8 BAB 3 Prakiraan Dampak Penting [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB 3



PRAKIRAAN PENTING



DAMPAK



Berdasarkan Kerangka Acuan yang telah disepakati, teridentifikasi beberapa Dampak Penting Hipotetis (DPH) yang akan timbul terhadap lingkungan hidup sebagai akibat adanya rencana kegiatan pembangunan PLTU. Dampak-dampak tersebut adalah sebagai berikut : A. Bangunan Utama (Power Block) PLTU a. Tahap Pra Konstruksi 1) Perubahan Pola Mata Pencaharian 2) Munculnya Spekulan Tanah 3) Keresahan Masyarakat 4) Perubahan Pola Hubungan Sosial 5) Perubahan Persepsi Masyarakat b. Tahap Konstruksi 1) Penurunan Kualitas Udara 2) Peningkatan Kebisingan 3) Peningkatan Getaran 4) Penurunan Kualitas Air Laut 5) Penurunan Kualitas Air Permukaan 6) Perubahan Bentang Alam 7) Peningkatan Debit Air Larian 8) Gangguan terhadap Flora Darat PRAKIRAAN DAMPAK PENTING



31



9) Gangguan terhadap Fauna Darat 10) Gangguan terhadap Biota Laut 11) Perubahan Pola Mata Pencaharian



PRAKIRAAN DAMPAK PENTING



32



12) Peningkatan Kesempatan Kerja 13) Peningkatan Peluang Berusaha 14) Gangguan terhadap Kenyamanan 15) Perubahan Adat Istiadat (Perubahan Nilai dan Norma) 16) Perubahan Persepsi Masyarakat 17) Gangguan Kesehatan Masyarakat 18) Gangguan Lalulintas Darat 19) Kerusakan Infrastruktur Jalan dan Jembatan c. Tahap Operasi 1) Penurunan Kualitas Udara 2) PeningkatanKebauan 3) Peningkatan Kebisingan 4) Peningkatan Paparan TENORM 5) Penurunan Kualitas Air Laut 6) Perubahan Garis Pantai (Abrasi) 7) Gangguan terhadap Biota Laut 8) Perubahan Pola Mata Pencaharian 9) Perubahan Persepsi Masyarakat 10) Perubahan Tingkat Pendapatan 11) Peningkatan Ekonomi Lokal dan Regional 12) Keresahan Masyarakat 13) Gangguan Kesehatan Masyarakat B. Terminal Khusus/ Jetty a. Tahap Pra Konstruksi Tidak ada kegiatan pada tahap pra konstruksi, sehingga tidak ada dampak yang diperkirakan akan terjadi. b. Tahap Konstruksi 1) Penurunan Kualitas Air Laut 2) Gangguan terhadap Biota Laut 3) Perubahan Persepsi Masyarakat 4) Gangguan Lalulintas Laut 5) Perubahan Garis Pantai



c. Tahap Operasi 1) Penurunan Kualitas Air Laut 2) Gangguan terhadap Biota Laut 3) Perubahan Persepsi Masyarakat 4) Gangguan Lalulintas Laut C. Pengerukan (Dredging) di Laut dan Pembuangan Hasil Pengerukan (Dumping) di Laut a. Tahap Pra Konstruksi Tidak ada tahap pra konstruksi untuk kegiatan pengerukan maupun penimbunan material hasil keruk, sehingga tidak ada dampak yang diperkirakan akan terjadi. b. Tahap Konstruksi Tidak ada tahap konstruksi untuk kegiatan pengerukan maupun penimbunan material hasil keruk, sehingga tidak ada dampak yang diperkirakan akan terjadi. c. Tahap Operasi 1) Penurunan Kualitas Air Laut 2) Gangguan terhadap Biota Laut 3) Perubahan Persepsi Masyarakat D. Jaringan Transmisi 500 kV (SUTET) dan Gardu Induk a. Tahap Pra Konstruksi 1) Munculnya Spekulan Tanah 2) Keresahan Masyarakat 3) Perubahan Persepsi Masyarakat b. Tahap Konstruksi 1) Penurunan Kualitas Udara 2) Peningkatan Kebisingan 3) Peningkatan Kesempatan Kerja 4) Gangguan terhadap Kenyamanan 5) Perubahan Persepsi Masyarakat 6) Gangguan Kesehatan Masyarakat c. Tahap Operasi Operasional jaringan transmisi dari tower pertama sampai dengan tower pada jaringan interkoneksi



SUTET 500 kV Jawa-Bali pada dokumen ini tidak dilakukan pelingkupan.



Prakiraan dampak dilakukan untuk mengetahui intensitas dampak yang terjadi akibat adanya proyek atau kegiatan yang mencakup besaran dampak dan penentuan sifat pentingnya dampak. PRAKIRAAN BESARAN DAMPAK Besaran dampak adalah selisih antara kondisi lingkungan hidup karena kegiatan proyek dengan kondisi lingkungan hidup tanpa proyek, atau diformulasikan dengan rumus :



KLp KLo dimana :



= Besaran dampak KLp



= Nilai parameter lingkungan hidup yang akan datang dengan proyek



KLo



= Nilai parameter lingkungan hidup yang akan datang tanpa proyek



Satuan dari besaran dampak adalah sesuai dengan satuan dari parameter lingkungan yang ditinjau. Nilai parameter lingkungan yang akan datang tanpa proyek diasumsikan sama dengan kondisi rona lingkungan awal. Secara umum metode prakiraan dampak besar dan penting yang dapat dilakukan adalah dengan metode formal/ matematis, metode analogi, dan metode lainnya. Asumsi yang digunakan dalam prakiraan dampak ini adalah kualitas parameter lingkungan yang akan datang dianggap sama dengan kondisi lingkungan saat ini (rona lingkungan hidup awal). Setelah diperoleh perubahan nilai parameter lingkungan menggunakan metoda formal maupun informal, kemudian dilakukan konversi perubahan nilai parameter lingkungan ke dalam perubahan skala kualitas lingkungan. Skala kualitas lingkungan pada rona lingkungan awal (KLo) dan pada saat kegiatan berlangsung (KLp) ditampilkan dalam skala numerik (1 sampai dengan 5) dengan kriteria : Skala



1 : Kualitas lingkungan Sangat Buruk



Skala



2 : Kualitas lingkungan Buruk



Skala



3 : Kualitas lingkungan Sedang



Skala



4 : Kualitas lingkungan Baik



Skala



5 : Kualitas lingkunganSangat Baik



Kriteria Besarnya Dampak : -



Tidak ada dampak bila nilai perubahan dampaknya 0



-



Dampak dikatakan Kecil bila nilai perubahan dampaknya 1



-



Dampak dikatakan Sedang bila nilai perubahan dampaknya 2



-



Dampak dikatakan Besar bila nilai perubahan dampaknya 3



-



Dampak dikatakan Sangat Besar bila nilai perubahan dampaknya 4



PRAKIRAAN SIFAT PENTING DAMPAK Prediksi dampak penting dilakukan dengan menghubungkan setiap besaran dengan 7 kriteria dampak penting sebagaimana terdapat dalam Pasal 22 ayat (2) Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan, yaitu : 1) Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan 2) Luas wilayah persebaran dampak 3) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung 4) Banyaknya komponen lingkungan lain yang akan terkena dampak 5) Sifat kumulatif dampak 6) Berbalik atau tidak berbaliknya dampak 7) Kriteria ilmu dan teknologi



Berdasarkan kriteria dan kategori penentuan penting/tidaknya dampak, maka dilakukan keputusan akhir untuk menentukan tingkat kepentingan dampak rencana kegiatan proyek terhadap lingkungan untuk setiap parameter lingkungan. Tingkat kepentingan dampak yang digunakan adalah Dampak Penting (P) dan Dampak Tidak Penting (TP). Kriteria penetapan tingkat kepentingan dampak adalah sebagai berikut : 1) Jika kriteria nomor 1 (Jumlah penduduk yang terkena dampak) masuk dalam kriteria penting, maka prakiraan dampak adalah Penting (P). 2) Jika jumlah kriteria P (Penting) ≥ 3 maka prakiraan dampaknya adalah Penting (P). 3) Jika jumlah P ≤ 2 maka prakiraan dampaknya adalah Tidak Penting (TP).



Tabel 3.1 Kriteria Penentuan Sifat Penting Dampak FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING



NO.



SIFAT PENTING DAMPAK TIDAK PENTING (TP)



1.



Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan



Jumlah penduduk yang menerima dampak positif penting lebih besar dari jumlah penduduk yang terkena dampak negatif penting



2.



Luas wilayah penyebaran dampak



Luas wilayah penyebaran dampak lebih kecil dibandingkan dengan luas wilayah rencana kegiatan



3.



Intensitas dampak



Ringan, populasi terkena dampak tidak terpengaruh 1 tahapan kegiatan



Hanya merupakan dampak primer



Menimbulkan dampak sekunder dan dampak lanjutan lainnya



Tidak kumulatif



Kumulatif tidak dapat diasimilasi oleh lingkungan Dampaknya tidak dapat dipulihkan (tidak berbalik) Dampak penting negatif yang ditimbulkan tidak dapat ditanggulangi oleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang tersedia



Dampaknya dapat dipulihkan (berbalik) Dampak penting negatif yang ditimbulkan dapat ditanggulangi oleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang tersedia



Sumber : Tim Studi, 2013



Tambahan kriteria lain, dampak dikatakan Penting (P) jika : (1) Melebihi baku mutu lingkungan atau kriteria baku kerusakan lingkungan (2) Tidak melebihi baku mutu lingkungan atau kriteria baku kerusakan lingkungan tetapi : -



Debit limbah dan beban pencemaran mencapai kondisi maksimum



-



Laju emisi dan beban pencemaran mencapai kondisi maksimum



(3) Menimbulkan gangguan bising/ bau/ getaran



Khusus untuk komponen sosial, ekonomi dan budaya, mengacu pada definisi Prof. Susetyawan (berpijak pada Teori Institusi dari Koentjaraningrat, 2000), sifat penting atau tidak penting dan positif atau negatif dampak ditetapkan sebagai berikut : (1) Dampak penting menunjuk perubahan, dalam konteks lingkungan, yang berupa ketidak-seimbangan baik sumber daya alam, infrastruktur, institusi-institusi sosial (pola hidup, mata pencarian, pendiapatan, pendidikan, dan kesehatan), sistem nilai (kepercayaan, pengetahuan, ilmu



pengetahuan, ideologi, dan adat istiadat), hubungan sosial (kolektivitas, harmoni dan disharmoni atau konflik) akibat dari intervensi dan atau eksploitasi terhadap sistem lingkungan hidup. (2) Dampak penting positif menunjuk pada ketidakseimbangan, akan tetapi apabila difasilitasi akan terjadi keseimbangan baru dalam lingkungan hidup sebab unsur sarana dan prasaranan masih tersedia. Meskipun hal itu telah terjadi intervensi dan eksploitasi terhadap sistem lingkungan hidup. Jika fasilitasi dilakukan reaksi masyarakat sangat kecil dan tidak menimbulkan gejolak. (3) Dampak penting negatif menunjuk pada ketidak-seimbangan sistem lingkungan hidup dimana diperlukan adanya sarana dan prasarana baru untuk terciptanya kesimbangan baru dalam sistem lingkungan hidup. Memfasilitasi tanpa penyediaan sarana dan prasarana baru yang menjadi kebutuhan masyarakat akan sulit terjadi terwujutnya keseimbangan baru. Jika hal ini dilakukan akan mengundang reaksi besar dari masyarakat (4) Dampak tidak penting menunjuk pada tidak terjadinya perubahan yang berarti dalam sistem lingkungan hidup meskipun terjadi intervensi dan eksploitasi lingkungan hidup. Pada tingkat ini tingkat reaksi masyarakat sangat kecil dan tidak berarti. Survei pada komponen sosial, ekonomi dan budaya di tiga desa power block PLTU (Desa Ujungnegoro, Ponowareng, dan Karanggeneng) tidak dapat dilakukan dengan baik karena kondisi setempat yang tidak kondusif dan ada penolakan oleh sebagian warga, sehingga data primer yang bersifat kuantitatif yang dibutuhkan tidak dapat sepenuhnya diperoleh. Oleh karena itu, untuk kepentingan analisis dalam prakiraan dampak selain data primer, juga digunakan data kualitatif dan data sekunder yang relevan. 3.1



BANGUNAN UTAMA (POWER BLOCK) PLTU



3.1.1



Tahap Pra Konstruksi



a. Survei Munculnya Spekulan Tanah Rencana pembebasan tanah menjadi isu yang besar karena lahan tapak Blok PLTU (terletak di Desa Ujungnegoro, Karanggeneng, dan Desa Ponowareng) sebagian besar adalah sawah irigasi semi teknis milik penduduk yang umumnya menjadi mata pencaharian utama. Munculnya sikap warga yang menerima dan yang belum menerima kehadiran PLTU membuat situasi lingkungan tidak kondusif bagi para pihak untuk memperbincangkan rencana kegiatan, serta ada penolakan yang kuat terhadap kehadiran orang luar yang akan mengusik lahan pertaniannya. Hal tersebut diprediksikan akan menghambat munculnya spekulan tanah, yakni orang yang ingin mencari keuntungan dengan cara berupaya membeli lahan milik warga dengan tujuan untuk dijual kepada pemrakarsa ataupun menjadi perantara dalam jual beli lahan dengan pihak pemrakarsa. Spekulan yang pernah muncul di tiga desa tersebut di atas sekitar 9 orang atau 1,8% dari total pemilik lahan yang terkena dampak untuk power blok PLTU. Rona awal spekulan tanah berada pada kategori skala 4 (spekulan yang pernah muncul berkisar 1 - 20 cm, pohon yang lebih kecil ditebang dengan parang dan kampak. Pembersihan tunggul-tunggul kayu akan dilakukan dengan cara dicabut dengan menggunakan tripper atau didorong dengan menggunakan bulldozer. Hilangnya vegetasi dapat meningkatkan terjadinya erosi. Salah satu manfaat vegetasi adalah mencegah terjadinya erosi, karena kemampuan akar tanaman terutama yang berakar dalam - dapat mengikat lapisan tanah, dan menampung cadangan air. Di sisi lain pengupasan sebagian bukit di sebelah barat tapak proyek, akan menyisakan igir lereng dengan kelerengan lebih dari 45%. Kelerengan yang terjal dengan tanpa vegetasi sebagai penutup lahan akan meningkatkan laju erosi. Kegiatan pemotongan bukit dilakukan dari ketinggian 7 - 25 mdpl (sebagian besar berketinggian 17 mdpl) menjadi 3 mdpl dengan perkiraan volume tanah sebesar 4 juta m3.Pemotongan bukit dilakukan pada perbukitan sebelah Barat tapak power block. Volume tanah hasil pemotongan bukit sebesar 4 juta m3selanjutnya dimanfaatkan untuk kegiatan penimbunan dan perataan lahan pada lokasi power blockyang ketinggiannya di bawah 3 mdpl, yang mencakup sekitar 60% areal. Dengan demikian kegiatan pematangan lahan akan menyebabkan terjadinya perubahan bentang alam.



Dengan dilaksanakannya kegiatan pematangan lahan akan mengakibatkan hujan yang jatuh langsung menimpa permukaan tanah dan akan mengubah besarnya faktor vegetasi penutup (C) dan faktor pengelolaan erosi (P), dimana pada gilirannya akan mengakibatkan meningkatnya erosi hingga 60% yaitu dari erosi alami 1,25 - 1,47 ton/ha/th meningkat menjadi 2 - 2,36 ton/ha/th. Erosi akan berlangsung dalam waktu yang relatif lama yaitu sampai dengan saat pelaksanaan konstruksi tapak proyek atau ±4 tahun. Erosi yang terjadi berpotensi akan terbawa kedalam air sungai yang terletak relatif dekat dengan lokasi pematangan lahan. Kajian grafis bentuk lahan sebelum dan setelah kegiatan pematangan lahan seperti terlihat pada Gambar 3.33 berikut ini.



Gambar 3.3 Perubahan Bentang Alam akibat Kegiatan Pematangan Lahan Tapak Blok PLTU



PRAKIRAAN DAMPAK PENTING



3 - 57



Rona awal kondisi bentang alam sebelum dilakukan pematangan lahan di lokasi power block termasuk dalam katagori skala 3 dengan kriteria ketinggian bukit berkisar antara antara 7 - 25 mdpl, satuan perbukitan landai berbukit, tutupan vegetasi berupa kebun pekarangan, kerapatan vegetasi sedang. Setelah dilakukan pematangan lahan, terjadi pemotongan bukit menjadi areal datar berketinggian 3 mdpl, tidak ada vegetasi penutup, dan terbentuk lereng terjal di sisi Barat, sehingga kualitas lingkungan akan turun menjadi skala 2. Dengan demikian besaran dampak dari perubahan bentang alam pada kegiatan pematangan lahan adalah tergolong Kecil dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu (-1). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.37 berikut ini. Tabel 3.37 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Pematangan Lahan PLTU terhadap Perubahan Bentang Alam NO.



FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING



SIFAT PENTING DAMPAK TP



1.



Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan



2.



Luas wilayah penyebaran dampak



P



3.



Intensitas dampak



P



Lamanya dampak berlangsung



TP



4.



Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak



P



5.



Sifat Kumulatif dampak



P



6.



Berbalik atau tak berbaliknya dampak



P



7.



Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting



PRAKIRAAN DAMPAK PENTING



TP P



KETERANGAN Untuk kegiatan persiapan lahan ini tidak ada. Daerah yang akan dibersihkan merupakan daerah yang telah dibebaskan. sehingga tidak terdapat permukiman ataupun penduduk yang tinggal di lokasi yang dibersihkan. Sesuai dengan rencana pembangunan sarana dan prasarana, luas wilayah persebaran dampak pematangan lahan tergolong tinggi mencakup 226,4 ha. Intensitas dampak pada erosi tergolong kecil karena erosi terjadi hanya pada saat hujan, namun terhadap pemotongan bukit tergolong besar karena akan memotong bukit dari ketinggian 17 m menjadi 3 m dengan volume tanah sebesar 4 juta m3. Dampak berlangsung selama aktifitas konstruksi yaitu sekitar 3 tahun. Komponen lain yang terkena dampak adalah biota air laut seperti ikan dan terumbu karang dan mata pencaharian nelayan karena sungai-sungai bermuara ke laut. Dampak bersifat kumulatif, mengingat kegiatan pematangan lahan ini selain bersifat membersihkan permukaan lahan dari vegetasi yang ada namun juga melakukan perubahan terhadap bentukan bentang alam. Pematangan lahan akan tidak berbalik karena setelah pematangan lahan bentang alam yang terganggu tidak dapat kembali ke keadaan semula. Dampak penting negatif dapat ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia. Penting



3 - 58



Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan pematangan lahan pada tahap konstruksi PLTU terhadap perubahan bentang alam masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP). Mekanisme aliran dampak kegiatan pematangan lahan PLTU terhadap perubahan bentang alam bersifat langsung pada komponen lingkungan fisik kimia dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan biologi darat. Gangguan terhadap Flora Darat Kegiatan konstruksi PLTU di prakirakan akan berdampak pada vegetasi atau flora darat di lokasi blok PLTU. Pada saat kegiatan pematangan lahan akan membuka tutupan lahan (land coverage) yang akan digunakan sebagai tapak pembangunan bangunan utama (Power Block) PLTU yaitu termasuk fasilitas ruang pembangkit, penimbunan batubara, pengolahan limbah cair, dan fasilitas lainnya yang akan sangat berpengaruh pada vegetasi darat khususnya wilayah tapak proyek di sisi sebelah barat yang ekosistemnya masih relatif alami. Tabel 3.38 Nilai Kesamaan Kerapatan Antara Rona Awal Dengan Kondisi Setelah Ditebang di Lokasi Mangrove JENIS



NAMA ILMIAH



POHON Bakau Akar Rhizopora sp Butun Barringtonia Jumlah Sumber : Data Primer Survei Lapangan, 2013



JUMLAH INDIVIDU (KLO) PANCANG SEMAI TOTAL 6 1 7 3 3 9 1 10



TEBANGAN (KLP) 0 0 0



W 0 0 0



Berdasarkan Tabel 3.38 di atas, maka Nilai kesamaan komunitasnya adalah sebagai berikut :



(IS) = ((2x0)/(10+0)) x 100% = 0 %



Nilai diatas menunjukan bahwa antara kondisi KLo dan setelah ditebang (dipindahkan) dari segi jumlah individu (kerapatan) hanya mempunyai tingkat kesamaan 0 % artinya akan terjadi kehilangan jumlah individu mangrove sekitar 100 %. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 201 Tahun 2004 tentang Kriteria Baku dan Pedoman Penentuan Kerusakan Mangrove, maka kondisi mangrove di lokasi tapak proyek dapat dikategorikan sudah rusak/ jarang karena kerapatannya di bawah 1.000 pohon/ha.



Tabel 3.39 Kriteria Baku Kerusakan Mangrove KERAPATAN (POHON/HA) Sangat Padat > 75 > 1.500 Baik Sedang ≥50 – ≤ 75 ≥ 1.000 – ≤ 1.500 Rusak Jarang < 50 < 1.000 Sumber : Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 201 Tahun 2004 KRITERIA



PENUTUPAN (%)



Secara jumlah individu mangrove yang ditemukan memang kondisinya sudah masuk dalam kategori buruk namun berdasarkan keterdapatan flora yang bernilai penting maka kondisi rona awal di lokasi kegiatan PLTU masuk dalam kategori skala 3. Sedangkan pada saat kondisi rona akhir yaitu pada saat kegiatan pematangan lahan yang akan menghilangkan seluruh individu vegetasi yang ada berdasarkan perhitungan prakiraan dampak maka skala kualitas lingkungan akan menurun menjadi skala 1. Dengan demikian besaran dampak dari kegiatan pematangan lahan pada komponen flora darat adalah tergolong Sedang dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Dua (-2). Begitu pula dengan kondisi jenis-jenis vegetasi yang lain, jika pematangan lahan akan dilakukan pada areal seluas 226,4 Ha (pada areal Blok PLTU) maka tidak berbeda jauh dengan kondisi mangrove yang ditemukan artinya dari segi jumlah individu (kerapatan) akan terjadi kehilangan jumlah individu sebesar 100 %. Areal seluas 226,4 Ha tersebut mencakup dua titik pengamatan yaitu BD 2 dan BD 3 dimana ditemukan jenis vegetasi sengon(Albazia falcataria) dan cokelat (Theobroma cacao) yang mendominasi di areal BD 2 dan jenis melati (Jasminum sambac) pada lokasi BD 3. Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.40 berikut ini. Tabel 3.40 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Pematangan Lahan PLTU terhadap Gangguan Flora Darat NO.



FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING



SIFAT PENTING DAMPAK P



1.



Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan



2.



Luas wilayah penyebaran dampak



TP



3.



Intensitas dampak



P



KETERANGAN Jumlah penduduk yang menerima manfaat dari kegiatan pematangan lahanlebih sedikit dari jumlah manusia yang terkena dampak negatif penting, jika diasumsikan penduduk yang menerima manfaat adalah para pekerja lokal yang dilibatkan pada kegiatan proyek sekitar 10.400 orang maka dibandingkan dengan jumlah penduduk yang terkena dampak negatifnya yang kehilangan kebun dan lahan sawahnyaserta dampak turunannya dari kondisi vegetasi yang hilang yaitudari 13 desa yang terkena dampak terdekat berjumlah 41.092 orang maka dampaknya menjadi penting. Wilayah yang terpengaruh langsung dengan kegiatan pematangan lahan pembangunan PLTU terbatas pada areal kegiatan konstruksi seluas 226,4 Ha Intensitas dampak gangguan flora darat dinilai sedang, populasi terkena dampak terpengaruh karena kerapatan



NO.



FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING



SIFAT PENTING DAMPAK



Lamanya dampak berlangsung



P



4.



Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak



P



5.



Sifat Kumulatif dampak



TP



6.



Berbalik atau tak berbaliknya dampak 7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting



TP



KETERANGAN pohon dari