5-Polarisasi Cahaya (Hukum Malus) [PDF]

  • Author / Uploaded
  • anis
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1



POLARISASI CAHAYA (HUKUM MALUS) LAPORAN EKSPERIMEN FISIKA II



Oleh Nama/NIM



: Prayunda Setia Prameswari/151810201007



Kelompok



: A1-2



Tanggal Praktikum : 21 Mei 2018 Nama Asisten



:



LABORATORIUM FISIKA MODERN JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS JEMBER 2018



2



BAB 1. PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Hukum Malus mengatakan bahwa : Interval waktu antara titik-titik yang berkorespodensi dari dua muka gelombang adalah sama untuk setiap pasangan titik yang berkorespodensi. Hal ini merupakan penjelasan tambahan dari asas Huygens. Di dalam medium yang homogen dan isotropik, dengan cepat rambat sama di setiap titik ke segala arah, maka jarak antara 2 muka gelombang adalah sama untuk semua titik-titik yang berkorespondensi. Polarisasi cahaya merupakan peristiwa penyerapan suatu getaran yang disebabkan oleh gelombang. Gejala terjadinya polarisasi dapat digambarkan dengan celah yang dilewati tali. Ketika tali digetarkan maka gelombang pada sumber getaran tali dapat melewati celah yang ada. Sedangkan saat tali digetarkan dengan arah tegak lurus maka gelombang yang diberikan pada sumber tali tidak dapat melewati celah yang ada (Tjia, 1993). Percobaan polarisasi cahaya dilakukan dengan menyusun alat eksperimen seperti Gambar 3.3. Polarizer diletakkan pada holder di depan laser sehingga berkas dapat melewati polarizer tersebut, sudut 0° polarizer diarahkan vertikal ke atas. Analyzer diletakkan pada bangku optik dengan sudut 0° analyzer diletakkan sejajar dengan polarizer. Layar pengamatan diwakili oleh selembar kertas yang diletakkan di belakang analyzer. Sudut analyzer diubah secara perlahan dengan memutarnya dan perubahan intensitas bayangan pada layar tersebut diamati. Lalu selanjutnya adalah intensitas diukur sebagai fungsi sudut antara polarizer dan analyzer. Aplikasi pemanfaatan Polarisasi Cahaya pada kehidupan sehari-hari banyak dimanfaatkan salah satunya pada cahaya matahari. Selain itu, polarisasi cahaya banyak digunakan untuk melakukan analisis tegangan (stress) pada plastic transparan. Pemanfaatan polarisasi cahaya juga banyak digunakan pada kaca mobil. Selain itu, polarisasi cahaya juga digunakan pada Sacharimeter, yang merupakan polarimeter yang khusus untuk menentukan konsentrasi larutan gula. Larutan gula disebut larutan optik aktif. Salah satu penerapan penting dari proses polarisasi adalah Liquid Crystal Dsiplay (LCD). LCD digunakan dalam berbagai tampilan, dari mulai jam digital, layar kalkulator, hingga layar televise.



3



1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dilakukannya percobaan Polarisasi Cahaya adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh perubahan sudut terhadap polarisasi cahaya yang terbentuk pada percobaan polarisasi cahaya? 2. Bagaimana pengaruh intensitas cahaya pada tiap sudut pada percobaan polarisasi cahaya? 3. Bagaimana grafik hubungan antara intensitas cahaya terhadap sudut pada percobaan polarisasi cahaya?



1.3 Tujuan Tujuan dilakukannya percobaan Polarisasi Cahaya adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui pengaruh perubahan sudut terhadap polarisasi cahaya yang terbentuk pada percobaan polarisasi cahaya. 2. Mengetahui pengaruh intensitas cahaya pada tiap sudut pada percobaan polarisasi cahaya. 3. Mengetahui grafik hubungan antara intensitas cahaya terhadap sudut pada percobaan polarisasi cahaya.



1.4 Manfaat Manfaat dilakukannya percobaan Polarisasi Cahaya adalah salah satunya pada Film 3 dimensi. Film ini dibuat dengan menggunakan dua buah kamera atau kamera khusus dengan dua lensa. Film 3 dimensi sebenarnya terdiri atas dua film yang dipertunjukkan pada saat yang sama oleh dua proyektor film. Di dalam gedung bioskop, kedua film diproyeksikan pada layar secara simultan. Kedua film berasal dari dua proyektor yang ditempatkan pada lokasi berbeda. Tiap film kemudian diproyeksikan dari dua sisi yang berbeda ke dalam layar logam. Sebuah filter polarisasi yang diletakkan di depan lensa proyektor sebelah kiri akan meneruskan gelombang cahaya dari gambar pada suatu arah getar tertentu. Bersamaan dengan itu filter lain di bagian kanan akan meneruskan gelombang cahaya tegak lurus arah getar yang dihasilkan oleh filter pertama. Film diproyeksikan melalui filter



4



polarisasi. Sumbu filter polarisasi untuk proyektor sebelah kiri dan sumbu filter polarisasi untuk proyektor sebelah kanan saling tegak lurus. Akibatnya, dua film yang sedikit berbeda diproyeksikan ke layar. Tiap film dipancarkan oleh cahaya yang terpolarisasi dengan arah tegak lurus terhadap film yang satunya. Penonton mengenakan kacamata khusus yang berfungsi sebagai filter. Kacamata ini memilikki dua filter Polaroid. Tiap filter memilikki sumbu polarisasi yang berbeda, satu horizontal dan satunya vertical. Hasil penyusunan proyektor dan filter itu adalah bahwa mata kiri menonton film dari proyektor sebelah kanan, sedangkan mata kanan menonton film dari proyektor sebelah kiri. Hal ini memberi kesan adanya kedalaman gambar 3 dimensi.



5



BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Polarisasi Cahaya Polarisasi cahaya merupakan peristiwa penyerapan suatu getaran yang disebabkan oleh gelombang. Gejala terjadinya polarisasi dapat digambarkan dengan celah yang dilewati tali. Ketika tali digetarkan maka gelombang pada sumber getaran tali dapat melewati celah yang ada. Sedangkan saat tali digetarkan dengan arah tegak lurus maka gelombang yang diberikan pada sumber tali tidak dapat melewati celah yang ada (Tjia, 1993).



Gambar 2.1 Peristiwa Polarisasi (a) Tali Digetarkan Searah dengan Celah (b) Tali Digetarkan dengan Arah Tegak Lurus Celah (Sumber: Tjia, 1993).



Seberkas sinar terdiri atas banyak gelombang yang dipancarkan oleh atomatom dari sumber cahaya. Setiap atom menghasilkan gelombang yang memiliki orientasi tertentu dari vektor medan listrik E. Arah polarisasi dari setiap gelombang didefinisikan sebagai arah medan listrik yang bervibrasi (Serway, 2010).



Gambar 2.2 Sebuah Diagram Skematis dari Gelombang Elektromaknetik. (Sumber: Serway, 2010).



6



Pada gambar dihalaman sebelumnya, dapat dilihat bahwasanya arah medan listrik terletak disepanjang sumbu y. Namun, gelombang elektromagnetik dapat memiliki vektor E yang terletak di bidang yz membentuk sudut berapapun yang memungkinkan dengan sumbu y. Oleh karena itu arah vibrasi dari suatu sumber gelombang semuanya mungkin, maka resultan gelombang elektromagnetiknya adalah suatu superposisi dari gelombang-gelombang yang bervibrasi ke arah yang berlainan. Hasilnya adalah sinar cahaya yang tidak terpolarisasi (Serway, 2010).



Gambar 2.3 Berkas Cahya (a) Representasi dari Seberkas Cahaya yang Tidak Terpolarisasi. (b) Berkas Cahaya yang Terpolarisasi Secara Linier (Sumber:Serway,2010).



2.2 Macam-macam Polarisasi Cahaya 1. Polarisasi Dengan Pemantulan dan Pembiasan



Gambar 2.4 Cahaya yang Tidak Terpolarisasi Datang pada Bidang Pantul (Sumber: Serway,2010).



Saat sebuah sinar yang tidak terpolarisasi datang pada permukaan seperti pada gambar di atas, setiap vektor medan listrik masing-masing dapat diuraikan



7



menjadi dua komponen. Komponen pertama adalah yang sejajar permukaan (ditunjukkan oleh titik) dan komponen kedua adalah yang tegak lurus dengan komponen pertama dan dengan arah rambatnya (ditunjukkan dengan panah). Pada keadaan ini komponen sejajarnya memantulkan lebih kuat daripada komponen tegak lurus dan menghasilkan sinar pantul yang terpolarisasi sebagian dan sinar bias juga terpolarisasi sebagian (Serway,2010).



Gambar 2.5 Sinar Pantul Terpolarisasi Seluruhnya (Sumber: Serway,2010).



2. Polarisasi dan Pembiasan Ganda (Bifefringence) Pembiasan ganda dapat terjadi pada bahan kalsit (calcite) dan plastik yang ditegangkan seperti selofen (cellophone). Pada kebanyakan material, laju cahaya adalah sama ke semua arah. Material seperti ini disebut isotropik. Disebabkan struktur atomnya, bahan birefringence adalah anisotropik yaitu laju cahaya tidak sama untuk semua arah. Saat seberkas cahaya masuk pada material birefringence seperti kalsium karbonat, cahaya yang tidak terpolarisasi terurai menjadi dua berkas cahaya dengan bidang polarisasi yang melaju dengan kecepatan yang berbeda. Kedua berkas cahaya dipolarisasikan kearah yang saling tegak lurus. Kedua berkas tersebut adalah sinar biasa (ordinary ray) dan sinar luar biasa (extraordinari ray) (Soedojo, 1992).



8



Gambar 2.6 Cahaya yang Tidak Terpolarisasi Datang Ke Dalam Kristal Kalsium Karbonat (Sumber: Soedojo, 1992).



3. Polarisasi Melalui Hamburan



Gambar 2.7 Hamburan Cahaya Matahari yang Tidak Terpolarisasi Oleh Molekul Udara (Serway,2010).



Gambar di atas mengambarkan cahaya matahari yang tidak terpolarisasi mengalami polarisasi ketika dihamburkan. Berkas sinar matahari yang tidak terpolarisasi yang melewati arah horizontal (sejajar tanah) mengenai sebuah molekul dari salah satu gas yang ada di udara, sehingga membuat molekulmolekulnya bergerak. Ketika cahaya dengan panjang gelombang λ yang berbedabeda datang pada molekul gas berdiameter d (d ≪ λ), maka intensitas relatif dari cahaya yang terhambur akan berubah menurut 1/λ4. Kondisi d ≪ λ terpenuhi untuk hamburan dari molekul oksigen dan nitrogen di atmosfer, yang diamaternya sekitas 0,2 nm. Oleh karena itu, panjang gelombang yang kecil (cahaya biru) dihamburkan secara efisien 23 daripada panjang gelombang besar (cahaya merah). Jadi, ketika cahaya matahari dihamburkan oleh molekul gas di udara, maka radiasi berpanjang gelombang kecil (biru) akan dihamburkan dengan lebih kuat daripada radiasi berpanjang gelombang besar (merah), inilah alasan mengapa langit berwarna biru (Serway, 2010).



2.3 Hukum Malus Hukum Malus mengatakan bahwa : Interval waktu antara titik-titik yang berkorespodensi dari dua muka gelombang adalah sama untuk setiap pasangan titik



9



yang berkorespodensi. Hal ini merupakan penjelasan tambahan dari asas Huygens. Di dalam medium yang homogen dan isotropik, dengan cepat rambat sama di setiap titik ke segala arah, maka jarak antara 2 muka gelombang adalah sama untuk semua titik-titik yang berkorespondensi (Alonso, 1992). Menurut (Sutrisno, 1983). Dalam hukum Malus, suatu polarisasi yang sempurna akan menghasilkan 50% intensitas cahaya tak terpolarisasi yang datang. Dianggap bahwa tidak ada cahaya yang hilang oleh pantulan – pantulan dan rantairantai hidrokarbon didalamnya benar-benar sejajar. Anggaplah bahwa komponen polarisasi yang tidak diinginkan seluruhnya dapat diserap, sedangkan komponen polarisasi yang diinginkan seluruhnya diteruskan. Jika suatu cahaya terpolarisasi linier dijatuhkan tegak lurus terhadap polaroid, sedang arah polarisasi membuat sudut θ dengan sumbu mudah polaroid, maka amplitudo yang diteruskan adalah sebesar proyaksi medan listrik pada sumbu mudah. Akibatnya intensitas cahaya yang diteruskan menjadi : 𝐼0 = 𝐼𝑚 (𝑐𝑜𝑠𝜃)2



(2.1)



Persamaan tersabut diatas dikenal dengan persamaan hukum Malus. Bias ganda merupakan sifat yang dimiliki beberapa Kristal tertentu (terutama kalsit) untuk membentuk dua sinar bias dari suatu sinar datang tunggal. Sinar bias (ordinary ray) mengikuti hukum-hukum pembiasan normal. Sinar bias lain, yang dinamakan sinar luar biasa (extraordinary ray), mengikuti hukum yang berbeda. Kedua sinar tersebut bergerak dengan kelajuan yang sama, di mana cahaya sinar biasa terpolarisasi tegak lurus terhadap cahaya sinar luar biasa (Sutrisno, 1983).



2.4 Aplikasi Polarisasi Cahaya Aplikasi pemanfaatan Polarisasi Cahaya pada kehidupan sehari-hari banyak dimanfaatkan salah satunya pada cahaya matahari yang harus melewati partikelpertikel udara yang ada pada atmosfer sebelum sampai ke bumi. Selain itu, polarisasi cahaya banyak digunakan untuk melakukan analisis tegangan (stress) pada plastic transparan. Saat cahaya melewati plastic, tiap warna cahaya tampak akan dipolarisasi dengan arahnya masing – masing. Jika plastic semacam itu diletakkan di antara dua pelat polarisasi, akan tampak pola warna – warni. Jika



10



salah satu pelat diputar, pola warna akan berubah karena warna yang semula dihambat sekarang diteruskan. Selain itu, pemanfaatan polarisasi cahaya juga banyak digunakan pada kaca mobil. Kaca itu sudah diberi lembaran plastik polaroid, sehingga sinar matahari yang keluar dari kaca tersebut sudah terpolarisasi dan intensitasnya sudah mengecil. Selain itu, polarisasi cahaya juga digunakan pada Sacharimeter, yang merupakan polarimeter yang khusus untuk menentukan konsentrasi larutan gula. Larutan gula disebut larutan optik aktif. Larutan tersebut ada yang dapat memutar bidang getar polarisasi ke kiri dan ada juga yang ke kanan. Dengan alat semacam ini, orang dapat menentukan konsentrasi larutan optik aktif (Dhani, 1990). Salah satu penerapan penting dari proses polarisasi adalah Liquid Crystal Dsiplay (LCD). LCD digunakan dalam berbagai tampilan, dari mulai jam digital, layar kalkulator, hingga layar televise. LCD dapat diartikan alat peraga kristal cair, berisi dua filter polarisasi yang saling menyilang dan didukung oelh sebuah cermin. Biasanya polarisator yang saling menyilang menghalangi semua cahaya yang melewatinya. Namun, diantar kedua filter itu terdapat lapisan kristal cair. Selain energi listrik alat ini dipadamkan, kristalnya memutar sinar-sinar yang kuat dengan membentuk sudut 900. Sinar-sinar yang berputar itu kemudian dapat menembus filter (penyaring) bagian belakang. Kemudian sinar-sinar itu dipantulkan oleh cermin sehingga peraga (layar) tampak putih. Angka atau huruf pada peraga dengan menyatakan daerah-daerah kristal cair. Ini mengubah posisi kristal cair tersebut sehingga kristal-kristal tidak lagi memutar cahaya (Laud, 1988).



11



BAB 3. METODE EKSPERIMEN



Percobaan Polarisasi Cahaya dapat terlaksana dengan beberapa rancangan penelitian yang akan dilaksakan mengikuti langkah kerja yang sudah dituliskan terlebih dahulu dalam modul percobaan praktikum yang ada. Dengan mengikuti petunjuk percobaan yang ada maka percobaan dapat dilakukan tanpa adanya hambatan. Berikut metode eksperimen yang dilakukan selama melakukan percobaan Polarisasi Cahaya:



3.1 Rancangan Eksperimen Rangkaian percobaan yang dilakukan dalam praktikum Polarisasi Cahaya adalah sebagai berikut: Identifikasi Permasalahan Kajian Pustaka Variabel Penelitian Kegiatan Eksperimen Data Analisa Kesimpulan Gambar 3.1 Rancangan Percobaan Polarisasi Cahaya Secara Umum.



3.2 Jenis dan Sumber Data Eksperimen Jenis dan sumber data yang diperoleh selama percobaan Polarisasi dilakukan adalah data kuantitas variasi sudut analyzer (00-900). Data yang diperoleh akan semakin bervariasi sesuai dengan jumlah pengulangan selama percobaan



12



dilakukan. Data yang bervariasi ini nantinya akan berpengaruh pada ketelitian percobaan yang sedang dilakukan.



3.3 Definisi Operasional Variabel dan Skala Pengukuran Variabel yang digunakan dalam percobaan Polarisasi Cahaya adalah sebagai berikut: 3.3.1 Variabel eksperimen a. Variabel Bebas Variabel bebas dalam percobaan Polarisasi Cahaya adalah pergeseran sudut analyzer. b. Variabel Terikat Variabel terikat dalam percobaan Polarisasi Cahaya adalah sudut analyzer dan sudut polaryzer. c. Variabel Kontrol Variabel kontrol dalam percobaan Polarisasi Cahaya adalah intensitas cahaya dan pergeseran sudut.



3.3.2 Skala Pengukuran Ralat pengukuran yang digunakan untuk menyelesaikan proses perhitungan percobaan Polarisasi Cahaya adalah sebagai berikut: Α1=Α cos θ



(3.1)



dan intensitasnya adalah











2 2 2 2 I  A  A . cos  I cos (3.2) 1 1 0



dimana I0 adalah intensitas cahaya setelah melintasi polarizer sebelum melewati analyzer.



13



3.4 Kerangka Pemecahan Masalah Kerangka pemecah masalah yang digunakan dalam percobaan Polarisasi Cahaya adalah sebagai berikut: 3.4.1 Kerangka Pemecah Masalah Mulai



Peralatan disusun seperti gambar 3.1



Sumber laser He-Ne diposisikan pada bangku. Polarizer diletakkan pada holder di depan laser.



Analyzer diletakkan pada bangku optik. Sudut 0° analyzer diletakkan sejajar dengan polarizer.



Sudut analyzer diubah secara perlahan.



Intensitas diukur sebagai fungsi sudut antara polarizer dan analyzer.



Tiap variasi sudut intensitasnya dicatat sebagai fungsi sudut yang berbeda-beda.



Selesai Gambar 3.2 Kerangka pemecahan masalah.



14



3.5 Prosedur Penelitian Prosedur percobaan yang dilakukan dalam percobaan Polarisasi Cahaya adalah menyiapkan alat dan bahan percobaan, sesuai dengan langkah kerja yang sudah diberikan dengan rincian sebagai berikut: 1.5.1 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan Polarisasi Cahaya adalah sebagai berikut: 1.



Meja Optik (OS-9103),



2.



Sumber Laser He-Ne (OS-9171), berfungsi untuk membentuk pola interferensi pada interferometer.



3.



Bangku Laser (OS-9172), berfungsi untuk meletakkan laser He-Ne sehingga sejajar dengan bangku interferometer.



4.



Angular Translator (OS-9106A),



5.



4 buah holder (OS9107),



6.



3 buah polarizer (OS-9109),



7.



Penunda (retarder) 140 nm (OS-9110),



8.



Cermin datar/flat front surface mirror (OS-9136), berfungsi untuk merefleksikan cahaya transmisi balik menuju kombinasi polarizer penunda.



9.



Layar pengamatan (OS-9138), berfungsi merekam perubahan intensitas bayangan.



10. Photometer (OS-912B), digunakan sebagai pengukur intensitas cahaya.



1.5.2 Gambar Eksperimen Gambar model percobaan Polarisasi Cahaya yang digunakan adalah sebagai berikut:



Polarizer 1 Sumber cahaya



Polarizer 2 Fotometer



(Analiser)



Layar Gambar 3.3 Susunan Eksperimen Polarisasi.



15



Gambar 3.4 Fotometer dan Bangku Putar (rotating table). Polarizer 2 Polarizer 1



Cermin



(Analiser)



Sumber cahaya Layar Bidang Penunda Gambar 3.5 Susunan Eksperimen Bidang Penunda.



1.5.3 Langkah kerja Langkah kerja percobaan Polarisasi Cahaya adalah sebagai berikut: A. Hukum Malus 1. Peralatan eksperimen disusun seperti Gambar 3.3. Sumber laser He-Ne diposisikan pada bangku. Polarizer diletakkan pada holder di depan laser sehingga berkas dapat melewati polarizer tersebut, sudut 0° polarizer diarahkan vertikal ke atas. 2. Analyzer diletakkan pada bangku optik. Sudut 0° analyzer diletakkan sejajar dengan polarizer. Selembar kertas dipersiapkan sebagai layar pengamatan di belakang analyzer. 3. Sudut analyzer diubah secara perlahan dengan memutarnya dan perubahan intensitas bayangan pada layar tersebut diamati. Adakah laser terpolarisasi? 4. Langkah selanjutnya adalah intensitas diukur sebagai fungsi sudut antara polarizer dan analyzer. Layar dipindahkan dan probe fiber optik diletakkan untuk fotometer. Sudut analyzer diposisikan pada angka 10° dan intensitas



16



berkas yang ditransmisikan oleh analyzer dicatat. Pemutaran sampai dengan sudut 90o dicatat dan intensitasnya dicatat sebagai fungsi sudut yang berbedabeda. 5. Polarizer ketiga diletakkan pada holder di antara kedua polarizer pertama dan kedua pada satu arah dimana sumbu polarizer ketiga membentuk sudut 45o terhadap polarizer pertama. 6. Laser dipindahkan dan gunakan sumber cahaya biasa. Langkah 4 dilakukan untuk sumber cahaya biasa (incandescent light source) tersebut. B. Bidang Penunda/Retarder 1. Polarizer diletakkan pada holder dan bidang penunda 140 nm pada holder yang sama sehingga sumbu 0o bidang penunda membentuk sudut 45o terhadap sumbu 0o polarizer. 2. Susunan ini diletakkan pada bangku sehingga bagian depan polarizer berhadapan dengan berkas laser. 3. Analiser diletakkan dan gunakan layar pengamatan untuk menentukan apakah berkas yang diteruskan melalui kombinasi polarizer dan bidang penunda ini mengalami polarisasi atau tidak? 4. Layar pengamatan dipindahkan dan probe fotometer diletakkan di depan analyzer. Intensitas cahaya transmisi diukur untuk beberapa variasi sudut analyzer (0o-90o). 5. Cermin datar diletakkan disebelah kanan kombinasi polarizer penunda. Cermin ini akan merefleksikan cahaya transmisi balik menuju kombinasi polarizer penunda. intensitas bayangan pada bagian depan laser diperhatikan (cermin diletakkan membentuk sudut sedemikian hingga anda dapat melihat bayangan pada bagian muka, bersebelahan dengan output laser. 6. Bidang penunda diputar dan intensitas bayangan tersebut diperhatikan. Cahaya yang terpolarisasi melingkar dapat mempunyai arah melingkar ke kanan atau melingkar ke kiri (bergantung pada kedudukan relatif antara arah bidang penunda dan sumbu polarizer). Pada eksperimen ini, cermin akan merubah bentuk polarisasi cahaya menjadi terpolarisasi melingkar. 7. Efek bidang penunda dapat divariasi dengan merubah sudut antara bidang penunda dengan polarizer. Susunan eksperimen dibuat yang dapat digunakan untuk mengaamati variasi sudut ini. 3.6 Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam percobaan Polarisasi Cahaya adalah sebagai berikut:



17



a. Tabel Data Pengamatan Tabel data percobaan Polarisasi Cahaya adalah sebagai berikit: No. N



dm (µm) dm1 dm2 dm3



̅̅̅̅ 𝑑𝑚



b. Grafik Grafik yang dicari dalam percobaan Polarisasi Cahaya adalah sebagai berikut: 1. Grafik Regresi Grafik regresi yang didapatkan adalah sebagai berikut: Jumlah Frinji (N)



Pergeseran frinji/panjang gelombang (2dm/λ) 2. Grafik Error Bar Grafik error bar yang didapatkan adalah sebagai berikut:



18



Jumlah Frinji (N)



Pergeseran frinji/panjang gelombang (2dm/λ)



19



DAFTAR PUSTAKA



Alonso, M dan Finn. 1992. Dasar-Dasar Fisika Universitas. Jakarta: Erlangga. Dhani, Anwar. 1990. Gelombang dan Optika. Yogyakarta: Self Publisher. Laud, B. 1988. Laser dan Optik Nonlinier. Jakarta:Universitas Indonesia Press. Serway, Raymond A. 2010. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Salemba Empat. Soedojo, P. 1992. Azaz-Azaz Ilmu Fisika Jilid 3. Yogyakarta: Gadjah Mada Universitas Press. Sutrisno. 1983. Fisika Dasar. Bandung: ITB. Tim Penyusun. 2018. Buku Panduan Praktikum (Lab Manual) Eksperimen Fisika II. Jember: Laboratotium Optoelektronika dan Fisika Modern Jurusan Fisika FMIPA Universitas Jember. Tjia, M. 1993. Gelombang. Bandung: ITB Press.