(AAM) (6p) Jurnal Asmuliardi Muluk [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya permintaan dan cepatnya perkembangan dalam bidang industri seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, mengakibatkan munculnya persaingan antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya. Perusahaan yang dapat bertahan dalam persaingan tersebut harus berusaha untuk mempertahankan atau menambah jumlah konsumennya. Salah satu usahanya adalah dengan memberikan pelayanan yang terbaik kepada para pelanggannya yaitu dengan menyelesaikan pesanan sesuai dengan waktu yang telah disepakati.Untuk dapat menyelesaikan produk pesanan tepat waktu maka perlu diperhatikan pengaturan penjadwalan mengenai penggunaan mesin serta pekerjaan yang akan dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu, karena penjadwalan merupakan bagian yang penting dari sebuah proses produksi sebelum pekerjaan turun ke lantai produksi. PT. Bukaka Teknik Utama, Tbk. Usaha Unit Tower merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pengadaan dan pemasangan menara baja untuk telekomunikasi dan transmisi tegangan tinggi. Perusahaan berproduksi berdasarkan pesanan atau order yang masuk (job-order), sedangkan urutan proses pengerjaan antara job satu dengan job lainnya berbedabeda atau job shop. Perusahaan ini melakukan produksi terhadap komponen-komponen yang dibutuhkan untuk satu rangkaian tower dengan jenis tipe tower yang berbeda-beda sampai dengan pemasangan tower tersebut. Dalam penerimaan pesanan terdapat 3 jenis tower yang dapat diproduksi yaitu jenis tower 150 kV, tower 275 kV, dan tower 500 kV. Dari setiap jenis tower tersebut terdiri dari beberapa komponen yang harus diproduksi dalam jumlah yang tidak sedikit. Pembuatan berbagai komponen ini mempunyai urutan dan waktu proses yang berbeda, serta membutuhkan set-up mesin terlebih dahulu. Waktu pengerjaan setiap operasi dari job-job tertentu dipengaruhi oleh jenis mesin yang akan digunakan, jenis mesin yang telah digunakan dalam pengerjaan operasi sebelumnya dan waktu set-up



nya dan jika ini tidak diatur sedemikian rupa maka proses produksi perusahaan akan mengalami delay. Untuk jenis tower 275 kV tipe AA membutuhkan beberapa komponen yang harus diproduksi seperti: BD EXT +0/+3 PART 1, BD EXT +0/+3 PART 2, BOTTOM CROSSARM, COMMON BODY 1, COMMON BODY 2, COMMON BODY 3, COMMON BODY 4, GW PEAK&TOP CROSSARM, LN03, dan MIDDLE CROSSARM. Pada setiap satu komponen tersebut tidak menggunakan satu material yang sama tetapi menggunakan material-material yang berbeda, salah satu material yang digunakannya adalah material siku. Pada material siku yang digunakan untuk membuat komponen tersebut tidak terdiri dari satu jenis profile, tetapi teridiri dari beberapa profile. Untuk setiap profile siku yang digunakan, akan melalui aliran proses operasi yang berbeda-beda. Selain itu, jumlah komponen penyusun satu set menara tower 275 kV tipe AA tersebut terdiri dari 1268 pcs. Dengan jumlah komponen 1268 pcs untuk satu set tower yang harus diproduksi, perusahaan belum mempunyai penjadwalan produksi yang jelas. Selain itu, pesanan menara tower yang harus diproduksi tidak hanya satu jenis dan satu tipe tower. Terdapat 3 jenis tower yang harus diproduksi dengan tipe yang berbeda-beda. Dengan tidak adanya penjadwalan produksi yang jelas, ketepatan penyelesaian untuk setiap jenis tower tidak sesuai dengan due date yang telah ditentukan. Jika keterlambatan itu tidak segera diperbaiki maka akan kehilangan kepercayaan konsumen, yang akan mengakibatkan tidak adanya repeat order. Hal ini akan berakibat buruk bagi perusahaan karena dengan menurunnya permintaan akan membuat menurunnya produksi perusahaan. Selain itu, jika kondisi ini terus-menerus terjadi maka perusahaan sulit mengatur atau memenuhi order dan ini juga akan berakibat langsung terhadap pengiriman order berikutnya. Oleh karena itu, untuk menghindari keterlambatan penyelesaian produksi, perlu disertai adanya metode penjadwalan yang tepat. Dengan adanya penjadwalan yang tepat, diharapkan waktu penyelesaian produk (makespan) yakni jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pemrosesan seleh job menjadi singkat. Dengan



demikian, waktu yang tersisa dapat digunakan untuk menyelesaikan rencana produksi komonen lain. Dalam penyelesaian yang akan dilakukan, penulis akan melakukan analisa terhadap penjadwalan produksi untuk empat set tower 275 kV tipe AA. Untuk melakukan penyelesaian penjadwalan jobshop ini. Dalam hal ini metode penjadwalan yang akan dianalisis dan digunakan adalah metode



1.2 Ruang Lingkup Kerja praktek dilaksanakan di PT Bukaka Teknik Utama Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan dan penyediaan peralatan khusus dan bisnis lain yang termasuk di dalam industri konstruksi. Mahasiswa ditugaskan untuk melaksanakan kerja praktek di salah satu kegiatan usaha utama yang dijalankan Bukaka yaitu Unit Usaha Steel Tower (pembangunan transmisi tegangan listik hingga menara komunikasi) khususnya pada Divisi Produksi. Mahasiswa di sini dituntut untuk dapat mengetahui proses pembuatan tower secara umum dari mulai bahan baku diproses hingga menjadi komponen akhir penyusun tower. Selama kegiatan kerja praktek mahasiswa melakukan beberapa aktivitas seperti layouting 7 unit lantai produksi proses fabrikasi shop A-G di PT Bukaka Teknik Utama Tbk unit Usaha Steel Tower. Aktivitas tersebut bertujuan agar peserta magang dapat secara rinci mengetahui tata letak fasilitas yang ada, selain itu mahasiswa juga melakukan perhitungan kapasitas produksi Tower 150 Kv, 275 kV dan 500 Kv agar dapa mengetahui kapasistas maksimal tower yang dapat diproduksi dalam satu hari.



1.3 Tujuan dan Manfaat 1.3.1 Tujuan Adapun tujuan umum pelakasanaan kerja praktek ini adalah untuk menambah wawasan penulisa terhadap kondisi perusahaan saat ini. Tujuan khusus pelaksanaan kerja praktek ini adalah: 1. Mengetahui penjadwalan produksi yang digunakan di PT. Bukaka Teknik Utama Tbk. Usaha Unit Tower.



2. Merumuskan metode penjadwalan yang memberikan hasil yang optimal diantara metode. 3. Memberika usulan mengenai urutan pengerjaan produk setiap mesin, 1.3.2 Manfaat Manfaat pelaksanaan kerja praktek ini adalah: 1. Bagi Mahasiswa a. Untuk mendapatkan pengalaman bekerja di PT. Bukaka Teknik Utama Tbk. Usaha Unit Tower khususnya di Departemen Produksi. b. Untuk mendapatkan analisa penjadwalan yang paling optimal pada PT. Bukaka Teknik Utama Tbk. Unit Usaha Tower. 2. Bagi Perusahaan Memberikan 3. Bagi Institusi



1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan 1.4.1



Waktu Pelaksanaan Waktu pelaksanaan kerja praktek dilaksanaan selama 1 bulan 3 minggu yaitu



tepatnya



dimulai tanggal 11 September 2018 s/d 31 Agustus 2018. Selama



pelaksanaan kerja praktek mahasiswa hadir 5 hari dalam 1 minggu sesuai dengan hari kerja di perusahaan, dan mulai bekerja pada pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 17.00 WIB. 1.4.2



Tempat Pelaksanaan Tempat pelaksaan kerja praktek yang digunakan untuk studi adalah PT.



Bukaka Teknik Utama Tbk, Unit Usaha Tower yang beralamat di BUKAKA INDUSTRIAL ESTATE Bekasi Km. 19,5, Jalan Raya Narogong, Limus Nunggal, Cileungsi, Limus Nunggal, Cileungsi, Bogor, Jawa Barat 16820. Dalam pelaksanaannya mahasiswa di tempatkan pada Divisi Produksi.



1.5 Metodologi Dalam melakukan penelitian ini memperoleh data sebagai bahan laporan kerja praktek dengan menggunakan beberapa metode serta pembahasan masalah selama melakukan kerja praktek pada PT. Bukaka Teknik Utama Tbk. Unit Usaha Tower. Metode yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Metode Wawancara Wawancara merupakan alat pengumpul data untuk memperoleh informasi langsung



dari



sumbernya.



metode wawancara



biasanya



Tingkat lebih



ketepatan



dengan menggunakan



terjamin. Wawancara dilakukan



secara langsung di PT. Bukaka Teknik Utama Tbk.Unit Usaha Steel Tower dengan karyawan dan operator untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan perusahaan antara lain: a) Keadaan perusahaan saat ini, sistem manajemen dan organisasi perusahaan. b) Mesin yang digunakan dalam proses produksi c) Spesifikasi masing-masing mesin. d) Alur Proses Produksi 2. Metode Observasi Metode observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan secara langsung diperusahan yang bersangkutan. tujuannya adalah untuk mendapatkan data yang benar dan akurat, datadata yang diperoleh dalam melakukan pengamatan antara lain: a) Waktu proses produksi b) Alur proses produksi 3. Metode Studi Pustaka Metode studi pustaka merupakan suatu metode pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku yang berhubungan dengan topik yang akan dibahas, dan disesuaikan dengan pengamatan dengan cara membandingkan, dan menyesuaikan antara teori dengan praktek atau dapat juga dilakukan dengan pengumpulan data yang dapat diperoleh dari berbagai sumber kepustakaan dengan memanfaatkan buku-buku yang ada.



1.6 Sistematika Penulisan Penyusunan kerja praktek ini terdiri dari beberapa bab dan masing-masing bab tersebut berisi uraian singkat dan memperjelas selama mengadakan kerja praktek lapangan. Hal ini dimaksudkan agar pembahasan lebih sistematis dan spesifik sesuai dengan topik permasalahan. Kerja praktek lapangan terdiri dari 4 bab yaitu:



BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini terdiri dari latar belakang, ruang lingkup, tujuan dan manfaat, eaktu dan pelaksanaan, metodolgi, dan sistematika penulisan.



BAB II LANDASAN TEORI DAN GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Dalam bab ini berisi tentang teori-teori yang berkaitan dengan isi laporan kerja praktek dan pendukung dalam pemecahan masalah yang dianggap relevan dengan perusahaan. Selain itu, dalam bab ini juga menguraikan mengenai tentang gambaran umum perusahaan yang berisi tentang sejarah perusahaan, visi dan misi perusahaan, struktur organisasi serta fungsi masing-masing seksi bagian, proses produksi, jenis produk yang dihasilkan, mitra perusahaan dan pengguna produk perusahaan.



BAB III AKTIVITAS DAN PENUGASAN KERJA PRAKTEK Pada bab ini berisi tentang semua hasil pengamatan dna partisipasi aktif dalam kerja praktek dipaparkan secara jelas dan berurutan. Pembahasan dirinci dalam beberapa sub bab yaitu: keterlibatan mahasiswa dalam pekerjaan aktivitas proses, proses kerja, dan peluang dan kendala yang dihadapi.



BAB IV PENUTUP Pada bab ini mengungkapkan kesimpulan dari sistem aktivitas pekerjaan selama kerja praktek dan rekomendasi terhadap proses aktivitas yang mempunyai kendala dalam unit kerja.



BAB II LANDASAN TEORI DAN GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi Penjadwalan Penjadwalan



didefinisikan



sebagai



rencana



pengaturan



kerja



serta



pengalokasian sumber baik waktu maupun fasilitas untuk setiap operasi yang harus diselesaikan (Vollman; 1988). Penjadwalan produksi adalah suatu kegiatan memasukkan sejumlah produk



yang



telah



direncanakan



ke



dalam



proses



pengerjaannya (John E Biegel; 1992). Penjadwalan dapat diartikan sebagai proses pengalokasi sumber-sumber untuk memilih tugas dalam jangka waktu tertentu (Baker; 1974). Definisi lain menjelaskan bahwa penjadwalan produksi adalah suatu kegiatan memasukkan sejumlah produk yang telah direncanakan kedalam proses pengerjaannya (John Biegel; 1998). Scheduling adalah suatu kegiatan yang dijadwal kapan memulainya, berapa lama mengerjakan setiap tahap kegiatannya dan akhirnya kapan selesainya. Scheduling merupakan bagian dari perancanaan, yaitu perencanaan mengenai waktu melaksanakan kegiatan. Dalam melakukan scheduling erat kaitannya dengan routing dan dispatching. Routing adalah penentuan urut-urutan dalam mengerjakan suatu pekerjaan, sedangkan dispatching adalah memberikan wewenang kepada karyawan untuk memulai kegiatan (Pangestu Subagyo; 2009). Krjaweski dan Ritzman menyebutkan bahwa pada dasarnya penjadwalan adalah pengalokasian sumber daya dari wkatu ke waktu untuk menunjang pelaksanakan dan penyelesaian suatu aktifitas pengerjaan spesifik. Penentuan alokasi sumber daya perusahaan (sumber daya manusia, sumber daya kapasitas, dan peralatan produksi atau mesin-mesin, dan waktu) ditujukan untuk mewujudkan ssasaran penggunaan sumber daya secara efektif dan efisie, sekaligus menghasilkan keluaran (output) yang tepat jumlah, tepat waktu, dan tepat kualitas.



Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat dikatakan bahwa penjadwalan merupakan alat ukur yang baik bagi perencanaan agregat. Pesanan-pesanan aktual pada tahap ini akan ditugaskan pertama kalinya pada sumber daya tertentu seperti: fasilitas, pekerja, dan peralatan. Kemudian dilakukan pengurutan kerja pada tiap-tiap pusat pemrosesan sehingga dicapai optimalitas utilasi kapasitas yang ada.



2.1.2 Fungsi dan Manfaat Penjadwalan Fungsi pokok dari sebuah penjadwalan produksi adalah untuk membuat agar proses produksi dapat berjalan lancar sesuai dengan waktu yang telah direncanakan, sehingga bekerja dengan kapasitas penuh dengan wkatu produksi seminimal mungkin, serta kualitas dan kuantitas produk yang diinginkan dapat diproduksi dengan tepat waktu ( Nasution, H Arman; 1999). Jadwal yang baik akan meminimumkan biaya proses produksi dan pada akhirnya akan meningkatkan daya saing. Fungsi dari penjadwalan sangat berbedabeda. Namun secara umum, penjadwalan berfungsi untuk: a. Mengefisienkan penggunaan sumber daya jika jadwal produksi kurang baik maka tingkat penggunaan kapasitas mesin dan masukan akan kurang efisien. Kapasitas dapat menghadapi gejala pengangguran (Idle) sumber daya, termasuk sumber daya manusia. Pengolahan akan mengalami. Gangguan ketidak lancaran, bahkan dapat menyebabkan terjadinya keterlambatan. Hal tersebut akan mengakibatkan naiknya biaya produksi, dan pada akhirnya akan mempengaruhi daya saing perusahaan. b. Mengefektifkan penggunaan sumber daya, jadwal yang baik menyebabkan penyediaan sumber daya, termasuk kapasitas produksi yang sesuai dengan kebutuhan pengolahan. Pada hakikatnya, kondisi serba selaras dan seimbang itu akan mendukung tercapainya efisiensi dalam proses produksi. Pada gilirannya nanti, kondisi tersebut akan menekan biaya pengerjaan sehingga akan menurunkan biaya produksi, dan akhirnya akan meningkatkan daya saing perusahaan.



2.1.3 Tujuan Penjadwalan Tujuan dilakukannya penjadawalan seperti dikutip dari Bedworth dan Bailey (1987), dimana di dalamnya ada identifikasi beberapa tujuan dari aktivitas penjadwalan adalah sebagai berikut penjadwalan adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan utilitas sumber daya atau mengurangi waktu tunggunya, sehingga total waktu proses dapat berkurang dan produktivitas dapat meningkat. 2. Mengurangi makespan, yang juga berarti menurunkan flow time rata-rata dan work in process rata-rata. 3. Mengurangi persediaan barang setengah jadi atau mengurangi sejumlah pekerjaan yang menunggu dalam antrian ketika sumber daya yang ada masih mengerjakan tugas yang lain. Teori Baker mengatakan, jika aliran kerja suatu jadwal konstan, maka antrian yang mengurangi rata-rata waktu alir akan mengurangi waktu persediaan. 4. Meminimasi biaya produksi. 5. Mengurangi persediaan barang setengah jadi dengan jalan mengurangi jumlah rata- rata pekerjaan yang menungggu antrian suatu mesin yang dalam keadaan sibuk. Hal ini bertujuan untuk menghindari biaya flow time, yaitu biaya penyimpanan produksi setengah jadi. 6. Memenuhi keinginan konsumen, baik itu dalam hal kualitas produk yang dihasilkan maupun dalam ketepatan waktu. 7. Membantu dalam pengambilan keputusan mengenai perencanaan kapasitas pabrik dan jenis kapasitas yang dibutuhkan sehingga penambahan biaya yang mahal dapat dihindarkan.



2.1.4 Klasifikasi Penjadwalan Proses penjadwalan timbul jika terdapat keterbatasan sumber daya yang dimiliki, sehingga diperlukan adanya pengaturan sumber-sumber daya tersebut secara efisien. Berbagai model penjadwalan telah dikembangkan untuk mengatasi persoalan



penjadwalan tersebut. Menurut Baker (1974), model penjadwalan dapat dibedakan menjadi 4 jenis keadaan, yaitu: 1. Berdasarkan Pola Aliran Proses a. Penjadwalan flowshop, merupakan pola aliran dari suatu mesin ke mesin yang lain. Walaupun dalam flow shop semua tugas akan mengalir pada jalur produksi yang sama, yang dikenal sebagai pure flowshop, tetapi dapat pula berbeda pola aliran karena dua hal, pertama jika flowshop dapat menangani tugas yang bervariasi dan kedua jika tugas yang datang ke flowshop tidak harus dikerjakan pada semua mesin. Penjadwalan flowshop adalah penjadwalan dari seluruh job dengan urutan proses sama dan masing-masing job menuju ke masing-masing mesin dalam waktu



Gambar 2. 1 Aliran Penjadwalan Flowshop



b. Penjadwalan jobshop, Pada pola aliran proses jobshop, masing-masing pekerjaan memiliki urutan operasi yang unik. Setiap pekerjaan bergerak dari satu mesin/stasiun kerja menuju mesin/stasiun kerja yang lain dengan pola yang berbeda-beda. 2. Berdasarkan Mesin yang Digunakan dalam Proses a. Penjadwalan mesin tunggal, merupakan salah satu model pengurutan job dimana job yang hendak diurutkan sedang menunggu untuk diproses pada sebuah mesin tunggu. b. Penjadwalan mesin jamak, dimana serangkaian job hendak diproses pada beberapa mesin baik seri, paralel maupun kombinasinya. 3. Berdasarkan Pola Kedatangan Job a. Penjadwalan statis, dimana job yang hendak diurutkan datang dan tiba pada satu mesin pada saat yang bersamaan serta siap dikerjakan pada mesin yang menganggur.



b. Penjadwalan dinamis, dimana kedatangan job tidak menentu. 4. Berdasarkan Karakteristik Informasi a. Deterministik, dimana sifat informasi yang diterima relatif pasti. b. Stokastik, dimana sifat informasi yang diterima relatif tidak pasti.



2.1.5 Elemen Penjadwalan Dalam proses operasi terdapat tiga elemen penjadwalan yaitu job, operasi, dan mesin. Ketiga elemen tersebut dijelaskan sebagai berikut (Baker, 2009): a. Job Job dapat didefinisikan sebagi suatu pekerjaan yang harus diselesaikan untuk mendapatkan suatu produk. Job biasanya terdiri dari beberapa operasi yang harus dikerjakan (minimal 1 operasi). Manajemen melalui perencanaan yang telah dibuat atau berdasarkan pesanan dari pelanggan, memberikan job kepada bagian shop floor untuk dikerjakan. Informasi yang dimiliki oleh suatu job ketika datang ke bagian shop floor biasanya adalah operasi-operasi yang harus dilakukan didalamnya (dari bagian engineering), saat job harus diselesaikan dan saat job mulai dapat dikerjakan. b. Operasi Operasi adalah bagian proses dari job untuk menyelesaikan suatu job. Operasioperasi dalam job diurutkan dalam suatu urutan pengerjaan tertentu. Urutan tersebut ditentukan pada saat perencanaan proses. Suatu operasi baru dapat dikerjakan apabila operasi atau proses yang mendahuluinya sudah dikerjakan terlebih dahulu. Tabel waktu operasi berisikan informasi mengenai urutan pengerjaan dan jenis mesin yang digunakan dalam setiap operasi. Setiap operasi memiliki waktu proses. Waktu proses operasi adalah waktu pengerjaan yang diperlukan untuk melakukan operasi tersebut. Waktu proses operasi untuk suatu job biasanya telah diketahui sebelumnya dan mempunyai besar tertentu. Waktu proses operasi ditampilkan juga dalam bentuk tabel yang dikenal dengan tabel waktu operasi.



2.1.6 Input Sistem Penjadwalan Input sistem produksi membantu pada pekerjaan-pekerjaan yang berupa alokasi kapasitas untuk order-order, penugasan prioritas job, dan pengendalian jadwal produksi membutuhkan informasi terperinci, dimana informasi-informasi tersebut akan menyatakan input dari sistem penjadwalan. Untuk produk-produk tertentu, informasi ini biasa diperoleh dari lembar kerja operasi (berisi ketrampilan dan peralatan yang dibutuhkan, waktu standar, dan lain-lain dan BOM (berisi kebutuhankebutuhan akan komponen, sub komponen dan bahan pendukung). Kualitas dari keputusan-keputusan penjadwalan sangat dipengaruhi oleh ketepatan estimasi inputinput diatas. Oleh karena itu, pemeliharaan catatan terbaru tentang status tenaga kerja dan peralatan yang tersedia, dan perubahan kebutuhan kapasitas yang diakibatkan perubahan desain produk / proses menjadi sangat penting.



2.1.7 Output Sistem Penjadwalan Untuk memastikan bahwa suatu aliran kerja akan melalui tahapan produksi dengan lancar, maka sistem penjadwalan harus membentuk aktivitas–aktivitas output sebagai berikut (Arman HakimNasution, Op.Cit., hlm.352): a. Pembebanan (Loading) Pembebanan melibatkan penyesuaian kebutuhan kapasitas untuk orderorder yang diterima/diperkirakan dengan kapasitas yang tersedia. Pembeban dilakukan dengan menugaskan order-order pada fasilitasfasilitas, operator-operator, dan peralatan tertentu. b. Pengurutan (Sequencing) Pengurutan ini merupakan penugasan tentang order-order mana yang diprioritaskan untuk diproses dahulu bila suatu fasilitas harus memproses banyak job. c. Prioritas Job (Dispatching) Merupakan prioritas kerja tentang job-job mana yang diseleksi dan diprioritaskan untuk diproses.



d. Routing Merupakan proses penentuan jalur dari arus pengerjaan produk mulai tugas awal sampai tugas akhir sehingga arus pengerjaan menjadi lebih sistematis dan dapat mengalir dengan lancar (systematic and smoth). e. Pengendalian kinerja penjadwalan, dilakukan dengan: 1) Meninjau kembali status order-order pada saat melalui sistem tertentu. 2) Mengatur kembali urutan-urutan misalnya: expediting order-order yang jauh dibelakang atau yang mempunyai prioritas utama. f. Up-dating jadwal, dilakukan sebagai refleksi kondisi operasi yang terjadi dengan merevisi prioritas-prioritas.



2.1.8 Ukuran Performansi Penjadwalan Sebelum membahas kriteria-kriteria maupun teknik yang digunakan dalam penjadwalan terlebih dahulu harus diketahui beberapa pengertian/definisi yang digunakan (Baker, 1974), antara lain: 1. Waktu siap (ready time), π‘Ÿπ‘– Menunjukkan saat pekerjaan ke-𝑖 dapat dikerjakan (siap dijadwalkan). Ready time dapat juga dianggap sebagai waktu kedatangan produk (bahan baku) atau dengan kata lain adalah ketika pekerjaan j sampai diperalatan proses atau mesin. 2. Waktu menunggu (waiting time), π‘Šπ‘– adalah waktu tunggu pekerjaan 𝑖 dari saat pekerjaan siap dikerjakan sampai saat operasi pendahulu selesai. 3. Set up time adalah waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan persiapan sebelum pemrosesan job dilaksanakan. 4. Arrival time, π‘Žπ‘– adalah saat job mulai berada di shop floor. 5. Delivery Date adalah saat pengiriman job dari shop floor ke proses berikutnya atau ke konsumen.



6. Processing time, 𝑑𝑖 adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan suatu pekerjaan. Waktu proses ini, sudah termasuk waktu yang dibutuhkan untuk persiapan dan pengaturan (setup) selama proses berlangsung atau merupakan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu operasi, atau proses ke-𝑖 dari job ke-j. Waktu proses ini telah mencakup waktu untuk persiapan dan pengaturan proses. 7. Due date, 𝑑𝑖 adalah batas waktu operasi terakhir suatu pekerjaan harus selesai, atau batas waktu penyelesaian yang ditentukan untuk job ke-i. 8. Slack time, 𝑆𝐿𝑖 adalah waktu tersisa yang muncul akibat dari waktu prosesnya lebih kecil dari due date-nya, 𝑆𝐿𝑖 = 𝑑𝑖 βˆ’ 𝑑𝑖 9. Flow time, 𝐹𝑖 adalah waktu yang dibutuhkan oleh suatu pekerjaan dari saat pekerjaan tersebut masuk ke dalam suatu tahap proses sampai pekerjaan yang bersangkutan selesai dikerjakan. Dengan kata lain, flow time adalah waktu proses ditambah dengan waktu menunggu sebelum diproses, atau waktu antara job ke-𝑖 siap dikerjakan sampai job tersebut diselesaikan, 𝐹𝑖 = 𝐢𝑖 βˆ’ π‘Ÿπ‘– 10. Lateness, 𝐿𝑖 adalah selisih antara completion time (𝐢𝑖) dengan due date-nya (𝑑𝑖). Suatu pekerjaan memiliki lateness yang bernilai positif apabila pekerjaan tersebut diselesaikan setelah due date-nya, pekerjaan tersebut akan memiliki keterlambatan yang negatif. Sebaliknya jika pekerjaan diselesaikan setelah batas waktunya, pekerjaan tersebut memiliki keterlambatan yang positif, atau besarnya simpangan waktu penyelesaian job ke-𝑖 terhadap due date yang telah ditentukan untuk job tersebut, 𝐿𝑖 = 𝐢𝑖 βˆ’ 𝑑𝑖 < 0, saat penyelesaian job sebelum batas akhir.



𝐿𝑖 = 𝐢𝑖 βˆ’ 𝑑𝑖 = 0, saat penyelesaian job tepat sesuai batas akhir. 𝐿𝑖 = 𝐢𝑖 βˆ’ 𝑑𝑖 > 0, saat penyelesaian job setelah batas akhir.



11. Completion time, 𝐢𝑖 adalah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan mulai dari saat tersedianya pekerjaan (𝑑 = 0) sampai pada pekerjaan tersebut selesai dikerjakan, atau menunjukkan rentang waktu sejak pekerjaan pertama mulai dikerjakan sampai proses tersebut selesai, 𝐢𝑖 = 𝐹𝑖 + π‘Ÿπ‘– 12. Tardiness, 𝑇𝑖 adalah ukuran dari lateness yang bernilai positif, dan juga merupakan keterlambatan pekerjaan j untuk diselesaikan sebelum due date yang diberikan atau waktu keterlambatan selesainya suatu pekerjaan j. 13. Earliness, 𝑒𝑗 adalah keterlambatan yang bernilai negatif. 14. Makespan (M) adalah total waktu penyelesaian pekerjaan-pekerjaan mulai dari urutan pertama yang dikerjakan pada mesin atau work center pertama sampai kepada urutan pekerjaan terakhir pada mesin atau work center terakhir.



2.1.9 Faktor-faktor Pertimbagan Penjadwalan Dalam membuat schedule, kita harus mempertimbangkan beberapa faktor yang pada umumnya merupakan kendala atau membatasinya. Faktor-faktor itu antara lain: a. Kapasitas sarana dan prasarana Sarana dan prasarana yang dimiliki suatu lembaga atau perusahaan biasanya memiliki kapasitas terbatas. Oleh karena itu kita harus mengalokasikan kapasitas yang tersedia ini untuk pekerjaan-pekerjaan yang ada, jangan sampai berebut.



b. Permintaan Permintaan atau kebutuhan konsumen merupakan faktor yang tidak dapat dikuasai oleh perusahaan, karena datangnya dari konsumen maka sesuai dengan kemauan konsumen itu sendiri. Perusahaan sukar untuk mengaturnya, Ini harus kita penuhi selama perusahaan mampu melakukannya. c. Bahan baku/pembantu Bahan baku dan bahan pembantu merupakan kebutuhan perusahaan untuk melaksanakan pembuatan barang atau jasa yang akan diberikan kepada konsumen. Kalau penyediaan bahan baku dan bahan pembantunya terbatas maka kita juga akan terbatas dalam memberikan pelayanan kepada konsumen dan terbatas pula schedule yang kita buat. d. Kapasitas umber daya manusia Sumber daya manusia atau tenaga kerja biasanya juga merupakan pembatas, terutama tenaga ahli. Tenaga ahli sulit ditambah jumlahnya, padahal kapasitas kerja mereka terbatas. e. Ketentuan teknis Ketentuan teknis adalah prosedur dan syarat-syarat pembuatan barang secara teknis. Ketentuan ini tidak dapat diabaikan, Harus diikuti agar pembuatan barang dapat dilaksanakan dengan baik. Misalnya untuk mencetak buku konsep dan layout halamannya harus dibuat dengan benar. f. Hari kerja Hari kerja yang kita miliki terbatas, dalam setahun tidak sepenuhnya ada 365 hari kerja, karena ada hari minggu, hari libur dan hari-hari yang tidak sepenuhnya dapat bekerja 100%, misalnya karena ada upacara, pemilu dan sebagainya. Dalam membuat schedule harus mempertimbangkan ini, kalau perlu dibuat kalender produksi, yang hanya memuat hari-hari kerja saja. g. Adanya order kilat dan order khusus Kadang-kadang kita sering menerima order kilat dan order khusus yang harus didahulukan dari order biasa. Order kilat biasanya diterima perusahaan dengan tarif yang lebih mahal, sedang order khusus adalah order yang harus



diutamakan untuk mengatasi keadaan darurat, misalnya kebutuhan rumah sakit, Keamanan, dan sebagainya. h. Adanya kendala biaya Kendala biaya antara lain menyangkut tersedianya dana atau anggaran yang digunakan untuk membiayai kegiatan perusahaan, kenaikan biaya produksi dan sebagainya.



2.1.10 Parameter Performansi Penjadwalan Parameter performansi digunakan untuk menentukan metode yang lebih baik untuk diterapkan pada perusahaan. Parameter performansi yang dapat digunakan antara lain : 1. Efficiency Index (EI), yaitu perbandingan antara metode usulan dengan metode yang digunakan perusahaan, dirumuskan sebagai berikut: EI =



π‘€π‘Žπ‘˜π‘’π‘ π‘π‘Žπ‘›(π‘šπ‘’π‘‘π‘œπ‘‘π‘’ π‘π‘’π‘Ÿπ‘’π‘ π‘Žβ„Žπ‘Žπ‘Žπ‘›) π‘€π‘Žπ‘˜π‘’π‘ π‘π‘Žπ‘›(π‘šπ‘’π‘‘π‘œπ‘‘π‘’ π‘’π‘ π‘’π‘™π‘Žπ‘›)



Apabila EI = 1, maka kedua metode memiliki performance yang sama, bila EI < 1, maka metode usulan yang diberikan memiliki performance yang kurang baik dibanding dengan metode yang digunakan perusahaan, demikian juga sebaliknya. E>1, maka metode usulan yang diberikan memiliki performance yang lebih baik dibanding dengan metode yang digunakan perusahaan 2. Persentase Penghematan makespan digunakan untuk mengetahui seberapa jauh perbedaan makespan yang dihasilkan oleh kedua metode, yang dapat dihitung sebagai berikut : Persentase Penghematan = |



π‘€π‘Žπ‘˜π‘’π‘ π‘π‘Žπ‘›(π‘šπ‘’π‘‘π‘œπ‘‘π‘’ π‘’π‘ π‘’π‘™π‘Žπ‘› )βˆ’ π‘€π‘Žπ‘˜π‘’π‘ π‘π‘Žπ‘›



(π‘šπ‘’π‘‘π‘œπ‘‘π‘’ π‘π‘’π‘Ÿπ‘’π‘ π‘Žβ„Žπ‘Žπ‘Žπ‘›)



π‘€π‘Žπ‘˜π‘’π‘ π‘π‘Žπ‘›(π‘šπ‘’π‘‘π‘œπ‘‘π‘’ π‘’π‘ π‘’π‘™π‘Žπ‘›)



| π‘₯ 100%



2.1.11 Jopbshop Scheduling Penjadwalan jobshop adalah pengurutan pekerjaan untuk lintasan produk yang tidak beraturan (tata letak pabrik berdasarkan proses). Penjadwalan pada proses produksi tipe Job Shop lebih sulit dibandingkan dengan penjadwalan Flowshop. Hal ini disebabkan oleh 3 alasan:



1. Jobshop menangani variasi produk yang sangat banyak, dengan pola aliran yang berbeda-beda melalui work center. 2. Peralatan pada jobshop digunakan secara bersama-sama oleh bermacam macam order dalam prosesnya, sedangkan peralatan flowshop digunakan khususnya hanya untuk satu jenis produk. 3. Job yang berbeda mungkin ditentukan oleh prioritas yang berbeda pula. Hal ini mengakibatkan order tertentu yang dipilih harus diproses seketika pada saat order tertentu yang dipilih harus diproses seketika pada saat order tersebut ditugaskan pada suatu work center. Karakteristik pola aliran Jobshop menurut Baker ( Baker, 1974 ) : 1. Job terdiri dari aliran operasi yang telah ditentukan. 2. Suatu operasi hanya bisa dikerjakan pada satu tipe mesin. 3. Hanya ada satu mesin dari tiap tipe mesin dalam job. 4. Waktu proses diketahui dengan pasti seperti halnya due date. 5. Urutan waktu set-up bersifat independent dan waktu transportasi antar mesin dapat diabaikan. 6. Operasi yang sedang dikerjakan pada suatu mesin tidak dapat diinterupsi. 7. Suatu operasi tidak dapat dimulai sampai operasi pendahulunya diselesaikan. 8. Setiap mesin hanya dapat memproses satu operasi pada suatu waktu. 9. Setiap parts hanya dapat diproses disuatu mesin pada suatu waktu.



2.1.12 Teknik-Teknik Penyelesaian Masalah Jobshop 1) Teknik pendekatan optimal Teknik pendekatan optimal merupakan pendekatan yang memberikan solusi terbaik terhadap suatu permasalahan ditinjau dari kriteria tertentu. Pendekatan optimal akan menghasilkan jadwal yang optimal, namun pendekatan optimal untuk permasalahan penjadwalan dengan operasi dan mesin yang relatif besar akan menyebabkan tingkat kesulitan penyelesaian maslah menjadi tinggi dan membutuhkan waktu yang lebih banyak. Pendekatan optimal memiliki 2 metode yaitu :



1. Metode Linier Progamming 2. Metode Branch and Bound



2) Teknik Pendekatan Heuristik Teknik pendekatan heuristik digunakan dalam masalah penjadwalan untuk jumlah mesin dan operasi yang lebih kompleks dengan waktu penyelesaian yang relatif lebih cepat. Walaupun pendekatan heuristik tidak menghasilkan jadwal yang optimal, namun penjadwalan heuristik dapat menghasilkan jadwal yang baik dan mendekati optimal. Teknik pendekatan heuristik terbagi atas: 1. Priority Dispatching Rules 2. Sampling Pocedurs 3. Probabilistic Dispatching Procedurs 4. Shifting Bottleneck Heuristic



2.2 Gambaran Umum Perusahaan 2.2.1 Sejarah Perusahaan PT. Bukaka Teknik Utama Tbk, atau selanjutnya disebut β€˜Bukaka’ atau β€˜Perseroan’ adalah perusahaan swasta pribumi yang bergerak dalam bidang konstruksi, pemesinan (engineering), transportasi, telekomunikasi, dan manufaktur terutama dalam bidang sarana umum. PT. BTU didirikan pada tanggal 25 oktober 1978 berdasarkan Akta Notaris Haji Bebasa Daeng Lalo, SH, No. 149 dan telah mendapat persetujuan dari Mentri Kehakiman RI melalui surat keputusan No. Y.A.5/242/7 tanggal 21 Mei 1979. Anggaran Dasar Perseroan telah mengalami beberapa kali perubahan dimana perubahan terakhir di tahun 2011 adalah sehubungan dengan penurunan modal dasar, modal ditempatkan dan disetir penuh serta nilai nominal saham. Modal dasar yang sebelumnya



adalah



Rp.



2.000.000.000.000



diturunkan



menjadi



Rp.



1.352.000.000.000, terbagi atas 4.000.000.000 saham. Modal ditempatkan dan disetor diturunkan dari sebelumnya sebesar. Rp. 1.320.226.000.000 menjadi Rp. 892.



472.776.000. Penurunan modal disetor dilakukan melalui kuasi reorganisasi dengan cara menurunkan nilai nominal saham dari sebelumnya Rp. 500 menjadi Rp.338 per saham. Perubahan ini telah diaktakan dengan Akta No.20 tanggal 15 Desember 2011 oleh Notaris H. Fedris S.H., dan telah mendapat persetujuan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Repblik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan No. AHU08119.AH.01.02 TANGGAL 16 Februari 2012. Dengan dukungan sumber daya manusia yang ahli di bidangnya, Perseroan turut berkontribusi terhadap percepatan pembangunan nasional melalui penyediaan produk dan layanan yang berkualitas terhadap sektor-sektor strategis, seperti energi, transportasi dan komunikasi. Perseroan juga didukung oleh entitas anak usahanya, PT Bukaka Mandiri Sejahtera (BMS) yang bergerak di bidang pertambangan, pengolahan dan perdagangan nikel serta PT Bukaka Energi (BE) yang bergerak di bidang pembangkit tenaga listrik. Pada tahun 1990 PT. BTU berhasil mengekspor satu set Garbarata ke Jepang dan terus memperbaiki mutu produk sehingga berhasil meperoleh sertifikat ISO 9001 pada tahun 1990 untuk produk Steel Tower, Boarding Bridge dan jembatan API spec QI (sertifikat mutu dibidang perminyakan) untuk produk pompa angguk. Kualitas produksi dalam bidang infrastruktur dan konstruksi baja dengan dukungan sumber daya manusia yang ahli di bidangnya, Perseroan turut berkontribusi terhadap percepatan pembangunan nasional melalui penyediaan produk dan layanan yang berkualitas terhadap sektor-sektor strategis, seperti energi, transportasi dan komunikasi. Perseroan juga didukung oleh entitas anak usahanya, PT Bukaka Mandiri Sejahtera (BMS) yang bergerak di bidang pertambangan, pengolahan dan perdagangan nikel serta PT Bukaka Energi (BE) yang bergerak di bidang pembangkit tenaga listrik. Perseroan juga menjalin kerjasama dengan perusahaan terkemuka diluar negeri, antara lain di Jepang, Amerika Serikat, Korea Selatan, dan China. Peningkatan kualitas dibuktikan dengan perolehan sertifikat ISO 9001. Dalam tahun 1995, perseroan mendapat sertifikasi American Petroleum Institute untuk kegiatan bidang minyak dan gas bumi. Dalam ini juga, perseroan mencatatkan diri dibursa efek sebagai perusahaan terbuka.



Dimulai pada tahun 1978, dari operasi skala kecil dengan hanya dua belas karyawan dan garis produk tunggal, perusahaan ini telah tumbuh menjadi perusahaan multi-juta dolar dengan ribuan karyawan. Pelopor dalam lini bisnis tulus, kegiatan utama PT Bukaka Teknik Utama yang meliputi rekayasa dan manufaktur infrastruktur produk dan jasa terkait. Fokus dan kekuatan perusahaan dengan terus berinovasi dan pengalaman dalam melayani pembangunan nasional yang cepat dari sektor-sektor pendukung yang paling penting, yaitu transportasi energi, dan komunikasi. Permintaan sangat besar menantang untuk struktur infrastruktur, perusahaan berusaha untuk menjaga perhatian terhadap inovasi yang berkelanjutan bersaing di seluruh dunia. Tindakan delisting dari PT Bursa Efek Jakarta pada tahun 2006 yang tidak menguntungkan perusahaan, di jadikan sebagai hikmahdengan tidak mengurangi tekad manajemen untuk meningkat kan prestasi dengan segala terobosan yang inovatif dalam produksi garbarata, jembatan rangka baja, menara listrik komunikasi dan segala pekerjaan yang berhubungan dengan power plant, 34 transmission lines, termasuk yang menyangkut kegiatan produksi minyak dan gas bumi . Perkembangan perusahaan ini terjadi pada tahun 2006-2007 karena perusahaan



mendapatkan



pengakuan



standarisasi



kualifikasi



manjemen



berdasarkan persyaratan ISO berturut-turut untuk Steel Tower, Boarding Bridge Three Tunels, danOil and Gas. Krisis yang melanda di dunia pada tahun 2008 juga memberikan dampak negatif bagi dunia usaha dan perushaan. Fluktuasi harga bahan mentah yang mengganggu perhitungan harga pokok barang yang di produksi termasuk faktor yang memberikan tekanan bagi perusahaan. Kegigihan



karyawan



untuk



menindaklanjuti



kebijakan



perusahaan



memberikan kans yang besar dalam keberhasilan suatu perusahaan untuk tetap bertahan serta berkembang, sampai saat ini PT Bukaka Teknik Utama Tbk. memiliki ribuan karyawan walaupun sempat banyak melakukan phk pada saat kondisi ekonomi dunia carut marut kurang lebih sebesar 100-200 karyawan.



(http://www.bukaka.co.id http://www.lpjk.org)



2.2.2 Visi dan Misi Perusahaan ο‚·



Visi Menjadi perusahaan Indonesia terkemuka dibidang Engineering, Procurement, Construction, Energi, dan Investasi di dunia.



ο‚·



Misi οƒΌ Merekrut sumber daya manusia yang kompeten dan profesional. οƒΌ Menjadi perusahaan yang mempunyai daya saing tinggi, modern, inovatif, dan peduli terhadap lingkungan. οƒΌ Menjalankan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik dalam segala aspek. οƒΌ Memberikan kepuasan dan nilai tambah kepada para pemangku kepentingan.Jenis Produk (http://www.bukaka.com/web/about/visi-misi-nilai.html)



2.2.3 Jenis Produk



2.2.4 Struktur Organisasi Struktur adalah sekumpulan variabel yang masing-masing dapat berbeda tipe, dan dikelompokkan dalam satu nama.Organisasi adalah sekelompok orang (dua atau lebih) yang secara formal dipersatukan dalam suatu kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen (unit-unit kerja) dalam organisasi. Struktur organisasi menunjukkan adanya pembagian kerja dan meninjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan-kegiatan yang berbeda-beda tersebut diintegrasikan (koordinasi). Selain daripada itu struktur organisasi juga menunjukkan spesialisasi-spesialisasi pekerjaan, saluran perintah dan penyampaian laporan. PT. Bukaka Teknik Utama Tbk. dipimpin oleh seorang Presiden Direktur, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.2 dibawah ini: Irsal Kamarudin Presiden Direktur



Teguh Wicaksana Sari Sekretaris Perusahaan



Jumadi Aji Karamai Kepala Internal Audit



M. Lutfi Adnan Kepala Jaminan Kualitas



Kepala Hukum Perusahaan



Saptiastuti Hapsari Direktur Operasional I



Sofiah Balfas Direktur Operasional II



Heru Cheryana Kepala Steel Tower



Budi Hartono Kepala Steel Bridge



Age Triobowo Kepala Borarding Bridge



Agus Maulana Akbar Kepala Power Generation



Rosadi Nurdin (ACT) Kepala Construction Equipment



Teguh Wicaksana Sari Sekretaris Perusahaan



Kepala Special Purpose Vechile



Saptiastuti Hapsari (ACT) Direktur SDM



A. Afifuddin Suhaeli Direktur Keuangan



Direktur Pengembangan Bisnis



Ira Martania Kepala Pelayanan SDM



Asih Haryanti Kepala Tresury



Muslimin Sanafi Kepala Cabang Balikpapan



Setyadi



Bambang Indradi



Kepala Oil Gas&equipment



Kepala Lembaga Pemnelajaran Bukaka



Iwan Setiyawan Kepala Accounting



Tania Anggarani Kepala Clink Center



Zaenal Arifin Kepala HSE



Adolf Edward Kepala Penganggaran



Wiwiek A Ermanto Kepala Urusan Internal



Mohammad Fajar (ACT) Kepala Pajak



Arif Rahman Putra



Adjhari Cahyadi



Teguh Wicaksana Sari



Anton Fatoni Kepala Tanggung Jawab Sosial



Yulizan Kepala Teknologi Informasi



Gambar 2. 2 Struktur Organisasi Bukaka Teknik Utama



Keterangan: : Tempat Kerja Praktek Penulis



2.2.4.1 Struktur Organisasi Unit Usaha Steel Tower



Kepala Unit Usaha Heru Cheyana



SHE Hari Wibowo



Marketing Dept. Donny Mahendra



Management Represenative



Project Management



QA & QC



Finance & Cost Control



HRD



Sukam Ayu E.



Boris Herlambang



M. Fuad Zamroni



Raka T. Primadika



Marsya Larashati



Engineering Dept. Chris Wardhana



Procurement Dept. Dewi Khasanah



Maintenance Dept. Dzulkarnaen



Process Engineering Gusti Eko P.



Steel Angle Samsudin



PPIC Dept. Syukron



Production Dept. Amalio Faraokhi



Plate Andri Supriatno



Packing & Delivery Dept.



Ratija



Construction Dept. Syahrial



Facility Dept. Sabiruddin



Production Engineering



Sofyan Hadi



Welding Anwar Sholih



Anchor Sektiono



Gambar 2. 3 Struktur Organisasi Steel Tower



2.2.5 Job Description 2.2.6 Peralatan atau Mesin Produksi Berikut penjelasan secara umum mengenai spesifikasi mesin yang terdapat pada setiap workshop sebagai berikut: a. Workshop A Di Workshop A terdapat mesin-mesin dengan kapasitas sebagai berikut : No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11



Kode Mesin CS 02 CS 03 CS 04 ST 02 ST 05 CP 02 CP 03 CP 04 CP 05 CP 06 CL 02 (Pierching)



Kapasitas dan atau Material Siku L 40 - 50 , 80 T Siku L 40 - 50 , 80 T Siku L 40 - 50 , 80 T Siku L 40 – 50 Siku L 40 – 50 Siku L 40 - 50, 80 T Siku L 40 - 50, 80 T Siku L 40 - 50, 80 T Siku L 40 - 50, 80 T Siku L 40 - 50, 63 T Siku L 40 – 50



12 13 14 15 16 17



CL 01 BS 02 BS 03 BECA MAX Drill Pipa Drill Siku



Siku L 40 - 50, 40 T Pipa Max Dia 40 cm Pipa Max Dia 40 cm Pipa Max Dia 40 cm Pipadia 50 mm Siku L > 200



b. Workshop D Di Workshop D terdapat mesin-mesin dengan kapasitas sebagaiberikut: No 1 2 3 4 5 6



KodeMesin CNC L A CNC L B CNC L 01 CNC L 02 CNC L 03 CNC L 04



Kapasitasdanatau Material Siku L > 120 - 250 Siku L 40 – 120 Siku L > 120 - 250 Siku L > 120 - 250 Siku L 40 – 120 Siku L 40 – 120



c. Workshop E Di Workshop E terdapat mesin-mesin dengan kapasitas sebagai berikut: No 1 2 3 4 5 6 7 8



KodeMesin Rapid 25 Ficep HP 12 T4 Ficep CL 03 CL 04 Gas Cut ( Chamfering) BD 01 CH 01 CNC BD 01



Kapasitasdanatau Material Siku L 150 – 200 Siku L 40 – 120 Siku L 40 – 50 Siku L 100 – 130 Siku L > 120 – 250 Pelat, 150 T Siku L > 50 - < 200, Max pemakanan 4 mm Pelat, 150 T



d. Workshop F Di Workshop E terdapat mesin-mesin dengan kapasitas sebagai berikut: No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23



KodeMesin CNC GC 01 CNC GC 02 Gemini GC Manual 1 GC Manual 2 RD 03 CNC RD 01 CNC RD 02 CNC HO 01 CNC HO 02 CS 05 ( Notching ) CS 06 (Pierching) CS 08 ST ST 07 CP 01 CP 07 CP 11 CP 12 CP 15 BD 02 BD 03 PS 01



Kapasitasdanatau Material Plat t = 5 - 40 mm Plat t = 5 - 40 mm Pelat Max t = 60 mm Plat t = 5 - 40 mm Plat t = 5 - 40 mm Pelat 1650 x 1000 x 80 mm , Dia 12- 50 Pelat 1650 x 1000 x 80 mm , Dia 12- 50 Pelat 1650 x 1000 x 80 mm , Dia 12- 50 Pelat 775 x 1500 , t = 5 - 25 , Dia 25.5 Pelat 775 x 1500 , t = 5 - 25 , Dia 25.5 Pelat, 80 T Pelat t = 13 mm, 100 T 800 KN 1000 KN Pelat Pelat, 80 T Pelat, 80 T Pelat, 800 KN Pelat, 80 T Pelat, 80 T Pelat t = Max 13 mm, 2000 KN Pelat t = Max 13 mm, 2000 KN Pelat t = 16 , l = 2500



2.2.7 Proses Produksi Proses produksi merupakan proses dimana memanfaatkan segala aspek sumber daya yang dimiliki dan yang ada untuk kemudian di organisir agar dapat digunakan untuk mentransformasikan input menjadi output dengan menambah nilai baik fungsi maupun non fungsi dari suatu barang. Pada PT.Bukaka Teknik Utama Tbk. Unit Usaha Tower memproduksi beberapa jenis tower yaitu tower transmisi dan tower telekomunikasi. Dalam konstruksi tower terdiri dari material, komponen dan aksesoris. Untuk komponen dan



aksesoris tidak diproduksi di internal unit tower, dan untuk material diproduksi di internal. Berikut adalah material yang biasaya digunakan dalam konstruksi tower: ο‚·



Plate Material nya adalah SS400, SM490, SS 540.



ο‚·



Siku Material nya adalah SS400 dan SS540. Penandaan Cat Putih Untuk SS400 dan Biru untuk SS540.



ο‚·



Pipa Spesifikasi nya ASTM A53



ο‚·



Round Bar



ο‚·



UNP Dalam kegiatan pelaksanaan bisnis pembuatan material tower tersebut dapat



digambarkan dalam proses bisnis sebagai berikut:



Gambar 2. 4 Proses Bisnis PT. Bukaka Teknik Utama Tbk. Unit Usaha Tower



2.2.7.1 Proses Fabrikasi Proses Fabrikasi adalah suatu proses produksi yang meliputi antara lain rekayasa (perancangan), pemotongan, pembentukan, penyambungan, perakitan atau pengerjaan akhir. Dalam proses produksi di unit tower terdapat beberapa jenis produk, yaitu :



Tabel 2. 1 Jenis Produk dan Proses



No.



Jenis Produk



Proses



1.



Finish



Cutting, Stamping, Holing



2.



Proses pengerjaan lanjut



Bending, Cliping, Chamfering



3.



Pengelasan



Pegelasan



Dalam proses produksinya terdapat beberapa material yang berbeda tetapi dengan jenis produk seperti pada Tabel 2.1. Proses produksi untuk material siku dan plate dapat digambarkan pada flowchart sebagai berikut:



Gambar 2. 5 Proses Produksi Plate



Gambar 2. 6 Proses Produksi Siku



Berikut penjelasan dari setiap proses fabrikasi setiap jenis produk: 1. Produk Finish Dalam produk finish terdapat beberapa proses fabrikasi yaitu : a. Marking Marking adalah proses penandaan untuk selanjutnya diproses Cutting atau Holing.



ο‚· Marking Titik



Gambar 2. 7 Marking Titik



ο‚· Marking Garis



Gambar 2. 8 Marking Garis



b. Cutting (Pemotongan) Cutting adalah tahap pekerjaan pemotongan material profil, pipa dan pelat baja sesuai dengan tanda potong yang telah ditetapkan pada proses penandaan. Di unit tower pemotongan dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu: 1. Shearing Shearing adalah proses pemotongan pelat lembaran atau gulungan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Hasil potongan akan menjadi material untuk proses selanjutnya. Dengan menggunakan mesin press manual atau hidrolik.



Gambar 2. 9 Mesin Shearing



2. Gergaji Proses pemotongan yang menggunakan mesin gergaji.



Gambar 2. 10 Mesin Gergaji



3. Gas Cutting Pemotongan dengan menggunakan oxy flame cutting adalah dimana pemotongan terjadi karena adanya reaksi antara oksigen dan baja. Pada permulaan pemotongan baja dipanaskan terlebih dahulu dengan api oxy flame cutting sampai mencapai suhu antara 800-900Β° C. Kemudian terjadilah proses pembakaran yang membentuk oksida baja. Karena titik cair oksida baja lebih rendah dari baja, maka oksida baja tersebut mencair dan terhembus oleh gas pemotong dengan ini terjadi pemotongan.Pemotongan dengan menggunakan oxy flame cutting adalah dimana pemotongan terjadi karena adanya reaksi antara oksigen dan baja. Pada permulaan pemotongan baja dipanaskan terlebih dahulu dengan api oxy flame cutting sampai mencapai suhu antara 800-900Β° C. Kemudian terjadilah proses pembakaran yang membentuk oksida baja. Karena titik cair oksida baja lebih rendah dari baja, maka oksida baja tersebut mencair dan terhembus oleh gas pemotong dengan ini terjadi pemotongan.



Mesin CNC



Mesin Manual



Gambar 2. 11 Mesin CNC dan Mesin Manual Gas Cutting



4. Plasma Cutting Proses yang menggunakan aliran plasma yang beroperasi pada suhu yang sangat tinggi untuk memotong logam dengan cara peleburan. Prinsip dasar nya menggunakan listrik untuk memanasi udara dengan sangat tinggi hingga pada titik plasma yang kemudian ditiup melalui logam yang akan dipotong.



Gambar 2. 12 Plasma Cutting



c. Stamping Stamping adalah proses membentuk huruf , angka, simbol atau lainnya pada permukaan logam dimana bagian dasarnya tetap rata. Pressing capacity yang diperlukan cukup besar.



Gambar 2. 13 Hasil Stamping



d. Pelubangan (Holing) Pelubangan adalah proses membuat lubang pada benda kerja. 1. Pierching Piercing adalah proses pemotongan material pelat untuk membuat lubang pada permukaan yang rata atapun kontur. Lubang yang dihasilkan bisa berbentuk bulat atau bentuk lainnya, tergantung pada bentuk punch. Pada proses piercing terdapat slug/skrap. Pada proses pemotongan piercing yang dikehendaki adalah lubang hasil dari pemotongan.



Gambar 2. 14 Hasil Pierching



2. Proses Bor (Drilling) Pengeboran adalah operasi yang menghasilkan lubang-lubang bulat benda kerja. Alat potong yang digunakan adalah mata bor.



2. Proses Pengerjaan Lanjut Proses pengerjaan lanjut terdiri dari proses fabrikasi sebagai berikut : a. Tekuk ( Bending ) Proses tekuk (bending) adalah pembentukan benda kerja logam yang umumnya berupa pelat lembaran atau batang dengan cara ditekuk, sehingga terjadi pemuluran atau perengangan pada sumbu bidang netralnya sepanjang



daerah tekukan dan menghasilkan garis tekuk yang lurus. Terdapat 3 (tiga)



bentuk dasar tekukan, yaitu : a. Tekukan bentuk β€œL” b. Tekukan bentuk β€œU” c. Tekukan bentuk β€œV”



Gambar 2. 15 Bentuk Tekukan



Gambar 2. 16 Proses Bending Siku



b. Clipping Clipping adalah pemotongan benda kerja atau produk dengan bentuk tertentu. Dimana bisa dengan proses shearing atau gas cutting.



Gambar 2. 17 Produk Clipping



c. Chamfering Proses menghilangkan sudut yang tajam. Bisa menggunakan proses milling atau Gas Cutting. ο‚· Proses Milling (Frais) Milling adalah suatu proses menghilangkan/pengambilan tatal-tatal dari benda kerja dengan menggunakan alat potong yang berputar dan mempunyai banyak sisi potong. Alat potong yang digunakan adalah cutter.



ο‚· Proses Gas Cutting Dengan menggunakan gas cutting. 3. Pengelasan ο‚· Pengelasan = Komponen Finish + Komponen Finish ο‚·



Pengelasan = Komponen Finish + Komponen Pengerjaan Lanjut



ο‚·



Pengelasan = Komponen Pengerjaan Lanjut + Komponen Pengerjaan Lanjut



a. Las Listrik Pengertian las listrik Pengelasan adalah suatu proses penyambungan logam dimana logam menjadi satu akibat panas dengan atau tanpa tekanan, atau dapat didefinisikan sebagai akibat dari metalurgi yang ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara atom. Sebelum atomatom tersebut membentuk ikatan, permukaan yang akan menjadi satu perlu bebas dari gas yang terserap atau oksida-oksida.



2.2.8 Produk Perusahaan PT. Bukaka Teknik Utama Tbk. Divisi Steel Tower ini merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang konstruksi yaitu konstruksi jalur transmisi dan jalur komunikasi. 1. Transmisi Sebagai pionir di bidang manufaktur dan konstruksi jalur transmisi tegangan tinggi dan ekstra tinggi di Indonesia, perusahaan memproduksi saluran transmisi pertamanya dengan kapasitas 70 kV dan 150 kV pada tahun 1981, dan menara sirkuit ganda dengan kapasitas 500 kV di 1984. ningga 2010. Perusahaan menyelesaikan sejumlah paket proyek turn-key dengan kapasitas mulai dari 70 kV hingga 500 kV untuk PT Perusahaan Listrik Negara (Persero). Selain itu, Perusahaan adalah satu-satunya perusahaan di Asia Tenggara yang memiliki fasilitas pengujian menara hingga kapasitas 500 kV. Tower transmisi merupakan jenis tower yang berfungsi sebagai proses penyeluran listrik dari pembangkitan ke distribusi listrik.



2. Komunikasi Perusahaan juga berkontribusi



dalam proyek turn-key menara



telekomunikasi dan konstruksi hunian untuk melayani banyak operator dan penyedia telekomunikasi di Indonesia, baik menara melengkung maupun tipe pipa, serta pembangunan proyek putar-kunci untuk menara siaran dengan ketinggian 220 m di Surabaya dan Semarang. Unit bisnis ini telah melayani banyak perusahaan besar seperti PT SMART, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk, Siemens, PT XL Axiata Tbk, PT Indosat Tbk, PT Menara Bersama Infrastruktur, PT Daya Mitra dan PT Protelindo. 2.2.9 Mitra Perusahaan



2.2.10 Pengggguna dan Konsumen