem akuaponik. Ikan menyediakan hampir semua nutrisi bagi tanaman. Ada berbagai jenis ikan yang dapat digunakan dalam sistem akuaponik. Jenis ikan ini tergantung pada iklim lokal dan jenis yang tersedia di pasaran. Sedangkan jenis ikan air tawar yang paling umum digunakan dalam sistem aquaponik skala rumah tangga maupun komersial adalah nila, lele, patin, dan belut. Sehingga teknologi akuaponik layak untuk dikembangkan di lahan pekarangan terutama di perkotaan yang memiliki lahan pekarangan sempit hingga sangat sempit. Teknologi akuaponik ini dapat menjadi langkah awal yang logis menuju kamandirian pangan keluarga dan bahkan bangsa Indonesia.



D. Sistem Akuaponik Tekhnik Pasang Surut Sebenarnya terdapat beberapa macam teknik dalam sistem akuaponik seperti deep Water Culture yang merupakan sistem yang sering dipergunakan untuk aquaponik dengan skala komersial. Cara kerja sistem ini adalah dengan memompa air dari tangki ikan melalui sistem filtrasi. Kemudian air dipompa ke saluran panjang di mana rakit terapung yang diisi dengan tanaman berada permukaan air. Atau dengan Aquaponik bermedia, yang merupakan teknik paling sederhana dari penanaman aquaponik dan yang paling cocok bagi para pemula. Sistem ini terdiri dari dua macam. Yang pertama dengan aliran air terus menerus



6



ke bedeng tanam (grow bed) dengan permukaan air konstan dan yang kedua, air dalam bedeng tanam (grow bed) dibuat menyerupai siklus pasang surut. Dari beberapa teknik atau metode tersebut, teknik yang akan diulas selebihnya adalah akuaponik sistem pasang surut. Akuaponik sistem pasang surut adalah sistem dimana air di media tanam akan mengalami pasang surut secara otomatis dengan bantuan alat yang bernama bell siphon yang bisa dibuat sendiri. Komponen utama dari sistem akuaponik pasang surut ini adalah: 1. Kolam ikan. Untuk kolam, kita bisa menggunakan berbagai macam kolam, bisa kolam beton, kolam fiber, kolam terpal, kolam dari box ibc, dll. Mungkin bagi yang sudah memiliki kolam, kita bisa memanfaatkan. 2. Pompa air. Dalam hal ini, pompa air yang dimaksud, adalah pompa air khusus kolam. Dalam memilih pompa air, kita harus menyesuaikan dengan volume dari kolam ikan, dalam arti pompa yang dipilih harus dapat menguras total air kolam ikan dalam satu jam. Jadi jika volume kolam 1000 liter, minimal pompa yang dipilih adalah pompa yang memiliki debit 1000 liter/jam. Tentu saja kita juga harus mempertimbangkan ketinggian dari media tanam yang akan kita aliri air, jadi perlu dilihat juga saat memilih pompa, berapa ketinggian yang dapat dijangkau oleh pompa tersebut, sehingga sistem dapat bekerja dengan baik. 3. Bak/wadah untuk menanam (grow bed) Ada banyak wadah yang bisa kita gunakan, tapi yang terpenting, wadah tersebut harus tahan air, tidak mudah pecah dan tidak bocor, karena wadah tersebut nantinya akan di isi media tanam dan selalu digenangi air dari kolam. Untuk ukuran, sebaiknya memilih wadah jangan terlalu kecil, karena nanti tidak bisa berfungsi maksimal, dan



7



hanya memuat sedikit tanaman, tapi juga jangan terlalu luas, karena jika terlalu luas maka air di dalam kolam bisa habis. Mungkin sebagai gambaran, jika luas kolam P x L = 1 m x 1 m dan tinggi 70 cm, kita bisa menyediakan wadah atau grow bed dengan luas yang sama 1 m x 1 m dan tinggi 30 cm. Nantinya, ketinggian air kolam hanya akan berkurang kira-kira setinggi 15-20 cm, hal tersebut, karena di dalam media tanam ada bagian yang selalu kering yaitu bagian permukaan, sekitar 5 cm, bagian yang mengalami pasang surut yaitu bagian tengah setinggi 15 cm dan bagian yang akan selalu tergenang air yaitu bagian bawah sekitar 5 cm. 4. Media tanam. Untuk beberapa model akuaponik seperti rakit apung, NFT tidak memerlukan media, akan tetapi untuk pasang surut lebih sering memerlukan media tanam, meskipun bisa tanpa media. Media tanam memiliki beberapa fungsi yaitu, sebagai pijakan akar tanaman sehingga bisa berdiri dengan kuat, sebagai media filter dan sebagai tempat menempel bakteri nitrifikasi, karena bakteri tersebut bersifat nonmotil yaitu menempel pada suatu permukaan benda. Untuk media tanam sendiri bisa bermacam-macam dan saya pernah mencoba beberapa seperti batu kerakal, kerikil, arang kayu, pecahan genting, pecahan batu bata dan bisa juga dilakukan kombinasi batu krakal arang kayu dan tanah dengan menerapkan sistem pasang surut dikombinasikan dengan sistem sumbu. 5. Bell Siphon Bell siphon adalah suatu alat yang yang bekerja secara otomatis sehingga air di wadah atau grow bed bisa mengalami pasang surut.



8



E. Mekanisme Sistem Akuaponik Prinsip yang digunakan pada sistem akuaponik ialah dengan memanfaatkan air dari pemeliharaan ikan ke tanaman secara terusmenerus dan begitu pula sebaliknya dari tanaman ke kolam ikan. Penyediaan air yang optimum untuk masing-masing komoditas dengan memanfaatkan sistem sirkulasi merupakan inti dari sistem akuaponik. Sistem teknologi akuaponik ini muncul sebagai jawaban atas adanya permasalahan semakin sulitnya mendapatkan sumber air yang sesuai untuk budidaya ikan, khususnya di lahan yang sempit, akuaponik yang merupakan salah satu teknologi hemat lahan dan air yang dapat dikombinasikan dengan berbagai tanaman sayuran. Seperti yang ditunjukkan oleh gambar dibawah ini :



Gambar 1. Desain Sistem Akuaponik Keterangan: 1. Kolam pemeliharaan ikan 2. Pompa air 3. Wadah pemeliharaan tanaman 4. Pipa saluran pemasukan dari kolam pemeliharaan 5. Penyangga wadah pemeliharaan tanaman 6. Pipa saluran pengeluaran dari pemeliharaan Tanaman Air yang berasal dari wadah pemeliharaan ikan dialirkan dengan menggunakan pompa air ke tempat menanam tanaman, kemudian air yang sudah difilter oleh tanaman tersebut dialirkan kembali kedalam



9



kolam ikan dialirkan secara terus menerus, sehingga amoniak yang berada di kolam akan tersaring sampai 80 % oleh tanaman tersebut. Jenis tanaman yang sudah dicoba dan berhasil cukup baik adalah kangkung, tomat, sawi dan fetchin atau pokchai. Karena media filter tidak menggunakan tanah maka agar tanaman dapat tumbuh baik perlu disemaikan dulu sampai bibit berumur 1-1,5 bulan baru siap dipindahkan pada sistem akuaponik.



Dalam sistem irigasi perlu pula diperhatikan efisiensi dengan tidak terjadi pemberian air. Kualitas air yang menjadi karakteristik kolam bisanya adalah efisiensi saluran pembawa air tergantung pada kecepatan aliran air pada pipa, luas penampang pipa, dan diameter lubang pengeluaran air pada pipa. Berdasarkan ketiga faktor tersebut penyebaran nutrisi dapat diusahakan seragam, dan pada budidaya akuaponik, kebutuhan nutrisi diupayakan tersedia dalam jumlah tepat dan mudah diserap oleh tanaman. Nutrisi tersebut diberikan dalam bentuk larutan yang berasal dari sisa pakan serta hasil metabolisme budidaya ikan.



10



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan 1. Akuaponik merupakan suatu sistem kombinasi antara akuakultur dengan budidaya tanaman hidroponik. Ikan dan tanaman tumbuh pada satu sistem yang sama dan saling terintegrasi sehingga menciptakan suatu simbiotik keduanya 2. Kelebihan yang diperoleh dari akuaponik adalah dapat diterapkan pada lahan sempit, dengan hasil yang efisien. Limbah yang dapat menjadi racun dapat dijadikan pupuk bagi tanaman sehingga tidak tterbuang secara sia-sia, sistem ini juga efektif dan efisien dalam penggunaan air. 3. Kelemahan yang terdapat pada sistem ini antara lain dengan lamanya proses penanaman dengan persiapan penanaman berupa penyemaian tanaman sebeum sebelum ditanam pada media akuaponik, ikan yang telah berukuran besar perlu dipindahkan ke dalam kolam yang lebih dalam agar feses ikan yang telah dewasa tidak merusak nutrisi tanaman. 4. Bahan yang diperlukan untuk membuat sistem akuaponik adalah tanaman atau sayuran, pipa, kolam pemeliharaan ikan, pompa air, wadah pemeliharaan tanaman , pipa saluran pemasukan dari kolam pemeliharaan, penyangga wadah pemeliharaan tanaman, pipa saluran pengeluaran dari pemeliharaan tanaman.



11



5. Bahan pangan yang dapat ditanam padasistem akuaponik adalah kangkung, tomat, sawi dan fetchin atau pokchai, selada, kemangi, tomat, okra, melon dan paprika. Selain itu, spesies lain antara lain buncis, kacang polong, kol, selada air, talas, lobak, stroberi, melon, bawang, lobak, lobak dan ubi jalar.



DAFTAR PUSTAKA Anonim.2012.http://greenhomesindonesia.com/article/detail/4/Tips% 20memilih%20tumbuhan%20yang%20tepat%20untuk%20akuap onik%20dan%20hydroponic. Diakses pada tanggal 21 Maret 2015 pukul 13.30 WIB. Anonim. 2013.http://www.backyardakuaponiks.com/guide-toakuaponiks/what-isakuaponiks/Diakses pada tanggal 21 Maret 2015 pukul 13.30 WIB. Dauhan, Riska Emilia Sartika, Eko Efendi, dan Suparmono. 2014. Efektifitas Sistem Akuaponik dalam Mereduksi Konsentrasi Amonia pada Sistem Budidaya Ikan. Jurnal Rekayasa Dan Teknologi Budidaya Perairan Volume 3 No 1. Ika P, Ratna dan M. Rifa’i. 2012. Pemanfaatan Photovoltaik pada Sistem Otomasi Akuaponik Berbasis Mikrokontroler Atmega 8535. Jurnal ELTEK Vol. 10 No. 2. Siregar, Haryanto Rohman, Sumono, Saipul Bahri Daulay, dan Edi Susanto. 2013. Efisiensi Saluran Pembawa Air dan Kualitas Penyaringan Air dengan Tanaman Mentimun dan Kangkung pada Budidaya Ikan Gurami Berbasis Teknologi Akuaponik. Jurnal Rekayasa Pangan dan Pertanian Vol 3 No 3. Anonim. 2013. http://wanawanablogger.blogspot.com/2013/12/membuat-akuaponik-yuk.html. Diakses pada tanggal 21 Maret 2015 pukul 13.30 WIB.



12



13