5 0 398 KB
RESUME PERKEMIHAN Laporan Pendahuluan Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Minggu Kedua Departemen Keperawatan Medikal Bedah Profesi Ners KMB 1 SISTEM PERKEMIHAN
FASILITATOR : ANGGA MIFTAKHUL NIZAR, S.kep.,Ns.,M.Kep
Di Susun Oleh : AYANG NANDA SATRIA NIM. A2R17044
PROGRAM STUDI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN “HUTAMA ABDI HUSADA” TAHUN 2021
RESUME TORSIO TESTIS
Uraian Kasus : Seorang laki-laki berusia 36 tahun datang ke IGD dengan keluhan nyeri, dan memegangi bagian genetalia. Hasil pemeriksaan medis didapatkan klien mengalami Torsio Testis. Hasil pemeriksaan fisik tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi nadi 76 x/menit, frekuensi napas 18 x/menit, suhu 36 C, klien tampak menyeringai. Pasien mengatakan nyeri pada area genetalia, rasa sakitnya seperti di pukul-pukul skala nyerinya 7, Pasien terlihat malu saat memberitahukan subyek nyeri yang di rasakan dan wajah terlihat agak pucat. Pasien terlihat takut dengan keadaan sekarang. Pasien mengatakan perut bagian bawahnya terasa penuh. Pasien mengatakan susah buang air kecil karena rasa nyeri yang dirasakan. Pasien terlihat malu saat di tanyakan soal masalah yang di derita, Pasien terlihat takut dengan apa yang terjadi dengan bagian genetalia yang nyeri. Data penunjang hasil laboratorium dan USG testis. Data Fokus
S: 1. Pasien mengatakan merasakan nyeri pada area genetalia 2. Pasien terlihat meringis manahan nyeri 3. Pasien merasa nyeri seperti di pukul pukul. 4. Pasien mengatakan susah buang air kecil karena rasa nyeri yang dirasakan. 5. Pasien terlihat takut dengan keadaan sekarang 6. Pasien terlihat malu saat memberitahukan subyek nyeri yang di rasakan dan wajah terlihat agak pucat 7. Pasien mengatakan perut bagian bawahnya terasa penuh 8. Pasien takut dengan apa yang terjadi di area nyeri 9. Pasien terlihat malu saat memberitahukan keluhannya
O: 1. Pasien tampak merngis kesakitan P : Pasien terlihat seperti meringis kesakitan Q : Nyeri terasa seperti di pukul - pukul R : Nyeri terasa di area testis gentalia S : Skala nyeri 7 T : Nyerinya terjadi tiba – tiba saat melakukan joging pagi 2. Saat melakukan palpasi area kandung kemih terasa penuh
3. Tekanan darah 120/80 mmHg, 4. Suhu 360 C, 5. Nadi 76x/menit, 6. Pernafasan 18kali/menit 7. Pasien terlihat cemas dengan apa yang di derita 8. Pasien terlihat malu dengan keadaannya sekarang
A. Hasil Pemeriksaan Penunjang Medis : 1. Laboratorium
:
Hemoglobin Hematokrit White Blood Cell Red Blood Cell Platelet High 2. Rontgen
: Tidak ada
3. ECG
: Tidak ada
4. USG
:
12.8 g/dL 42 % 8.800 uL 4.6 10^6/uL 327. 10^3/uL
12 – 16 g/dl 37 - 48 % 4000 – 10.00/uL 4 – 6 10^6/uL 150.000 - 400.000/uL
- Tampak testis sinistra kesan swelling dengan vaskuler (-) sesuai gambaran torsiotestis sinistra + hidrokel. - Testis dextra terlihat normal
5. Lain-lain
: Tidak ada
B. Diagnosa Medis : Torsio testis C. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul : 1. Prioritas 1 : (D. 0077) Nyeri Akut b.d Pencedera Fisiologi d.d Rasa nyeri yang di rasakan di area genetalia. Robeknya saraf testis 2. Prioritas 2: (D.0050) Retensi urin b.b disfungsi neurologi d.d penuhnya kandung kemih .takut BAK. 3. Prioritas 3 : (D. 0080) Ansietas b.d Kurang Terpapar Informasi d.d .rasa cemas yang di alami pasien akibat kurangnya informasi. takut dengan apa yang terjadi,
Mengetahui
Tulungagung, 11 September 2020
Pembimbing
Mahasiswa
(.Angga Miftakhul Nizar S.Kep.,Ns.,M.Kep) NIDN.
(Ayang Nanda Satria) NIM A2R17044
LAPORAN PENDAHULUAN TORSIO TESTIS Laporan Pendahuluan Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Minggu Kedua Departemen Keperawatan Medikal Bedah Profesi Ners KMB 1 SISTEM PERKEMIHAN
Oleh : AYANG NANDA SATRIA NIM. A2R17044
FASILITATOR : Angga Miftakhul Nizar, S.Kep.,Ners.,M.Kep
PROGRAM STUDI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN “HUTAMA ABDI HUSADA” TAHUN 2021
-
LEMBAR PENGESAHAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN DIAGNOSA MEDIS UROLITHIASIS DI RUANG FLAMBOYAN TULUNGAGUNG
Mengetahui
Tulungagung, 11-09-2021
Pembimbing Akademik
Mahasiswa
(Angga Miftakhul Nizar, S.Kep.,Ners.,M.Kep)
(Ayang Nanda Satria)
LAPORAN PENDAHULUAN TORSIO TESTIS A. Definisi Torsio testis adalah keadaan terpuntirnya funikulus spermatikus sehingga mengakibatkan terhentinya aliran darah yang mendarahi testis. Nyeri sesisi pada skrotum
dengan
onset
yang
tiba
tiba
biasanya
merupakan
gejala
yang
mengindikasikan torsio testis karena diperkirakan sekitar setengah dari angka kejadian torsio testis diawali dengan nyeri testis. Torsio testis ini merupakan kasus gawat darurat di bidang urologi dan membutuhkan diagnosis dan intervensi yang cepat untuk menjaga kelangsungan hidup dari restis serta tindakan bedah yang segera. Jika kondisi ini tidak ditangani dalam waktu singkat (4 sampai 6 jam setelah onset nyeri) dapat menyebabkan infark dari testis, yang selanjutnya akan diikuti oleh atrofi testis. Torsio testis bisa terjadi pada semua usia, tetapi paling sering terjadi pada usia dewasa muda (usia 10-30 tahun) dan lebih jarang pada neonates. Puncak insiden terjadi pada usia 13-15 tahun. Peningkatan insiden selama usia dewasa muda mungkin disebabkan karena testis yang membesar sekitar 5-6 kali selama pubertas. Testis kiri lebih sering mengalami torsi dibandingkan dengan testis kanan hal ini mungkin disebabkan oleh karena secara normal spermatic cord kiri lebih panjang. B. Etiologi
Penyebab dari torsio testis masih belum diketahui dengan pasti. Trauma terhadap scrotum bias merupakan factor pencetus, sehingga torsio harus dipertimbangkan pada pasien dengan keluhan nyeri setelah trauma bahkan pada trauma yang tampak kurang signifikan sekalipun. Dikatakan pula bahwa spasme dan kontraksi dari otot kremaster dan tunica dartos bias pula menjadi factor pencetus. Dalam salah satu literature disebutkan bahwa torsio testis lebih sering terjadi pada musim dingin, terutama pada temperature di bawah 2C. Selain karena trauma, 50% kasus torsio testis terjadi pada saat tidur.1 Hanya 4-8% kasus torsio testis disebabkan oleh karena trauma. Faktor predisposis lain terjadinya torsio meliputi peningkatan volume testis (sering dihubungkan dengan pubertas), tumor
testis, testis yang terletak horisontal, riwayat kriptorkismus, dan pada keadaan dimana spermatic cord intrascrotal yang panjang. C. Patofisilogi. Terdapat 2 jenis torsio testis berdasarkan patofisiologinya yaitu intravagina dan ekstravagina torsio. Torsio intravagina terjadi di dalam tunika vaginalis dan disebabkan oleh karena abnormalitas dari tunika pada spermatic cord di dalam scrotum. Secara normal, fiksasi posterior dari epididymis dan investment yang tidak komplet dari epididymis dan testis posterior oleh tunika vaginalis memfiksasi testis pada sisi posterior dari scrotum. Kegagalan fiksasi yang tepat dari tunika ini menimbulkan gambaran bentuk ‘bell-clapper’ deformitas, dan keadaan ini menyebabkan testis mengalami rotasi pada cord sehingga potensial terjadi torsio. Torsio ini lebih sering terjadi pada usia remaja dan dewasa muda. Ekstravagina torsio terjadi bila seluruh testis dan tunika terpuntir pada axis vertical sebagai akibat dari fiksasi yang tidak komplet atau non fiksasi dari gubernakulum terhadap dinding scrotum, sehingga menyebabkan rotasi yang bebas di dalam scrotum. Kelainan ini sering terjadi pada neonatus dan pada kondisi undesensus testis. D. Manifestasi Klinis
Gejala pertama dari torsio testis adalah hampir selalu nyeri. Gejala ini bisa timbul mendadak atau berangsur-angsur, tetapi biasanya meningkat menurut derajat kelainan. Riwayat trauma didapatkan pada 20% pasien, dan lebih dari sepertiga pasien mengalami episode nyeri testis yang berulang sebelumnya. Derajat nyeri testis umumnya bervariasi dan tidak berhubungan dengan luasnya serta lamanya kejadian. Pembengkakan dan eritema pada scrotum berangsurangsur muncul. Dapat pula timbul nausea dan vomiting, kadang-kadang disertai demam ringan. Adapun gejala lain yang berhubungan dengan keadaan ini antara lain : 1. Nyeri Genetalia. 2. Pembengkakan testis 3. Darah pada semen
E. Pathway Pergerakan berlebihan pada testis
Kelainan sistem penyangga testis
Testis bergerak dengan bebas
Terpelintirnya testis ( Torsio Testi)
Gangguan vaskuler
Aliran darah ke testis berhenti
Merangsang ujung syaraf nyeri Robeknya saraf testis
Kurangnya pengetahuan
Ansietas
Nyeri Iskemik Testis
Nyeri Akut
Rasa takut BAK
Infak testis Retensi Urin Atrofi testis Koping individu tidak efektif Harga Diri Rendah
F. Penata Laksanaan 1. REDUKSI MANUAL Sekali diagnosis torsio testis ditegakkan, maka diperlukan tindakan pemulihan aliran darah ke testis secepatnya. Biasanya keadaan ini memerlukan eksplorasi pembedahan. Pada waktu yang sama ada kemungkinan untuk melakukan reposisi testis secara manual sehingga dapat dilakukan operasi elektif selanjutnya. Namun, biasanya tindakan ini sulit dilakukan oleh karena sering menimbulkan nyeri akut selama manipulasi. Pada umumnya terapi dari torsio testis tergantung pada interval dari onset timbulnya nyeri hingga pasien datang. Jika pasien datang dalam 4 jam timbulnya onset nyeri, maka dapat diupayakan tindakan detorsi manual dengan anestesi lokal. Prosedur ini merupakan terapi non invasif yang dilakukan dengan sedasi intravena menggunakan anestesi lokal (5 ml Lidocain atau Xylocaine 2%). Sebagian besar torsio testis terjadi ke dalam dan ke arah midline, sehingga detorsi dilakukan keluar dan ke arah lateral. Selain itu, biasanya torsio terjadi lebih dari 360o, sehingga diperlukan lebih dari satu rotasi untuk melakukan detorsi penuh terhadap testis yang mengalami torsio. Tindakan non operatif ini tidak menggantikan explorasi pembedahan. Jika detorsi manual berhasil, maka selanjutnya tetap dilakukan orchidopexy elektif dalam waktu 48 jam. 2. PEMBEDAHAN Dalam hal detorsi manual tidak dapat dilakukan, atau bila detorsi manual tidak berhasil dilakukan maka tindakan eksplorasi pembedahan harus segera dilakukan. Pada pasien-pasien dengan riwayat serangan nyeri testis yang berulang serta dengan pemeriksaan klinis yang mengarah ke torsio sebaiknya segera dilakukan tindakan pembedahan. Hasil yang baik diperoleh bila operasi dilakukan dalam 4 jam setelah timbulnya onset nyeri. Setelah 4 hingga 6 jam biasanya nekrosis menjadi jelas pada testis yang mengalami torsio. Eksplorasi pembedahan dilakukan melalui insisi scrotal midline untuk melihat testis secara langsung dan guna menghindari trauma yang mungkin ditimbulkan bila dilakukan insisi inguinal. Tunika vaginalis dibuka hingga tampak testis yang
mengalami torsio. Selanjutnya testis direposisi dan dievaluasi viabilitasnya. Jika testis masih viabel dilakukan fiksasi orchidopexy, namun jika testis tidak viabel maka dilakukan orchidectomy guna mencegah timbulnya komplikasi infeksi serta potensial autoimmune injury pada testis kontralateral. Oleh karena abnormalitas anatomi biasanya terjadi bilateral, maka orchidopexy pada testis kontralateral sebaiknya juga dilakukan untuk mencegah terjadinya torsio di kemudian hari. Pasca operasi, pasien dapat diberikan obat-obatan untuk membantu masa pemulihan. Obat-obatan itu meliputi: 1. Obat pereda nyeri 2. Obat untuk mengatasi mual dan muntah G. Komplikasi Torsio dari testis dan spermatic cord akan berlanjut sebagai salah satu kegawat daruratan dalam bidang urologi. Keterlambatan lebih dari 6-8 jam antara onset gejala yang timbul dan waktu pembedahan atau detorsi manual akan menurunkan angka pertolongan terhadap testis hingga 55-85%. Putusnya suplai darah ke testis dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan atrofi testis. Atrofi dapat terjadi beberapa hari hingga beberapa bulan setelah torsio dikoreksi. Insiden terjadinya atrofi testis meningkat bila torsio telah terjadi 8 jam atau lebih. Komplikasi lain yang sering timbul dari torsio testis meliputi : 1. Infark testis adalah berhentinya aliran darah menuju ke testis. 2. Hilangnya testis adalah diangkatnya testis akibat terpelintirnya testis (torsio testis). 3. Infeksi adalah torsio testis bisa menyebabkan infeksi di area testis. 4. Infertilitas sekunder adalah tidak bisanya memiliki keturunan. H. Konsep Askep Riwayat kesehatan: a. Keluhan utama : biasanya pasien mengeluh nyeri pd testisnya. b. Riwayat Penyakit Sekarang: Gejala pertama dari torsio testis adalah hampir selalu nyeri. Bisa mendadak atau berangsur-angsur. Pembengkakan & eritema pada skrotum berangsur-angsur muncul. Dapat pula timbul nausea & vomiting, kadang-kadang disertai demam ringan. Gejala yang jarang ditemukan pada torsio testis ialah rasa panas & terbakar saat berkemih.
c. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat trauma didapatkan pada 20% pasien, & > 1/3 pasien mengalami episode nyeri testis yang berulang sebelumnya. Perlu ditanyakan juga beberapa keadaan yang dapat menyebabkan pergerakan berlebihan pd testis. d. Riwayat Penyakit Keluarga Dimungkinkan ada hubungannya dg pembawaan gen jika ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat yang sama. e. Riwayat Lingkungan Beberapa penyebab dari torsio testis dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan tempat tinggal pasien. Pemerikaan Fisik a. Keadaan Umum : biasanya pasien tampak menyeringai karena nyeri yang dirasakannya. b. Tanda-tanda Vital 1. Suhu : relatif normal (36,5-37,40C) 2. Nadi : meningkat (>100x/menit) 3. Respirasi : relatif normal (16-20 x/menit) 4. Tekanan darah : relatif normal (S = 120 mmHg, D = 80 mmHg) Body System 1. Pernafasan (B-1:Breating) Biasanya tidak ditemukan masalah pd sistem pernafaan. Kecuali jika ada penyakit yang menyertai/ kemungkinan komplikasi. 2. Cardiovasculer (B-2 : Bleeding) Biasanya pd pasien torsio testis terjadi takikardi sebagai akibat dari nyeri & ansietas. 3. Persarafan (B-3 :Brain) Biasanya GCS, pendengaran, penciuman, perabaan & penglihatan pasien normal. Kecuali jika ada penyakit yG menyertai/ kemungkinan komplikasi. 4. Perkemihan – Eliminasi Urin (B-4 : Bladder) Tidak ada gangguan BAK memperkuat dugaan torsio testis, karena gangguan miksi yang terasa panas & terbakar lebih sering terjadi pd orchioepididimitis. Pemeriksaan fisik testis yang mengalami torsio letaknya lebih tinggi
& lebih horizontal. Kadang- kadang pada torsio testis yang baru terjadi, dapat diraba adanya lilitan/ penebalan funikulus spermatikus. Reflek kremaster secara umum hilang pada torsio testis. 5. Pencernaan – Eliminasi Alvi (B-5 : Bowel) Biasanya pasien dg torsio testis tidak ditemukan masalah pada sistem pencernaannya. Akan tetapi, dapat pula timbul nausea & vomiting. Tidak adanya gangguan flatus menandakan keluhan yang timbul tidak berasal dari traktus gastrointestinal. 6. Tulang-Otot-Integumen (B-6 : Bone) Biasanya tidak ditemukan masalah pada sistem muskulo-skeletal. Kecuali jika ada penyakit yang menyertai/ kemungkinan komplikasi. I. Diagnosa Keperawatan 1.
Nyeri Akut b.d pencedera fisiologi d.d rasa nyeri yang di rasakan yang terjadi akibat pembengkakan testis.
2.
Ansietas b.d Kurang Terpapar Informasi d.d rasa cemas yang di alami pasien akibat kurangnya informasi.
3.
Retensi urin b.b disfungsi neurologi d.d penuhnya kandung kemih . takut BAK akibat nyeri.
4.
Harga Diri Rendah Situasional b.d Perubahan citra tubuh d.d adanya pembengkakan yang terjadi di area testis.
I. Intervensi Diagnosa Keperawatan
Standar Luaran (SLKI)
Standar Intervensi (SIKI)
(SDKI) Nyeri Akut (D. 0077)
( L.08066 ) Tingkat Nyeri
Manajemen
Penyebab
Setelah dilakukan tindakan
(I08238)
-
Agen
pencedera keperawatan dalam 1 jam
fisiologi -
Agen
bahwa Tingkat nyeri pasien
Nyeri
Observasi 1. Identifikasi
pencedera menurun, dengan Kriteria
loksi
karakteristik,
durasi,
kimiawi
hasil :
frekuensi,
Agen pencedera fisik
1. Keluhan nyeri menurun
instensitas nyeri.
kualitas,
Gejala dan tanda Mayor
2. Meringis menurun
2. Identifikasi skala nyeri
Subyektif :
3. Diaforesis menurun
Terapeutik
-
4. Gelisah menurun
3. Berikan
Mengeluh nyeri
5. Pola tidur membaik
Obyektif
teknik
nonfarmakologis seperti
-
Tampak meringis
teknik distraksi relaksasi
-
Beresiko protektif
untuk mengurangi rasa
-
Gelisah
nyeri
-
Frekuensi
-
nadi
4. Pertimbangkan jenis dan
meningkat
sumber
Sulit tidur
pemeliharaan
Gejala Tanda Minor
Edukasi
Obyektif ::
5. Jelaskan
Tekanan
darah
periode,
meningkat
strategi
penyebab, dam
pemicu
nyeri
-
Pola nafas berubah
-
Nafsu makan berubah
-
Proses berfikir berubah
Kolaborasi
-
Menarik diri
7.
-
Berfokus
pada
sendiri -
dalam
meredakan nyeri
Subyektif : -
nyeri
Diaforesis
Kondisi klinis terkait
6. Jeaskan
diri
strategi
meredakan nyeri pemberian
analgetik
(acetaminophen), perlu
jika
-
Kondisi pembedahan
-
Cedera traumatis
-
Infeksi
-
Sindrom koroner akut
-
Glaukoma
Retensi Urine (D.0050)
Eliminasi Urine (L04034)
Penyebab
Setelah dilakukan asuhan Observasi
- Peningkatan tekanan uretra
keperawatan selama 1 x 24
- Kerusakan arkus reflex
jam
- Blok sfingter
diharapkan
retensi
- Disfungsi neurologis - Efek agen farmakologis Gejala dan tanda mayor
masalah
urine
membaik
- Disuria atau anuria
Terapeutik 3. Sediakan privasi untuk berkemih menetes
(dribbling) menurun
- Distensi kandung kemih
4. Disuria menurun
Gejala dan tanda minor
5. Frekuensi
Subjektif
2. Monitor tingkat distensi palpasi atau perkusi
3. Urine
Objektif
retensi urine
1. Distensi kandung kemih
menurun
kandung kemih
penyebab
kandung kemih dengan
2. Berkemih tidak tuntas
- Sensasi penuh pada
1. Identifikasi
dengan kriteria hasil: menurun
Subjektif
Perawtaan Retensi Urine
4. Berikan
rangsangan
berkemih Edukasi
BAK
membaik
5. Jelaskan
penyebab
retensi urine
- Dribbling Objektif : - Inkontinensia berlebih - Residu urine 150 ml atau lebih
Ansietas (D. 0080)
Tingkat
Ansietas Reduksi ansietas (I.09314)
Penyebab
(L.09093)
Observasi
-
Krisis situasional
Setelah dilakukan tindakan
1. Monitor
-
Kebutuhan
tidak keperawatan selama 1 jam
ansietas
terpenuhi
diharapakan
-
Krisis maturasional
menurun atau pasien dapat 2. Ciptakan
-
Ancaman
-
Ancaman
kecemasan Terapeutik
terhadap tenang dengan kriteria :
konsep diri
1. Menyingkirkan terhadap
kecemasaan.
tanda-tanda
tanda
terapeutik menumbuhkan kepercayaan
suasana untuk
kematioan -
2. Tidak terdapat perilaku 3. Pahami
Kekhawatiran
gelisah
mengalami kegagalan -
Disfungsi
sistem
keluarga -
situasi
yang
membuat ansietas 4. Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang
Hubungan
orang
tua
anak tidak memuaskan
Edukasi 5. Anjurkan
-
Faktor keturunan
mengungkapkan perasaan
-
Penyalahgunaan zat
dan persepsi
-
Terpapar
bhaya
lingkungan -
6. Anjurkan keluarga untuk selalu
Kurang
terpapar
informasi
disamping
mendukung pasien 7. Latih teknik relaksasi
Gejala dan Tanda Mayor
Kolaborasi
Subjektik
8. Kolaborasi
-
Merasa bingung
-
Merasa dengan
khawatir akibat
dari
Sulit berkonsentrasi
Objektif -
Tampak gelisah
-
Tampak tegang
-
Sulit tidur
Gejala dan Tanda Minor Subyektif -
Mengeluh pusing
-
Anoreksia
-
Palpaitasi
-
Merasa tidak berdaya
Objektif -
Frekuensi
nafas
meningkat -
Frekuensi
pemberian
obat ansietas ,jika perlu
kondisi yang di hadapi -
dan
nadi
meningkat -
Tekanan
darah
meningkat -
Diaforesis
-
Tremor
-
Muka tampak pucat
-
Suara bergetar
-
Kontak mata buruk
-
Sering berkemih
-
Berorientasi pada masa
lalu Harga
Diri
Rendah Harga Diri (L. 09.069)
Promosi Koping (I.09312)
Situasional ( D. 0087)
Setelah dilakukan tindakan Observasi
Penyebab
keperawatan selama 1 x 1 1. Identifikasi pemahaman
-
Perubahan pada citra jam
diharapakan
proses penyakit.
tubuh
memiliki
-
Perubahan peran sosial
terhadap diri sendiri dengan 2. Fasilitasi
-
Ketidak
Perilaku tidak konsisten Kegagalan
kehidupan
Riwayat kehilangan
-
Riwayat penolakan
-
Transisi perkembangan
Gejala dan Tanda Mayor Subyektif -
Menilai diri negatif
-
Merasa malu/bersalah
-
Melebih-lebihkan penilaian negatiftentang diri sendiri penilaian
informasi
yang di butuhkan
bersalah 3. Latih
berkurang melakukan apapun 4. Meremehkan kemampuan mengatasi masalah
dalam
Edukasi
3. Perasaan tidak mampu
-
Menolak
malu
berkurang 2. Perasaan
berulang.
-
memperoleh
1. Perasaan
dengan nilai. -
positif Terapeutik
kuatan kriteria
pemahaman -
perasan
pasien
penggunaan
teknik relaksasi
positif
tentang
diri
pelan
dan
sendiri Obyektif -
Berbicara lirih
-
Menolak
berinteraksi
dengan orang lain -
Berjalan menunduk
-
Postur tubuh menunduk
Gejala dan Tanda Minor Subyektif -
Sulit berkonsentrasi
Obyektif -
Kontak mata kurang
-
Lesu
dan
tidak
bergairah -
Pasif
-
Tidak mampu membuat keputusan
DAFTAR PUSTAKA
Ringdahl.E, Teague.L : Testicular Torsion, Am Fam Physician J 2006. Reynard.J : Torsion of the testis and testicular appendages. In: Reynard.J, Brewster.S, Biers.S (eds), Oxford Handbook of Urology, Oxford University Press, New York 2006 PPNI(2018). Standart Luaran Keperawatan Indonesia: Definis dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI. PPNI(2016) Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi1. Jakarta : DPP PPNI PPNI (2018). Standart Intervensi Keperawatan Indonesi: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
ASUHAN KEPERAWATAN DEPARTEMEN KMB 1 SISTEM PERKEMIHAN TORSIO TESTIS
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Minggu Kedua Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan “Hutama Abdi Husada Tulungagung”
Di Susun Oleh : AYANG NANDA SATRIA NIM. A2R17044 Fasilitator : Angga Miftakhul Nizar S.Kep.,Ns.,M.Kep PROGRAM STUDI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN “HUTAMA ABDI HUSADA” TULUNGAGUNG TAHUN 2021
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN “HUTAMA ABDI HUSADA” Ijin Pendirian Mendiknas RI Nomor : 113/D/O/2009 Jl. Dr. Wahidin Sudiro Husodo Telp./Fax: 0355322738
Tulungagung 66224
Alamat E-mail : [email protected]
PENGKAJIAN DATA DASAR DAN FOKUS Pengkajian diambil tgl
: 06 September 2021
Jam
Tanggal Masuk
: 06 September 2021
No. reg : 0058796
Ruangan / Kelas
: Cendana
No. Kamar
: 05
Diagnosa Masuk
: Torsio Testis
Diagnosa Medis
: Torsio testis
I.
: 09.20
IDENTITAS 1. Nama
: Tn J
2. Umur
: 36 tahun
3. Jenis Kelamin
: laki-laki
4. Agama
: islam
5. Suku/Bangsa
: Indonesia
6. Bahasa
: Indonesia
7. Pendidikan
: SLTA
8. Pekerjaan
: wiraswasta
9. Alamat
: Ds. Ngantru Kec Durenan .Kab Blitar
10. Alamat yang bisa di hubungi : Ds.Ngantru Kec Durenan. Kab Blitar 11. Ditanggung oleh
: Askes / Astek / Jamsostek / JPS / Sendiri
II.
RIWAYAT KESEHATAN KLIEN 1. Keluhan utama
/ Alasan Masuk Rumah Sakit
a. Alasan Masuk Rumah Sakit
:
: Nyeri di bagian testis ada pembengkakan di
skrotum. Tidak berani melakukan BAK. Pasien terlihat khawatair dengan keadaan dan wajah terlihat pucat. b. Keluhan Utama : Nyeri di area testis ada pembengkakan di skrotum.Tidak berani melakukan BAK 2. Riwayat Penyakit Sekarang ( PQRST ) : Pada tanggal 06 September pagi hari Tn J di bawa ke IGD RSUD terdekat pasien mengatakan nyeri di rea testis dengan skala nyeri 7, rasa nyerinya seperti du pukul-pukul. Rasa nyeri meningkat saat berdiri dan berjalan . Rasa nyeri menurun saat tidak melakukan aktivitas atau beristirahat di kasur. Pasien takut melakukan BAK akibat nyeri. Pasien terlihat takut dengan apa yang di derita dan malu saat mengatakan apa yang yang penyakit yang di derita pasien. Wajah pasien terlihat pucat. Pemeriksaan fisik tekanan darah 120//80 mmHg, frekuensi nadi 76x/menit, nafas 18x/menir, suhu 36 C. P : Pasien mengatakan mengeluh nyeri pada area testis Q : Nyeri tersa seperti du pukul-pukul R : Nyeri terasa pada area testis T : Nyeri nya terjadi tiba-tiba saat melakukan jogging pagi sampai sekarang 3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
: Tidak memiliki penyakita yang sama sampai
saat ini. 4. Riwayat Kesehatan Keluarga
:
Tidak ada keluarga pasien yang menderita sakit seperti ini dantiak ada penyakit keturunan.
III.
POLA AKTIFITAS SEHARI- HARI SEBELUM MASUK RS
DI RUMAH SAKIT
1. Waktu Tidur
22 :00
Tidak terkaji
2. Waktu Bangun
06.00
Tidak menentu
3. Masalah Tidur
Tidak ada
Susah tidur karena nyeri
A. Pola Tidur / Istirahat
4. Hal-hal yang
Ruangan yang tenang
Ruangan yang tenang
mempermudah tidur 5. Hal-hal yang
Suara bising
Suara bising
Kuning
Kuning
Khas
Khas
Lembek
Lembek
Khas
Khas
2-3 kali/sehari
1 kali/sehari
mempermudah pasien terbangun A. Pola Eliminasi 1. B A B - Warna - Bau - Konsistensi -
Jumlah
-
Frekwensi
-
Kesulitan BAB
Tidak ada
Susah jongkok karena nyeri
-
Upaya mengatasi
Tidak ada
Di bawa ke RS untuk mengatasi
2. B A K - Warna
Kuning
Kuning kecoklatan
- Bau
Khas
Khas
- Konsistensi
Cair
Cair
Spontan
Spontan
4-5 kali sehari
Jarang
Tidak ada
Tidak berani melakukan
-
Jumlah
-
Frekwensi
-
Kesulitan BAK
BAK karena nyeri -
Upaya mengatasi
Tidak ada
Di bawa ke RS untuk mengatasinya
B. Pola Makan dan Minum 1. Makan -
Frekwensi
-
3 x sehari
Belum makan
Jenis
Nasi dan lauk pauk
Nasi dan lauk pauk
-
Diit
Tidak ada
Tidak ada
-
Pantangan
Tidak ada
Tidak ada
-
Yang Disukai
Daging
Tidak ada
-
Yang Tdk disukai
Pare
Tidak ada
-
Alergi
Tidak ada
Tidak ada
-
Masalah makan
Tidak ada
Tidak ada
-
Upaya mengatasi
Tidak ada
Tidak ada
Lebih dari 8 gelas sehari
Tidak ada
2. Minum -
Frekwensi
-
Jenis
Cair
Cair
-
Diit
Tidak ada
Tidak ada
-
Pantangan
Tidak ada
Tidak ada
-
Yang Disukai
Kopi hitam
Tidak ada
-
Yang Tdk disukai
Tidak ada
Tidak ada
-
Alergi
Tidak ada
Tidak ada
-
Masalah minum
Tidak ada
Tidak ada
-
Upaya mengatasi
Tidak ada
Tidak ada
C. Kebersihan diri / personal
hygiene : 1. Mandi
2-3 kali/sehari
1x sehari
3 kali/seminggu
Tidak ada
2 kali sehari pagi dan malam
Tidak ada
4. Pemeliharaan kuku
1 kali seminggu
Tidak ada
5. Ganti pakaian
2- 3 kali sehari
1x sehari
Bekerja, berkumpul bersama
Berbaring di ranjang
2. Keramas 3. Pemeliharaan gigi dan mulut
E. Pola Kegiatan / Aktifitas Lain
keluarga
F. Kebiasaan
IV.
-
Merokok
-
Alkohol
-
Jamu, dll
Merokok
Tidak ada
DATA PSIKO SOSIAL A. Pola Komunikasi
: Pola komunikasi dengan keluarga dan teman baik
B. Orang yang paling dekat dengan klien
: istri klien
C. Rekreasi Hobby : berlibur bersama keluarga Penggunaan Waktu Senggang
:
Berkumpul
bersama
teman
atau
keluarga C. Dampak dirawat di Rumah Sakit
: tidak bisa melakukan aktivitas sehari
hari dengan baik D. Hubungan dengan orang lain / interaksi sosial
:
Memiliki
yang baik dengan orang lain F. Keluarga yang dihubungi bila diperlukan
V.
: Istri pasien
KONSEP DIRI A. Gambaran Diri : Berbaring di tempat tidur B. Harga Diri : Pasien takut dangen apa yang sedang di alami C. Ideal Diri : Pasien ingin cepat sembuh
hubungan
D. Identitas Diri : Pasien dapat menyebut nama ,tanggal lahir, waktu, tempat E. Peran : pasien adalah kepala keluarga VI.
DATA SPIRITUAL A. Ketaatan Beribadah
VII.
: Tidak melakukan ibadah di RS
B. Keyakinan terhadap sehat / sakit
: Pasien yakin akan segera sembuh
C. Keyakinan terhadap penyembuhan
: Pasien yakin akan segera sembuh
PEMERIKSAAN FISIK A. Kesan Umum / Keadaan Umum Pasien terlihat meringis menahan nyeri ,Pasien terlihat takut dengan keadaan sekarang. Kandung kemih pasien penuh GCS 4-5-6 composmetis B. Tanda – tanda vital Suhu Tubuh
: 360 C
Nadi
:76 kali/menit
Tekanan darah
: 120/80mmHg
Respirasi
: 18 kali permenit
Tinggi Badan
: 170 cm
Berat Badan
: 64 kg
C. Pemeriksaan Kepala dan Leher a. Kepala dan rambut a. Bentuk Kepala
: normal
Ubun-ubun
: cekung
Kulit kepala
: bersih
b. Rambut Penyebaran dan keadaan rambut Bau
: tidak berbau
Warna
: hitam
: merata
b. Wajah Warna Kulit
: sawo matang
Struktur Wajah
: Oval simetris
b. Mata a. Kelengkapan dan kesimetrisan
: lengkap simetris
b. Kelopak Mata ( Palpebra )
: normal tidak ada edema
c.
Konjuctiva dan sklera
: Konjuctiva merah muda sklera putih
d.
Pupil
: isokor
e. Kornea dan iris
: kornea bening iris hitam
f. Ketajaman penglihatan / visus g. Tekanan bola mata
: tidak terkaji : tidak ada
c. Hidung a. Tulang hidung dan posisi septum nasi
: normal
b. Lubang Hidung
: normal
c. Cuping hidung
: tidak ada cuping hidung
d. Telinga a. Bentuk telinga
: simetris
Ukuran telinga
: normal nokrotia
Ketenggangan telinga
: tidak ada
b. Lubang telinga
: bersih
c. Ketajaman pendengaran
: normal
e. Mulut dan faring a. Keadaan bibir
: normal lembab
b. Keadaan gusi dan gigi : gusi tidak ada sariawan gigi tidak ada carries c. Keadaan lidah
: bersih
d. Orofarings
: tidak terkaji
f. Leher a. Posisi trakhea
: normal
b. Tiroid
: tidak ada pembengkakan pada kelenjar tiroid
c. Suara
: normal
d. Kelenjar Lymphe
: normal
e. Vena jugularis
: tidak ada pembengkakan
f. Denyut nadi coratis
: normal teraba kuat
D. Pemeriksaan Integumen ( Kulit ) a. Kebersihan
: bersih
b. Kehangatan
: hangat
c. Warna
: coklat sawo
d. Turgor
: < 3 detik
e. Tekstur
: normal
f. Kelembaban
: normal
g. Kelainan pada kulit
: tidak ada
E. Pemeriksaan payudara dan ketiak a. Ukuran dan bentuk payudara
: normal simetris
b. Warna payudara dan areola
: coklat
c. Kelainan-kelainan payudara dan puting
: tidak ada
d. Axila dan clavicula
: normal
F. Pemeriksaan Thorak / dada 1. Inspeksi Thorak a. Bentuk Thorak
: normal simetris
b. Pernafasan Frekwensi
: 18 x/menit
Irama
: irreguler
c. Tanda-tanda kesulitan bernafas
: tidak ada
2. Pemeriksaan Paru a. Palpasi getaran suara ( vocal fremitus ) b. Perkusi
: normal
c. Auskultasi Suara Nafas
: tidak ada tambahan
Suara Ucapan
: normal
Suara Tambahan
: tidak ada
3. Pemeriksaan Jantung a. Inspeksi dan Palpasi - Pulsasi
: tidak nampak
: normal
- Ictus cordis
: teraba
b. Perkusi Batas-batas jantung
:
ICS II parasternal dextra
ICS II parasternal sinistra
ICS IV parasternal sinistra
ICS V midklavikula sinistra
c. Auskultasi - Bunyi jantung I
: lup
- Bunyi jantung II
: dug
- Bunyi jantung Tambahan
: tidak ada
- Bising / Murmur
: tidak ada
- Frekwensi denyut jantung : 76 kali/menit G. Pemeriksaan Abdomen a. Inspeksi - Bentuk abdomen
: simetris
- Benjolan / Massa
: tidak ada
- Bayangan pembuluh darah pada abdomen : tidak ada b. Auskultasi -
Peristaltik Usus
: 15 x /menit normal
c. Palpasi - Tanda nyeri tekan
: tidak ada nyeri tekan
- Benjolan / massa
: kandung kemih penuh
- Tanda-tanda ascites
: tidak ada
- Hepar
: normal tidak ada pembengkakan
- Lien
: normal tidak ada nyeri tekan
- Titik Mc. Burne
: tidak ada nyeri tekan pada titik Mc Burney
d. Perkusi - Suara Abdomen : tympani - Pemeriksaan Ascites : tidak ada
H. Pemeriksaan Kelamin dan Daerah Sekitarnya 1. Genetalia a. Kelainan – kelainan pada genetalia eksterna dan daerah inguinal : ada pembengkakan pada testis sinistra 2. Anus dan Perineum a. Lubang anus
: normal
b. Kelainan – kelainan pada anus dan perineum : tidak ada
I. Pemeriksaan Muskuloskeletal ( Ekstrimitas ) a. Kesimetrisan Otot
: simetris normal
b. Pemeriksaan Oedem
: tidak ada odem
c. Kekuatan Otot
: normal 5
d. Kelainan – kelainan pada ekstrimitas dan kuku
: tidak ada
J. Pemeriksaan Neurologi 1. Tingkat kesadaran ( secara kuantitatif ) / GCS : 4-5-6 composmetis 2. Tanda – tanda rangsangan otak ( meningeal sign ) 3. Syaraf otak( Nervus cranialis ) 4. Fungsi Motorik 5
: normal
: normal
:normal 5
5 5 5. Fungsi Sensorik : normal 6. Refleks
:
a.
Refleks Fisiologis : normal
b.
Refleks Patologis : normal
K. Pemeriksaan Status Mental a. Kondisi Emosi / Perasaan : takut tidak tau tentang keadaan yang di alami b. Orientasi : cukup baik c. Proses berfikir ( ingatan, atensi, keputusan, perhitungan ) :
Pasien dapat menjawab walaupun agak lamban dengan tepat nama ,tempat dan waktu d. Motivasi ( Kemauan ) : Pasien ingin cepat sembuh e. Persepsi : baik f. Bahasa : Indonesia PEMERIKSAAN PENUNJANG A. Diagnosa Medis
: Torsio testis
B. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang Medis
:
1. Laboratorium : Hemoglobin Hematokrit White Blood Cell Red Blood Cell Platelet High
12.8 g/dL 42 % 8.800 uL 4.6 10^6/uL 327. 10^3/uL
12 – 16 g/dl 37 - 48 % 4000 – 10.00/uL 4 – 6 10^6/uL 150.000 - 400.000/uL
2. Rontgen : Tidak ada 3. E C G : tidak ada 4. U S G :
- Tampak testis sinistra kesan swelling dengan vaskuler (-) sesuai gambaran torsiotestis sinistra + hidrokel. - Testis dextra terlihat normal 5. Lain – lain PENATALAKSANAAN DAN TERAPI Analgesic
Ketoprafen 3 x 1 tablet /oral
Mahasiswa 11 September 2021
Ayang Nanda Satria NIM. : A2R17044
ANALISA DATA
Nama pasien : Tn J. Umur
: 36 tahun
No. Register : 058796 NO
KELOMPOK DATA
PENYEBAB
MASALAH KEPERAWATAN
1
Mayor
Torsio Testis
Nyeri Akut
DS : -
Pasien mengeluh nyeri
-
Nyeri terasa seperti dipukul-pukul
-
Pasien mangatakan nyeri ada di area testis
-
Merangsang ujung saraf nyeri Robeknya saraf testis
Pasien mengatakan ada pembengkakan di area testis
-
Nyeri
Pasien mengatakan nyeri terjadi
tadi pagi saat melakukan joging Nyeri Akut DO : - Pasien terlihat meringis kesakitan - Nyeri terasa di bagian testis - Skala nyeri 7 - N : 76 x/menit Minor DS : DO : - TD 120/80 mmHg 2
- RR 18x/menit Mayor
Torsio Testis
DS : - Pasien mengatakan perut bagian bawah terasa penuh DO :
Merangsang ujung saraf nyeri Robeknya saraf testis
- Tidak berani malakukan BAK - Kandung kemih pasien terasa penuh
Nyeri
saat dilakukan palpasi Minor DS :
Rasa taku melakukan
DO :
BAK Retensi Urin
Retensi Urin
3
Mayor
Torsio testis
Ansietas
DS : - Pasien takut dengan apa yang terjadi
Kurangnya pengetahuan
sekarang - Pasien terlihat malu dengan saat Ansietas memberitahukan keadaannya sekarang dan terlihat pucat. DO : -
Pasien tampak gelisah
Minor DS : -
N : 76x menit
DO : -
RR : 18x/menit
-
Wajah tampak pucat
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN Nama pasien : Tn J Umur
: 36 tahun
No. Register : 058796 NO
TANGGAL MUNCUL
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
06 September 2021
( D.0077) Nyeri Akut b.d pencedera akut fisiologi d.d nyeri yang terasa di area testis, pembengkakan testis (D. 0050 )
2.
06 September 2021
Retensi urin b.d disfungsi neurologi d.d penuhnya kandung kemih .takut BAK. (D. 0080)
3
06 September 2021
Ansietas b.d kurangnya terpapar informasi d.d .rasa cemas yang di alami pasien akibat kurangnya informasi. takut dengan apa yang terjadi,
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN Nama pasien : Tn J Umur
: 36 tahun
No. Register : 058796 NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. (D. 0077)
LUARAN (SLKI) ( L.08066 ) Tingkat Nyeri
INTERVENSI (SIKI) ( I.08238 ) Manajemen Nyeri
Observasi Nyeri Akut b.d pencedera
Setelah dilakukan tindakan
1. Mengidentifikasi
lokasi
akut fisiologi d.d nyeri
keperawatan dalam 1 jam
karakteristik,
durasi,
yang terasa di area testis,
bahwa Tingkat nyeri pasien
frekuensi, kualitas, instensitas
pembengkakan testis.
menurun, dengan Kriteria hasil :
nyeri.
1. Keluhan nyeri menurun 2. Meringis menurun
2. Mengidentifikasi skala nyeri 3. Mengidentifikasi faktor yang
3. Diaforesis menurun
memperberat
4. Gelisah menurun
dan
memperingan nyeri Terapeutik 4. Memberikan
teknik
non
farmakologis seperti terknik distraksi
relaksasi
untuk
mengurangi rasa nyeri 5. Memberi fasilitasi istirahat dan tidur 6. Memberi pertimbangan jenis dan
sumber
nyeri
pemeliharaan
dalam strategi
meredakan nyeri Edukasi 7. Menjelaskan
penyebab,
periode, dam pemicu nyeri Kolaborasi 8. Berkolaborasi pemberian
dalam
analgetik,
jika
perlu 2
(D. 0050 )
Eliminasi Urine (L04034)
Retensi urin b.d disfungsi
Setelah
neurologi d.d penuhnya
keperawatan selama 1 x 24 1.
Mengidentifikasi
kandung kemih .takut
jam
retensi urine
BAK.
retensi urine membaik dengan 2.
Memantau tingkat distensi
kriteria hasil:
kandung
dilakukan diharapkan
Perawtaan Retensi Urine
asuhan Observasi masalah
kemih
penyebab
dengan
palpasi atau perkusi 1. Distensi kandung kemih Terapeutik menurun 2. Berkemih
5. Menyediakan privasi untuk tidak
menurun 3. Disuria menurun
tuntas
berkemih 6. Memberikan
rangsangan
berkemih Edukasi 7. Menjelaskan retensi urine
penyebab
3
(D. 0080)
Tingkat Ansietas (L.09093)
Ansietas b.d kurangnya
Setelah dilakukan tindakan Observasi
terpapar informasi d.d
keperawatan selama 1 jam 1. Memantau
.rasa cemas yang di alami
diharapakan
pasien akibat kurangnya
menurun atau pasien dapat Terapeutik
informasi. takut dengan
tenang dengan kriteria :
apa yang terjadi,
1. Menyingkirkan kecemasaan.
kecemasan
Reduksi ansietas (I.09314) tanda-tanda
terjadinya ansietas 2. Menciptakan
tanda
terapeutik
untuk
menumbuhkan kepercayaan
2. Tidak terdapat perilaku 3. Memahami gelisah
suasana
situasi
yang
membuat ansietas 4. Melakukan
diskusikan
perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang Edukasi 5. Menganjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi diri. 6. Menganjurkan keluarga untuk selalu
disamping
dan
mendukung pasien 7. Melatih teknik relaksasi Kolaborasi 8. Berkolaborasi
dalam
pemberian obat ansietas ,jika perlu
TINDAKAN KEPERAWATAN Nama Pasien : Tn J
CATATAN PERKEMBANGAN
Umur : 36 tahun
No. Register : 058796
TANGGAL/ NO 1.
NO. DX
TANDA IMPLEMENTASI
JAM
TANGAN
(D. 0077) 06 - 09 - 2021 ( I.08238 ) Manajemen Nyeri Nyeri Akut b.d
TANGGAL/
durasi,
akut
nyeri.
EVALUASI
06 – 09 – 2021
S:
lokasi
frekuensi,
karakteristik,
kualitas,
instensitas
13.00
menurun.. 2. Rasa nyerinya seperti dipukul-pukul 3. Rasa nyerinya terus menurus timbul
fisiologi d.d
2. Mengidentifikasi skala nyeri
4. Skala nyerinya 5
nyeri yang
3. Mengidentifikasi faktor yang memperberat
O:
dan memperingan nyeri
terasa di area testis, pembengka kan testis
09.35
TANGAN
1. Pasien mengeluh nyeri di area testis
1. Mengidentifikasi
pencedera
TANDA
JAM
Observasi 09.30
Kasus : Torsio Testis
4.
Terapeutik
Pasien tampak sesekali mnyeringai
4. Memberikan teknik non farmakologis
5. Kegelisahpasien nampak menurun
seperti terknik distraksi relaksasi untuk
6. GCS 4-5-6
mengurangirasa nyeri
7. Hasil
5. Memberi fasilitasi istirahat dan tidur
pemeriksaan
fisik
di
dapat
Tekanan darah ( 120/80mmHg), N : (76x/menit),
Frekuensi
Nafas
(18x/menit), suhu (36 C). 6. Memberi pertimbangan jenis dan sumber nyeri
dalam
meredakan nyeri
pemeliharaan
strategi
A: 7.
Masalah ASKEP KMB
09.40
Edukasi 7. Menjelaskan
belum teratasi penyebab,
periode,
dan
P:
pemicu nyeri 09.45
8.
Kolaborasi
Intervensi di lanjutkan 1- 8
8. Berkolaborasi dalam pemberian analgetik, jika perlu 2
(D. 0050 )
06 – 09 –2021
Retensi urin b.d
BAK.
Mengidentifikasi penyebab retensi urine
2.
Memantau
tingkat
distensi
13.00
10.10
S: 1. penuh lagi.
kemih dengan palpasi atau perkusi 3.
Menyediakan privasi untuk berkemih
4.
Memberikan rangsangan berkemih
O: 2.
Pasien bisa melakukan BAK
3.
Edukasi 5.
Pasien mengatakan perut bagian bawah tidak
kandung
Terapeutik
penuhnya kemih .takut
1.
10.00
d.d kandung
06 – 09 – 2021
Observasi 09.50
disfungsi neurologi
Perawtaan Retensi Urine
Saat di lakukan palpasi abdomen distensi
Menjelaskan penyebab retensi urine
kandung kemih menurun A: 4.
Masalah belum teratasi
P: 5. 3.
. (D. 0080) 06 – 09 –2021 Reduksi ansietas (I.09314)
06 – 09 – 2021
Intervensi
dilanjutkan 2-4 Mayor ASKEP KMB
Ansietas b.d
10.20
kurangnya
13.00
1. Memantau tanda-tanda terjadinya ansietas
terpapar informasi
Observasi
S: 1. Pasien mulai paham dengan apa yang
Terapeutik 10.25
d.d .rasa
terjadi.
2. Menciptakan suasana terapeutik untuk
O:
menumbuhkan kepercayaan
2. Pasien sudah tidak nampak gelisah
cemas yang
3. Memahami situasi yang membuat ansietas
3. Pasien sudah nampak tidak terlalu pucat
di alami
4. Melakukan
4. Respirasi pasien 18 x/menit
pasien akibat
diskusikan
perencanaan
realistis tentang peristiwa yang akan 10.35
kurangnya informasi. takut
datang
A:
Edukasi
5. Masalah belum teratasi
5. Menganjurkan mengungkapkan perasaan
P:
dan persepsi diri.
dengan apa 10.45 yang terjadi,
6. Menganjurkan
6. Intervensi di lanjutkan 2.4.5.6 keluarga
untuk
selalu
disamping dan mendukung pasien 7. Melatih teknik relaksasi Kolaborasi 8. Berkolaborasi
dalam
pemberian
obat
ansietas ,jika perlu
TINDAKAN KEPERAWATAN Nama Pasien : Tn J
Umur : 36 tahun
CATATAN PERKEMBANGAN No. Register : 058796
Kasus : Torsio Testis ASKEP KMB
TANGGAL/ NO 1.
NO. DX
TANDA IMPLEMENTASI
JAM
(D. 0077) 07 - 09 - 2021
( I.08238 ) Manajemen Nyeri
Nyeri Akut
Observasi
b.d
09.30
durasi,
akut
nyeri.
TANDA EVALUASI
JAM 07 – 09 – 2021
lokasi
frekuensi,
karakteristik,
kualitas,
instensitas
13.00
mulai menurun. 2. Rasa nyerinya seperti di pukul-pukul 3. Rasa nyerinya terkadang timbul
fisiologi d.d
2. Mengidentifikasi skala nyeri
4. Skala nyerinya 3
nyeri yang
3. Mengidentifikasi faktor yang memperberat
O:
dan memperingan nyeri
terasa di area testis,
09.35
6. Pasien sesekali menyeringai
Terapeutik
7. Pasien sudah tidak gelisah
4. Memberikan teknik non farmakologis
pembengka
seperti terknik distraksi relaksasi untuk
kan testis
8. GCS 4-5-6 9. Hasil
mengurangirasa nyeri
fisik
(76x/menit),
6. Memberi pertimbangan jenis dan sumber
(18x/menit), suhu (36 C).
dalam
pemeliharaan
strategi
dapat
Frekuensi
Nafas
A :. 10.
Edukasi 7. Menjelaskan
di
Tekanan darah ( 120/80mmHg), N :
meredakan nyeri
09.40
pemeriksaan
5. Memberi fasilitasi istirahat dan tidur. nyeri
TANGAN
S: 1. Pasien mengatakan nyeri di area testis
1. Mengidentifikasi
pencedera
TANGAN
TANGGAL/
Massalah belum teratasi
P: penyebab,
periode,
dan
11. Intervensi di lanjutkan 1-6
pemicu nyeri Kolaborasi
09.45
8. Berkolaborasi dalam pemberian analgetik, ASKEP KMB
jika perlu
2
(D. 0050 )
07 – 09 –2021
Retensi urin b.d
07 – 09 – 2021
S:
Observasi 09.50
disfungsi neurologi
Perawtaan Retensi Urine 1. Mengidentifikasi penyebab retensi urine
13.00
2. Memantau tingkat distensi kandung kemih 10.00
d.d
O: 1.
dengan palpasi atau perkusi
lakukan palpasi abdomen distensi
Terapeutik
kandung kemih
penuhnya
3. Menyediakan privasi untuk berkemih
A:
kandung
4. Memberikan rangsangan berkemih
2.
kemih .takut
10.10
BAK.
Saat di
Edukasi
Retensi Urin teratasi
5. Menjelaskan penyebab retensi urine
P: 3.
3.
. (D. 0080) 07 – 09 –2021 Reduksi ansietas (I.09314) Ansietas b.d kurangnya
Observasi 10.20
d.d .rasa
10.25
dihentikan Mayor S:
1. Memantau tanda-tanda terjadinya ansietas Terapeutik
terpapar informasi
07– 09 – 2021 13.00
1. Pasien paham dengan apa yang terjadi O:
2. Menciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
2. Pasien sudah tidak gelisah 3. Pasien nampak tidak pucat
cemas yang
3. Memahami situasi yang membuat ansietas
4. Respirasi 18 x/menit
di alami
4. Melakukan
A:
pasien
Intervensi
diskusikan
perencanaan
realistis tentang peristiwa yang akan
5. Ansietas teratasi ASKEP KMB
akibat
datang
kurangnya informasi.
P:
Edukasi 10.35
takut
6. Intervensi di hentikan
5. Menganjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi diri.
dengan apa
6. Menganjurkan
yang terjadi,
keluarga
untuk
selalu
disamping dan mendukung pasien 7. Melatih teknik relaksasi 10.45
Kolaborasi 8. Berkolaborasi dalam pemberian obat ansietas ,jika perlu
TINDAKAN KEPERAWATAN Nama Pasien : Tn J
Umur : 36 tahun
TANGGAL/ NO 1.
NO. DX
b.d pencedera akut
No. Register : 058796
TANDA IMPLEMENTASI
JAM
(D. 0077) 08 - 09 - 2021 ( I.08238 )Manajemen Nyeri Nyeri Akut
CATATAN PERKEMBANGAN
TANGAN
TANGGAL/
1. Identifikasi lokasi karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, instensitas nyeri. 2. Identifikasi skala nyeri
TANDA EVALUASI
JAM 08 – 08 – 2021
Observasi 09.30
Kasus : Torsio Testis
TANGAN
S: 1.
13.00
Pasien mengatakan sudah tiadk nyeri
O: 2.
Pasien sudah ASKEP KMB
fisiologi d.d
3. Identifikasi faktor yang memperberat dan
nyeri yang
memperingan nyeri
3. GCS 4-5-6
terasa di area testis,
tidak menyeringai 4. Hasil pemeriksaan fisik di dapat
09.35
pembengka kan testis
Terapeutik
Tekanan darah( 120/80mmHg), N :
4. Berikan teknik non farmakologis seperti
(76x/menit), Frekuensi Nafas
terknik
distraksi
relaksasi
untuk
mengurangirasa nyeri
A:
5. Fasilitasi istirahat dan tidur
5.
6. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
P:
dalam pemeliharaan strategi meredakan nyeri 09.40
(18x/menit), suhu (36 C). Nyeri teratasi
6.
Intervensi di hentikan
Edukasi 7. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
09.45
nyeri Kolaborasi 8. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
ASKEP KMB