14 0 254 KB
Mata Kuliah : Keperawatan Gerontik Dosen
: Hasriana, S.Kep., Ns., M.Kes
ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM PERKEMIHAN INKONTINENSIA URIN
Oleh : KELOMPOK 5 1. NURASISA
NH0117105
2. RAODHATUL JANNAH
NH0117125
3. RISNAWATI
NH0117126
4. SITI HALIMAH BUGIS
NH0117140
5. YULITA WALUN
NH0117135
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NANI HASANUDDIN MAKASSAR 2021
KATA PENGANTAR Puji syukur marilah senantiasa kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah dengan judul ”Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan Inkontinensia Urin” .Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan gerontik. Dalam pembuatan makalah ini, kami tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari pihak-pihak terkait serta kecanggihan teknologi untuk memperoleh informasinya. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Kami menyadari bahwa sebagai manusia yang memiliki keterbatasan, tentu hasil makalah kami ini tidak mungkin luput dari kekurangan. Kami senantiasa mengharapkan konstribusi pemikiran anda sehingga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
PENULIS
i
DAFTAR ISI Kata pengantar..................................................................................................i Daftar Isi ..........................................................................................................ii BAB I Pendahuluan..........................................................................................1 A. Latar Belakang............................................................................................1 B. Rumusan Masalah ......................................................................................2 C. Tujuan ........................................................................................................2 BAB II Tinjauan Pustaka..................................................................................3 A. Definisi ......................................................................................................3 B. Etiologi ......................................................................................................3 C. Klasifikasi...................................................................................................4 D. Patofisiologi................................................................................................4 E. Manifestasi Klinis......................................................................................7 F. Pemeriksaan Penunjang..............................................................................8 G. Penatalaksanaan..........................................................................................8 BAB III Asuhan Keperawatan..........................................................................11 A. Pengkajian...................................................................................................11 B. Analisa Data................................................................................................28 C. Diagnosa Keperawatan...............................................................................28 D. Intervensi Keperawatan..............................................................................30 E. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan...................................................33 BAB IV Penutup ..............................................................................................37 A. Kesimpulan ................................................................................................37 B. Saran ..........................................................................................................37 DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................38
ii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Nugroho, 2010 dalam (Mustofa, 2012). Proses menua (aging proces) biasanya akan ditandai dengan adanya perubahan fisik-biologis, mentar ataupun spikososial. perubahan fisik diantaranya adalah penurunan sel, penurunan system persyarafan, system pendengaran, system penglihatan, system kardiovaskuler, system pengaturan temperature tubuh, system respirasi, system endokrin, system kulit, system musculoskeletal. Perubahanperubahan mental pada lansia yaitu terjadi perubahan kepribadian, memori dan perubahan intelegensi. sedangkan perubahan spikososial dapat berupa kehilangna pekerjaan, kesepian dan kehilangan pasangan. Diperkirakan sekitar 13 % penduduk pria dan wanita berusia 75 tahun atau lebih menderita inkontinensia urine. Hampir 34 % terjadi pada laki-laki dan 60 % terjadi pada wanita yang berusia 75 tahun pada institusi perawat akut mengalami inkontinensia urine. lnkontinenia urine sangat menghabiskan biaya, baik konsekwensi secara pskososial bagi pasien maupun dampak ekonomi yang sangat besar bagi masyarakat. Biaya perawatan pasien inkontinensia urine diperkirakan lebih dari 10,3 milyar US$ pertahunnya. (Mustofa, 2012) Menurut Setiad, 2011 dalam (Mustofa, 2012), lnkontinenesia urine sering kali menyebabkan pasien dan keluarganya frustasi, bahkan depresi. Bau yang tidak sedap dan perasaan kotor, tentu akan menimbukan masalah social dan psikologis. selain iu inkontinensia urine juga akan mengganggu akvitas fisik, seksual dehidrasi karena umumnya penderita akan mengurangi minumnya khawatir terjadi ngompol. Masalah lain yang dapat ditemukan adalah adanya dekubitus dan infeksi saluran kemih yang berulang, disamping dibutuhkan biaya perawatan sehari-hari yang relative lebih tinggi untuk keperluan membeli tampon.Terdapat cara yang digunakan untuk memperbaiki ketidakmampuan berkemih yaitu dengan latihan otot dasar panggul (pelvic muscte exercise) atau sering disebut dengan latihan kegel. Latihan ini baru 1
diterapkan pada kondisi gangguan berkemih pada kasus-kasus pasca persalinan yang difokuskan pada latihan kontraksi dan relaksasi otot dasar panggul, selain itu kegel juga telah dikenal sebagai senam yang berhubungan dengan aktivitas seksual. B. Rumusan Masalah Bagaimana asuhan keperawatan gerontik pada pasien Inkontinensia Urin ? C. Tujuan 1.
Tujuan Umum Untuk
mengetahui
asuhan
keperawatan
gerontik
pada
pasien
Inkontinensia Urin. 2. Tujuan Khusus a.
Untuk mengetahui definisi inkontinensia urine
b. Untuk mengetahui etiologi inkontinensia urine c.
Untuk mengetahui klasifikasi inkontinensia urine
d. Untuk mengetahui patofisiologi inkontinensia urine e.
Untuk mengetahui manifestasi Klinis inkontinensia urine
f.
Untuk mengetahui pemeriksaan Penunjang inkontinensia urine
g. Untuk mengetahui penatalaksanaan inkontinensia urine
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Inkontinensia urine
merupakan
eliminasi
urine
dari
kandung
kemih yang tidak terkendali atau terjadi diluar keinginan.Inkontinensia urine didefinisikan sebagai keluarnya urine yang tidak terkendali pada waktu yang tidak dikehendaki tanpa memperhatikan frekuensi dan jumlahnya,yang mengakibatkan masalah social dan higienis penderitanya (Brunner & Suddart, 2012) Menurut International Continence Sosiety dalam (Brunner & Suddart, 2012), inkontinensia urine adalah kondisi keluarnya urin tak terkendali yang dapat didemonstrasikan secara obyektif dan menimbulkan gangguan hygiene dan social. B. Etiologi Etiologi Inkontinensia Urine menurut (Brunner & Suddart, 2012) yaitu: 1.
Poliuria, nokturia
2.
Gagal jantung
3.
Faktor usia : lebih banyak ditemukan pada usia >50 tahun.
4.
Lebih banyak terjadi pada lansia wanita dari pada pria hal ini disebabkan oleh : a.
Penurunan produksi esterogen menyebabkan atropi jaringan uretra dan efek akibat melahirkan dapat mgengakibatkan penurunan otototot dasar panggul.
b.
Perokok, Minum alkohol.
c.
Obesitas
d.
Infeksi saluran kemih (ISK)
3
C. Klasifikasi Klasifikasi Inkontinensia Urine menurut (Syaifuddin, 2013), yaitu : 1.
Inkontinensia Dorongan Inkontinensia dorongan
merupakan
keadaan
dimana
seseorang
mengalami pengluaran urin tanpa sadar, terjadi segera setelah merasa dorongan yang kuat untuk berkemih. 2.
Inkontinensia Total Inkontinensia
Total
merupakan
keadaan
dimana
seseorang
mengalami pengeluaran urin terus menerus dan tidak dapat diperkirakan. 3.
Inkontinensia Stres Merupakan keadaan dimana seseorang mengalami kehilangan urin kurang dari 50ml, terjadi dengan peningkatan tekanan abdomen.
4.
Inkontinensia refleks Merupakan keadaan dimana seseorang mengalami pengeluran urin yang tidak dirasakan, terjadi pada interval yang dapat diperkirakan bila volume kandung kemih mencapai jumlah tertentu.
5. Inkontinensia fungsional Merupakan keadaan dimana seseorang mengalami pengeluaran urin tanpa disadari dan tidak dapat diperkirakan. D. Patofisiologi Perubahan yang terkait dengan usia pada sistem Perkemihan Vesika Urinaria (Kandung Kemih). Kapasitas kandung kemih yang normal sekitar 300-600 ml. Dengan sensasi keinginan untuk berkemih diantara 150-350 ml. Berkemih dapat ditundas 1-2 jam sejak keinginan berkemih dirasakan. Ketika keinginan berkemih atau miksi terjadi pada otot detrusor kontraksi dan sfingter internal dan sfingter ekternal relaksasi,yang membuka uretra. Pada orang dewasa muda hampir semua urine dikeluarkan dengan proses ini.
4
Pada lansia tidak semua urine dikeluarkan, tetapi residu urine 50 ml atau kurang
dianggap
adekuat.
Jumlah
yang
lebih
dari
100
ml
mengindikasikan adanya retensi urine. Perubahan yang lainnya pada peroses penuaan adalah terjadinya kontrasi kandung kemih tanpa disadari. Wanita lansia, terjadi penurunan produksi esterogen menyebabkan atrofi jaringan uretra dan efek akibat melahirkan mengakibatkan penurunan pada otot-otot dasar. (Syaifuddin, 2013) Fungsi otak besar yang terganggu dan mengakibatkan kontraksi kandung kemih. Terjadi hambatan pengeluaran urine dengan pelebaran kandung kemih, urine banyak dalam kandung kemih sampai kapasitas berlebihan. Fungsi sfingter yang terganggu menyebabkan kandung kemih bocor bila batuk atau bersin. (Syaifuddin, 2013)
5
Pathway Inkontinensia urin : Persalinan pervaginan
Proses menua
Peregangan otot jaringan / robekan jalan lahir
Kadar hormon menurun Hiperglikemia Otot dasar panggul rusak
Melemahnya otot dasar panggul
Tidak dapat menahan air kencing
MK : kelelahan
Refluks urovesikal MK : gangguan rasa nyaman/ nyeri
Menyebarnya infeksi dari uretra
Perpindahan cairan intraseluler secara osmotik MK : risiko tinggi infeksi
Posisi kandung kemih prolap
Melemahnya tekanan / tekanan akhiran kemih keluar
ISK
Peningkatan produksi urin (DM)
Ginjal reabsorbsi kelebihan glukosa
Glukosuria
MK :kekuranga n volume cairan
Sfingter dan otot dasar panggul terganggu
Pengosongan kandung kemih tidak sempurna
Poliuria
MK : gangguan
Urgensi
Pola tidur Mengompol
MK : isolasi sosial Nokturia
Daerah genetalia lembab
Menimbulkan lecet
MK : Kerusakan Integritas kulit INKONTINENSIA URIN
6
Desakan berkemih
E. Manifestasi Klinik Tanda dan gejala inkontinensia urin menurut (Syaifuddin, 2013), yaitu : 1.
2.
3.
4.
5.
Inkontinensia Dorongan a.
Sering miksi
b.
Spasme kandung kemih
Inkontinensia total a.
Aliran konstan terjadi pada saat tidak diperkirakan.
b.
Tidak ada distensi kandung kemih.
c.
Nokturia dan Pengobatan Inkontinensia tidak berhasil.
Inkontinensia stres a.
Adanya urin menetes dan peningkatan tekanan abdomen.
b.
Adanya dorongan berkemih.
c.
Sering miksi.
d.
Otot pelvis dan struktur penunjang lemah.
Inkontinensia refleks a.
Tidak dorongan untuk berkemih.
b.
Merasa bahwa kandung kemih penuh.
c.
Kontraksi atau spesme kandung kemih tidak dihambat pada interval.
Inkontinensia fungsional a.
Adanya dorongan berkemih.
b.
Kontraksi kandung kemih cukup kuat untuk mengeluarkan urin.
7
F. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Penunjang Inkontinensia Urine menurut (Brunner & Suddart, 2012),Uji urodinamik sederhana dapat dilakukan tanpa menggunakan alatalat mahal. Sisa-sisa urin pasca berkemih perlu diperkirakan pada pemeriksaan fisis. Pengukuran yang spesifik dapat dilakukan dengan ultrasound atau kateterisasi urin. Merembesnya urin pada saat dilakukan penekanan dapat juga dilakukan. Evaluasi tersebut juga harus dikerjakan ketika kandung kemih penuh dan ada desakan keinginan untuk berkemih. Diminta untuk batuk ketika sedang diperiksa dalam posisi litotomi atau berdiri. Merembesnya urin seringkali dapat dilihat. Informasi yang dapat diperoleh antara lain saat pertama ada keinginan berkemih, ada atau tidak adanya kontraksi kandung kemih tak terkendali, dan kapasitas kandung kemih. 1.
Elektrolit, ureum, creatinin, glukosa, dan kalsium serum dikaji untuk menentukan fungsi ginjal dan kondisi yang menyebabkan poliuria. Tes laboratorium tambahan seperti kultur urin, blood urea nitrogen, creatinin, kalsium glukosasitol.
2.
Catatan Berkemih dilakukan untuk mengetahui pola berkemih. Catatan ini digunakan untuk mencatat waktu dan jumlah urin saat mengalami inkontinensia urine dan tidak inkontinensia urine, dan gejala berkaitan denga inkontinensia urine. Pencatatan pola berkemih tersebut dilakukan selam 1-3 hari. Catatan tersebut dapat digunakan untuk memantau respons terapi dan juga dapat dipakai sebagai intervensi terapeutik karena dapat menyadarkan pasien faktor pemicu
G. Penatalaksanaan Penatalaksanaan inkontinensia urin
adalah untuk mengurangi
faktoR
resiko, mempertahankan homeostasis, mengontrol inkontinensia urin, modifikasi lingkungan, medikasi, latihan otot pelvis dan pembedahan.Dari beberapa hal tersebut di atas, dapat dilakukan sebagai berikut :
8
1.
Pemanfaatan kartu catatan berkemih yang dicatat pada kartu tersebut misalnya waktu berkemih dan jumlah urin yang keluar, baik yang keluar secara normal, maupun yang keluar karena tak tertahan, selain itu dicatat pula waktu, jumlah dan jenis minuman yang diminum.
2.
Terapi non farmakologi Dilakukan dengan mengoreksi penyebab yang mendasari timbulnya inkontinensia urin, seperti hiperplasia prostat, infeksi saluran kemih, diuretik, gula darah tinggi, dan lain-lain. Adapun terapi yang dapat dilakukan adalah : Melakukan latihan menahan kemih (memperpanjang interval waktu berkemih) dengan teknik relaksasi dan distraksi sehingga frekwensi berkemih 6-7 x/hari. Lansia diharapkan dapat menahan keinginan untuk berkemih bila belum waktunya. Lansia dianjurkan untuk berkemih pada interval waktu tertentu, mula-mula setiap jam, selanjutnya diperpanjang secara bertahap sampai lansia ingin berkemih setiap 2-3 jam. Membiasakan berkemih pada waktu-waktu yang telah ditentukan sesuai dengan kebiasaan lansia. Promted voiding dilakukan dengan cara mengajari lansia mengenal kondisi berkemih mereka serta dapat memberitahukan petugas atau pengasuhnya bila ingin berkemih. Teknik ini dilakukan pada lansia dengan gangguan fungsi kognitif (berpikir). Melakukan latihan otot dasar panggul dengan mengkontraksikan otot dasar
panggul
secara
berulang-ulang.Adapun
cara-cara
mengkontraksikan otot dasar panggul tersebut adalah dengan cara : Berdiri di lantai dengan kedua kaki diletakkan dalam keadaan terbuka, kemudian pinggul digoyangkan ke kanan dan ke kiri ± 10 kali, ke depan ke belakang ± 10 kali. Gerakan seolah-olah memotong feses pada saat kita buang air besar dilakukan ± 10 kali. Hal ini dilakukan agar otot dasar panggul menjadi lebih kuat dan urethra dapat tertutup dengan baik. 3.
Terapi farmakologi Obat-obat yang dapat diberikan pada inkontinensia urgen
adalah
antikolinergik seperti Oxybutinin, Propantteine, Dicylomine, flavoxate, Imipramine. Pada inkontinensia stress diberikan alfa adrenergic agonis, 9
yaitu pseudoephedrine untuk meningkatkan retensi urethra. Pada sfingter
relax diberikan kolinergik agonis seperti Bethanechol atau
alfakolinergik antagonis seperti prazosin untuk stimulasi kontraksi, dan terapi diberikan secara singkat. 4.
Terapi pembedahan Terapi ini dapat dipertimbangkan pada inkontinensia tipe stress dan urgensi, bila terapi non farmakologis dan farmakologis tidak berhasil. Inkontinensia
tipe
overflow
umumnya
memerlukan
tindakan
pembedahan untuk menghilangkan retensi urin. Terapi ini dilakukan terhadap tumor, batu, divertikulum, hiperplasia prostat, dan prolaps pelvic (pada wanita). 5.
Modalitas lain Sambil melakukan terapi dan mengobati masalah medik yang menyebabkan inkontinensia urin, dapat pula digunakan beberapa alat bantu bagi lansia yang mengalami inkontinensia urin, diantaranya adalah pampers, kateter.
6.
Pemantauan Asupan Cairan Pada orang dewasa minimal asupan cairan adalah 1500 ml perhari dengan rentan yang lebih adekuat antara 2500 dan 3500 ml perhari dengan asumsi tidak ada kondisi kontraindikasi. Lansia yang kontinen dapat membatasi asupan cairan secara tidak tepat untuk mencegah kejadian-kejadian yang memalukan. Pengurangan asupan cairan sebelum waktu tidur dapat mengurangi inkontinensia pada malam hari, tetapi cairan harus diminum lebih banyak selama siang hari sehingga total asupan cairan setiap harinya tetap sama. (Brunner & Suddart, 2012)
10
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN Tinjauan Kasus Ny.M (65 thn) datang ke RS. B diantar keluarga. Keluarga mengatakan Ny. M sering kencing tanpa disadari (ngompol). Klien sendiri mengatakan tidak bisa menahan jika sudah terasa ingin BAK. Frekuensi berkemih tiap hari 15-18x/hari. Klien juga mengatakan saat dia bersin, membungkuk, batuk tiba-tiba keluar sedikit air kencing. Klien memakai popok dan menggantinya 1x sehari sehingga terasa lembab. Kira-kira Ny.M minumnya tiap hari sekitar kurang lebih 500 cc. Sebelumnya Ny. M ada riwayat hipertensi 2 tahun lalu dan mengonsumsi obat diuretik. Klien mengatakan disekitar area genitalia/perineal terasa nyeri, panas dan gatal. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan data TB&BB Ny M adalah 150cm, 45kg, TD 180/140mmHg, Nadi 80 x/menit, respirasi 18 x/menit dan suhu 36,50C, output 2100cc. Terdapat ruam kemerahan pada sekitar area genitalia, kelembaban bibir kering. Saat ini klien terpasang infuse RL 2000cc/24 jam, kateter indwelling. Kegiatan sehari-hari Ny. M adalah menjadi guru mengaji. A. Pengkajian 1.
Data Umum a.
b.
Identitas Klien Nama
: Ny.M
Tempat/tgl lahir
: Camba, 19 Januari 1956
Umur
: 65 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Camba, Kec.Camba, Kab.Maros
Identitas Penanggung Jawab Nama
: Tn.R
Umur
: 30 Tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam 11
2.
Alamat
: Camba, Kec.Camba, Kab.Maros
Hubungan dengan Klien
: Anak klien
Riwayat pekerjaan dan status ekonomi a.
Pekerjaan saat ini Tidak ada pekerjaan yang bisa dilakukan oleh klien, klien hanya terbaring di tempat tidur
b.
Pekerjaan sebelumnya Klien merupakan guru mengaji di sebuah mesjid.
c.
Sumber pendapatan Sumber pendapatan berasal dari anaknya.
d.
Kecukupan pendapatan Klien selalu berkecukupan karena dibantu oleh anaknya
3.
Lingkungan tempat tinggal a.
Rumah (tipe, ukuran, jumlah ruangan) Tipe rumah
: Rumah kayu, lantai kayu, dan atap genting.
Ukuran
:8 mx 9 m
Jumlah ruangan : 5 ruangan, terdiri atas 1 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 dapur, 1 kamar mandi dan 1 teras rumah. b.
Ventilasi dan Penerangan Penerangan rumah dengan lampu, siang hari cahaya sinar matahari dapat masuk ke setiap ruangan dan kamar tidur.
c.
Persediaan air bersih Persediaan air bersih tersedia dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan air minum dan memasak, air berasal dari sumber air di kaki gunung.
d.
Pembuangan sampah Sampah dibuang pada tempat berlubang di belakang rumah dan apabila sudah menumpuk sampah akan ditumpuk tanah.
e.
Pembuangan air limbah Pembuangan limbah melalui selokan.
f.
Jamban / WC 12
Tipe jamban leher angsa (jamban jongkok). g.
Lingkungan rumah Jarak
rumah
klien
dengan
tetangga
terdekat
sekitar
3-5
meter.Disekitaran rumah klien berjejer tanaman bunga yang rapi dan cantik. 4.
Riwayat kesehatan a.
Status kesehatan saat ini 1) Keluhan utama Klien sering kencing tanpa disadari (ngompol). 2) Gejala yang dirasakan Klien mengatakan tidak bisa menahan jika sudah terasa ingin BAK. Klien juga mengatakan saat dia bersin, membungkuk, batuk tiba-tiba keluar sedikit air kencing. Klien mengatakan disekitar area genitalia/perineal terasa nyeri, panas dan gatal. 3) Faktor pencetus 4) Timbulnya keluhan Bertahap 5) Upaya mengatasi Dengan memakai popok
b.
Riwayat kesehatan masa lalu 1) Penyakit yang pernah diderita Klien menderita darah tinggi sejak 2 tahun yang lalu pada tahun 2019. 2) Riwayat alergi Tidak ada 3) Riwayat kecelakaan Tidak ada 4) Riwayat dirawat di Rumah sakit Tidak ada 5) Riwayat pemakaian obat 13
mengonsumsi obat diuretik. 5.
Pola fungsional a.
Pola manajemen kesehatan Pasien tidak merokok dan tidak mengonsumsi makanan obat/ tidak ketergantungan terhadap obat
b.
Nutrisi metabolik Frekuensi makan
: Pasien makan 3x/hari,
Jumlah makan
: Porsi sedang dan habis
Jenis makan
:Nasi,sayur, ikan, dan terkadang ayam dan daging
Nafsu makan
: Baik
Frekuensi minum
: 3 kali sehabis makan dan minum lagi jika haus
Jumlah minum
: kurang lebih 500 cc per hari, dan minum sedikit-dikit
Jenis minuman
: Pasien minum air putih dan teh
c.
d.
Eliminasi BAB
: 1x sehari waktu pagi hari
BAK
: 15-18x/hari
Aktifitas pola latihan Kegiatan klien selama dirumah klien mengerjakan pekerjaan rumah dan kegiatan mengajar mengaji dimesjid menjadi terganggu karna klien sering mengompol.
e.
Pola istirahat tidur Frekuensi Jumlah waktu tidur
: 2x sehari : Malam hari 19.00 – 04.00 WIB, dan siang hari 12.00–13.00 WIB
Gangguan tidur f.
: Pasien bangun jika terdengar suara
Pola kognitif persepsi
14
Penglihatan klien sudah kabur (mata kanan dan kiri).Saat membaca al – Qur’ar klien sudah tidak bisa melihat jelas jenis hurufnya, oleh karena itu klien memakai kacamata.Pendengaran klien masih bagus. g.
Persepsi diri Klien pasrah dengan keadaanya karna dirinya menganggap umurnya sudah tua dan rentang terkena penyakit.Klien tabah dan ingin semakin mendekatkan diri pada Sang Pencipta.
h.
Pola peran-hubungan Klien sering berinteraksi dengan tetangga rumah dan memiliki hubungan baik.
i.
Sexualitas Klien sudah tidak bergairah untuk berhubungan seksual.
j.
Koping – pola toleransi stress Klien pasrah dengan penyakit yang dideritanya.
6.
Pemeriksaan fisik a.
Keadaan umum Klien berbaring di tempat tidur.Tingkat kesadara composmetis E : 4 V : 5 M : 6, Eye (respon membuka mata): 4; pasien spontan membuka mata saat diajak bicara, Verbal (respon berbicara): 5; pasien saat diajak bicara koperatif, Motorik (respon gerak): 6; mengikuti perintah.
b.
TTV TD :180/140 mmHg Nadi : 80 kali/menit RR : 18 kali/menit Suhu : 36,5 °C
c.
BB/TB Berat badan 45 Kg dan tinggi badan 150 cm
d.
Kepala 1) Rambut
15
Kebersihan rambut : Saat inspeksi kulit dan rambut pasien bersih tidak ada lesi ataupun ketombe, dengan warna rabut hitam dengan sedikit warna putih Kerontokan rambut : Saat inspeksi dan palpasi kepala pasien tidak ada kerontokan pada rambut pasien 2) Mata Perubahan penglihatan : Penglihatan sudah rabun Konjungtiva : Normal (merah muda) Sklera Kornea
: Putih bersih : Hitam keruh dan terdapat warna putih pada pupil sebelah kanan
3) Telinga Perubahan pendengaran : Tidak ada, orientasi baik, pendengaran normal, pasien masih koperatif jika di ajak bicara Bentuk telinga
: Simetris kanan dan kiri
Penggunaan alat Bantu
: Tidak ada
4) Gigi Gigi tidak lengkap dan berwarna kuning kehitaman 5) Bibir Bibir pucat dan kering e.
Dada 1) Jantung Palpasi (pembesaran jatung) : Tidak ada nyeri tekan, Perkusi
: Pekak
Auskultasi (BJ 1 & BJ2 terdengar: BJ 1 & BJ 2 tunggal tidak ada suara tambahan, bunyi keras, regular 2) Paru-paru Inspeksi
: Bentuk dada simetris antara kanan dan kiri, bersih, tidak ada luka/lesi
Perkusi
: Sonor 16
Auskultasi : Bersih diseluruh lapang dada (pada ics 2 & 4 parasternal dekstra dan sinistra, ics 4 mid axial dextra dan sinistra f.
Abdomen Inspersi
: Bersih tidak ada luka ataupun benjolan, bentuk cekung
g.
Auskultasi
: Peristaltic usus 5x/menit
Palpasi
: Tidak ada nyeri tekan pada regio 1-9
Perkusi
: Suara timpani
Kulit Kebersihan
: klien cukup bersih dengan mandi 2x/hari, pagi dan sore
Perubahan pigmentasi Kulit
:Warna kulit pasien Pucat dan
keriput Lesi/luka
: tidak ada lesi/luka
Kelembaban
: Kulit pasien lembab
Turgor
:Saat dilakukan pemeriksaan turgo kulit klien melambat yaitu lebih dari 2 detik berhubungan proses penuaan
h.
Ekstremitas atas Tonus otot baik,kekuatan otot tangan kiri kanan sama yaitu pada skala 5.
i.
Ekstremitas bawah Kekuatan otot kaki kiri dan kanan sama yaitu pada skala 5 Kekuatan tonus otot
: 5
5
5
5
17
7.
Pengkajian khusus a.
Fungsi kognitif ( SPMSQ )
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Item Pertanyaan
Jam berapa sekarang ? Jawab : 10.00 Tahun berapa sekarang ? Jawab :2021 Kapan Bapak/Ibu lahir? Jawab : 19 Januari 1955 Berapa umur Bapak/Ibu sekarang ? Jawab : 68 Dimana alamat Bapak/Ibu sekarang ? Jawab : Camba, Kec.Camba, Kab.Maros Berapa jumlah anggota keluarga yang tinggal bersama Bapak/Ibu? Jawab : 3 Siapa nama anggota keluarga yang tinggal bersama Bapak/Ibu ? Jawab : Tn.R, An.S Tahun berapa Hari Kemerdekaan Indonesia ? Jawab : 1945 Siapa nama Presiden Republik Indonesia sekarang ? Jawab : Habibie Coba hitung terbalik dari angka 20 ke 1 ? Jawab :20,18,17,16,14,13,12,10,9,8,7,6,5,4,3,2,1 JUMLAH
Benar
Salah
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5
5
Analisis hasil : Score salah : 0 – 2
: fungsi intelektual utuh
Score salah : 3 – 4
: kerusakan intelektual ringan
Score salah : 5 – 7
: kerusakan intelektual sedang
Score salah : 8 – 10
: kerusakan intelektual berat
18
b.
Status fungsional (Indeks Kemandirian Katz) No
Aktivitas
Mandiri Tergantu ng v
1 Mandi Mandiri : Bantuan hanya pada satu bagian mandi ( seperti punggung atau ekstremitas yang tidak mampu ) atau mandi sendiri sepenuhnya Tergantung : Bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh, bantuan masuk dan keluar dari bak mandi, serta tidak mandi sendiri 2 Berpakaian
v
Mandiri : Mengambil
baju
dari
lemari,
memakai
pakaian, melepaskan pakaian,
mengancingi/mengikat pakaian. Tergantung : Tidak dapat memakai baju sendiri atau hanya sebagian 3 Ke Kamar Kecil
v
Mandiri : Masuk dan
keluar dari
kamar kecil
kemudian membersihkan genetalia sendiri Tergantung : Menerima bantuan untuk masuk ke kamar kecil dan menggunakan pispot 4 Berpindah
v
Mandiri : Berpindah ke dan dari tempat tidur untuk duduk, bangkit dari kursi sendiri 19
Bergantung : Bantuan dalam naik atau turun dari tempat tidur atau kursi, tidak melakukan satu, atau lebih perpindahan 5 Kontinen
v
Mandiri : BAK dan BAB seluruhnya dikontrol sendiri Tergantung : Inkontinensia
parsial
atau
enema
dan
total;
penggunaan kateter,pispot,
pembalut
(pampers) 6 Makan
v
Mandiri : Mengambil
makanan
dari
piring
dan
menyuapinya sendiri Bergantung : Bantuan dalam hal mengambil makanan dari piring dan menyuapinya, tidak makan sama sekali, dan makan parenteral ( NGT ) Keterangan : Beri tanda ( v ) pada point yang sesuai kondisi klien
20
Analisis Hasil : Nilai A
:Kemandirian dalam hal makan, kontinen ( BAK/BAB ),
berpindah, kekamar kecil, mandi dan berpakaian. Nilai B
:Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi
tersebut Nilai C
: Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu
fungsi tambahan Nilai D
:
Kemandirian
dalam
semua
hal,
kecuali
mandi,
berpakaian, dan satu fungsiTambahan Nilai E
: Kemandirian dalam semua hal kecuali ke kamar
kecil, dan satu fungsi tambahan. Nilai F
:
Kemandirian
dalam
semua
hal
kecuali
mandi,
berpakaian, ke kamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan Nilai G c.
: Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut
MMSE (Mini-Mental State Examination) NO
1
ITEM PENILAIAN
BENAR
SALAH
(1)
(0)
ORIENTASI
1. Tahun berapa sekarang? Jawab : 2021 2. Musim apa sekarang ? Jawab : kemarau 3. Tanggal berapa sekarang ? Jawab : 14 4. Hari apa sekarang ? Jawab : Selasa 5. Bulan apa sekarang ? Jawab : Maret 6. Dinegara mana anda tinggal ? Jawab : Indonesia 7. Di Provinsi mana anda tinggal ? Jawab : Sulawesi Selatan 8. Di kabupaten mana anda tinggal ? Jawab : Maros 9. Di kecamatan mana anda tinggal ? Jawab : Cenrana
1 1 1 1 1 1 1 1 1
21
2
10. Di desa mana anda tinggal ? Jawab : Cenrana Baru REGISTRASI
1
Minta klien menyebutkan tiga obyek 11. Apel
1
1.
1
Sayuran 2. Meja
3
1
PERHATIAN DAN KALKULASI Minta klien mengeja 5 kata dari belakang, misal” BAPAK “ 14. K
1
15. A
1
16. B
1
17. A
1
18. p 4
1
MENGINGAT Minta klien untuk mengulang 3 obyek diatas 19. Apel
1
20. Meja
1
21. Sendok 5
1
BAHASA a. Penamaan Tunjukkan 2 benda minta klien menyebutkan : 22. Jam dinding
1
23. Pensil
1
b. Pengulangan Minta
klien
mengulangi
tiga
kalimat berikut 24. “Tak ada jika, dan, atau tetapi “
1
c. Perintah tiga langkah 25. Ambil kertas !
1
22
26. Lipat dua !
1
27. Taruh dilantai !
1
d. Turuti hal berikut 28. Tutup mata
1
29. Tulis satu kalimat
1
30. Salin gambar
1
JUMLAH
22
8
Analisis hasil : Nilai < 21 : Kerusakan kognitif Score benar : 22 (Klien tidak mengalami kerusakan kognitif) d. APGAR Keluarga
NO 1
ITEMS PENILAIAN
Selalu
Kadang–
(2)
Kadang (1)
Tidak Pernah (0)
A : Adaptasi Saya puas bahwa saya dapat
kembali
keluarga teman)
pada
(teman saya
-
untuk
membantu pada waktu sesuatu menyusahkannya. 2
P : Partnership Saya puas dengan cara keluarga
(teman
teman)
saya
membicarakan sesuatu dengan
saya
dan
mengungkapkan
23
masalah saya. 3
G : Growth Saya
puas
bahwa
keluarga (teman teman) saya
menerima
dan
mendukung keinginan
saya untuk melakukan aktivitas atau hal baru. 4
A : Afek Saya puas dengan cara keluarga
(teman
–
teman)
saya
mengekpresikan
afek
dan berespon terhadap
emosi – emosi saya seperti
marah
sedih
atau mencintai. 5
R : Resoive Sayapun puas dengan teman – teman saya dan saya menyediakan waktu bersama – sama mengekpresikan
afek
dan berespon. JUMLAH
10
e. Skala Depresi N
KEADAAN YANG DIALAMI
NILAI RESPON 24
O 1
SELAMA SEMINGGU Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan anda ?
2
Apakah anda telah banyak meninggalkan kegiatan dan hobi anda
3
Apakah
anda
merasa
kehidupan
anda
kosong? 4
Apakah anda sering merasa bosan ?
5
Apakah anda masih memiliki semangat hidup?
6
Apakah anda takut bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda ?
7
Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup anda?
8
Apakah anda sering merasa tidak berdaya?
9
Apakah anda lebih suka tinggal dirumah, daripada pergi keluar untuk mengerjakan
YA
TIDAK
1
0
1
0
0
1
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
0
1
0
1
0
1
sesuatu yang baru? 10
Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah
dengan
daya
ingat
anda
dibandingkan orang lain? 11
Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang menyenangkan?
12
Apakah anda merasa tidak berharga?
0
1
13
Apakah anda meraasa penuh semangat?
1
0
14
Apakah anda merasa keadaan anda tidak ada
0
1
1
0
9
6
harapan? 15
Apakah anda merasa bahwa orang lain lebih baik keadaannya daripada anda? SKOR
25
f. Screening Fall Fungtional reach (FR) Test NO 1
LANGKAH Minta pasien berdiri di sisi tembok dengan tangan direntangkan ke depan (BISA)
2
Beri tanda letak tangan I
3
Minta pasien condongkan kedepan tanpa melangkah selama 1 – 2 menit, dengan tangan direntangkan ke depan.(TIDAK BISA)
4
Beri tanda letak tangan ke II pada posisi condong
5
Ukur jarak antara tanda tangan I & II
The Timed Up and Go (TUG) Test NO
LANGKAH
1
Posisi pasien duduk di kursi (BISA)
2
Minta pasien berdiri dari kursi, berjalan 10 langkah (3 meter), kembali ke kursi, ukur waktu dalam detik. (BISA)
g. Skala Norton 1) Kondisi fisik umum : -
Baik
4
-
Lumayan
3 (O)
-
Buruk
2
-
Sangat buruk
1
2) Kesadaran -
Komposmentis
4 (O)
26
-
Apatis
3
-
Konfus/soporus
2
-
Stupor/koma
1
3) Aktivitas -
Ambulan
4
-
Ambulan dengan bantuan
3
-
Hanya bisa duduk
2
-
Tiduran
1 (O)
4) Mobilitas -
Bergerak bebas
4
-
Sedikit terbatas
3 (O)
-
Sangat terbatas
2
-
Tidak bisa bergerak
1
5) Inkontines -
Tidak
4
-
Kadang – kadang
3
-
Sering inkontinesia urin
2 (O)
-
Inkontinesia alvi & urin
1
Total skor : 13 KATEGORI SKOR 15 – 20
: kecil sekali/tak terjadi
12 – 15
: kemungkinan kecil terjadi
50 tahun dan lebih banyak terjadi pada lansia wanita. B. Saran Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini, tetapi kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan untuk perbaikan kedepannya.
37
DAFTAR PUSTAKA Brunner, & Suddart. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC. Mustofa, A. (2012). Pengaruh Latihan Keget Terhadap Frekuensi Inkontinensia Urine Pada Lansia Di Panti Werda Pucang Gading Semarang. Jurnal Keperawatan, 42-45. Syaifuddin. (2013). Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: EGC.
38