4 Askep Hepatitis Anisa-1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LP KONSEP DASAR DAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN KASUS HEPATITIS DOSEN PEMBIMBING: Haswita, S.Kp, M.Kes



Oleh: ANISAH DWI FITRIAH



(14.401.18.005)



PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA BANYUWANGI-GLENMOR-KRIKILAN 2020



KATA PENGANTAR Dengan mengucap puji syukur kehadirat ALLAH SWT karena hanya dengan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan ini dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN HEPATITIS” dapat saya selesaikan dengan baik. Penulis menyadari bahwa penyusunan ASKEP ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik demi perbaikan sangat penulis harapkan. Dan semoga ASKEP ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca serta perkembangan ilmu keperawatan umumnya.



Krikilan, 10 September 2020



Penulis



Daftar isi



KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2 Daftar isi................................................................................................................................................3 BAB I....................................................................................................................................................4 PENDAHULUAN.................................................................................................................................4 A.



LATAR BELAKANG..............................................................................................................4



B.



BATASAN MASALAH...........................................................................................................5



C.



RUMUSAN MASALAH..........................................................................................................5



D.



Tujuan......................................................................................................................................6 1.



Tujuan Umum......................................................................................................................6



2.



Tujuan Khusus.....................................................................................................................6



BAB II...................................................................................................................................................7 TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................................................7 A.



KONSEP PENYAKIT.............................................................................................................7 1.



Definisi..................................................................................................................................7



2.



Etiologi...................................................................................................................................7



3.



Manifestasi klinis..................................................................................................................8



4.



Patofisiologi..........................................................................................................................8



5.



Pathway...............................................................................................................................10



6.



Klasifikasi.............................................................................................................................11



7.



Komplikasi...........................................................................................................................12



8.



Konsep asuhan keperawatan..............................................................................................13



Daftar pustaka...................................................................................................................................32



BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap manusia pernah mengalami sakit. Penyakit yang diderita oleh setiap makhluk berbeda satu dan yang lainnya. Sakit merupakan suatu keadaan dimana tubuh tidak berada pada kondisi normal yang disebabkan oleh beberapa faktor dari dalam maupun luar tubuh. Berdasarkan karakteristiknya penyakit dapat digolongkan menjadi 2 yaitu penyakit menular dan penyakit tidak menular. Penyakit menular mendapatkan perhatian yang lebih dari pemerintah dibanding dengan penyakit tidak menular. Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau parasit yang dapat ditularkan melalui media tertentu. Penyakit menular sering juga disebut penyakit infeksi karena penyakit ini diderita melalui infeksi virus, bakteri, atau parasit yang ditularkan melalui berbagai macam media seperti udara, jarum suntik, transfusi darah, tempat makan atau minum, dan lain sebagainya (Vatimatunnimah, 2013). Penyakit menular merupakan hasil perpaduan berbagai faktor yang saling mempengaruhi. Penyakit tidak menular adalah penyakit yang tidak disebabkan oleh kuman melainkan dikarenakan adanya masalah fisiologis atau metabolisme pada jaringan tubuh manusia. Indonesia merupakan daerah yang memiliki iklim tropis dan penyakit yang terjadi di daerah tropis dan subtropis yang umumnya berupa infeksi sering disebut sebagai penyakit tropis (Purnama, 2012). Hepatitis didefinisikan sebagai suatu penyakit yang ditandai dengan terdapatnya peradangan pada organ tubuh yaitu hati. Hepatitis merupakan suatu proses terjadinya inflamasi atau nekrosis pada jaringan hati yang dapat disebabkan oleh infeksi, obat-obatan, toksin gangguan metabolik, maupun kelainan autoimun. Inveksi yang disebabkan virus merupakan penyebab tersering dan terbanyak dari hepatitis akut. Terdapat 6 jenis virus hepatotropik penyebab utama infeksi akut, yaitu virus hepatitis A, B, C, D, dan E. (Arif,2012). Diantara penyakit hepatitis yang disebabkan oleh virus, hepatitis B menduduki tempat pertama dalam hal jumlah dan penyebarannya. Hepatitis B menjadi masalah kesehatan dunia karena selain prevalensinya yang sangat tinggi, virus hepatitis B



juga dapat menimbulkan problem paska akut bahkan dapat terjadi sirosis hati dan karsinoma hepatoseluler primer (hepatoma). Oleh sebab itu, karena tingginya morbiditas dan mortalitas dari penyakit hepatitis B, penyakit ini sangat mengancam di dunia (Siregar, 2010). Hepatitis B merupakan masalah kesehatan global dan diperkirakan sekitar 2 miliar penduduk dunia pernah terpapar virus hepatitis B (VHB). Hepatitis B adalah penyakit infeksi hati yang berpotensi mengancam nyawa yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Menurut WHO, terdapat sekitar dua miliar orang di dunia telah terinfeksi virus Hepatitis B dan lebih dari 240 juta telah menderita infeksi hati kronis (jangka panjang). Sekitar 600.000 orang meninggal setiap tahun karena menderita Hepatitis B akut atau kronis. Prevalensi infeksi HBV berbeda-beda di seluruh dunia. Kategori daerah endemis terbagi menjadi rendah, sedang, dan tinggi. Angka prevalensi infeksi VHB di Asia Pasifik cukup tinggi yaitu melebihi 8% (Firdayani, 2013). Di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil riset kesehatan tahun 2018 diketahui bahwa prevalensi hepatitis di indonesia, yaitu rata-rata 0.4% dari hasil diagnosis dokter umum dan spesialis (Riskesdas, 2018). Di Provinsi Nusa Tenggara Timur berdasarkan hasil riset kesehatan tahun 2018 diketahui bahwa prevalensi hepatitis di NTT, yaitu rata-rata 0.3% dari hasil diagnosis dokter umum dan spesialis (Riskesdas, 2018). Asuhan keperawatan merupakan salah satu rangkaian kegiatan yang diberikan melalui praktik keperawatan kepada individu, untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan tersebut dengan mengunakan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan, implementasi keperawatan dan evaluasi tindakan keperawatan (Teli, 2018). B. BATASAN MASALAH Masalah pada pembahasan ini dibatasi pada konsep teori penyakit dan konsep asuhan keperawatan klien yang mengalami hepatitis. C. RUMUSAN MASALAH 1. Apa definisi hepatitis? 2. Bagaimana etiologi hepatitis? 3. Bagaimana manifestasi klinis hepatitis?



4. Bagaimana patofisiologi penyakit hepatitis? 5. Bagaimana pathway penyakit hepatitis? 6. Apa saja klasifikasi penyakit hepatitis? 7. Apa saja komplikasi yang terjadi pada hepatitis? 8. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit hepatitis? D. Tujuan 1. Tujuan Umum Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien hepatitis. 2. Tujuan Khusus Mahasiswa mampu: 1) Menjelaskan definisi hepatitis. 2) Menjelaskan etiologi hepatitis. 3) Menjelaskan manifestasi klinis hepatitis. 4) Menjelaskan patofisiologi hepatitis. 5) Menjelaskan pathway hepatitis. 6) Menjelaskan klasifikasi hepatitis. 7) Menjelaskan komplikasi hepatitis. 8) Menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien hepatitis.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP PENYAKIT 1. Definisi Hepatitis didefinisikan sebagai suatu penyakit yang ditandai dengan terdapatnya peradangan pada organ tubuh yaitu hati. Hepatitis



merupakan



suatu



proses



terjadinya inflamasi atau nekrosis pada jaringan hati yang dapat disebabkan oleh infeksi, obat-obatan, toksin gangguan metabolik, maupun kelainan autoimun. Inveksi yang disebabkan virus merupakan penyebab tersering dan terbanyak dari hepatitis akut. Terdapat 6 jenis virus hepatotropik penyebab utama infeksi akut, yaitu virus hepatitis A, B, C, D, dan E (Arif,2012). 2. Etiologi Faktor penyebab terjadinya Hepatitis berdasarkan jenisnya adalah sebagai berikut (Soerjono,2011): 1. Hepatitis A Hepatitis A disebabkan oleh virus hepatitis A yang merupakan virus RNA dari family enterovirus. Virus hepatitis A terutama menyebar melalui tinja. Penyebaran ini terjadi akibat buruknya tingkat kebersihan. Di negara-negara berkembang sering terjadi wabah yang penyebarannya terjadi melalui air dan makanan. 2. Hepatitis B Hepatitis B disebabkan virus hepatitis B yang merupakan virus DNA yang berkulit ganda. Virus hepatitis B ditularkan melalui darah atau produk darah. Penularannya tidak semudah virus hepatitis A. Penularan biasa terjadi diantara para pemakai obat yang menggunakan jarum suntik secara bersamaan, atau diantara mitra seksual (baik heteroseksual maupun pria homoseksual). Selain itu pula bisa terjadi pada ibu hami yang terinfeksi hepatitis B bisa menularkan virus kepada bayi selama proses persalinan. Hepatitis B bisa ditularkan oleh orang sehat yang membawa virus hepatitis B.



3. Hepatitis C Hepatitis C disebabkan oleh virus hepatitis C yang merupakan virus Rna kecil terbungkus lemak. Menyebabkan minimal 80% kasus hepatitis akibat tranfusi darah. Virus hepatitis C ini sering ditularkan melalui pemakai obat yang menggunakan jarum bersama-sama. Jarang terjadi melalui hubungan seksual. Untuk alasan yang belum jelas, penderita” penyakit hati alkoholik” seringkali menderita hepatitis C. 4. Hepatitis D Hepatitis D disebabkan oleh virus hepatitis D yang merupakan virus RNA detektif yang membutuhkan kehadiran hepatitis B. 5. Hepatitis E Virus hepatitis E kadang menyebabkan wabah yang menyerupai hepatitis A, yang hanya terjadi di negara-negara terbelakang.



3. Manifestasi klinis Tanda dan gejala yang muncul pada orang dengan hepatitis sebagai berikut (Nurarif, 2015): 1.



Malaise, anoreksia, mual dan muntah.



2.



Gejala flu, faringitis, batuk, coryza, sakit kepala dan mialgia



3.



Demam ditemukan pada infeksi HAV



4.



Ikterus didahului dengan kemunculan urin berwarna gelap.



5.



Pruritus (biasanya ringan dan sementara)



6.



Nyeri tekan pada hati



7.



Splenomegali ringan



8.



Limfadenopatik



4.



Patofisiologi Virus hepatitis yang menyerang hati menyebabkan peradangan dan infeltrat pada



hepatocytes oleh sel mononukleous. Proses ini menyebabkan degrenerative dan nekrosis sel perenchyn hati  (Nuari, 2015, hal. 163). Inflamasi pada hepar karena invasi pada virus akan meyebabkan peningkatan suhu badan dan peregangan kapsul hati yang memicu timbulnya persaan tidak nyaman pada perut kuadran atas hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri ulu hati (Muttaqin, 2013, hal.



207). Hepatitis terjadi yang asimptomatik sampai dengan timbulnya sakit dengan gejala ringan. Sel hati mengalami regenerasi secara komplit dalam 2-3 bulan lebih gawat bila dengan nekrosis hati dan bahkan kematian. Hepatitis dengan sub akut dan kronik dapat permanen dan terjadinya ganguan pada fungsi hati. individu yang dengan kronik akan sebagai karier penyakit dan resiko berkembang biak menjadi penyakit kronik hati atau kanker hati (Nurarif, 2015, hal. 163).



5. Pathway



Virus hepatitis A,B,C,D, dan E



Peradangan pada sel-sel hati



Hati membesar, mendesak



demam sub febris



peradangan meluas, nekrosis



Dan terjadi demam



dan regenerasi sel-sel hati Resiko perubahan suhu tubuh / hipertermi



Perut kuadran



mual



anoreksis



Kanan atas terasa Sakit, tidak nyaman



kegagalan hati untuk



perubahan sistem,



Melakukan detoksi-



sirkulasi sel hati



fikasi dan gangguan



peningkatan teka-



metabolisme zat gizi



nan dalam lintasan



resiko keseimbangan



perubahan nutrisi



pelepasan toksin



sirkulasi hati



Cairan kurang dari



kurang dari



oleh hati yang



odema saluran



kebutuhan tubuh



kebutuhan tubuh



rusak, SGOT-SGPT



empedu, hati



Meningkat



intrahepatik



Nyeri akut



Anoreksia, Mual muntah



kelemahan,



kolestasis kronis



rasa capek, malaise



peningkatan bilirubin Total dan direct



Defisit nutrisi



intoleransi aktivitas



kerusakan integritas kulit



Pruritus



ikterik



feses pucat



urin gelap



6. Klasifikasi a. Virus hepatitis A Virus hepatitis A terutama menyebar melalui tinja. Penyebaran ini terjadi akibat buruknya tingkat kebersihan. Di negara berkembang Hepatitis Asering terjadi wabah yang penyebarannya terjadi melalui air dan makanan. b. Virus hepatitis B Virus hepatitis B tidak mudah seperti hepatitis A. Virus hepatitis B bisa ditularkan melalui darah atau saat tranfusi darah. Penularan biasanya para pemakai obat yang mengunakan jarum suntik bersama-sama atau mintra seksual (baik heteroseksual maupun yang homoseksual). Ibu hamil yang terinfeksi oleh hepatitis B bisa menularkan virus (HBV) pada bayi selama proses persalinan. Didaerah timur jauh dan afrika, beberapa kasus hepatitis B berkembang menjadi hepatitis menahun, sirosis, dan kangker hati. c. Virus hepatitis C Penyebabnya minimal 80 % kasus hepatitis akibat tranfusi darah. Virus hepatitis  ini paling sering ditularkan melalui pemakai obat yang menggunakan jarum bersamasama. Jarang terjadi penularan melalui hubungan seksual. Penderita “penyakit alkoholik” sering kali menderita hepatitis C dan masih belum jelas peyebabnya. d. Virus hepatitis D Hanya terjadi sebagai rekan infeksi dari hepatitis B. Virus hepatitis D ini menyebabkan infeksi hepatitis B mejadi lebuh berat. Seseorang yang memiliki resiko tinggi terhadap virus adalah pecandu obat. e. Virus Hepatitis E Virus hepatitis E biasanya menimbulkan wabah yang menyerupai hepatitis A yang hanya terjadi di negara-negara berkembang. f. Virus hepatitis G virus hepatitis G jenis baru yang telah terdeteksi baru-baru ini. Virus-virus lain yang dapat menyebabkan hepatitis antara lain virus mumps, virus rubella, virus sitomegalovirus, virus epstein barr dan virus herpes (Mubarak, 2015, hal. 20-21).



7. Komplikasi Komplikasi dapat meliputi (Kowalak, 2016): a. Hepatitis persisten kronis yang memperpanjang masa pemulihan samapai 8 bulan b. Hepatitis aktif yang kronis c. Sirosis hepatis d. Gagal hati dan kematian e. Karsinoma hepatoseluler primer



8. Konsep asuhan keperawatan a.



Pengkajian



1.) Identitas 



Jenis kelamin Jenis kelamin biasanya banyak terjadi pada laki-laki maupun perempuan



(Muttaqin, 2013, hal. 738) 



Usia penyakit hepatitis B ini menyerang semua umur (Kunoli, 2012, hal. 130)







Pekerjaan Kelompok yang resiko tinggi tertular hepatitis B yaitu staf atau profesi yang



sering kontak dengan darah dan cairan tubuh yang infeksius (Soedarto, 2016, hal. 149). 2.) Status kesehatan saat ini 



Alasan MRS Biasanya penderita mengeluh sakit kepala, lemah, anoreksia, mual, muntah,



demam, nyeri sendi otot, nyeri pada perut kanan atas serta urin menjadi lebih gelap (Wijaya, 2017, hal. 208). 



Keluhan utama Pada pasien hepatitis B Keluhan tiba-tiba tidak nafsu makan (Haryono, 2012,



hal. 99). 



Keluhan saat pengkajian Biasanya klien dengan hepatitis B mengalami : lelah, anoreksia, demam transien,



ketidak nyaman abdominal, mual,muntah, sakit kepala (Diyono, 2013, hal. 80) 3.) Riwayat kesehatan terdahulu 



Riwayat penyakit sebelumnya Kebiasaan minum alkohol, apakah pernah operasi batu empedu, prilaku seksual



dan pengunaan napza, sebelumnya pernah transfusi darah  (Wijaya, 2017, hal. 212)







Riwayat penyakit keluarga Biasanya hepatitis B ditular melalui keluarga tinggal satu rumah atau ada



keluarga yang menderita hepatitis B dan penyakit infeksi lain (Wijaya, 2017, hal. 212)







Alergi obat



Klien dengan hepatitis B terjadi alergi tergantung individu pada masing-masing apakah mereka memiliki alergi (Soedarto, 2016, hal. 150)







Kebiasaan Biasanya klien hepatitis B mengunakan obat-obatan narkoba yang mengunakan



suntikan bergantian atau mengunakan peralatan ‘tato’ (Haryono, 2012, hal. 94).







Obat-obat yang dingunakan Pengobatan HBV tergantung pada tingkat replikasi virus tapi umumnya 100 mg



oral sehari (Black, 2014, hal. 729). 



Genogram Biasanya hepatitis ditularkan melalui keluarga khususnya ibu yang pernah



menderita hepatitis (Muttaqin, 2013, hal. 741).







Riwayat lingkungan Biasanya terjadi di lingkungan rumah sakit (nosokomial), unit panti asuhan,



panti manula (Soedarto, 2016, hal. 149). 4.) Pemeriksaan fisik 



Kesadaran Adanya perubahan kesadaran secara progresif sebagai respon dari hepatik



ensefalopi, seperti sesadaran somnolen sampai koma (Muttaqin, 2013, hal. 741) 



Keadaan umum Pada



umumnya



klien



dengan



hepatitis



B



mengalami



nafsu



makan



menurun,lemah,pusing, sering nyeri perut bagian kanan atas, kulit dan mata berwarna kuning (Irianto, 2018, hal. 384).







Tanda-tanda vital TTV biasa normal atau bisa didapatkan perubahan pada fase akut seperti



takikardi dan peningkatan suhu tubuh (Muttaqin, 2013, hal. 741). 



Body sistem



1. Sistem persyarafan a. Saraf I (Nervus Olfaktorius) Pasien dapat membedakan aroma kopi dan vanila atau aroma lainya yang tidak menyengat. b. Saraf II (Nervus Optikus) Klien dapat membaca dan mengenali benda-benda disekitar, tetapi terkadang sklera ikterik. c. Saraf III (Nervus Occulomotorius) Hasil reflek cahaya pada pupil dilatasi. d. Saraf IV (Nervus Trochlearis) Klien dapat mengerakan mata ke atas dan bawah. e. Saraf V (Nervus Trigeminus) Saat dilakukan sentuhan ringan pada kornea dengan usapan kapas reflek kornea positif. f. Saraf VI (Nervus Abdusen) Klien dapat melihat ke samping kanan dan kiri. g. Saraf VII (Nervus Fasialis) Klien dapat tersenyum, mengencangkan wajah, mengembungkan pipi, menaikan dan penurunan alis mata, dan kesimetrisan. h. Saraf VIII (Nervus Vestibulocochlearis) Klien dapat mengulangi kembali kata-kata yang diberikan. i. Saraf IX (Nervus Glosofaringeal) Masih dapat merasakan rangsang dari bagian lidah untuk diproses diotak sebagai sensasi rasa.



j. Saraf X (Nervus Vagus) Masih bisa menggerakan palatum dan faringeal. k. Saraf XI (Nerves Asesorius) Klien mengangkat bahu dan memalingkan kepala kearah yang ditahan oleh pemeriksa, klien dapat melawan tahanan yang ringan. l. Saraf XII (Nervus Hipoglosus) Masih dapat mengendalikan pergerakan lidah (Haswita, 2018, hal. 284) m. Pemeriksaan Reflek Klien peka terhadap suatu rangsangan (Wijaya, 2017, hal. 213). 2.



Sistem penglihatan Inspeksi: Ikterik pada kelera mata (Nogroho, 2011, hal. 199).



3. Sistem Pendengaran 



Inspeksi Tidak terdapak ganguan pada penderita Hepatitis B







Palpasi Tidak adanya nyeri tekan dan keluhan lain (Kunoli, 2012, hal. 134).



4. Sistem Pernapasan 



Inspeksi Terdapat gejala flu dan faringitis, bentuk dada simetris, pergerakan dinding dada



sama (Nurarif, 2015, hal. 67). 



Palpasi Vocal fremitus sama antara dekstra dan sinistra.







Perkusi Terdapat suara sonor seluruh lapang dada.







Auskultasi vesikuler (Wijaya, 2017, hal. 213)



5. Sistem Kardiovaskuler 



Inspeksi



Bentuk dada simetris. 



Palpasi Ictus cordis teraba pada ics 4 dan 5







perkusi Kanan atas IC II Linea Para Sternalis Dextra, kanan bawah  IC IV Linea Para



Sternalis Dexstra, kiri atas IC II Linea Para Sternalis Sinistra, kiri bawah IC IV Linea Medio Clavicularis Sinistra.







Auskultasi Bunyi jantung S1 S2 tunggal (Muttaqin, 2013, hal. 741)



6. Sistem Pencernaan-Eliminasi Alvi Keluhan pasien biasanya pasien mengeluh diare atau kontipasi (Wijaya, 2017, hal. 213).Abdomen :







Inspeksi Mual, muntah, anoreksia, asites.







Palpasi Nyeri tekan pada kuadran kanan atas,  hepatosplenomegali   beriringan dengan



gejala ikterus.







Perkusi Nyeri ketuk pada kuadran kanan atas.







Auskultasi Biasanya bising usus normal  (Muttaqin, 2013, hal. 741).



7. Sistem Perkemihan-Eliminasi Urin 



Inspeksi Urine berwarna gelep atau kuning pekat seperti teh karena perubahan fungsi hati.







Palpasi



Tidak ada kelainan pada bladder kecuali adanya komplikasi yang menyertai (Prabantini, 2014, hal. 316)



8. Sistem Muskuloskeletal Terjadi nyeri otot dan cepat lelah (Muttaqin, 2013, hal. 741), tonus otot menurun (Wijaya, 2017, hal. 213).



9. Sistem Integumen 



Inspeksi akibat dari kenaikan kadar bilirubin dalam darah kuku dan kulit nampak



kekuningan







Palpasi Biasanya kulit penderita Hepatitis B kering  (Irianto, 2018, hal. 384)



10. Sistem Endokrin Pada pasien hepatitis pada masa kecil tidak mendapatkan vaksin hepatitis (Kunoli, 2012, hal. 132).



11. Sistem Reproduksi Tidak ada kelainan pada genetalia (Haryono, 2012, hal. 99).



5.) Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mengetahui penyakit hepatitis antara lain (Kowalak, 2016): a. Enzim-enzim serum AST (SGOT), ALT (SGPT), LDH b. Meningkat pada kerusakan sel hati dan pada kedaan lain terutama infark miokardium c. Bilirubin direk d. Meningkat pada gangguan eksresi bilirubin terkonyugasi e. Bilirubin indirek



f. Meningkat pada gangguan hemolitik dan sindrom gilbert g. Bilirubin serum total h. Meningkat pada penyakit hepatoseluler i. Protein serum total j. Kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati k. Masa protombin l. Meningkat pada penurunan sintetis prothrombin akibat kerusakan sel hati m. Kolesterol serum n. Menurun pada kerusakan sel hati, meningkat pada obstruksi duktusi ductus biliaris. 6.) Penatalaksanaan a. Pengobatan oral 



Lamivudine ; dari kelompok nukleosida analog, dikenal dengan nama 3TC. Obat ini digunakan bagi dewasa maupun anak-anak, dosis 100 mg 1x/hari pada dewasa dan 3mg/kgBB pada anak, pemakaian obat ini cenderung meningkatkan enzim hati (ALT) untuk itu penderita akan mendapat monitor bersinambungan dari dokter.







Adefovir dipivoxil (hepsera); pemberian secara oral akan lebih efektif dengan dosis 10mg 1x/hari, tetapi pemberian dengan dosis yang tinggi akan berpengaruh buruk terhadap fungsi ginjal.







Baraclude (entecavir); obat ini diberikan pada penderita hepatitis B kronik, dengan dosis 15 mg/hari di bagi 4x/hari pada dewasa, dan 0,5-0,7 mg/kgBB per hari di bagi 4x/hari pada anak-anak, efek samping dari dari pemakaan obat ini adalah sakit kepala, pusing, letih, mual dan menjadi peningkatan enzim hati.



b. Pengobatan dengan mengunakan injeksi Microsphere; mengandung partikel radioaktif pemancar sinar β yang akan menghacurkan sel kanker hati tampa merusak jaringan sehat di sekitarnya. Injeksi alfa interferon (INTRON A, INFERGEN, ROFERON) dosis 2,5-5 juta unit/ml, diberikan secara subcutan dengan skala pemberian 3 kali dalam seminggu selama 12-16 minggu atau lebih. Efek samping pemberian obat ini adalah depresi, terutama pada penderita yang memiliki riwayat depresi  sebelumnya. Efek lainnya adalah terasa sakit pada otot-otot, cepat letih dan sedikit menimbulkan demam yang hal ini dapat menghilangkan dengan pemberian antipiretik (Nurarif, 2015, hal. 68)



 



c. Penatalaksanaan keperawatan 



Waktu pemulihan mungkin akan memanjang dan pasien dapat kembali pulih dalam 3 sampai 4 bulan ; anjurkan aktivitas bertahap setelah ikterik benar-benar hilang







Identifikasikan isu dan kekhawatiran psikologis, terutama efek perpisahan darikeluarga dan teman jika pasien mengalami perawtan di RS, jika tidak dirawat, pasien tidak akan mampu berja dan harus menghidari kontak seksual.







Libatkan keluarga dalam membuat perencanaan untuk membatu menguragi ketakutan dan kecemasan mereka mengenai penyebaran penyakit.







Edukasi pasien dan keluarga mengenai perawatan dirumah dan pemulihan.







Intrusikan pasien dan keluarga untuk meluangkan cukup waktu untuk beristirahat dan mendapatkan intruksi yang adekuat.







Informasikan keluarga dan teman dekat mengenai resiko hepatitis B.







Atur agar keluarga dan teman intim untuk mendapatkan vaksin hepatitis B atau imonoglobulin hepatitis B sesui program.







Ingatkan pada pasien untuk menghindari minum alkohol dan makan kerang mentah







Informasikan kepada keluarga kunjungan rumah lanjut oleh perawat home care di indikasikan untuk mengkaji kemajuan dan pemahaman, memperjelas penyuluhan yang diberikan, dan mejawab pertanyaan.







Dorong pasien untuk mengunakan strategi guna mencegah pertukaran cairan tubuh, seperti menghindari hubugan seksual atau mengunakan kondom.







Tekankan pentingnya memenuhi jadwal kunjungan tindak lanjut dan berpartisipasi dalam beraktivitas promosi kesehatan lain serta melakukan skrining kesehatan yang direkomendasikan (Suddarth, 2018, hal. 299).



b. Diagnosa keperawatan 1. Defisit nutrisi -



Definisi: asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme



-



Penyebab  Ketidakmampuan menelan makanan



 Ketidakmampuan mencerna makanan  Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien  Peningkatan kebutuhan metabolisme  Faktor ekonomi (mis. Finansial tidak mencukupi)  Faktor psikologis (mis. Stres, keengganan untuk makan) -



Gejala dan faktor mayor Subjektif: Tidak tersedia Objektif: Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal



-



Gejala dan tanda minor Subjektif  Cepat kenyang setelah makan  Kram/nyeri abdomen  Nafsu makan menurun Objektif  Bising usus hiperaktif  Otot pengunyah lemah  Otot menelan lemah  Membran mukosa pucat  Sariawan  Serum albumin turun  Rambut rontok berlebihan  Diare



-



Kondisi klinis terkait  Stroke  Parkinson  Mobius syndrome  Cerebral palsy  Cleft lip  Celft palate  Amvotropic lateral sclerosis  Luka bakar  Kanker (PPNI, 2017, hal. 56).



2. -



Hipertermi Definisi: Suhu tubuh meningkat diatas rentang normal tubuh.



-



Penyebab :  Dehidrasi  Terpapar lingkungan panas  Proses penyakit (mis.infeksi, kanker)  Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan  Peningkatan laju metabolisme  Respon trauma  Aktivitas berlebihan  Penggunaan incubator



-



Gejala dan tanda mayor Subjektif: (tidak ada) Objektif: Suhu tubuh diatas nilai normal



-



Gejala dan tanda minor Subjektif: (tidak tersedia) Objektif : Kulit merah, Kejang, Takikardi, Takipnea, Kulit terasa hangat



-



Kondisi klinis terkait  Proses infeksi  Hipertiroid  Stroke  Dehidrasi  Trauma  Prematuritas (PPNI SDKI, 2016).



3.



Intoleransi aktivitas behubungan dengan kelemahan/keletihan



-



Definisi; ketidak cukupan energy untuk melakukan aktivitas sehari-hari.



-



Penyebab:  Ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.  Tirah baring.  Gaya hidup monoton



-



Gejala dan tanda mayor Subjektif : mengeluh lelah Objektif : frekuensi jantung  meningkat >20% dari kondisi istirahat.



-



Gejala dan tanda minor Subjektif: dispnea saat atau setelah beraktivitas, merasa tidak nyaman setelah beraktivitas, merasa lemah. Objektif: tekanan dara berubah, gambaran EKG menunjukan aritmia saat atau setelah beraktivitas.



-



Kondisi klinis terkait  Anemia  Gagal jantung kronik  Penyakit jantung koroner  Penyakit penyakit jantung  Aritmia  Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)  Ganguan metabolik  Ganguan muskuloskeletal (PPNI, 2017, hal. 128)



4. -



Asietas Definisi : kondisi emosi dan pengalaman subjektif individu terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.



-



Penyebab:  Krisis situasional  Kebutuhan tidak terpenuhi  Krisis maturasional  Ancaman terhadap konsep diri  Ancaman terhadap kematian  Kekhawatiran mengalami kegagalan  Disfungsi sistem keluarga  Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan  Faktor keturunan



-



Gejala dan tanda mayor Subjektif : merasa bingung, merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi, sulit berkonsetrasi Obkeltif : tampak gelisah, tampak tegang, sulit tidur



-



Gejala dan tanda minor Subjektif : mengeluh pusing, anoreksia, palpitasi, merasa tidak berdaya



Objektif : frekuensi meningkat, frekuensi nadi meningkat, tekanan darah meningkat, diaforesis, tremor, muka tampak pucat, suara bergetar,kontak mata buruk, sering berkemih, berorentasi pada masa lalu. -



Kondisi klinis terkait  Peyakit kronis progresif  Penyakit akut  Hospitalisasi  Rencana operasi  Kondisi diagnosis penyakit belum jelas  Penyakit neurogis  Tahap tumbuh kembang (PPNI, 2017, hal. 180).



5. -



Ganguan integritas kulit/jaringan Definisi : kerusakan kulit (dermis dan/atau epidermis) atau jaringan (membran mukosa, kornea, fasia, otot, tandon, tulang, kartilogi, kapsul sandi dan/atau ligemen).



-



Peyebab:  Perubahan sirkulasi  Perubahan status nutrisi  Kekurangan/kelebihan volume cairan  Penurunan mobilitas  Bahan kimia iritatif  Suhu lingkungan yang yang ekstrem  Efek samping terapi radiasi  Kelembaban  Kurang terpapar informasi tentang upayah mempertahankan atau melindungi integeritas jaringan



-



Gejala dan tanda mayor Objektif : kerusakan jaringan dan/atau lapisan kulit



-



Gejala dan tanda mayor Objektif : nyeri, peradangan, kemerahan, hematoma



-



Kondisi klinis terkait  Imobilisasi  Gagal jantung kongestif  Gagal ginjal  Diabetes melitus



 Imunodeflisiensi (PPNI, 2017, hal. 282) c. Intervensi keperawatan 1.



Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh d Anoreksia, mual, muntah



a. Tujuan : Memperlihatkan status nutrisi yang dibuktiksn oleh indikator gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak ada penyimpangan dari rentang normal: asupan gizi, asupan makanan, asupan cairan, energi. b. Kriteria hasil: 



Memperlihatkan berat badan rumus menghitung berat ideal wanita : Berat badan wanita (kg) = (tinggi badan(cm)-100) – (15 % x tinggi bandan – 100),







Rumus berat badan ideal pada pria: Berat badan pada pria = (tinggi badan(cm)-100) – (10% x tinggi badan – 100)







Menjelaskan komponen diet bergizi adekuat







Mungkapkan tekad untuk mematuhi diet misal kalori 17 kalori x 0,5 berat badan, protein 100-150 gram per hari (pria), 80-100 gram per hari (wanita), pilih karbohidrat dengan serat tinggi seperti gandum dan beras merah, lemak bisa mengkonsumsi alpukat dan biji-bijian, vitamin bisa mengkonsumsi yang mengandung vitamin a, vitamin B, Vitamin C, Vitamin E, zat besi







Menoleransi diet yang dianjurkan







Mempertahankan massa tubuh dan berat badan dalam batas normal dengan gambaran berat badan seseorang. BMI  =     BB                 



(TB x TB)             







Memiliki nilai laboratorium (mis albumin 3,5-5,0 g/dL, dan natrium 135-155 mmol/L, kalium 3.5- 5.0 mmol/L) dalam batas normal







Melaporkan tingkat energi yang adekuat



c. Intervensi (NIC) Aktivitas keperawatan  Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan  Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi  Pantau nilai laboratorium, khususnya transferin, albumin, dan elektrolit  Managemen nutrisi (NIC)



a. Ketahui makanan kesukaan pasien b. Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan c. Timbang pasien pada interval yang tepat  Penyuluhan untuk pasien/keluarga a. Ajarkan metode untuk perencanaan makan b. Ajarkan pasien/keluarga tentang makanan yang bergizi dan tidak mahal c. Manajemen nutrisi (NIC) : berikan informasi yang tepat tentang kebutuhaan nutrisi dan bagaimana memenuhinya. Aktivitas lain 1.



Buat perencanaan makan dengan pasien yang masuk dalam jadwal makan (seperti pada pagi hari nasi tim, telur dadar, asem-asem buncis dan teh manis, siang hari nasi tim semur ayam tahu kuning, jagung muda dan pepaya sedangkan untuk malam hari nasi tim, perkedel daging temep, sub sayur dan pisang) dengan diet natrium rendah (1,5g/hari), dan tinggi protein 1,25-1,5 g/kg.



2.



Dukung anggota keluarga untuk membawa makanan kesukaan pasien dari rumah.



3.



Bantu pasien menulis tujuan minggunya yang realistis untuk latihan fisik dan asupan makanan



4.



Anjurkan pasien untuk menampilkan tujuan makan dan latihan fisik di lokasi yang terlihat jelas dan kaji ulang setiap hari.



5.



Tawarkan makanan porsi besar di siang hari ketika nafsu makan tinggi.



6.



Ciptakan lingkungan yang menyenangkan untuk makan (mis, pindahkan barangbarang dan cairan yang tidak sedap dipandang)



7.



Hindari prosedur invasif sebelum makan



8.



Suapi pasien, jika perlu



Manajemen nutrisi (NIC) : Aktivitas kolaboratif 1.



Diskusikan dengan ahli gizi dalam menetukan kebutuhan protein pasien yang mengalami ketidakadekuatan asupan protein atau kehilangan protein (mis, pasien anoreksia nervosa, penyakit glomerular atau dialisis peritoneal)



2.



Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasikan nafsu makan, makanan pelengkap, pemberian makanan melalui slang, atau nutrisi parenteral total agar asupan kalori yang adekuat dapat dipertahankan.



3.



Rujuk ke dokter untuk menentukan penyebab gangguan nutrisi.



4.



Rujuk ke program gizi di komunitas yang tepat, jika pasien tidak dapat membeli atau menyiapkan makanan yang adekuat.



5.



Manajemen nutrisi (NIC) : tentukan dengan melakukan kolaborasi bersama ahli gizi, jika diperlukan, jumlah kalori dan jenis zat gizi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi



-



Rumus kebutuhan nutrisi



a. Kebutuhan Kalori 1) Ringan: 30 kal x KgBB x lama/24jam 2) Sedang: 35 kal x KgBB x lama/24jam 3) Berat: 40 kal x KgBB x lama/24jam 4) Sangat Berat: 50 kal x KgBB x lama/24jam. (Wilkinson, 2016, hal. 282). 2.



Hipertermi Tujuan: Pasien akan menunjukkan Termoregulasi, yang dibuktikan oleh indikator gangguan sebagai berikut: Peningkatan suhu kulit, Hipertermia, Dehidrasi,Mengantuk, Berkeringat saat panas, Denyut nadi radialis, Frekuensi pernapasan. Kriteria Hasil  Menunjukkan metode yang tepat untuk mengukur suhu  Menjelaskan tindakan untuk mencegah atau meminimalkan peingkatan suhu tubuh  Melaporkan tanda dan gejala dini hipertermia Intervensi (NIC)



Aktivitas keperawatan 



Pantau aktivitas kejang







Pantau hidrasi (mis.turgor kulit, kelembapan membran mukosa)







Pantau tekanan darah, denyut nadi, dan frekuensi pernapasan







Kaji ketepatan jenis pakaian yang digunakan, sesuai dengan suhu lingkungan



Untuk pasien bedah : 



Dapatkan riwayat hipertermia maligna, kematian akibat anestesi, atau demam pasca bedah pada individu dan keluarga







Pantau tanda hipertermia maligna (mis, demam. Takipnea, aritmia, perubahan tekanan darah bercak pada kulit, kekakuan, dan berkeringat banyak)







Regulasi suhu (NIC) :



1.



Pantau suhu minimal setiap dua jam, sesuai dengan kebutuhan



2.



Pasang alat pantau suhu inti tubuh kontinu, jika perlu



3.



Pantau warna kulit dan suhu.



Penyuluhan untuk Pasien/Keluarga 1.



Ajarkan pasien/keluarga dalam mengukur suhu untuk mencegah dan mengenali secara dini hipertermia (mis, stroke bahang dan keletihan akibat panas)



2.



Regulasi suhu (NIC) : ajarkan indikasi keletihan akibat panas dan tindakan kedaruratan yang diperlukan, jika perlu.



Aktivitas Lain 1.



Lepaskan pakaian yang berlebihan dan tutupi pasien dengan selimut saja



2.



Gunakan waslap dingin (atau kantong es yang dibalit dengan kain) di aksila, kening, tengkuk, dan lipat paha.



3.



Anjurkan asupan cairan oral, sedikitnya 2 liter sehari, dengan tambahan cairan selama aktivitas yang berlebihan atau aktivitas sedang dalam cuaca panas.



4.



Gunakan kipas yang berputar diruangan pasien



5.



Gunakan selimut pendingin



6.



Untuk hipertermia maligna :



Lakukan perawatan kedaruratan sesuai dengan protokol Sediakan peralatan kedaruratan di area operasi sesuai dengan protokol. Aktivitas Kolaboratif 1.



Regulasi suhu (NIC)



Berikan obat antipiretik 4 gram/hari, jika perlu Gunakan matras dingin dan mandi air hangat untuk mengatasi gangguan suhu tubuh, jika perlu (Wilkinson, 2016, hal. 48) 3.



Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan.







Tujuan :



Menoleransi aktivitas yang dilakukan, yang dibuktikan oleh toleransi aktivitas, ketahanan, penghematan energi, tingkat kelelahan, istirahat dan perawatan diri. 



Kriteria hasil: 1) Dapat beraktivitas secara mandiri. 2) Tidak terjadi penurunan kekuatan otot. 3) Intervensi 4) Kaji frekuansi jantung, irama dan perubahan tekanan darah selama dan sesudah beraktivitas. 5) Tingkatkan istirahat, batasi aktifitas, dan berikan aktifitas senggang dan tidak berat. 6) Kaji tingkat kemampuan pasien untuk berpindah dari tempat tidur, berdiri, ambulasi dan melakukan aktivitas sehari-hari 7) Observasi asupan nutrisi untuk memastikan sumber-sumber energy yang adekuat. 8) Kolaborasi dengan ahli terapi okukasi, untuk latihan ketahan dan untuk memantau program aktivitas (Wilkinson J. M., 2016, hal. 16)



4.



Asietas







Tujuan



Asietas berkurang, dibuktikan oleh bukti tingkat asietas hanya ringan sampai sedang menunjukan pengendalian diri terhadap asietas 



Kriteria hasil



1.



Meneruskan aktivitas yang diteruskan meskipun mengalami kecemasan



2.



Menunjukan kemampuan untuk berfokus pada penngetahuan dan keterampilan yan baru



3.



Mengomunikasikan kebeutuhan dan perasaan negatif secara tepat



4.



Memiliki tanda-tanda vital dalam batas normal







Penyuluhan pasien dan keluarga



1.



Buat rencana penyuluhan dengan tujuan yang realistis, termasuk kebutuhan untuk pengulangan, dukungan dan pujian terhadap tugas-tugas yang telah dipelajari



2.



Anjarkan keluarga serangan bagaimana membedakan serangan panik dan gejala penyakit fisik







Aktivitas kolaborasi



Berikan obat untuk mengurangi asietas dalam bentu tablet 0,25-0,5 3 kali sehari, jika perlu.







Aktivitas lain



1.



Pada pasien asietas berat, dampingin pasien, bicara tenang, dan berikan ketenangan dberikan rasa nyaman



2.



Berikan penguatan positif ketika pasien mampu meneruskan aktifitas sehari-hari



3.



Yakinkan kembali pasien melaui sikap empati secara verbal maupun nonverbal secara bergantian



4.



Dorong



pasien



untuk



mengespresikan



kemarahan



serta



izinkan



pasien



menangis(Wilkinson, 2016, hal. 32). 5.



Kerusakan integritas kulit







Tujuan



Menunjukkan integritas jaringan: kulit dan membran mukosa, yang di buktikan oleh indikator berikut: 1.



Keutuhan kulit



2.



Tekstur dan ketebalan jaringan



3.



Perfusi jaringan







Kriteria hasil



1.



Keparahan respon imun hipersensitif setempat terhdap antigen lingkungan (oksigen) tertentu



2.



Keutuhan struktur dan fungsi normal kulit dan membran mukosa



3.



Tingkat regenerasi sel dan jaringan setelah penutupan yang di sengaja







Aktivitas keperawatan



Inspeksi adanya kemerahan, pembengkakan, atau tanda tanda dehisensi 



Penyuluhan untuk pasien atau keluarga



Ajarkan tanda dan gejala infeksi, cara mempertahankan luka insisi tetap kering saat mandi, dan mengurangi penekanan pada insisi tersebut. 



Aktivitas kolaboratif 1.



Konsultasikan pada ahli gizi tentang makanan tinggi protein, mineral,kalori dan vitamin.



2.



Konsultasikan pada dokter tentang implementasi pemberian makanan dan nutrisi enteral atau parenteral



Aktivitas lain



1.



Bandingan berat badan saat ini dan berat badan ideal



2.



Kaji yang menghambat asupan diet(Wilkinson, 2016, p. 397)



Daftar pustaka Hasil Riskesdas 2018 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jurnal VatimatunnimahWardhani. 2013. Faktor Yang Berhubungan Dengan Penyakit menular dan penyakit tidak menular. Pdf Kowalak, 2016. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran: EGC. Nurarif, Amin H., Kusuma H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Price S.A., Wilson L.M. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 1. Buku II. Jakarta: EGC. Smeltzer, Suzanne C. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Burnner and Suddarth. Ed. 8. Vol.3. Jakarta: EGC. Teli Margaretha. 2018. Pedoman Asuhan Keperawatan Komunitas. Kupang: Lima Bintang.