6 Pengkajian Budaya Dalam Keperawatan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENGKAJIAN BUDAYA DALAM KEPERAWATAN



Disusun Oleh: Kelompok 6 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Angga Hermawan Edi Haryanto Happy Nurhayati Joko Susanto Niken Ayu Septiana Nur Azizah Dwi F



(B1801002) (B1801006) (B1801014) (B1801021) (B1801028) (B1801030)



7. Nurul Chotimah 8. Nurya Fikriani 9. Setiaji Kris Nur C 10. Titik Sumartini 11. Winingsih



(B1801032) (B1801033) (B1801043) (B1801054) (B1801061)



Dosen Pengampu: Endang Sawitri, M.Kes



PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN-ALIH JALUR SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KLATEN TAHUN AKADEMIK 2018/2019



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada abad ke-21, termasuk tuntutan terhadap asuhan keperawatan yang berkualitas akan semakin besar. Dengan adanya globalisasi, dimana perpindahan penduduk antar negara (imigrasi) dimungkinkan, menyebabkan adaya pergeseran terhadap tuntutan asuhan keperawatan. Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge yang kuat, yang dapat dikembangkan serta dapat diaplikasikan dalam praktek keperawatan. Perkembangan teori keperawatan terbagi menjadi 4 level perkembangan yaitu metha theory, grand theory, midle range theory dan practice theory. Salah satu teori yang diungkapkan pada midle range theory adalah Transcultural Nursing Theory. Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi dan dikembangkan dalam konteks keperawatan. Teori ini menjabarkan konsep keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilainilai kultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock. Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan beberapa mengalami disorientasi. Salah satu contoh yang sering ditemukan adalah ketika klien sedang mengalami nyeri. Pada beberapa daerah atau negara diperbolehkan seseorang untuk mengungkapkan rasa nyerinya dengan berteriak atau menangis. Tetapi karena perawat memiliki kebiasaan bila merasa nyeri hanya dengan meringis pelan, bila berteriak atau menangis akan dianggap tidak sopan, maka ketika ia mendapati klien tersebut menangis atau berteriak, maka perawat akan memintanya untuk bersuara pelan-pelan, atau memintanya



1



berdoa atau malah memarahi pasien karena dianggap telah mengganggu pasien lainnya. Kebutaan budaya yang dialami oleh perawat ini akan berakibat pada penurunan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan. B. Tujuan Penulisan Mampu memahami bagaimana cara melakukan pengkajian budaya dan aplikasi teori Transcultural Nursing dalam pembuatan asuhan keperawatan.



2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perspektif Transkultural dalam Keperawatan 1. Keperawatan



Transkultural



dan



Globalisasi



dalam



Pelayanan



Kesehatan Sebelum mengetahui lebih lanjut keperawatan transkultural, perlu kita ketahui apa arti kebudayaan terlebih dahulu. Kebudayaan adalah suatu system gagasan, tindakan, hasil karya manusia yang diperoleh dengan cara belajar dalam rangka kehidupan masyarakat. (Koentjoroningrat, 1986). Wujud-wujud kebudayaan antara lain : a. Kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma dan peraturan b. Kompleks aktivitas atau tindakan c. Benda-benda hasil karya manusia Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge yang dapat dikembangkan dan diaplikasikan dalam praktek keperawatan. Teori transkultural dari keperawatan berasal dari disiplin ilmu antropologi dan dikembangkan dalam konteks keperawatan. Teori ini menjabarkan konteks atau konsep keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai cultural yang melekat dalam masyarakat. Menurut Leinenger, sangat penting memperhatikan keragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock. Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya. Keperawatan transkultural adalah ilmu dengan kiat yang humanis yang difokuskan pada perilaku individu/kelompok serta proses untuk mempertahankan atau meningkatkan perilaku sehat atau sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang budaya. Sedangkan menurut Leinenger (1978), keperawatan transkultural adalah suatu pelayanan



3



keperawatan yang berfokus pada analisa dan studi perbandingan tentang perbedaan budaya. Tujuan dari transcultural nursing adalah untuk mengidentifikasi, menguji, mengerti dan menggunakan norma pemahaman keperawatan transcultural dalam meningkatkan kebudayaan spesifik dalam asuhan keperawatan. Asumsinya adalah berdasarkan teori caring, caring adalah esensi dari, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan. Perilaku caring diberikan kepada manusia sejak lahir hingga meninggal



dunia.



Human



caring



merupakan



fenomena



universal



dimana,ekspresi, struktur polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya. 2. Konsep dan Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Transkultural Konsep dalam transcultural nursing adalah : a. Budaya Norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan. b. Nilai budaya Keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau suatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan c. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan Merupakan bentuk yang optimal dalam pemberian asuhan keperawatan d. Etnosentris Budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain adalah persepsi yang dimiliki individu menganggap budayanya adalah yang terbaik e. Etnis Berkaitan dengan manusia ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan menurut cirri-ciri dan kebiasaan yang lazim f.



Ras



4



Perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal



muasal



manusia.



Jenis



ras



umum



dikenal



kaukasoid,



negroid,mongoloid. g. Etnografi: Ilmu budaya Pendekatan metodologi padapenelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada pemberdayaan budaya setiap individu. h. Care Fenomena yang berhubungan dengan bimbingan bantuan, dukungan perilaku pada individu, keluarga dan kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhikebutuhan baik actual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia i.



Caring Tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia



j.



Culture care Kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan pola ekspresi digunakan untuk membimbing, mendukung atau member kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat dan berkembang bertahan hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai



k. Cultural imposition Kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktek dan nilai karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi dari kelompok lain. Paradigma transcultural nursing (Leininger 1985) , adalah cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam asuhan keperawatan yang sesuai latar belakang budaya, terhadap 4 konsep sentral keperawatan yaitu : a. Manusia



5



Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilainilaidan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan pilihan. Menurut Leininger (1984) manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995). b. Sehat Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang samayaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yangadaptif (Andrew and Boyle, 1995). c. Lingkungan Lingkungan



didefinisikan



mempengaruhi



sebagai



perkembangan,



keseluruhan



kepercayaan



dan



fenomena



yang



perilaku



klien.



Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalam masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol yang menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni, riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan. d. Keperawatan Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktikkeperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar



6



belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memnadirikan individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan adalah perlindungan/mempertahankan budaya, mengakomodasi/negoasiasi budaya dan mengubah/mengganti budaya klien (Leininger, 1991). 3. Pengkajian Asuhan Keperawatan Budaya Peran perawat dalam transkultural nursing yaitu menjembatani antara sistem perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan melalui asuhan keperawatan. Tindakan keperawatan yang diberikan harus memperhatikan 3 prinsip asuhan keperawatan yaitu: Cara I : Mempertahankan budaya Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya berolahraga setiap pagi. Cara II : Negosiasi budaya Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang lain. Cara III : Restrukturisasi budaya Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut.



7



Model konseptual yang di kembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise Model). Geisser (1991) menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagai landasan berpikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew and Boyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien ( Giger and Davidhizar, 1995). Pengkajian dirancang berdasarkan tujuh komponen yang ada pada”Sunrise Model” yaitu: a. Faktor teknologi (technological factors) Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat



penawaran



menyelesaikan



masalah



dalam



pelayanan



kesehatan. Perawat perlu mengkaji: Persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternative dan persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan ini. b. Faktor agama dan falsafah hidup ( religious and philosophical factors ) Agama adalah suatu symbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk mendapatkan kebenaran diatas segalanya, bahkan diatas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah: agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan. c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga ( kinshop and Social factors ) Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor: nama lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe



8



keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga dan hubungan klien dengan kepala keluarga. d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways ) Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya yang di anggap baik atau buruk. Norma –norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu di kaji pada factor ini adalah posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, perseosi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari- hari dan kebiasaan membersihkan diri. e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors ) Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995 ). Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah: peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat. f.



Faktor ekonomi (economical factors) Klien yang dirawat dirumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya: pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga.



g. Faktor pendidikan ( educational factors ) Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah: tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta



9



kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sedikitnya sehingga tidak terulang kembali. Prinsip-prinsip pengkajian budaya: a. Jangan menggunakan asumsi. b. Jangan membuat streotif bisa menjadi konflik misalnya: orang Padang pelit,orang Jawa halus. c. Menerima dan memahami metode komunikasi. d. Menghargai perbedaan individual. e. Tidak boleh membeda-bedakan keyakinan klien. f. Menyediakan privacy terkait kebutuhan pribadi. 4. Instrumen Pengkajian Budaya Sejalan



berjalannya



waktu,Transkultural



in



Nursing



mengalami



perkembangan oleh beberapa ahli, diantaranya: a. Sunrise model (Leininger) Yang terdiri dari komponen: 1) Faktor teknbologi (Technological Factors) - Persepsi sehat-sakit - Kebiassaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan - Alasan mencari bantuan/pertolongan medis - Alasan memilih pengobatan alternative - Persepsi penggunaan dan pemanfaatan teknologi dalam mengatasi masalah kesehatan 2) Faktor agama atau falsafah hidup (Religious & Philosophical factors) - Agama yang dianut - Status pernikahan - Cara pandang terhadap penyebab penyakit - Cara pengobatan / kebiasaan agama yang positif terhadap kesehatan 3) Faktor sosial dan keterikatan kelluarga (Kinship & Social Factors) - Nama lengkap & nama panggilan - Umur & tempat lahir,jenis kelamin - Status,tipe keluarga,hubungan klien dengan keluarga



10



- Pengambilan keputusan dalam keluarga 4) Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (Cultural value and lifeways) - Posisi / jabatan yang dipegang dalam keluarga dan komunitas - Bahasa yang digunakan - Kebiasaan yang berhubungan dengan makanan & pola makan - Persepsi sakit dan kaitannya dengan aktifitas kebersihan diri dan aktifitas sehari-hari 5) Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (Political & legal Factors) Kebijakan dan peraturan Rumah Sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya, meliputi: - Peraturan dan kebijakan jam berkunjung - Jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu - Cara pembayaran 6) Faktor ekonomi (Economical Factors) - Pekerjaan - Tabungan yang dimiliki oleh keluarga - Sumber biaya pengobatan - Sumber lain ; penggantian dari kantor,asuransi dll. - Patungan antar anggota keluarga 7) Faktor Pendidikan (Educational Factors) - Tingkat pendidikan klien - Jenis pendidikan - Tingkat kemampuan untuk belajar secara aktif - Pengetahuan tentang sehat-sakit b. Keperawatan transkultural model Giger & Davidhizar Dalam model ini klien/individu dipandang sebagai hasil unik dari suatu kebudayaan,pengkajian keperawatan transkultural model ini meliputi: 1) Komunikasi (Communication) Bahasa yang digunakan,intonasi dan kualitas suara,pengucapan (pronounciation), penggunaan bahasa non verbal, penggunaan ‘diam’



11



2) Space (ruang gerak) Tingkat rasa nyaman,hubungan kedekatan dengan orang lain,persepsi tentang ruang gerak dan pergerakan tubuh. 3) Orientasi social (social orientastion) Budaya, etnisitas, tempat, peran dan fungsi keluarga, pekerjaan, waktu luang, persahabatan dan kegiatan social keagamaan. 4) Waktu (time) Penggunaan waktu, definisi dan pengukuran waktu, waktu untuk bekerja dan menjalin hubungan social, orientasi waktu saat ini, masa lalu dan yang akan datang. 5) Kontrol lingkungan (environmental control) Nilai-nilai budaya, definisi tentang sehat-sakit, budaya yang berkaitan dengan sehat-sakit. 6) Variasi biologis (Biological variation) Struktur tubuh, warna kulit & rambut, dimensi fisik lainnya seperti; eksistensi enzim dan genetik, penyakit yang spesifik pada populasi terntentu, kerentanan terhadap penyakit tertentu, kecenderungan pola makan dan karakteristik psikologis, koping dan dukungan social. c. Keperawatan transkultural model Andrew & Boyle Komponen-komponenya meliputi: 1) Identitas budaya 2) Ethnohistory 3) Nilai-nilai budaya 4) Hubungan kekeluargaan 5) Kepercayaan agama dan spiritual 6) Kode etik dan moral 7) Pendidikan 8) Politik 9) Status ekonomi dan social 10) Kebiasaan dan gaya hidup 11) Faktor/sifat-sifat bawaan 12) Kecenderungan individu



12



13) Profesi dan organisasi budaya Komponen-komponen diatas perlu dikaji pada diri perawat (self assessment) dan pada klien, Kemudian perawat mengkomunikasikan kompetensi transkulturalnya melalui media: verbal, non verbal & teknologi, untuk tercapainya lingkungan yang kondusif bagi kesehatan dan kesejahteraan klien. 5. Diagnosa keperawatan Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnosa keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural yaitu : a. gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur b. gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural c. ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini. 6. Perencanaan dan Pelaksanaan Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah suatu proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai denganlatar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural (Andrew and Boyle, 1995) yaitu : - mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan kesehatan, - mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan dan - merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan. a. Cultural care preservation/maintenance 1) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat



13



2) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien 3) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat b. Cultural careaccomodation/negotiation 1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien 2) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan 3) Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik. c. Cultual care repartening/reconstruction 1) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan melaksanakannya 2) Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok 3) Gunakan pihak ketiga bila perlu 4) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang dapat dipahami oleh klien dan orang tua 5) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya masingmasing melalui proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang akhirnya akan memperkaya budaya budaya mereka. Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien akan terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilan menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik. 7. Evaluasi Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.



14



B. Contoh Kasus An. A 8 tahun suku padang, beragama islam diantarkan orang tuanya di rumah sakit harapan kita dengan keluhan nyeri pada tulang keringnya. Bp.A mengatakan nyerinya timbul akibat An.A terjatuh dari pohon keramat didesanya, kemudian menurut kepercayaan orang sekitar An.A terjatuh akibat didorong oleh penunggu pohon keramat tersebut. Menurut cerita yang dikatakan Bp.A, saat anak nya jatuh An. A langsung dibawa ke dukun, lalu An.A dipijit menggunakan batang sereh yang di bakar dengan bacaan doa-doa. Bp.A mengatakan An.A dilarang mengkonsumsi makanan seperti ikan, daging, dan telur. Namun An.A masih tampak lemah, lesu, dan tampak kesakitan, pada saat di berikan perkes Bp.A masih terlihat kebingungan. Setelah dilakukan pemeriksaan melaluirontgen, pada hasil rontgen terlihat bahwa terdapat adanya retak pada tulang kering An. A. PENGKAJIAN Pengkajian dilakukan tanggal : 10 Desember 2016



Jam



: 10.00



No. CM



:_



WIB Tanggal masuk



: 9 Desember 2016



Ruangan



:_



A.



Ruangan



:_



Identitas Pasien Nama



: An. A



Jenis Kelamin



: Laki-laki



Usia



: 8 Tahun



Status Perkawinan



: Belum Menikah



Agama



: Islam



Suku Bangsa



: Padang



Pendidikan



: SD



Bahasa yang digunakan



: Bahasa Indonesia



Pekerjaan



: Pelajar



Alamat



: Jl. Baru Kel. Pasar Sejantung Kab.



Kepahiang Diagnosa Medis



: Fraktur Tibia (Retak tulang kering)



15



B.



Penanggung Jawab Nama



: Bp.A



Jenis Kelamin



: Laki-laki



Usia



: 35 Tahun



Status Perkawinan



: Menikah



Agama



: Islam



Suku Bangsa



: Padang



Pendidikan



: Tamat SD



Bahasa yang digunakan



: Indonesia



Pekerjaan



: Kuli Bangunan



Alamat



: Jl. Baru Kel. Pasar Sejantung Kab.



Kepahiang Hubungan Dengan Pasien



: Ayah klien



Keluhan Utama



: Nyeri pada Tulang Kering



( Fraktur ) Riwayat Kesehatan Saat ini : saat ini Klien merasakan nyeri pada tulang keringnya. Bp.A mengatakan nyerinya timbul akibat An.A terjatuh dari pohon keramat didesanya, kemudian menurut kepercayaan orang sekitar An.A terjatuh akibat didorong oleh penunggu pohon keramat tersebut. Riwayat kesehatan Masa Lalu : Pada masa lalu Klien tidak



memiliki



riwayat



kesehatan



sehingga



tidak



ada



pengaruh dalam kesehatan saat ini. Riwayat Kesehatan Keluarga : Keluarga Klien tidak memiliki



penyakit



apapun



sehingga



penyakit



klien



ditimbulkan bukan dari keluarga. Riwayat pengobatan : Ada riwayat pengobatan dar keluarga yaitu pengobatan dari dukun sehingga klien sebelum dibawa ke tim medis dibawa terlebih dahulu ke dukun tersebut. C.



Riwayat Kesehatan Teori Sunrise model : 1. Faktor Tekhnologi



16



a. Persepsi Sehat Sakit Persepsi klien mengenai sehat sakit,klien mengatakan biasanya klien cukup datang ke dukun dalam mengatasi permasalahan kesehatan, selain itu juga sering menkonsumsi obat tradisional. b. Alasan mencari bantuan kesehatan Bp.A mengatakan bahwa anaknya didorong oleh pohon penunggu keramat, sehingga bp.A mencari bantuan kesehatan dengan membawa An.A kedukun, selain itu keluarga bp.A mempunyai kebiasaan berobat kedukun c. Alasan klien memilih pengobatan alternative Bp.A sebagai keluarga klien mengatakan bahwa sebelum klien dibawa ke rumah sakit harapan kita, saat anak nya jatuh An. A langsung dibawa ke dukun, lalu An.A dipijit menggunakan batang sereh yang di bakar dengan bacaan doa-doa. Bp.A mengatakan An.A dilarang mengkonsumsi makanan seperti ikan, daging, dan telur. Alasan keluarga klien memilih pengobatan alternative karena Bp.A sebagi ayah klien mempercayai bahawa anaknya yaitu An.A terjatuh karena didorong oleh penunggu pohon keramat. d. Persepsi penggunaan dan pemanfaatan tekhnologi 1. Hasil pemeriksaan rontgen, pada hasil rontgen terlihat bahwa terdapat adanya retak pada tulang kering An. A 2. An. A akan melakukan operasi. 2. Faktor Agama dan Filosofi a. Agama yang dianut klien adalah islam, b. klien & keluarga mempunyai pandangan bahwa sakit yang diderita An.A akibat gangguan dari makhluk gaib , klien & keluarga biasanya datang kedukun dan meminta doa-doa agar penyakitnya berkurang . 3. Faktor Sosial dan Ikatan Kekerabatan a. Bp.A yaitu ayah dari An. A seorang karyawan b. umur An.A 8 tahun c. Suku bangsa padang 4. Faktor nilai budaya dan gaya hidup klien a. Bahasa yang digunakan klien adalah bahasa indonesia



17



b. An.A dipijit menggunakan batang sereh yang di bakar dengan bacaan doa-doa. c. An. A terjatuh karena memanjat pohon d. An.A tidak mengosumsi makanan seperti ikan, daging, dan telur, karena dukun setempat melarangnya untuk memakan jenis makanan tersebut 5. Faktor hukum dan kebijakan yang berlaku Jam berkunjung Klien pukul 09.00 sampai 17.00, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu hanya kedua orang tua dan kerabat Klien,cara pembayaran biaya rumah sakit di peroleh dari penghasilan kedua orang tua klien 6. Faktor Ekonomi Bp.A seseorang yang berprofesi sebagai karyawan. Biaya rumah sakit ditanggung oleh keluarga klien. Keluarga klien juga menggunakan asuransi. 7. Faktor Pendidikan An.A pada saat ini masih duduk di Sekolah Dasar. Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan tekanan. Tapi, apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang.Ketika tulang patah, akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah, sumsum tulang dan jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut adalah terjadi perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan sekitarnya. Keadaan ini menimbulkan hematoma pada kanal medulla antara tepi tulang di bawah periosteum dengan jaringan tulang yang mengatasi fraktur. Terjadinya respon inflamasi akibat sirkulasi jaringan nekrotis adalah ditandai dengan vasodilatasi dari plasma dan leukoit. Ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh mulai melakukan proses penyembuhan untuk memperbaiki cedera, tahap ini menunjukkan tahap awal penyembuhan tulang. Hematoma yang terbentuk bisa menyebabkan peningkatan tekanan dalam sumsum tulang yang kemudian merangsang pembebasan lemak dan gumpalan lemak tersebut masuk kedalam pembuluh darah



18



yang mensuplai organ-organ yang lain. Hematoma menyebabkan dilatasi kapiler di otot, sehingga meningkatkan tekanan kapiler, kemudian menstimulasi histamin pada otot yang iskhemik dan menyebabkan protein plasma hilang dan masuk ke interstitial. Hal ini menyebabkan terjadinya edema. Edema yang terbentuk akan menekan ujung saraf, yang bila berlangsung lama bisa menyebabkan Syndroma Comportement. DIAGNOSA KEPERAWATAN BIO, PSIKO, SOSIO, KULTURAL Dx. NO DATA



ANALISIS DATA



1.



Ds :An.A



P : Gangguan



Mengatakannyeri



nyaman berupa nyeri



BIO, PSIKO, SOSIAL, CULTURE rasaGangguan rasa



nyaman



berhubungannyeri berhubungan dengan



pada tulang keringnya dengan pergeseran fragmen tulang E : Klien



KEPERAWATAN



mengatakan



pergeseran fragmen tulang



merasakan



Tampaknyeri dengan skala 2-3



Do:An.A



lemas dan kesakitan S : An.a



tampak



lesu,lemah,dan



meringis kesakitan.



Bp.AP: Resiko



Ds : 2.



mengatakandukun



terjadinya



berhubungan



dengan



infeksiResiko terjadinya infeksi kurangnyapada struktur tulang dan



desa melarang An.Apemenuhan nutrisi untuk



jaringan lunak sekitarnya



mengosumsiE: Setelah An.A dibawa kedukun berhubungan



ikan,daging, dan telur Bp.Amengatakan dukun



desakurangnya



dengan pemenuhan



melarang An.A untuk mengosumsinutrisi tehadap An.A ikan,daging, dan telur



Do:



An.A masihTampak S: An.A masih tampak lemah dan lesu



Lemah dan lesu Ds



:



mengatakan



Bp.A setelah



19



pijat oleh dukun desaP: Resiko tinggi cedera berhubunganResiko tinggi cedera 3.



An.A masih mengeluhdengan diskontinuitas tulang nyeri



pada



berhubungan



tulangE:setelah dipijit oleh dukun Bp.Adiskontinuitas tulang



keringnya



mengatakan An.A masih merasakan nyeri



Do : An.A tampakS: An.A tampak lemas dan meringis meringis kesakitan



kesakitan



20



dengan



INTERVENSI/ RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN NO Dx. . 1.



Rencana



Asuhan



Rasional Keperawatan/Interverensi Keperawatan Gangguan rasaTujuan Jangka pendek: 1. Kaji nyeri secaraMengetahui nyaman



Tujuan



nyeri



komprehensif



berhubungan



Setelah



dengan



asuhan



pergeseran



selama 30 menit nyeriekstremitas pada



dilakukan keperawatan2. Tinggikan



rentang



respon



klien



tentang



posisinyeri. Meningkatkan



fragmen tulang berkurang dengan 1-2bagianyang sakit



aliran balik vena, mengurangi



skala



edema/nyeri. Tujuan Jangka panjang : dilakukan3. Lakukan dan awasi latihanMempertahankan



Setelah Asuhan



kekuatan otot dan



gerak pasif/aktif.



keperawatanselama 24 jam



meningkatkan



2x



sirkulasi vaskuler.



tingkat



kenyamanan



klien



meningkat, tingkat nyeri



Meningkatkan



terkontrol



sirkulasi



denganKriteria Hasil:



menurunakan area



umum,



4. Lakukan tindakan untuktekanan lokal dan a.Klien nyeri



melaporkanmeningkatkan berkurang



kenyamanankelelahan otot.



dg(masase, perubahan posisi).



scala1-2



Menurunkan nyeri melalui



b.Ekspresi wajah tenang



mekanisme penghambatan



c.klien dapat istirahat5.Kolaborasi dengan



rangsang



nyeri



pemberianbaik secara sentral analgetik untuk mengurangimaupun perifer.



dan tidur



dokter untuk nyeri.



Menilai



21



perkembangan masalah klien.



6.Evaluasi tindakan pengurang nyeri/kontrol nyeri klien.



2.



Resiko



Tujuan Jangka Pendek : 1.Kaji Nutrisi secara teratur



Mengetahui



terjadinya



Setelah



dilakukan



perkembangan



padaasuhan



keperawatan



infeksi struktur dan



tulangselama



30



nutrisi



menit



jaringankebutuhan



nutrisi



lunak sekitarnyameningkat.



2. Berikan penjelasan padaSebagai



berhubungan



klien dan keluarga mengenaiawal



tindakan untuk



dengan



Tujuan Jangka Panjang : pentingnya nutrisi bagi prosesmenentukan



kurangnya



Setelah



pemenuhan



tindakan



nutrisi An.A



dilakukanpenyembuhan fraktur klien keperawatan



intervensi selanjutnya



tehadapselama 3 x 24 jam, kebutuhan



nutrisi3. Berikan penjelasan kepadaSebagai



tindakan



terpenuhi dengan criteriaklien dan keluarga mengenaiuntuk hasil :



kepercayaan



keluarga



padamempertimbangka



dukun terhadap pemenuhann antara budaya 1. Klien tidak terlihatnutrisi klien.



klien



lemah



makanan



dan



lesu



dan



pengganti



yang



diperlukan



untuk



2. Klien dan keluarga



mempercepat



menerima



proses



dari



penjelasan



perawat



kebutuhan



tentang



jenis



penyembuhan luka



nutrisi dan



manfaat nutrisi terhadap4. Ajarkan Pola makan denganMempercepat



22



luka An.A



nutrisi yang baik 5.



proses



Kolaborasi



3. Tidak terjadi infeksiDokter untuk



denganpenyembuhan luka pemberian



antibiotic



pada fraktur klien



Antibiotik mencegah



4.Pemenuhan



perkembangan



nutrisi



tercukupi



6.Evaluasi



dalammikroorganisme



tindakan



patogen.



pemberian nutrisi



Menilai perkembangan masalah klien 3.



Resiko tinggi



Tujuan Jangka Pendek : 1. Pertahankan tirah baring/meningkatkan



cidera



Setelah



berhubungan



asuhan



dengan



selama 30 menit tidakdan



diskontinuitas



terjadi cidera



dilakukanekstremitas



sesuai indikasi.stabilitas,



keperawatanBerikan sokongan sendi diatasmenurunkan dibawahfraktur



bilakemungkinan gangguan



bergerak/membalik.



tulang



posisi



dan cedera Tujuan Jangka Panjang : Setelah asuhan



dilakukan keperawatan 2.obsevasi



beriMeningkatkan



pasien,



selama 2x24 jam terjadipengaman tempat tidur



keselamatan



peningkatan



pasien,



Status



keselamatan Injuri fisik



menurunkan



dengan Kriteria Hasil :



kemungkinan



a.Bebas dari cidera



pasien terjatuh



b.Mampu



mencegah



cidera



klienlatihan c.



Dapat



AjarkanMeningkatkan



3. Bantu dan melakukanpasif



23



rentang



gerakkemandirian klien



aktif (imobilisasi) padadalam



perawatan



mobilisasi dengan baik ekstremitas yang sakit maupundiri melakukan yang sehat sesuai keadaanimobilisasisesuai klien.



kondisi keterbatasan klien Meningkatkan tingkat



4.Libatkan



banyak



orangkenyamanan



dan



dalam memindahkan pasien,keselamatan atur



posisi



pasien



yangpasien



nyaman Memberikan bukti visual



mulainya



5. Kaji ulang foto/ Evaluasi. pembentukan kalus/



proses



penyembuhan.



24



BAB III PENUTUP A. SIMPULAN Keperawatan Transkultural adalah suatu proses pemberian asuhan keperawatan yang difokuskan kepada individu dan kelompok untuk mempertahankan, Meningkatkan perilaku sehat sesuai dengan latar belakang budaya. Hal ini dipelajari dimulai dari kehidupan biologis sebelumnya, kehidupan psikologis, kehidupan spiritualnya. Pelaksanaan dan perencanaan prose keperawatan transkultural tidak dapat dipaksakan begitu saja kepada klien sebelum perawat memahami, sehingga tindakan yang dilakukan dapat sesuai dengan budaya klien, penyesuaian diri sangatlah diperlukan dalam aplikasi keperawatan traanskultural B. SARAN Setelah membaca dan memahami isi makalah diharapkan bisa memahami teori sunrise model menurut Leininger, serta bagaimana aplikasi teori tersebut dalam proses keperawatan. Dengan adanya teori leininger tersebut maka perbedaan budaya yang dimiliki setiap pasien dan perawat itu sendiri, tidak akan berpengaruh pada proses asuhan keperawatan pada pasien dikarenakan telah mengetahui dan memahami teori sunrise model dari leininger.



21