4.incompatible - Crossmatching 1 Donor [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KASUS INCOMPATIBLE PADA PEMERIKSAAN CROSSMATCH SATU DONOR (METODE KONVENSIONAL) I. TUJUAN a. Tujuan Umum 1. Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan uji silang serasi (crossmatching) pada satu donor. 2. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan uji silang serasi (crossmatching) pada satu donor. b. Tujuan Khusus 1. Mahasiswa mampu menentukan kecocokan antara darah resipien dengan darah donor. 2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi kasus incompatible pada pemeriksaan silang serasi (crossmatching) .



II. METODE Metode yang digunakan adalah metode aglutinasi (konvensional). III.



PRINSIP Antibodi yang terdapat dalam serum/plasma, bila direaksikan dengan antigen pada sel darah merah, melalui inkubasi pada suhu 37 oC dan dalam waktu tertentu dan dengan penambahan anti monoglobulin akan terjadi reaksi aglutinasi.



IV.



DASAR TEORI 1. Darah Darah adalah unit fungsional seluler pada manusia yang berperan untuk membantu proses fisiologi. Darah terdiri dari dua komponen yaitu plasma darah dan sel-sel darah. Plasma darah yang ada pada darah sekitar 55% dari jumlah darah dalam tubuh manusia, sedangkan sel-sel darah ada pada darah sekitar 45%.Sel-sel darah dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu eritrosit, leukosit, dan trombosit yang berperan dalam pembekuan darah.



A. Struktur dan komposisi darah 1. Plasma Darah Plasma darah adalah cairan darah yang berwarna kekuningan. Lebih kurang dari 92% dari plasma adalah air, sehingga sisanya berupa garam dan molekul organik.



Bahan



terlarut



yang



ada



protein plasma, garam-garam dalam, SO-24,



dalam gas-gas,



plasma bahan



darah makanan,



adalah garam



mineral, produk limbah, bahan pengatur. Bagian plasma darah yang berperan dalam pertahanan tubuh adalah serum. Serum mengandung beragam antibody untuk melawan antigen. Misalnya, aglutinin untuk menggumpalkan antigen presipitinyang dapat mengendapkan antigen. 2. Sel-sel Darah Merah Sel darah merah (eritrosit) adalah bagian utama dari sel-sel darah. Ciri-ciri dari sel darah merah, anatar lain bentuknya melingkar, pipih, dan cakram bikonkaf; sel yang telah matang tidak mempunyai nukleus; berdiameter kurang dari 0,01 mm; dan elastis.hemoglobin adalah suatu protein yang mengandung senyawa besi hemin. Hemoglobin mempunyai daya ikat terhadap oksigen dankarbon dioksida dan berwarna merah. Sel-sel darah merah berasal dari sel darah induk dan diproduksi didalam sumsum tulang merah. Sel darah merah yang matang akan kehilangan nukleus dan memperoleh molekul Hb. Umur sel darah merah lebih kurang 120 hari. Setelah sel-sel tersebut usang atau mati, kemudian dihancurkan didalam organ hati/limpa dan ditelan oleh makrofag. 3. Sel-sel Darah Putih Sel darah putih (leukosit) tidak berwarna, mempunyai nukleus, kehilangan Hb, bentuknya



tidak



beraturan,



dapat



bergerak,



dan



dapat



merubah bentuk.perbandingan jumlah sel darah putih dengan sel darah merah adalah 1:700.Fungsi utama leukosit adalah memakan kuman penyakit atau benda asing lainyang masuk kedalam tubuh. Selain itu juga sebagai pengangkut zat lemak. Seldarah putih dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu granulosit yang mempunyai nukleus yang banyak dan bersifat fagosit. Dan agranulosit yang hanya mempunyai satu nukleus dan tidak seluruhnya bersifat fagosit. 4. Keping Darah Keping darah (trombosit) berbentuk tidak beraturan, berukuran kecil, tidak berwarna



dan tidak



berinti.



Trombosit berfungsi



untuk pembekuan



darah. Keping darah berasal dari hasil fragmentasi sel megakariosit di sumsum



tulang merah. Setiap hari tubuh manusia memproduksi rata-rata 200 miliar keping darah. Dalam darah terkandung 150-300 ribu per mm kubik. B. Sirkulasi Darah Darah dipompa pada tekanan tinggi dari jantung dalam arteri. Perjalanan melalui jaringan tipis kapiler, di mana ia dapat bertukar bahan dengan jaringan. Ini kemudian dikumpulkan dan kembali ke jantung pada tekanan rendah dalam urat (Authory,2013) Fungsi darah antara lain:  Sebagai alat transportasi yaitu pembawa zat-zat makanan dari sistem pencernaan keseluruh sel tubuh  Mengangkut oksigen dari sistem pernapasan, yaitu paru-paru keseluruh tubuh;  Mengangkut sisa-sisa metabolisme, misalnya karbondioksida, dari seluruh sel tubuh ke organ ekskresi, misalnya paru-paru.  Mengangkut hormon dari kelenjar hormon ke organ sasaran;  Memelihara keseimbangan cairan tubuh;  Mempertahankan tubuh terhadap penyakit menular dan infeksi kuman-kuman atau antibody (oleh sel-sel darah putih);  Mengatur keseimbangan asam dan basa, untuk menghindarikerusakankerusakan jaringan. 2. Transfusi Darah Transfusi darah adalah tindakan memasukkan darah atau komponennya ke dalam sistem pembuluh darah seseorang. Komponen darah yang biasa ditransfusikan ke dalam tubuh seseorang adalah sel darah merah, trombosit, plasma, sel darah putih. Transfusi darah adalah suatu pengobatan yang bertujuan menggantikan atau menambah komponen darah yang hilang atau terdapat dalam jumlah yang tidak mencukupi. Tindakan transfusi darah atau komponennya bukanlah tindakan tanpa risiko, sebaliknya tindakan ini merupakan tindakan yang mengandung risiko yang dapat berakibat fatal. Komplikasi yang dapat timbul akibat transfusi darah atau komponennya, dapat dibagi dalam 3 kelompok yaitu : (Anonim, 2011) 1. Reaksi imunologis, 2. Reaksi nori imunologis, 3. Penularan penyakit



Reaksi silang (Cross matching) adalah reaksi silang in vitro antara darah pasien yang akan ditransfusi darah dengan darah donor yang akan ditransfusikan. Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah sel darah merah donor mampu bertahan hidup didalam tubuh pasien, dan untuk mengetahui ada tidaknya antibodi IgM maupun IgG dalam serum pasien (mayor) maupun dalam serum donor yang melawan sel pasien (minor) (Imad. 2012). Uji silang (cross matching) ini bertujuan untuk mencegah reaksi hemolitik tranfusi bila darah donor ditransfusikan supaya darah yang ditransfusikan itu benar– benar ada manfaatnya bagi kesembuhan pasien. Darah donor dan pasien yang di crossmatch ini, kecuali golongan darah ABO dan Rhesus yang kita ketahui (diperiksa lebih dahulu), kita tidak mengetahui antigen lainya yang ada didalam sel donor dan pasien, dan kita tidak mengetahui pula adanya antibody lain (irregular) yang complet maupun incomplete di dalam serum pasien atau plasma donor. Dalam Cross Match ini, sesuai dengan maksudnya kita berusaha mencari semua kemungkinan adanya semua jenis antibody complete maupun incomplete terutama yang mempunyai arti klinis yang bisa menyebabkan Cross Match invitro tidak cocok atau incompatible. Maka Cross Match harus kita jalankan dalam medium dan temperatur yang berbeda, yang dalam praktiknya dikenal dengan fase 1, fase 2, dan fase 3 (Febriyanti, 2011). Maka dapat disimpulkan tujuan Crossmacth sendiri yaitu mencegah reaksi hemolitik tranfusi darah bila darah didonorkan dan supaya darah yang ditrafusikan itu benar-benar ada manfaatnya bagi kesembuhan pasien. Jika pada reaksi tersebut golongan darah A,B dan O penerima dan donor sama, baik mayor maupun minor test tidak bereaksi berarti cocok. Jika berlainan, misalnya donor golongan darah O dan penerima golongan darah A maka pada test minor akan terjadi aglutinasi atau juga bisa sebaliknya berarti tidak cocok (Anonim, 2010). Mayor



Crossmatch



merupakan



tindakan



terakhir



untuk



melindungi



keselamatan penerima darah dan sebaiknya dilakukan demikian sehingga Complete Antibodies maupun incomplete Antibodies dapat ditemukan dengan cara tabung saja. Cara dengan objek glass kurang menjaminkan hasil percobaan. Reaksi silang yang dilakukan hanya pada suhu kamar saja tidak dapat mengesampingkan aglutinin Rh yang hanya bereaksi pada suhu 37 derajat Celcius. Lagi pula untuk menentukan anti Rh sebaiknya digunakan cara Crossmatch dengan high protein methode. Ada beberapa cara untuk menentukan reaksi silang yaitu reaksi silang dalam larutan garam faal dan reaksi silang pada objek glass (Anonim, 2010).



Pada prinsipnya Cross Match dibagi menjadi dua prosedur : 



Mayor Cross Match Merupakan bagian yang utama ( terpenting ) dalam Cross Match, yaitu mereaksikan serum pasien dengan sel donor. Maksudnya apakah sel donor itu akan dihancurkan oleh antibody dalam serum pasien.







Minor Cross Match Merupakan bagian yang kurang penting dalam Cross Match, dengan alasan antibody dalam serum atau plasma donor akan mengalami pengenceran didalam tubuh pasien. Pada minor Cross Match kita mereaksikan plasma donor dengan sel pasien, dengan maksud apakah sel pasien akan dihancurkan oleh plasma donor.



Untuk fase dalam cross matching terdiri atas beberapa tahapan : (Febriyanti, 2011) a. Test fase I Cross Match yaitu fase suhu kamar Pada fase ini antibody complete yang akan mengaglutinasikan sel dalam saline medium atau bovine albumin yang kebanyakan kelas Ig M bisa terdeteksi misalnya : tidak cocok golongan ABO ; adanya allo antibody : M, N, Lea, I, IH, E ; serta adanya auto cold antibody. b. Tes fase II Cross Match yaitu fase inkubasi 37o C Pada fese ini bila mediumnya bovine albumin, beberapa antibody dalam sistem Rhesus bisa terdeteksi aglutinasi,(misalnya anti D, anti E, anti c) anti Le a dan anti Leb. Bila mediumnya saline bisa terdeteksi aglutinasi anti E, anti Le a. Antibody yang bersifat incomplete, dan antibodi yang belum terdeteksi aglutinasi atau hemolisisnya pada fase II ini bisa bereaksi coated (sensitized) : anti D, E, c, K, Fy a,Fyb, Jka, S, Lea, Leb. Jadi penting sekali peranan fase inkubasi 37 oC ini, dimana setidak-tidaknya memberi kesempatan kepada antibody untuk mengcoatedkan sel. c. Tes fase III Cross Match yaitu fase anti globulin Pada fase ini setalah melaluo fase II, akan terdeteksi aglutinasi incompelete antibodi yang tadi di fase II sudah mengcoated sel. Cross Match dapat dibagi menjadi 3 kategori : 1. Cross Match Rutin Teknik cross matching rutin dilakukan melalui teknik sentrifugasi (3000 rpm selama 15 detik) serta inkubasi dalam incubator pada suhu 37 oC selama 15 menit.



Eritosit dicuci dengan saline 3-4 kali untuk membuang sisa – sisa globulin yang bebas. Kemudian dilakukan penambahan 2 tetes Coomb’s serum dan sentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 detik, lalu dibaca reaksinya secara mikroskopis dimana bila terjadi aglutinasi menunjukkan incompatible (tidak cocok) sedangkan tidak terjadi aglutinasi menunjukkan compatible (cocok). 2. Cross Match Emergency Dalam cross match emergency disiapkan 4 buah tabung reaksi, dimana tabung 2 dan 4 disentrifuge 1000 rpm selama 1 menit sedangkan tabung 1 dan 3 diinkubasi 37 oC selama 15 menit. Reaksi hemolisa dan aglutinasi pada tabung 2 dan 4 dibaca secara makroskopis dan mikroskopis, dimana bila terlihat adanya hemolisis dan atau aglutinasi menunjukkan darah donor tidak cocok (incompatible), sedangkan bila tidak ada hemolisis dan atau aglutinasi menunjukkan darah donor cocok (incompatible). Untuk tabung 1 dan 3 setelah diinkubasi, lalu disentrifuge 1000 rpm selama 1 menit. Bila hasilnya negative, dicuci selnya 3 – 4 kali dengan saline. Sedimen sel pada masing-masing tabung ditambahakan 2 tetes Coomb’s serum dan dikocok-kocok. Kemudian diputar kembali 1000 rpm selama 1 menit dan dibaca reaksinya secara makroskopis dan mikroskopis. Jika hasil Coomb’s test positive segera hubungi RS memberitahukan darah yang tadi jangan dipakai. Jadi dalam Cross Matching Emergency, darah sudah boleh dikirimkan ke RS kalau dalam fase 1 (medium saline) negative terhadap hemolisa maupun aglutinasi. Penyelesaian sampai fase 3 dari tabung 1 dan 3 harus dilanjutkan. 3. Cross Match Persiapan Operasi Teknik dalam metode ini kedua tabung diinkubasi pada suhu 37 oC selama 60 menit lalu dibaca reaksinya terhadap hemolisa dan aglutinasi, bila hasilnya negative diteruskan. Sedimen sel dalam masing-masing tabung dicuci 3-4 kali dengan saline, kemudian ditambahykan 2 tetes Coomb’s serum dan disentrifuge 3000 rpm selama 15 detik. Bila terjadi aglutinasi menunjukkan incompatible (tidak cocok) sedangkan tidak terjadi aglutinasi menunjukkan compatible (cocok). Cross match persiapan operasi ini dilakukan bila ada permintaandarah yang diajukan 2-3 hari sebelum operasi dijalankan. Untuk melaksanakan masing-masing Cross Match tersebut, langkah pertama adalah memeriksa golongan darah ABO dari pasien dan darah donor yang akan di



transfusikan, memeriksa faktor rhesus dari pasien dan darah donor yang akan di transfusikan, mempersiapkan suspensi sel pasien maupun donornya, dan kemudian kita melaksanakan Cross Match sesuai dengan tuntunannya (Febriyanti, 2011).



V. ALAT , BAHAN DAN REAGENSIA A. ALAT 1. Tabung reaksi uk 12 x 75 mm 2. Inkubator 3. Serofuge 4. Labu semprot 5. Wadah limbah B. BAHAN 1. Saline/ NaCl 0,9% 2. Aquadest 3. Bouvine albumin 22% 4. Sel suspensi donor 5% 5. Sel suspensi resipien 5% 6. Serum resipien 7. Plasma donor 8. Coomb’s serum 9. Coomb’s control cell V. CARA KERJA a. Fase I : Fase suhu kamar di dalam saline medium



1. Alat dan bahan disiapkan 2. Diambil 3 uah tabung reaksi uk 12 x 75 mm, dimasukan ke dalam masing-masing tabung : Tabung I Mayor



2 tetes serum OS



Tabung II Minor



2 tetes plasma Donor



+ 1 tetes sel darah donor 5%



Tabung III Autocontrol



2 tetes serum OS



+ 1 tetes sel darah OS 5%



+ 1 tetes sel darah OS 5%



3. Dihomogenkan 4. Dicentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 detik. 5. Dibaca reaksi terhadap hemolisis dan aglutinasi secara makroskopis. 6. Apabila hasil negative maka dilanjutkan pada fase II. b. Fase II : Fase inkubasi 370C dalam medium bovine albumin 22% 1.



Ke dalam masing-masing tabung yang memberikan hasil negative ditambhakan bovine albumin 22% sebanyak 2 tetes.



2. Dihomogenkan. 3. Diinkubasi pada suhu 370C selama 15 menit. 4. Dicentrifuge pada kecepatan 3000 rpm selama 15 detik. 5. Dibaca rekasi terhadap hemolisis dan aglutinasi secara makroskopis. 6. Apabila hasil negative maka dilanjutkan pada fase III. c. Fase III : Indirect Coomb’s Test 1. Sel darah merah dalam tabung dicuci sebanyak 3 kali dengan saline/NaCl 0,9%. 2.



Masing-masing tabung ditambahkan sebanyak 2 tetes Coomb’s serum.



3. Dihomogenkan



4. Dicentrifue pada kecepatan 3000 rpm selama 15 detik 5. Dibaca hasil reaksi makroskopis. Pembacaan Hasil :  Tidak terjadi hemolisis atau aglutinasi  cocok/ kompatibel, darah dapat diberikan kepada pasien  Terjadi hemolisis dan aglutinasi  tidak cocok/ inkompatibel, darah tidak boleh diberikan kepada pasien



d. Uji Validitas Reaksi Silang  CCC 1. Ke dalam tabung M dan m yang pada reaksi silang fase III yang memberikan hasil negatif ditambahkan sebanyak 1 tets coomb’s control cell (CCC). 2. Dihomogenkan 3. Dicentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 detik 4. Dibaca hasil reaksi secara makroskopis. Pembacaan Hasil :  Bila hasil (+)/ada aglutinasi



: Valid (benar)



 Bila hasil (-)/ tidak ada aglutinasi



: Invalid/ perlu diulang kembali



VII. INTERPRERASI HASIL o Bila reaksi silang Mayor dan Minor fase I sampai fase IIItidak menunjukan aglutinasi dan atau hemolisis, hasil diinterprtasikan kompatibel (cocok)  darah dapat keluar. o Bila reaksi silang Mayor dan Minor fase I sampai fase III menunjukan adanya reaksi aglutinasi dan atau hemolisis, hasil diinterprtasikan inkompatibel (tidak cocok)  darah tidak dapat dikeluarkan. VIII. HASIL PENGAMATAN : Klp



FASE 1 2 3



VALIDITAS



1



DN : 20 Pasien : Wati Fase 1 : inkompatible Mayor : +4 Minor : AC : RS Bali Medika



Uji validitas : valid



DN : 22 Pasien : Edwin Fase 1 : inkompatible Mayor : Minor : +4 AC : RS Surya Husada



Uji validitas : AC dan Mayor valid



DN : 21 Pasien : Rika Fase 1 : inkompatible Mayor : +4 Minor : AC : +2 RS Bross



Uji validitas : minor valid



2



3



4



DN : 23 Pasien : Eka Fase 1 : inkompatible Mayor : Minor : +4 AC : RS Sanglah



Uji validitas : mayor dan AC valid



DN : 24 Pasien : Yeni Fase 1 : inkompatible Mayor : +4 Minor : +4 AC : +4 RS Kasih Ibu



Uji validitas : AC dan minor (-)



5



IX.



PEMBAHASAN Pemeriksaan uji silang serasi bertujuan untuk menentukan cocok tidaknya darah donor dengan darah penerima untuk persiapan transfusi darah. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk memastikan bahwa transfusi darah tidak menimbulkan reaksi apapun pada resipien serta sel-sel darah merah bisa mencapai masa hidup maksimum setelah diberikan. Uji silang serasi dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada antibodi pada darah pasien yang akan bereaksi dengan darah donor atau sebaliknya sehingga dapat terjadi hemolisis atau aglutinasi saat dicampur. Bahkan walaupun golongan darah ABO dan Rh pasien dan donor telah diketahui, adalah hal mutlak untuk melakukan uji silang serasi. Reaksi silang serasi dapat dilakukan untuk satu orang donor



dan dapat juga dilakukan untuk beberapa orang donor. Namun dalam pemeriksaan ini hanya dilakukan reaksi silang untuk satu orang donor saja. Uji silang serasi ini diawali dengan persiapan sampel darah, baik sampel dari pasien (resipien) dan sampel darah donor. Bagian darah pasien yang digunakan dalam uji ini adalah bagian serum dan sel darah merah suspensi 5% sedangkan bagian yang digunakan untuk sampel darah donor adalah bagian plasma dan sel darah merah suspensi 5%. Dalam pemeriksaan yang dilakukan, sampel darah baik sampel serum dan sel darah pasien serta sampel plasma dan sel darah donor telah disediakan sehingga tidak dilakukan persiapan sampel darah. Pada praktikum sapel darah pasien yang digunakan atas nama Rika. Sampel darah yang telah dipersiapkan kemudian siap dilakukan pemeriksaan. Pemerikasaan silang serasi dilakukan dengan menyediakan enam tabung. Tabung satu dan dua untuk reaksi silang mayor, tabung tiga dan empat untuk reaksi silang minor, tabung yang ke lima dibuat sebagai autocontrol dan tabung enam sebagai auto pool. Pemeriksaan uji silang serasi ini dilakukan untuk satu donor menggunakan metode aglutinasi dengan tabung. Pada reaksi silang Mayor akan direaksikan serum dari resipien dengan sel darah merah supensi 5% dari donor. Sehingga akan terjadi interaksi antara eritrosit (sel) donor dengan serum pasien. Dalam reaksi ini ingin diketahui apakah terdapat antibody di dalam serum pasien yang dapat menghancurkan eritrosit donor. Bagian test mayor ini sangat penting karena antibody dalam tubuh pasien dapat dan siap menghancurkan eritrosit donor yang mengandung antigen lawannya. Sedangkan rekasi silang minor adalah kebalikan dari reaksi silang Mayor, dimana pada reaksi ini akan direaksikan plasma donor dengan sel darah merah sespensi 5% resipien. Dimana ingin diketahui adanya interaksi antara antibody di dalam plasma donor yang melawan antigen yang ada pada eritrosit resipien. Bagian test minor ini sebenarnya kurang penting dibandingkan reaksi silang Mayor karena antibody dalam plasma donor yang ditransfusikan akan mengalami pengenceran di dalam peredaran darah resipien sehingga, walaupun ia bereaksi di dalam tubuh biasanya reaksinya akan ringan dan lambat. Tabung autocontrol yang direaksikan adalah serum dari resipien dan sel darah merah suspense 5% yang juga dari resepien. Autocontrol ini dilakukan untuk memastikan pemeriksaan telah dilakukan secara baik dan benar. Dimana autocontrol akan selalu memberikan hasil negative, karena tidak akan terjadi reaksi apabila sel darah pasien direksikan dengan serumnya sendiri. Ketiga reaksi atau test ini, baik mayor, minor, dan autocontrol kemudian akan dilakukan pengujian kedalam tiga phase berdasarkan medium yang



dipakai, antara lain, Phase I (Phase dalam medium saline pada suhu kamar), Phase II (Phase dalam mediam high protein dengan inkubasi) dan Phase III (Phase dalam medium Coomb’s Serum atau Antihuman Globulin). Dalam praktikum ini dilakukan pemeriksaan uji silang serasi pada donor dengan metode aglutinasi menggunakan tabung. Untuk mendapat hasil uji silang yang compatible, harus dilakukan pada 3 fase yaitu : 



Fase I Pada fase pertama ini bertujuan untuk mendeteksi antibodi yang bersifat Igm (Natural). Fase ini dilakukan pada suhu kamar dalam medium saline. Fase I ini menggunakan 6 buah tabung dimana tabung 1 sebagai Mayor Crossmatch dari donor I dan tabung 2 sebagai Mayor Crossmatch dari donor II, tabung 3 sebagai Minor Crossmatch dari donor I dan tabung 4 sebagai Minor Crossmatch dari donor II, serta tabung 5 sebagai Auto Control dan tabung 6 sebagai Auto Pool. Dimana dalam uji ini digunakan sel donor dan sel penerima dengan kadar suspense 5%. Campuran ini kemudian disentrifugasi selama 15 detik dengan kecepatan 3000 rpm untuk mempercepat terjadinya reaksi. Reaksi dibaca terhadap hemolisis dan aglutinasi secara makroskopis.







Fase II Dalam fase ini dilakukan inkubasi pada suhu 37º C selama 15 menit di dalam medium Bovine albumin. Fase II ini tujuannya untuk mendeteksi antibodi yang bersifat IgG pada saat inkubasi 15 menit dengan penambahan bovine albumin. Inkubasi dilakukan pada suhu 37º C karena dianggap suhu ini sama dengan suhu atau kondisi tubuh manusia dan karena aglutinin Rh hanya bereaksi pada suhu 37OC. Selain itu fungsi inkubasi ini yaitu untuk memberi kesempatan antibodi melekat pada permukaan sel. Sebelum diinkubasi masing – masing tabung telah ditambahkan sebanyak 2 tetes bovine albumin 22%. dimana fungsi albumin yaitu untuk menekan zat potensial dengan menguraikan ion-ion positif dan negatif sehingga aglutinogen dan antibodi lebih cepat meningkat untuk memudahkan proses sensititasi (aglutinasi). Setelah inkubasi selama 15 menit baru kemudian tabung yang telah berisi campuran



tadi disentrifugasi selama 15 detik dengan kecepatan 3000 rpm. Reaksi dibaca terhadap hemolisis dan aglutinasi secara makroskopis.  Fase III Fase ini merupakan fase anti globulin. Fase III ini tujuannya untuk mendeteksi antibodi yang bersifat IgG pada Fase II yang disensitisasi oleh antibodi yang bersifat irregular. Semua antibodi inkomplet yang terikat pada sel darah merah di fase II akan beraglutinasi (positif) setelah penambahan coomb’s serum sebanyak 2 tetes. Dimana coomb’s serum (antiglobulin) ini berfungsi sebagai jembatan coatednya antibodi yang satu dengan yang lainnya. Sebelum penambahan coomb’s serum, sel darah dicuci terlebih dahulu dengan saline. Pencucian dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan zat sisa atau pengotor yang dapat mengganggu reaksi antara coomb’s serum dengan sel darah Proses pencucian dilakukan dengan penambahan Saline (NaCl 0,95 %) setinggi rak tabung, kemudian dicentrifuge selama 60 detik dengan kecepatan 3000 rpm. Selanjutnya supernatannya dibuang dimana proses pencucian dilakukan sebanyak 3 kali untuk mendapatkan sel darah merah yang pekat (100%). Kemudian ke dalam masing-masing tabung ditambahkan 2 tetes Coomb’s serum, lalu dihomogenkan dan dicentrifuge selama 15 detik dengan kecepatan 3000 rpm. Dan reaksi pun dibaca terhadap hemolisis dan aglutinasi secara makroskopis. Dari praktikum ini diperoleh hasil dari mayor, dan auto control menunjukkan reaksi positive sedangkan pada minor menunjukkan hasil negative (homogen) tanpa adanya hemolisis. Hasil yang didapatkan dalam praktikum terjadi aglutinasi pada fase 1, 2 dan 3 pada tabung mayor dan auto control, sedangkan pada tabung minor tidak terjadi aglutinasi. Interpretasi hasil reaksi silang yang diperoleh dari donor 21 dan OS Rika adalah mayor (+4), minor (-) dan auto control (+2). Kemudian dilakukan validasi pada tabung minor saja. Hasil validasi menunjukkan hasil yang valid dimana terjadi aglutinasi setelah penambahan coomb’s control cell (CCC). Hal ini menunjukkan bahwa prosedur yang telah dilakukan sudah benar, tetapi karena pada fase 1,2, dan 3



tabung mayor dan minor menunjukkan hasil positive (terbentuk aglutinasi) maka hasil cross matching ini dapat diketahui bahwa darah donor dengan OS tidak cocok.



X. KESIMPULAN Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Uji silang serasi merupakan pemeriksaan untuk memastikan bahwa transfusi darah tidak menimbulkan reaksi apapun pada resipien serta sel-sel darah merah bisa mencapai masa hidup maksimum setelah diberikan transfusi. 2. Uji silang serasi menggunakan 3 fase yaitu fase I untuk mendeteksi antibodi yang bersifat Igm (Natural). Fase ini dilakukan pada suhu kamar dalam medium saline. Fase II untuk mendeteksi antibodi yang bersifat IgG pada saat inkubasi 15 menit dengan penambahan bovine albumin. Sedangkan fase III untuk mendeteksi antibodi yang bersifat IgG pada Fase II yang disensitisasi oleh antibodi yang bersifat irregular. 3. Hasil yang didapatkan dalam praktikum terjadi aglutinasi pada fase 1, 2 dan 3 pada tabung mayor dan auto control, sedangkan pada tabung minor tidak terjadi aglutinasi. Hal ini menunjukkan bahwa prosedur yang telah dilakukan sudah benar, tetapi karena pada fase 1,2, dan 3 tabung mayor dan minor menunjukkan hasil positive (terbentuk aglutinasi) maka hasil cross matching ini dapat diketahui bahwa darah donor dengan OS tidak cocok.



DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2011. Blood Tranfusion. http://www.mayoclinic.org/blood-transfusion (Diakses 30 September 2015) Anonim. 2011. Masalah Transfusi Darah. www.kalbe.co.id/.../07MasalahTransfusiDarah9 .html (Diakses 30 September 2015) Anonim.



2013.



The



(http://www.bbc.co.uk/schools/gcsebitesize/science



Circulatory



System,



/add_ocr_gateway/living_growing/circulatoryrev2.shtml). Diakses pada tanggal 30 September 2015 Febrianti. 2011. Transfusi.. http://mardianafebriyanti.blogspot.com/2011/12/transfusi.html. Diakses tanggal 13 Oktober 2015. Harris, H. 1994. Dasar-dasar Genetika Biokemis Manusia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Imad. 2012. Cross Matching Blood. http://imadanalis.blogspot.com/2012/02/cross-matchingblodd.html. Diakses tanggal 30 Oktober 2015. Kiswari, Rukman. 2010. Hematologi & Transfusi. Jakarta : Erlangga. Priadi, Arif. 2009. Biologi. Jakarta: Tirta. Puspita,



anila.



2012.



Reaksi



Silang



Crossmatch.



http://aniella-



olala.blogspot.com/2012/03/reaksi-silang-crossmatch.html. Diakses tanggal 30 Oktober 2015. Sudjadi, Bagod. 2007. Biologi 1. Jakarta: Erlangga. Suryo. 1997. Genetika Manusia Cetakan Kesembilan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Yoni,



Ode.



2013.



Crossmatch.



http://odeyoni.blogspot.com/2013/04/crossmatch.html.



Diakses tanggal 30 Oktober 2015



XI. LEMBAR PENGESAHAN Denpasar, 8 Oktober 2015



Mahasiswa



Mengetahui, Pembimbing I



Pembimbing II



dr. Ni Kadek Mulyantari, Sp., PK



Kadek Aryadi Hartawiguna, A.md.AK



Pembimbing III



Pembimbing IV



I Gede Putu Sudana



Ni Made Darmaasih



Pembimbing V



Gusti Ayu Ngurah Wardani