5 HP Bersyarat - Kondisi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MK. HITUNG PERATAAN



HITUNG PERATAAN (HP) BERSYARAT / KONDISI



Pertemuan Ke 5 Armijon - 197304102008011008 - T. Geodesi dan Geomatika FT - Unila



I. PERSAMAAN DASAR & PENYELESAIANNYA โ€ฆ (1) D



C l3



l6



l4



l2



l5



l1



โ€ข Menentukan beda tinggi antara titik A,B,C dan D โ€ข Cukup dilakukan pengukuran beda tinggi dari A ke B, B ke C dan C ke D, atau ๐“1 , ๐“2 , dan ๐“3 (3 ukuran) โ€ข Dilakukan 6 pengukuran, sehingga terdapat 6 - 3 = 3 pengukuran lebih



B



A



โ€ข Terbentuk 5 jalur tertutup, yaitu โ€“ โ€“ โ€“ โ€“ โ€“



ABCDA, ABCA, BCDB, CDAC, ABDA



I. PERSAMAAN DASAR & PENYELESAIANNYA โ€ฆ (2) D



C l3



l6



l4



l2



l5



l1



A



B



โ‘ (d) = (a) - (b), dan (e) = (a) - (c)



โ‘ syarat (d) dan (e) bergantung linier terhadap syarat (a), (b) dan (c) โ‘ Sedangkan syarat (a), (b) dan (c) merupakan 3 persamaan syarat yang saling tidak bergantungan โ‘ Persamaan syarat lain yang tidak bergantungan adalah kelompok (a), (b), (e), kelompok (b), (c), (e), kelompok (b), (c), (d), kelompok (b), (d), (e), kelompok (c), (d), (e) โ‘ Maka dari 3 pengukuran lebih pada jaring pengukuran sipat datar tersebut dapat disusun menjadi 3 syarat yang saling tidak bergantungan



3



I. PERSAMAAN DASAR & PENYELESAIANNYA โ€ฆ (3) โ€ข Sebuah segitiga terdapat 3 unsur l sudut dan 3 unsur sisi. l l โ€ข Untuk menentukan bentuk segitiga cukup dilakukan pengukuran 2 l l unsur sudut B A l โ€ข jika dilakukan pengukuran semua sudut segitiga โ€ข maka pengukuran tersebut harus memenuhi syarat jumlah sudut dalam segitiga, yaitu C



3



4



5



1



2



6



๐“เดค1 + ๐“เดค 2 + ๐“เดค 3 โˆ’ 180๐‘œ = 0



โ€ข Bentuk dan besar segitiga ditentukan oleh 3 unsur โ€ข yaitu 2 unsur sudut dan 1 unsur sisi, atau 1 unsur sudut dan 2 unsur sisi, atau 3 unsur sisi



I. PERSAMAAN DASAR & PENYELESAIANNYA โ€ฆ (4) C l3 l4



l5



l1 A



l2 l6



B



โ€ข Jika dilakukan pengukuran 2 unsur sudut dan 2 unsur sisi, maka terjadi pengukuran lebih 1 sisi โ€ข Maka menimbulkan satu syarat sinus pada segitiga โ€ข Misalkan dilakukan pengukuran sudut ๐“1 , ๐“2 dan sisi ๐“4 , ๐“5



โ€ข maka syarat sisi yang harus dipenuhi dari data pengukuran yang tidak dihinggapi kesalahan adalah; ๐“เดค 5 sin ๐“เดค1 โˆ’ ๐“เดค 4 sin ๐“เดค 2 = 0



โ€ข Apabila dilakukan pengukuran semua unsur-unsur segitiga, jadi banyak pengukuran yang dilakukan adalah 6, maka banyak pengukuran lebih adalah (6-3) = 3



I. PERSAMAAN DASAR & PENYELESAIANNYA โ€ฆ (5) C l3 l4



l5



l1 A



l2 l6



B



โ€ข Dari 4 syarat tersebut di atas syarat (๐‘), (๐‘) dan (๐‘‘) saling bergantungan, karena: (๐‘‘) โˆ’ (๐‘) = (๐‘) โ€ข Ini menunjukan 3 pengukuran lebih menghasilkan 3 persamaan syarat yang tidak saling bergantungan, yang terdiri dari :



โ€ข Dari pengukuran ini terbentuk syarat-syarat berikut ๐‘Ž . ๐“เดค1 + ๐“เดค 2 + ๐“เดค 3 โˆ’ 180๐‘œ = 0 ๐‘ . ๐“เดค 5 sin ๐“เดค1 + ๐“เดค 4 sin ๐“เดค 2 = 0 ๐‘ . ๐“เดค 6 sin ๐“เดค1 + ๐“เดค 4 sin ๐“เดค 3 = 0 ๐‘‘ . ๐“เดค 6 sin ๐“เดค 2 + ๐“เดค 5 sin ๐“เดค 3 = 0



I. PERSAMAAN DASAR & PENYELESAIANNYA โ€ฆ (6) โ€ข โ€ข โ€ข โ€ข



C l3 l4



l5



l1 A



l2 l6



B



kelompok (๐‘Ž), (๐‘), (๐‘) kelompok (๐‘Ž), (๐‘), ๐‘‘ kelompok (๐‘Ž), (๐‘), (๐‘‘) Jadi dari 3 kelompok persamaan tersebut dipilih salah satu yang akan dipergunakan



โ€ข Dari pengukuran ini terbentuk syarat-syarat berikut ๐‘Ž . ๐“เดค1 + ๐“เดค 2 + ๐“เดค 3 โˆ’ 180๐‘œ = 0 ๐‘ . ๐“เดค 5 sin ๐“เดค1 + ๐“เดค 4 sin ๐“เดค 2 = 0 ๐‘ . ๐“เดค 6 sin ๐“เดค1 + ๐“เดค 4 sin ๐“เดค 3 = 0 ๐‘‘ . ๐“เดค 6 sin ๐“เดค 2 + ๐“เดค 5 sin ๐“เดค 3 = 0



I. PERSAMAAN DASAR & PENYELESAIANNYA โ€ฆ (7) KESIMPULAN โ€ข Bahwa banyak pengukuran yang dilakukan adalah ๐’ โ€ข Sedangkan banyak pengukuran yang diperlukan adalah ๐’– โ€ข Sehingga terjadi banyak pengukuran lebih ๐’“ โ€ข Dimana ๐’“ = (๐’ โˆ’ ๐’–) , โ€ข Maka dapat disusun ๐’“ persamaan syarat yang saling tidak bergantungan.



I. PERSAMAAN DASAR & PENYELESAIANNYA โ€ฆ (8) โ€ข Pada contoh jaring sipat datar persamaan yang terbentuk merupakan fungsi linier, sedangkan pada contoh pengukuran semua unsur segitiga akan membentuk fungsi linier dan tak linier. Andaikan dari ๐‘› pengukuran terdapat ๐‘Ÿ pengukuran lebih yang dapat disusun menurut persamaan syarat tak linier berikut: ๐‘“1 ๐“เดค1 , ๐“เดค 2 , โ€ฆ โ€ฆ , ๐“เดค ๐‘› = 0 ๐‘“2 ๐“เดค 1 , ๐“เดค 2 , โ€ฆ โ€ฆ , ๐“เดค ๐‘› = 0 โ‹ฎ โ‹ฎ โ‹ฎ โ‹ฎ โ‹ฎ โ‹ฎ ๐‘“๐‘Ÿ ๐“เดค1 , ๐“เดค 2 , โ€ฆ โ€ฆ , ๐“เดค ๐‘› = 0 โ€ข Atau ๐’‡ ๐‘ณ =๐ŸŽ โ€ข Dimana ๐‘จเดฅ ๐‘ณ + ๐‘จ๐’ = ๐ŸŽ



I. PERSAMAAN DASAR & PENYELESAIANNYA โ€ฆ (9) โ€ข Karena



๐“เดค๐‘— = ๐“๐‘— + ๐‘ฃ๐‘— โ€ข dimana ๐‘— merupakan bilangan bulat mulai dari 1 sampai dengan ๐‘›, maka dengan proses linierisasi setiap persamaan ke-๐‘– menghasilkan; ๐œ•๐‘“๐‘– ๐œ•๐‘“๐‘– ๐œ•๐‘“๐‘– ๐œ•๐‘“๐‘– ๐‘ฃ1 + ๐‘ฃ2 + โ‹ฏ + ๐‘ฃ๐‘— + โ‹ฏ + ๐‘ฃ๐‘› + ๐‘“1 ๐“เดค1 , ๐“เดค 2 , โ€ฆ โ€ฆ , ๐“เดค ๐‘› = 0 ๐œ•๐“1 ๐œ•๐“2 ๐œ•๐“๐‘— ๐œ•๐“๐‘›



โ€ข Dengan mengandaikan



๐œ•๐‘“๐‘– ๐œ•๐“๐‘—



= ๐‘Ž๐‘–๐‘—



๐‘Ž11 ๐‘ฃ1 + ๐‘Ž12 ๐‘ฃ2 + โ‹ฏ + ๐‘Ž1๐‘— ๐‘ฃ๐‘— + โ‹ฏ + ๐‘Ž1๐‘› ๐‘ฃ๐‘› + ๐‘ค1 ๐‘Ž21 ๐‘ฃ1 + ๐‘Ž22 ๐‘ฃ2 + โ‹ฏ + ๐‘Ž2๐‘— ๐‘ฃ๐‘— + โ‹ฏ + ๐‘Ž2๐‘› ๐‘ฃ๐‘› + ๐‘ค2 โ‹ฎ ๐‘Ž๐‘–1 ๐‘ฃ1 + ๐‘Ž๐‘–2 ๐‘ฃ2 + โ‹ฏ + ๐‘Ž๐‘–๐‘— ๐‘ฃ๐‘— + โ‹ฏ + ๐‘Ž๐‘–๐‘› ๐‘ฃ๐‘› + ๐‘ค๐‘– โ‹ฎ ๐‘Ž๐‘Ÿ1 ๐‘ฃ1 + ๐‘Ž๐‘Ÿ2 ๐‘ฃ2 + โ‹ฏ + ๐‘Ž๐‘Ÿ๐‘— ๐‘ฃ๐‘— + โ‹ฏ + ๐‘Ž๐‘Ÿ๐‘› ๐‘ฃ๐‘› + ๐‘ค๐‘Ÿ



= = โ‹ฎ = โ‹ฎ =



0 0 โ‹ฎ 0 โ‹ฎ 0



I. PERSAMAAN DASAR & PENYELESAIANNYA โ€ฆ (10) โ€ข dengan ๐‘ค๐‘– = ๐‘“1 ๐“เดค1 , ๐“เดค 2 , โ€ฆ โ€ฆ , ๐“เดค ๐‘› dan selanjutnya dalam penulisan matriks ๐‘Ž11 ๐‘Ž12 โ€ฆ ๐‘Ž1๐‘— โ€ฆ ๐‘Ž1๐‘› ๐‘ฃ1 ๐‘ค1 0 ๐‘Ž21 ๐‘Ž22 โ€ฆ ๐‘Ž2๐‘— โ€ฆ ๐‘Ž2๐‘› ๐‘ฃ2 ๐‘ค2 0 โ‹ฎ โ‹ฎ โ€ฆ โ‹ฎ โ€ฆ โ‹ฎ โ‹ฎ โ‹ฎ โ‹ฎ ๐‘Ž๐‘–1 ๐‘Ž๐‘–2 โ€ฆ ๐‘Ž๐‘–๐‘— โ€ฆ ๐‘Ž๐‘–๐‘› ๐‘ฃ๐‘— + ๐‘ค๐‘– = 0 โ‹ฎ โ‹ฎ โ‹ฎ โ€ฆ โ‹ฎ โ€ฆ โ‹ฎ โ‹ฎ โ‹ฎ ๐‘ค๐‘Ÿ ๐‘Ž๐‘Ÿ1 ๐‘Ž๐‘Ÿ2 โ€ฆ ๐‘Ž๐‘Ÿ๐‘— โ€ฆ ๐‘Ž๐‘Ÿ๐‘› ๐‘Ÿ 0 โ€ข ini selanjutnya disebut matrik persamaan syarat yang dirumuskan menjadi; ๐‘จ๐‘ฝ + ๐‘พ = ๐ŸŽ



I. PERSAMAAN DASAR & PENYELESAIANNYA โ€ฆ (11) โ€ข ๐‘จ disebut matriks koefisien dengan dimensi (๐‘Ÿ ๐‘ฅ ๐‘›), sedangkan ๐‘ฝ adalah matriks koreksi dengan dimensi (๐‘› ๐‘ฅ 1). Karena; ๐’Œ๐’๐’“๐’†๐’Œ๐’”๐’Š = โˆ’ ๐’Œ๐’†๐’”๐’‚๐’๐’‚๐’‰๐’‚๐’ โ€ข matriks ๐‘พ merupakan matriks kesalahan dan disebut kesalahan penutup, yang berukuran (๐‘Ÿ ๐‘ฅ 1). Setiap unsur matriks ๐‘พ merupakan fungsi dari semua data pengukuran ๐“๐‘— . Jadi matriks ini merupakan matriks yang diketahui, begitu juga matriks koefisien ๐‘จ. Jadi matriks koreksi ๐‘ฝ merupakan matriks anu (tak diketahui). Matriks ๐‘ฝ ini ditentukan dengan menggunakan prinsip minimum, yaitu ๐‘ฝ๐‘ป ๐‘ท ๐‘ฝ ๐’Ž๐’Š๐’๐’Š๐’Ž๐’–๐’Ž, dengan ๐‘ท matriks berat pengukuran yang berdimensi (๐‘› ๐‘ฅ ๐‘›). Ambil matriks pengali (๐‘š๐‘ข๐‘™๐‘ก๐‘–๐‘๐‘™๐‘–๐‘˜๐‘Ž๐‘ก๐‘œ๐‘Ÿ) ๐ฟ๐‘Ž๐‘”๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘›๐‘”๐‘’ ๐‘ฒ yang berukuran (๐‘Ÿ ๐‘ฅ 1), sehingga ๐‘ ๐‘ฒ๐‘ป ๐‘จ๐‘ฝ + ๐‘พ = ๐ŸŽ ๐‘‘๐‘’๐‘›๐‘”๐‘Ž๐‘› ๐‘˜๐‘œ๐‘›๐‘ ๐‘ก๐‘Ž๐‘›๐‘ก๐‘Ž ๐‘ โ‰  0



I. PERSAMAAN DASAR & PENYELESAIANNYA โ€ฆ (12) โ€ข Karena ๐‘ฝ๐‘ป ๐‘ท ๐‘ฝ memberikan hasil sebuah skalar yang mempunyai nilai ๐›Ÿ dan dalam hal ini ๐’„ = ๐Ÿ, akan tetap memberikan hasil minimum ๐›Ÿ , jadi ๐‘ฝ๐‘ป ๐‘ท ๐‘ฝ + ๐Ÿ ๐‘ฒ๐‘ป ๐‘จ๐‘ฝ + ๐‘พ = ๐›Ÿ โ†’ minimum Dan dihasilkan matrik ๐‘ฝ (matrik koreksi) ๐‘ฝ = โˆ’ ๐‘ทโˆ’๐Ÿ ๐‘จ๐‘ป ๐‘ฒ โ€ข Karena ๐‘ทโˆ’๐Ÿ = ๐‘ธ , Maka; ๐‘ฝ = โˆ’ ๐‘ธ ๐‘จ๐‘ป ๐‘ฒ โ€ข Didapatkan persamaan yang disebut persamaan normal ๐‘ต๐‘ฒโˆ’๐‘พ=๐ŸŽ โ€ข Matriks ๐‘ฒ yang disebut juga matriks korelat dimana ๐‘ฒ= ๐‘จ



โˆ’๐Ÿ โˆ’๐Ÿ ๐‘ป ๐‘ท ๐‘จ



๐‘พ



I. PERSAMAAN DASAR & PENYELESAIANNYA โ€ฆ (13) โ€ข (๐‘ฝ๐‘ป ๐‘ท ๐‘ฝ) dapat ditentukan dengan ๐‘ฝ๐‘ป ๐‘ท ๐‘ฝ = ๐‘พ๐‘ป ๐‘ตโˆ’๐Ÿ ๐‘พ โ€ข Variansi baku ๐ˆ๐Ÿ๐’ ditentukan dari; ๐‘ป ๐‘ฝ ๐‘ท๐‘ฝ ๐Ÿ ๐ˆ๐’ = ๐’“ โ€ข Hasil ukuran setelah perataan ditentukan dari; เดค =๐‘ณ+๐‘ฝ ๐‘ณ โ€ข Parameter ๐‘ฟ dapat pula ditentukan berdasarkan hasil เดค setelah perataan dimana ๐‘ฟ merupakan fungsi dari ๐‘ณ dimana; เดค ๐‘ฟ=๐‘ฟ ๐‘ณ



SEKIAN โ€ฆ. Banyak โ€“ Banyak berlatih Soal !



SELANJUTNYA Untuk Minggu Depan



โ€œ PERATAAN BERSYARAT Kofaktor dan variansi , kovariansi unsur-unsur setelah perataanโ€



15