1.donor Darah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

DONOR DARAH



A. Donor Darah



B.



-



Donor darah adalah proses pengambilan darah dari seseorang secara sukarela untuk disimpan di bank darah untuk kemudian digunakan pada transfusi darah.



-



Palang Merah Australia menyampaikan bahwa "80% orang Australia akan membutuhkan transfusi darah suatu saat pada hidup mereka, namun hanya 3% yang menyumbang darah setiap tahun".



-



Menurut palang merah di Amerika Serikat, 97% orang kenal orang lain yang pernah membutuhkan transfusi darah.



-



Dan menurut survei di Kanada, 52% orang Kanada pernah mendapatkan transfusi darah atau kenal orang yang pernah.



-



Donor darah biasa dilakukan rutin di pusat donor darah lokal. Dan setiap beberapa waktu, ada pula penggalangan donor darah yang diadakan di tempat-tempat keramaian, seperti di pusat perbelanjaan, kantor perusahaan besar, tempat ibadah, serta sekolah dan universitas. Pada acara ini, para calon pendonor dapat menyempatkan datang dan menyumbang tanpa harus mengkhususkan diri mendatangi pusat donor darah. Selain itu, bank darah dapat memiliki mobil donor darah yang digunakan untuk tempat menyumbang.



Manfaat donor darah 1. Bentuk kepedulian terhadap sesama 2. Memperpanjang hidup oran lain 3. Membantu hidup orang lain 4. Satu kantong darah dapat menyelamatkan 3 nyawa 5. Membantu menurunkan berat badan 6. Membantu membakar kalori 7. Deteksi dini resiko kesehatan 8. Melindungi jantung 9. Mencegah stroke 10.Mengatur kontrol kesehatan 11.Meningkatkan produksi sel darah merah 12.Meningkatkan kapasitas paru-paru dan ginjal



13.Meningkatkan kesehatan psikologis 14.Membantu sirkulasi darah 15.Memaksimalkan darah dalam paru-paru 16.Menurunkan zat seng dalam darah 17.Memperbaharui sel darah baru 18.Menghilangkan kaku di pundak 19.Mengalahkan kelebihan zat besi. C. Syarat Donor Darah Untuk lolos seleksi, calon donor harus memenuhi persyaratan yang tertera dalam formulir isian yang memuat beberapa kriteria kondisi fisik yang disebutkan di bawah ini: 1. Keadaan umum Calon donor tidak tampak sakit, tidak dalam pengaruh obat-obatan seperti misalnya golongan narkotik dan alkohol, serta tidak menderita penyakitpenyakit seperti penyakit jantung, paru-paru, hati, ginjal, kencing manis, penyakit darah dan gangguan pembekuan darah, epilepsi, kanker atau penyakit kulit kronis kecuali bila diperbolehkan oleh dokter yang merawatnya. 2. Umur Donor Berumur antara 17 – 60 tahun, kecuali atas pertimbangan dokter, donor yang berumur lebih dari 60 tahun dapat menyumbangkan darahnya sampai dengan umur 65 tahun. Donor pertama kali tidak diperbolehkan pada umur 60 tahun. 3. Berat Badan Donor dengan berat badan minimal 45 kg dapat menyumbangkan darahnya sebanyak 30 mL. Donor dengan berat badan 50 kg atau lebih dapat menyumbangkan darahnya maksimal sebanyak 450 mL tetapi tidak melebihi 15% dari perkiraan volume darah calon donor ditambah sejumlah darah untuk pemeriksaan yang jumlahnya tidak lebih dari 30 mL. 4. Suhu Tubuh Suhu tubuh calon donor tidak lebih dari 37°C. 5. Nadi Denyut nadi berkisar antara 60-100 x/ menit, teratur tanpa denyut patologis. 6. Tekanan Darah Tekanan Darah sistolik antara 100-160 mmHg dan diastolik antara 60-100 mmHg. 7. Kadar Hemoglobin Kadar hemoglobin calon donor ≥12,5 g/dL. Penetapan kadar hemoglobin dilakukan minimal dengan metode CuSO4 (BJ 1.053). 8. Haid, Kehamilan,dan Menyususi Setelah selesai Haid, 6 bulan setelah melahirkan dan 3 bulan setelah berhenti menyusui diperkenankan menyumbangkan darahnya . 9. Jarak Penyumbangan Donor. Jarak penyumbangan darah lengkap tidak kurang dari 8 minggu, maksimal 5 kali setahun. Penyumbangan darah lengkap dapat dilakukan minimal 48 jam setelah menjalani plasma/ tromboferesis. Jarak penyumbangan komponen darah trombosit, minimal 1 bulan (jumlah trombosit >



150.000/uL), maksimal 6 kali setahun untuk laki-laki dan 4 kali untuk perempuan. 10.Untuk menjaga kesehatan dan keselamatan resipien, calon donor juga harus memenuhi persyaratan berikut ini: a. Kulit donor Kulit lengan di daerah tempat penyadapan harus sehat tanpa kelainan, tidak ada bekas tusukan jarum. b. Riwayat Transfusi darah Calon donor tidak boleh menyumbangkan darahnya dalam waktu 12 bulan setelah mendapatkan transfusi darah. c. Penyakit Infeksi Calon donor dengan pemeriksaan laboratorium terhadap sifilis, Hepatitis B, Hepatitis C, dan HIV yang menunjukkan hasil positif tidak boleh menyumbangkan darahnya. Calon donor berikut ini dapat menyumbangkan darahnya:  3 tahun setelah bebas dari gejala malaria.  3 tahun setelah keluar dari daerah endemis malaria (jika yang bersangkutan tinggal di daerah endemis tersebut 5 tahun berturutturut).  12 bulan setelah berkunjung ke darah endemis malaria.  6 bulan setelah sembuh dari penyakit typhoid/ typhus. d. Riwayat Imunisasi dan Vaksinasi Calon donor dapat menyumbangkan darahnya 8 minggu setelah imunisasi dan vaksinasi. e. Riwayat Operasi Calon donor dapat menyumbangkan darahnya :  5 hari setelah pencabutan gigi  6 bulan setelah menjalani operasi kecil  12 bulan setelah menjalani operasi besar. f. Riwayat pengobatan Calon donor dapat menyumbangkan darahnya:  3 hari setelah meminum obat-obatan yang mengandung aspirin dan piroxicam.  12 bulan setelah dinyatakan sembuh terhadap penyakit sifilis dan Gonorrhoe. g. Obat-obat narkotik dan alkohol  pecandu narkotik tidak boleh menyumbangkan darah selamanya.  Pecandu alkohol tidak boleh menymbangkan darahnya. h. Tato, tindik dan tusuk jarum Calon donor dapat menyumbangkan darahnya 12 bulan setelah ditato, ditindik dan ditusuk jarum. D. Prosedur pelaksanaan donor darah 1. Melakukan pengisian formulir calon donor darah Setelah calon donor memenuhi persyaratan, maka calon donor dipersilahkan mengisi informed consent yang disediakan. Contoh Formulir Terlampir. 2. Melakukan pemeriksaan fisik donor Metoda :







Melakukan penilaian hasil pengisian status donor di formulir pendaftaran  Anamnesis (tanya jawab)  Pemeriksaan kesehatan dengan inspeksi (melihat), palpasi (meraba nadi) dan auskultasi (mendengar denyut arteri di lipat siku dalam). Prinsip: Dari donor yang sehat didapatkan darah yang aman. 3. Melakukan persiapan peralatan seleksi donor darah Persiapan peralatan seleksi donor darah terdiri dari alat-alat untuk pemeriksaan kadar Hb, melakukan pemeriksaan golongan darah, dan pemeriksaan tekanan darah. Peralatan untuk pemeriksaan Kadar Hb terdiri dari: Gelas kimia 50 mL, tabung hematokrtit (Capillary tube), Lancet steril, autoclick. Peralatan untuk pemeriksaan Golongan darah terdiri dari: Objek glass atau kertas khusus golongan darah, lancet steril, autoclick, pencampur/ pengaduk. Peralatan untuk pemeriksaan tekanan darah terdiri dari: Tensimeter dan Stetoskop. 4. Melakukan Pemeriksaan kadar Hb Pada orang dewasa darah peripher ini diambil dari ujung jari atau bisa juga dari anak daun telinga, tetapi untuk pemeriksaan dengan jumlah darah yang sedikit kita bisa diambil dari ujung jari.



Bank Darah A. Pengertian Bank darah adalah proses yang terjadi di laboratorium untuk memastikan bahwa darah atau produk darah yang disumbangkan adalah aman sebelum digunakan untuk transfusi darah atau prosedur medis lainnya. B. Pemeriksaan penyakit menular yang dilakukan pada bank darah, antara lain : 1. Syphilis 2. HIV 3. Hepatitis B (HbSAg) 4. Hepatitis C (HCV) C. Bank Darah Rumah Sakit - Definisi Bank Darah Rumah Sakit adalah : Bank Darah Rumah Sakit yang didirikan dan dikelola oleh Rumah Sakit yang berkewajiban menyimpan darah yang telah diuji saring oleh UTD PMI dan melakukan uji cocok serasi berdasarkan perjanjian kerjasama antara UTD PMI dan Rumah Sakit. - Bank Darah Rumah Sakit berfungsi menyimpan darah dan mengeluarkannya bagi pasien yang memerlukan darah di rumah sakit yang bersangkutan. PMI berkewajiban membantu pendirian Bank Darah Rumah Sakit yang dikelola oleh Rumah Sakit. - Bank Darah Rumah Sakit bertugas :



1. Menerima darah yang sudah diuji saring dari UTDC PMI terdekat secara teratur. 2. Menyimpan darah. 3. Melakukan uji cocok serasi darah donor dan darah pasien. 4. Menyerahkan darah yang cocok bagi pasien di Rumah Sakit tersebut. 5. Melacak penyebab reaksi transfusi yang dilaporkan Rumah Sakit. 6. Melaksanakan pemusnahan darah transfusi yang tidak layak pakai, sesuai ketentuan. -



-



Persyaratan ketenagaan yang dibutuhkan adalah : 1. Penanggung jawab BDRS, satu orang dokter umum / spesialis. 2. Paramedis Teknologi Transfusi Darah (PTTD), empat orang, 3 shift. 3. Pekarya, satu orang.



Hal-hal lain yang perlu diperhatikan adalah : 1. Kriteria Pembentukan Bank Darah Rumah Sakit a. Ada kebutuhan darah. b. Ada UTD setempat dengan jarak > 5 km dari Rumah Sakit. c. Jika belum ada UTD di Daerah / Kabupaten tersebut, maka dapat dibentuk UTD Rumah Sakit. d. Pendirian Bank Darah Rumah Sakit atas kesepakatan tim yang terdiri dari personal Rumah Sakit, UTD PMI setempat dan Dinas Kesehatan setempat setelah diadakan pengkajian terlebih dahulu dan dapat memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. e. Tersedia ruangan dengan :  Luas minimal 4 x 5 m2  Air bersih yang cukup dengan sistim pembuangan limbah yang baik.  Listrik yang berkekuatan minimal 6500 Watt dan diesel / pembangkit listrik dalam keadaan darurat.  Telepon. f. UTD PMI menyediakan :  Darah yang cukup untuk kebutuhan Rumah Sakit.  Alat-alat Laboratorium (SK Permenkes 478 pasal 15 ayat 12 tahun 1990).  Reagensia  Formulir-formulir. 2. Pembiayaan a. Tenaga ATD/PTTD/Analis terlatih di bidang Transfusi Darah dibayar oleh Rumah Sakit yang bersangkutan. b. Biaya Penggantian Pengolahan Darah (BPPD)/Service cost dibebankan pada pihak Rumah Sakit yang bersangkutan. c. Besarnya biaya service cost ditetapkan oleh Pengurus Pusat PMI yang diketahui oleh Dinas Kesehatan setempat. d. Prosedur penagihan service cost mengikuti petunjuk dari UTD PMI setempat yang mengirimkan darahnya. 3. Pendidikan dan Pelatihan a. Untuk meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan dalam penyimpanan, pengolahan dan distribusi darah, Rumah Sakit dapat mengirimkan tenaga



ATD/PTTD/Analisnya untuk mengikuti penataran/kursus yang diadakan oleh PMI. b. PMI memberikan bimbingan dalam bidang pengetahuan tentang Penyimpanan, Pengolahan dan Distribusi darah. 4. Penelitian dan Pengembangan PMI dan Rumah Sakit dapat melakukan penelitian dan pengembangan bersama dalam bidang Transfusi Darah. 5. Pelaporan BDRS berkewajiban melakukan pembuatan laporan bulanan kepada UTD PMI tentang setiap kegiatan di Bank darah yang bersangkutan, meliputi : a. Kebutuhan, penerimaan dan pemakaian darah b. Reaksi transfusi c. Pemakaian reagnesia d. Pemakaian alat-alat dll. 6. Pengawasan Pengawasan / Audit teknis pelayanan darah secara periodik dilakukan oleh tim yang terdiri dari personal Rumah Sakit, UTD PMI setempat dan Dinas Kesehatan setempat. Laporan audit teknis disampaikan pada Kepala Rumah Sakit, Kepala UTD setempat dan Kepala Dinas Kesehatan setempat.



GOLONGAN DARAH A. Pengertian dan penjelasan - Golongan darah adalah pengklasifikasian darah dari suatu individu berdasarkan ada atau tidak adanya zat antigen warisan pada permukaan membran sel darah merah. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah tersebut. - Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh). - Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. - Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian. - Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam darahnya, sebagai berikut:



Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.  Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan dolongan darah B-negatif atau O-negatif  Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga, orang dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan darah ABpositif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama ABpositif.  Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal. Namun, orang dengan golongan darah Onegatif hanya dapat menerima darah dari sesama O-negatif. Secara umum, golongan darah O adalah yang paling umum dijumpai di dunia. Meskipun di beberapa negara seperti Swedia dan Norwegia, golongan darah A lebih dominan. Antigen A lebih umum dijumpai dibanding antigen B. Karena golongan darah AB memerlukan keberadaan dua antigen, A dan B, golongan darah ini adalah jenis yang paling jarang dijumpai di dunia. Ilmuwan Austria, Karl Landsteiner, memperoleh penghargaan Nobel dalam bidang Fisiologi dan Kedokteran pada tahun 1930 untuk jasanya menemukan cara penggolongan darah ABO. Penyebaran golongan darah A, B, O dan AB bervariasi di dunia tergantung populasi atau ras. Salah satu pembelajaran menunjukkan distribusi golongan darah terhadap populasi yang berbeda-beda. 



-



Populasi Suku pribumi Selatan



O Amerika



Orang Vietnam Suku Aborigin Australia Orang Jerman Suku Bengalis



A



B



AB



100% –











29.1 %



4.5%











45.0 % di 44.4 % 42.8 % 22.0



21.4 % 55.6 % 41.9 % 24.0



11.0 % 38.2



4.2% 15.7



% 18.2 %



Suku Saami



% 54.6 %



%



% 12.4 4.8% %



A. Tabel pewarisan golongan darah kepada anak Ayah Ibu Gol O Gol A Gol B Gol AB Gol O O O, A O, B A, B Gol A O, A O, A O, A, B, A, B, AB Gol B



O, B



AB O, A, B, O, B



A, B, AB



Gol AB



A, B



AB A, B, AB



A, B, AB



A, B, AB



C. Rhesus - Jenis penggolongan darah lain yang cukup dikenal adalah dengan memanfaatkan faktor Rhesus atau faktor Rh. - Nama ini diperoleh dari monyet jenis Rhesus yang diketahui memiliki faktor ini pada tahun 1940 oleh Karl Landsteiner. - Seseorang yang tidak memiliki faktor Rh di permukaan sel darah merahnya memiliki golongan darah Rh-. Mereka yang memiliki faktor Rh pada permukaan sel darah merahnya disebut memiliki golongan darah Rh+. - Jenis penggolongan ini seringkali digabungkan dengan penggolongan ABO. - Golongan darah O+ adalah yang paling umum dijumpai, meskipun pada daerah tertentu golongan A lebih dominan, dan ada pula beberapa daerah dengan 80% populasi dengan golongan darah B. - Kecocokan faktor Rhesus amat penting karena ketidakcocokan golongan. Misalnya donor dengan Rh+ sedangkan resipiennya Rh-) dapat menyebabkan produksi antibodi terhadap antigen Rh(D) yang mengakibatkan hemolisis. Hal ini terutama terjadi pada perempuan yang pada atau di bawah usia melahirkan karena faktor Rh dapat memengaruhi janin pada saat kehamilan.



REAKSI SILANG A. Penjelasan -



Reaksi silang perlu dilakukan sebelum melakukan transfusi darah untuk melihat apakah darah penderita sesuai dengan darah donor.



-



Mayor crossmatch adalah serum penerima dicampur dengan sel donor.



-



Minor Crossmatch adalah serum donor dicampur dengan sel penerima.



-



Jika golongan darah ABO penerima dan donor sama, baik mayor maupun minor test tidak bereaksi. Jika berlainan umpamanya donor golongan darah O dan penerima golongan darah A maka pada test minor akan terjadi aglutinasi.



-



Mayor Crossmatch merupakan tindakan terakhir untuk melindungi keselamatan penerima darah dan sebaiknya dilakukan demikian sehingga Complete Antibodies maupun incomplete Antibodies dapat ditemukan dengan cara tabung saja. Cara dengan objek glass kurang menjaminkan hasil percobaan. Reaksi silang yang dilakukan hanya pada suhu kamar saja tidak dapat mengesampingkan aglutinin Rh yang hanya bereaksi pada suhu 370C. Lagi pula untuk menentukan anti Rh sebaiknya digunakan cara Crossmatch dengan high protein methode. Ada beberapa cara untuk menentukan reaksi silang yaitu reaksi silang dalam larutan garam faal dan reaksi silang pada objek glass.



-



Reaksi Silang dalam Tabung. Prinsip : Sel donor dicampur dengan serum penerima (Mayor Crossmatch) dan sel penerima dicampur dengan serum donor dalam bovine albumin 20% akan terjadi aglutinasi atau gumpalan dan hemolisis bila golongan darah tidak cocok. Tujuan :



untuk menentukan cocok tidaknya darah donor dengan darah penerima untuk persiapan transfusi darah. Alat dan Reagensia : 1. Tabung reaksi



5. Bovine albumin 20%



2. Pipet tetes



6. Mikroskop



3. Sentrifuge



7. NaCl 0,9 %



4. Tabung sentrifuge



8. Serum Coombs



Bahan Pemeriksaan : Serum dan Eryhtrosit 5 % Teknik Kerja : a. Pembuatan suspensi Eryhtrosit 5 % 1. Kedalam tabung 12 x 75 mm diisi dengan larutan NaCl 0,9 % sebanyak 5 ml. 2. Tambahkan 5 tetes darah EDTA dan campur. 3. Putar pada sentrifuge pada 1500 rpm selama 5 menit. 4. Cairan dibuang dan pada endapan ditambahkan larutan NaCl 0,9 % sebanyak 5 ml. Campur dan putar lagi, ulangi langkah tadi sebanyak 3 kali. 5. Terakhir pada penambahan NaCl 0,9 % yang ke-4 kalinya sebanyak 5 ml merupakan suspensi eryhtrosit 5 %. b. pemeriksaan reaksi silang fase I 1. Sediakan dua buah tabung reaksi kecil dalam rak, yang sebelah kiri untuk mayor test dan sebelah kanan untuk minor test. 2. Tabung kiri diisi dengan 2 tetes serum penerima dan 2 tetes suspensi erythrosit donor 5 % dalam larutan NaCl 0,9 % dan 2 tetes bovine albumin 20%. 3. Tabung kanan diisi dengan 2 tetes serum donor dan 2 tetes suspensi erythrosit penerima 5 % dalam larutan NaCl 0,9 % 2 tetes bovine albumin 20%.



4. Masing-masing tabung dicampur dan diputar disentrifuge pada 1000 rpm selama 1 menit. 5. Goyangkan hati-hati dan periksa adanya aglutinasi dan hemolisis. 6. Bila hasil Mayor dan minor negatif, pemeriksaan dilanjutkan ke fase II 7. Bila hasil Mayor dan minor positif, pemeriksaan tidak dilanjutkan (tidak cocok) c. Crossmatch Fase II 1. Tabung tadi diinkubasi pada suhu 370C selama 15 menit 2. Putar selama 1 menit pada 1000 rpm disentrifuge. 3. Baca adanya aglutinasi dan hemolisis dengan menggoyang perlahanlahan sama dengan fase I, bila negatif dilanjutkan ke fase III



d. Crossmatch Fase III 1. Sel darah merah dicuci dengan NaCl 0,9% 3-4 kali 2. Tambahkan 2 tetes serum Coombs pada kedua tabung mayor dan Minor test. 3. Putar pada sentrifuge 1000 rpm selama 1 menit. 4. Baca adanya aglutinasi dan hemolisis dengan menggoyang perlahanlahan sama dengan fase I secara makroskopis. Penafsiran



:



Bila aglutinasi dan hemolisis negatif (-) maka darah dapat ditransfusikan Bila aglutinasi dan hemolisis positif (+) maka darah tidak dapat ditransfusikan (tidak cocok)



Serum antiglobulin meningkatkan sensitivitas pengujian in vitro. Antibodi kelas IgM yang



kuat biasanya menggumpalkan eritrosit yang mengandung antigen yang relevam secara nyata, tetapi antibodi yang lemah sulit dideteksi. Banyak antibodi kelas IgG yang tak mampu menggumpalkan eritrosit walaupun antibodi itu kuat. Semua pengujian antibodi termasuk uji silang tahap pertama menggunakan cara sentrifugasi serum dengan eritrosit. Sel dan serum kemudian diinkubasi selama 15-30 menit untuk memberi kesempatan antibodi melekat pada permukaan sel, lalu ditambahkan serum antiglobulin dan bila penderita mengandung antibodi dengan eritrosit donor maka terjadi gumpalan. Uji saring terhadap antibodi penting bukan hanya pada transfusi tetapi juga ibu hamil yang kemungkinan terkena penyakit hemolitik pada bayi baru lahir. Pemeriksaan Crossmatch di UTD dan BDRS saat ini menggunakan metode gel dalam cup kecil yang lebih mudah dan praktis, metode ini telah menggantikan metode tabung yang lebih sulit dan memerlukan banyak peralatan untuk pemeriksaan. Namun begitu metode tabung yang saat ini telah menggunakan teknik yang lebih ketat yaitu menggunakan beberapa fase pemeriksaan dan medium pemeriksaan yang lebih banyak, misal menggunakan bovine albumin, serum coombs dan inkubasi pada suhu 37°C yang akan menambah sensitivitas pemeriksaan.



MACAM-MACAM BENTUK SEDIAAN DARAH DAN KOMPONEN DARAH a. Darah lengkap (whole blood) - Darah lengkap mempunyai komponen utama yaitu eritrosit, darah lengkap juga mempunyai kandungan trombosit dan faktor pembekuan labil (V, VIII). - Volume darah sesuai kantong darah yang dipakai yaitu antara lain 250 ml, 350 ml, 450 ml. - Dapat bertahan dalam suhu 4°±2°C selama 30 hari. - Darah lengkap berguna untuk meningkatkan jumlah eritrosit dan plasma secara bersamaan. - Hb meningkat 0,9±0,12 g/dl dan Ht meningkat 3-4 % post transfusi 450 ml darah lengkap. - Biasa digunakan untuk pendarahan spontan. Ex: pendarahan karena kecelakaan dan melahirkan.







b. Sel darah merah Sel darah merah pekat (Packed red cell) - Packed red cell diperoleh dari pemisahan atau pengeluaran plasma secara tertutup atau septik sedemikian rupa sehingga hematokrit menjadi 7080%. - Volume tergantung kantong darah yang dipakai yaitu 150-300 ml. - Suhu simpan 4°±2°C selama 24 jam . - Packed cells merupakan komponen yang terdiri dari eritrosit yang telah dipekatkan dengan memisahkan komponen-komponen yang lain. - Packed cells banyak dipakai dalam pengobatan anemia terutama talasemia, anemia aplastik, leukemia dan anemia karena keganasan lainnya. - Pemberian transfusi bertujuan untuk memperbaiki oksigenasi jaringan dan alat-alat tubuh. Biasanya tercapai bila kadar Hb sudah di atas 8 g%. - Dosis transfusi darah didasarkan atas makin anemis seseorang resipien, makin sedikit jumlah darah yang diberika di dalam suatu seri transfusi darah dan makin lambat pula jumlah tetesan yang diberikan. Hal ini dilakukan untuk menghindari komplikasi gagal jantung. - Dosis yang dipergunakan untuk menaikkan Hb ialah dengan menggunakan rumus empiris: Kebutuhan darah (ml) = 6 x BB (kg) x kenaikan Hb yang diinginkan. - Penurunan kadar Hb 1-2 hari pasca transfusi, maka harus dipikirkan adanya auto immune hemolytic anemia. Hal ini dapat dibuktikan dengan uji coombs dari serum resipien terhadap eritrosit resipien sendiri atau terhadap eritrosit donor. Keadaan demikian pemberian washed packed red cell merupakan komponen pilihan disamping pemberian immuno supressive (prednison, imuran) terhadap resipien.  Red cell suspension/Eritrosit suspension - Dibuat dengan cara mencampur packed red cell dengan cairan pelarut dalam jumlah yang sama. - Diberikan jika terjadi auto imune hemolitic anemia terhadap PRC  Washed red cell/Washed Eritrosit - Washed red cell diperoleh dengan mencuci packed red cell 2-3 kali dengan saline, sisa plasma terbuang habis. - Berguna untuk penderita yang tak bisa diberi human plasma. - Kelemahan washed red cell yaitu bahaya infeksi sekunder yang terjadi selama proses serta masa simpan yang pendek (4-6 jam). - Washed red cell dipakai dalam pengobatan aquired hemolytic anemia dan exchange transfusion.  Darah merah pekat miskin lekosit - Kandungan utama eritrosit, suhu simpan 4°±2°C, berguna untuk meningkatkan jumlah eritrosit pada pasien yang sering memerlukan transfusi. - Manfaat komponen darah ini untuk mengurangi reaksi panas dan alergi. c. Suspensi granulosit/leukosit pekat - Kandungan utama berupa granulosit dengan volume 50-80 ml. - Suhu simpan 20°±2°C. Lama simpan harus segera ditransfusikan dalam 24 jam.



-



Transfusi granulosit diberikan bila penderita lekopenia dengan panas tinggi telah gagal diobati dengan antibiotik yang tepat lebih dari 48 jam. - Transfusi granulosit diberikan kepada para penderita leukemia, penyakit keganasan lainnya serta anemia aplastik yang jumlah leukositnya 2000/mm3 atau kurang dengan suhu 39°C atau lebih.g - Donor dari keluarga terdekat akan memperkecil kemungkinan reaksi transfusi. - Bila tidak diperoleh donor yang cocok golongan ABO-nya maka dapat dipilih donor golongan O. - Komponen suspensi granulosit harus diberikan segera setelah pembuatan dan diberikan secara intravena langsung atau dengan tetesan cepat. - Efek pemberian transfusi granulosit ini akan tampak dari penurunan suhu, bukan dari hitung leukosit penderita. Penurunan suhu terjadi sekitar 1-3 hari pasca transfusi. d. Suspensi trombosit - Pemberian trombosit seringkali diperlukan pada kasus perdarahan yang disebabkan oleh kekurangan trombosit. - Pemberian trombosit yang berulang-ulang dapat menyebabkan pembentukan thrombocyte antibody pada penderita. - Transfusi trombosit terbukti bermanfaat menghentikan perdarahan karena trombositopenia. - Indikasi pemberian komponen trombosit ialah setiap perdarahan spontan atau suatu operasi besar dengan jumlah trombositnya kurang dari 50.000/mm3. misalnya perdarahan pada trombocytopenic purpura, leukemia, anemia aplastik, demam berdarah, DIC dan aplasia sumsum tulang karena pemberian sitostatika terhadap tumor ganas. - Splenektomi pada hipersplenisme penderita talasemia maupun hipertensi portal juga memerlukan pemberian suspensi trombosit prabedah. Komponen trombosit mempunyai masa simpan sampai dengan 3 hari. Macam sediaan: Platelet Rich Plasma/Trombosit Rich Plasma (plasma kaya trombosit) Platelet Rich Plasma dibuat dengan cara pemisahan plasma dari darah segar. Penyimpanan 34°C sebaiknya 24 jam.  Platelett5t Concentrate/Trombosit Concentrate (trombosit pekat) - Kandungan utama yaitu trombosit, volume 50 ml dengan suhu simpan 20°±2°C. - Berguna untuk meningkatkan jumlah trombosit. - Peningkatan post transfusi pada dewasa rata-rata 5.000-10.000/ul. - Efek samping berupa urtikaria, menggigil, demam, alloimunisasi Antigen trombosit donor. - Dibuat dengan cara melakukan pemusingan (centrifugasi) lagi pada Platelet Rich Plasma, sehingga diperoleh endapan yang merupakan pletelet concentrate dan kemudian memisahkannya dari plasma yang diatas yang berupa Platelet Poor Plasma. - Masa simpan ± 48-72 jam. e. Plasma - Plasma darah bermanfaat untuk memperbaiki volume dari sirkulasi darah (hypovolemia, luka bakar), menggantikan protein yang terbuang seperti 



albumin pada nephrotic syndrom dan cirhosis hepatis, menggantikan dan memperbaiki jumlah faktor-faktor tertentu dari plasma seperti globulin. - Plasma diperlukan untuk penderita hiperbilirubinemia. - Komponen albumin di dalam plasma yang diperlukan untuk mengikat bilirubin bebas yang toksis terhadap jaringan otak bayi. - Tindakan ini biasanya mendahului suatu tindakan transfusi tukar. - Dosis yang diperlukan ialah 35 ml/kgbb. - Penggunaan sebagai plasma expander pada renjatan, substitusi protein pada kesulitan masukan oral jarang dilakukan.(2) Macam sediaan plasma adalah:  Plasma cair Diperoleh dengan memisahkan plasma dari whole blood pada pembuatan packed red cell.  Plasma kering (lyoplylized plasma) Diperoleh dengan mengeringkan plasma beku dan lebih tahan lama (3 tahun).  Fresh Frozen Plasma - Dibuat dengan cara pemisahan plasma dari darah segar dan langsung dibekukan pada suhu -60°C. Pemakaian yang paling baik untuk menghentikan perdarahan (hemostasis). - Kandungan utama berupa plasma dan faktor pembekuan labil, dengan volume 150-220 ml. - Suhu simpan -18°C atau lebih rendah dengan lama simpan 1 tahun. - Berguna untuk meningkatkan faktor pembekuan labil bila faktor pembekuan pekat/kriopresipitat tidak ada. Ditransfusikan dalam waktu 6 jam setelah dicairkan. - Efek samping berupa urtikaria, menggigil, demam, hipervolemia.  Cryopresipitate - Komponen utama yang terdapat di dalamnya adalah faktor VIII atau anti hemophilic globulin (AHG), faktor pembekuan XIII, faktor Von Willbrand, fibrinogen. - Penggunaannya ialah untuk menghentikan perdarahan karena kurangnya AHG di dalam darah penderita hemofili A. AHG tidak bersifat genetic marker antigen seperti granulosit, trombosit atau eitrosit, tetapi pemberian yang berulang-ulang dapat menimbulkan pembentukan antibodi yang bersifat inhibitor terhadap faktor VIII. Karena itu pemberiannya tidak dianjurkan sampai dosis maksimal, tetapi sesuai dosis optimal untuk suatu keadaan klinis. - Pembuatannya dengan cara plasma segar dibekukan pada suhu -60°C, kemudian dicairkan pada suhu 4-6°C. - Akibat proses pencairan terjadi endapan yang merupakan cryoprecipitate kemudian dipisahkan segera dari supernatant plasma. - Setiap kantong kriopresipitat mengandung 100-150 U faktor VIII. - Cara pemberian ialah dengan menyuntikkan intravena langsung, tidak melalui tetesan infus, pemberian segera setelah komponen mencair, sebab komponen ini tidak tahan pada suhu kamar. - Suhu simpan -18°C atau lebih rendah dengan lama simpan 1 tahun, ditransfusikan dalam waktu 6 jam setelah dicairkan. - Efek samping berupa demam, alergi.  Heated plasma



-



Plasma dipanaskan pada suhu 60°C selama 10 jam. Bahaya hepatitis berkurang. Heated plasma mengandung albumin 88%, globulin 12%, NaCL 0,06%, coprylic acid Na 0,02%, Na acetyl tuphtophen 0,02%, natrium cone 50 mEq/L  Albumin - Dibuat dari plasma, setelah gamma globulin, AHF dan fibrinogen dipisahkan dari plasma. Kemurnian 96-98%. - Dalam pemakaian diencerkan sampai menjadi cairan 5% atau 20% 100 ml albumin 20% mempunyai tekanan osmotik sama dengan 400 ml plasma biasa. Manfaat komponen darah Komponen darah diberikan melalui transfusi dimaksudkan agar transfusi tepat guna, pasien memperoleh hanya komponen darah yang diperlukan, mengurangi reaksi transfusi, mengurangi volume transfusi, meningkatkan efisiensi penggunaan darah, serta memungkinkan penyimpanan komponen darah pada suhu simpan optimal.



INDIKASI TRANFUSI KOMPONEN DARAH a. Sel darah merah Indikasi satu-satunya untuk transfusi sel darah merah adalah kebutuhan untuk memperbaiki penyediaan oksigen ke jaringan dalam jangka waktu yang singkat.  kehilangan darah yang akut, jika darah hilang karena trauma atau pembedahan, maka baik penggantian sel darah merah maupun volume darah dibutuhkan.  Transfusi darah prabedah diberikan jika kadar Hb 80 g/L atau kurang.  Anemia yang berkaitan dengan kelainan menahun, seperti penderita penyakit keganasan, artritis reumatoid, atau proses radang menahun yang tidak berespon terhadap hematinik perlu dilakukan transfusi.  Gagal ginjal, anemia berat yang berkaitan dengan gagal ginjal diobati dengan transfusi sel darah merah maupun dengan eritropoetin manusia rekombinan.  Gagal sumsum tulang karena leukemia, pengobatan sitotoksik, atau infiltrat keganasan membutuhkan transfusi sel darah merah dan komponen lain.  Penderita yang tergantung transfusi seperti pada talasemia berat, anemia aplastik dan anemia sideroblastik membutuhkan transfusi secara teratur.  Penyakit sel bulan sabit, beberapa penderita ini juga membutuhkan transfusi secara teratur, terutama setelah stroke.  Indikasi lain untuk transfusi pengganti pada penyakit hemolitik neonatus, malaria berat karena plasmodium falciparum dan septikemia meningokokus. b. Indikasi untuk transfusi trombosit adalah :  Gagal sumsum tulang yang disebabkan oleh penyakit atau pengobatan mielotoksik.  Kelainan fungsi trombosit, yaitu berupa kelainan fungsi trombosit yang diturunkan seperti pada penyakit Glanzmann, sindrom Bernard-Soulier, dan defisiensi tempat penyimpanan trombosit. Penderita defek fungsi trombosit yang didapat, sekunder terhadap mieloma, paraproteinemia dan uremia.



 Trombositopenia akibat pengenceran yang sekunder terhadap transfusi masif



atau transfusi pengganti, dan penderita mengalami perdarahan.  Pintas kardiopulmoner, baik selama atau setelahnya perdarahan dapat terjadi karena trombositopenia akibat pengenceran, begitu juga karena gangguan fungsi trombosit.  Purpura trombositopenia autoimun, walaupun kemungkinan tidak efektif karena trombosit yang ditransfusikan hancur oleh autoantibodi yang sirkulasi. c. Indikasi transfusi granulosit terbatas untuk kasus tertentu saja. Transfusi granulosit harus dipertimbangkan hanya untuk alasan seperti :  Neutropenia persisten dan infeksi berat yang terdapat bukti jelas infeksi bakteri atau jamur yang tidak dapat dikendalikan dengan pengobatan dengan antibiotik yang tepat selama 48-72 jam.  Fungsi neutrofil abnormal dan infeksi persisten seperti pada penyakit granulomatosa kronis dan sebagian kasus mielodisplasia.  Sepsis neonatus, terutama pada bayi prematur dengan sepsis dapat mengalami manfaat transfusi granulosit, walaupun keefektifannya tidak terbukti. d. Fresh Frozen Plasma - Untuk mengoreksi defisiensi faktor pembekuan/pengentalan di (dalam) suatu pendarahan pasien dengan berbagai defisit faktor pembekuan atau pengentalan (penyakit hati, DIC, transfusi masive) - Warfarin yang berlebihan atau kekurangan vitamin K, proses perbaikan coagulopathy yang diperlukan di dalam 12-24 jam. - pasien dengan perdarahan atau pasien dengan resiko pendarahan tinggi. - Penggantian defisiensi dalam Faktor V dan XI e. Cryoprecipitate - Hypofibrinogenemia - Fibrinogen · Transfusi raksasa(masive) · defisiensi kongenital · defisiensi yang didapat ( misalnya DIC) - kekurangan Faktor XIII - Uremia, dengan perdarahan yang tak bereaksi dengan therapy nontransfusion ( misalnya, dialisis, desmopressin) - Dysfibrinogenemia ( disfungsi fibrinogen)



KOMPLIKASI TRANSFUSI Komplikasi transfusi terbagi menjadi lokal dan umum. Komplikasi lokal yaitu :  Kegagalan memilih vena.  Fiksasi vena yang tidak baik.  Problem ditempat tusukan.  Vena pecah selama menusuk. Komplikasi umum yaitu :  Reaksi-reaksi transfusi.  Penularan atau transmisi penyakit infeksi.  Sensitisasi imunologis  Transfusi haemochromatosis. Reaksi transfusi 1. Reaksi pyrogenik dapat timbul selama atau setelah transfusi, reaksi khas berupa peningkatan temperatur antara 38°C-40°C. Bisa disertai dengan menggigil, kemerahan, kegelisahan dan ketegangan, jika transfusi dihentikan reaksi dan kegelisahan akan hilang. Pyrogen mungkin terdapat dalam material yang ditransfusikan atau dari alat yang dipakai untuk transfusi. Pyrogen merupakan produk metabolisme bakteri. 2. Reaksi alergi terdiri dari 2 mekanisme yaitu antigen dari donor dan antibodi dalam serum orang sakit bereaksi, antibodi dalam serum donor yang secara pasif ditransfer pada pasien beredar dengan antigen yang ada pada pasien. Antigen mungkin terdapat pada sel darah putih atau trombosit atau pada plasma donor. 3 reaksi alergi :



3.



4. 5. 6.



- Anafilaksis dengan gejala syok disertai atau tanpa pireksia, dapat terjadi kegagalan sirkulasi primer akut, nadi cepat, tekanan darah turun, pernapasan berat. - Urtikaria bersifat umum, reaksi berat dapat timbul asma, peningkatan temperatur, menggigil, sakit kepala, nausea, muntah dan pernapasan berat. - Pireksia sulit dibedakan dengan reaksi pirogen. Sirkulasi yang overload terjadi karena setelah pemberian yang cepat dan banyak terutama karena tambahan cairan koloid dan seluler, terjadi terutama pada penderita anemia, kelainan jantung atau degenerasi pembuluh darah. Reaksi demam dapat mendahului reaksi muatan sirkulasi berlebih. Reaksi hemolitik terjadi setelah transfusi darah inkompatibel, reaksi yang diakibatkan oleh transfusi darah yang sudah hemolisis invitro. Mekanisme kerusakan sel darah merah non imunologis/kerusakan invitro. Reaksi darah yang terkontaminasi bakteri khas dengan tanda kenaikan temperatur sampai 42°C, gangguan sirkulasi perifer, hypotensi dan nadi cepat. Intoksikasi citrat akibat pengumpulan citrat dalam darah dan pengurangan ion calcium, citrat diekskresikan oleh ginjal dan dimetabolisme dalam hepar, dapat terakumulasi dalam darah selama transfusi pasien dengan penyakit liver dan ginjal yang berat dan dapat terjadi gagal jantung.