Abdurrahman Bin Auf [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Abdurrahman Bin ‘Auf



Biodata : `Abdurrahmân bin `Auf bin `Abdi `Auf bin `Abdil Hârits Bin Zahrah bin Kilâb bin alQurasyi az-Zuhri Abu Muhammad adalah salah seorang sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mendapat rekomendasi masuk surga adalah. Dia juga salah seorang dari enam orang Sahabat Radhiyallahu anhum yang ahli syura. Dia dilahirkan kira-kira sepuluh tahun setelah tahun Gajah dan termasuk orang yang terdahulu masuk Islam yaitu 2 hari setelah Abu Bakar masuk Islam. Dia berhijrah sebanyak dua kali dan ikut serta dalam perang Badar dan peperangan lainnya. Saat masih jahilillah, ia bernama `Abdul Ka`bah atau `Abdu `Amr; kemudian diberi nama `Abdurrahmân oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ibunya bernama Shafiyah. Sedangkan ayahnya bernama `Auf bin `Abdu `Auf bin `Abdul Hârits bin Zahrah. Abdurrahman bin Auf berasal dari Bani Zuhrah. Salah seorang sahabat Nabi lainnya, yaitu Sa'ad bin Abi Waqqas, adalah saudara sepupunya. Abdurrahman juga adalah suami dari saudara seibu Utsman bin Affan, yaitu anak perempuan dari Urwa bint Kariz (ibu Utsman) dengan suami keduanya. Di dunia Islam, Abdurrahman bin Auf adalah ikon pebisnis. Di zamannya, 14 abad silam, ia saudagar superkaya. Lebih dari itu, ia sahabat Rasulullah SAW yang ketaatannya luar biasa. Keterampilannya sebagai entrepreneur amat mumpuni. Salah satu warisan penting dari karakter bisnis Abdurrahman bin Auf adalah strategi dan taktik dagangnya. Kiat dia menyiasati dan “menciptakan” pasar bukan saja relevan melainkan klasik dalam upaya memenangi persaingan.



Biografi : Pernah merasakan pahitnya kebangkrutan? Saat harta yang awalnya kita miliki, tiba-tiba menghilang begitu saja. Entah karena kegagalan bisnis, musibah seperti kebanjiran, kecelakaan, 1



kebakaran, perampokan, ataupun karena bencana alam. Biasanya ada rasa sedih, kecewa, dan mungkin putus asa yang berkelebat di benak. Namun, singkirkanlah perasaan negatif tersebut, mari teladani salah seorang sahabat Rasulullah yang telah dijamin masuk surga berikut ini, Abdurrahman bin ‘Auf. Siapa yang tak kenal dengan Abdurrahman bin Auf, sahabat nabi yang lihai dalam membangun bisnis dan tetap hidup dalam kesederhanaan. Hanya dalam waktu sekitar dua tahun, ia bersama pedagang Muslim lainnya berhasil membangun dominasi perekonomian Islam dengan mengalahkan pedagang Yahudi di Madinah. Ia menjadi salah satu konglomerat dan penyokong dana yang berjasa dalam membantu perjuangan dan dakwah Islam saat itu dan juga ikut aktif berjihad bersama Rasulullah. Saat akan berhijrah ke Madinah, seluruh kekayaan Abdurrahman bin ‘Auf dirampas oleh penguasa kaum Quraisy, sehingga ia datang ke Madinah tanpa membawa harta sama sekali. Bayangkan betapa berbedanya orang yang awalnya memiliki harta melimpah, tiba-tiba tak memiliki apapun. Di Madinah, Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wassalam mempersaudarakan orang-orang yang berhijrah (muhajirin) yang kebanyakan pedagang, dengan orang-orang asli Madinah yang mayoritas petani. Ketika Rasulullah mempersaudarakan antara sahabat Muhajirin dengan sabahat Anshor, Abdurrahman bin Auf dipersaudarakan dengan Sa'ad bin al-Rabi' al-Ansari. Semua dilakukan untuk saling membantu, terutama Sahabat Muhajirin yang telah berkorban meninggalkan tanah kelahiran dan harta benda mereka. Begitu tiba di Madinah, Sa’ad berkata kepada Abdurrahman, “Wahai saudaraku, aku adalah penduduk Madinah yang kaya raya. Silakan pilih separuh hartaku dan ambillah, dan aku mempunyai dua istri, pilihlah salah satu yang menurut anda lebih menarik dan akan aku ceraikan dia supaya anda bisa memperistrinya.” Mendapat tawaran luar biasa ini, sikap ‘Abdurrahman bin ‘Auf sungguh tidak disangka-sangka, ketika itu ia menjawab, “Semoga Allah memberkahimu dalam keluarga dan hartamu. Cukuplah tunjukkan kepadaku di manakah pasar.” Abdurrahman bin ‘Auf menolak penawaran menggiurkan dari saudara Anshornya tersebut, dan lebih memilih untuk berdagang kembali dari nol. Ia memang seorang pebisnis yang handal. Dengan modal secukupnya ia berjualan keju dan minyak samin di pasar Madinah. Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wassalam sangat menghargai kemandirian Abdurrahman bin Auf dalam hal ekonomi. Rasulullah bersabda, “Seorang yang mencari kayu lalu memanggulnya lebih baik daripada orang yang mengemis yang kadangkala diberi atau ditolak.” 2



(H.R. Bukhari). Pesan ini membuat seluruh Muslimin yang ada di Madinah bangkit dan bekerja menjadi petani, pedagang, dan buruh. Tidak ada seorang pun yang menganggur.



(Pasar Zaman Rasulullah) Yang menarik, saat Abdurrahman bin ‘Auf pergi ke pasar, ia tak hanya berdagang. Namun ia mengamatinya secara cermat. Dari pengamatannya ia tahu, pasar itu menempati tanah milik seorang saudagar Yahudi. Para pedagang berjualan di sana dengan menyewa tanah tersebut, sebagaimana para pedagang sekarang menyewa kios di mall. Kemudian Abdurrahman memiliki ide kreatif, ia meminta tolong saudara barunya untuk membeli tanah yang kurang berharga yang terletak di samping tanah pasar itu. Tanah tersebut lalu dipetak-petak secara baik. Siapa pun boleh berjualan di tanah itu tanpa membayar sewa. Bila mereka mendapat keuntungan dari berdagang di sana, ia menghimbau mereka untuk memberikan bagi hasil seikhlasnya. Tentu saja para pedagang gembira karena biaya operasional mereka bisa berkurang banyak, maka para pedagang itu pun berbondong pindah ke pasar yang dikembangkan oleh Abdurrahman bin ‘Auf. Dalam waktu singkat lahirlah pasar muslim pertama di Kota Madinah. Pasar muslim ini memberikan keleluasaan kepada kaum muslimin dalam menerapkan aturan ekonomi Islam tanpa harus takut diganggu oleh kepentingan bisnis Yahudi. Dari sana Abdurrahman memperlihatkan kelihaiannya dalam membangun bisnis dari nol hingga sukses. Keuntungan para pedagang di pasar baru itu menjadi berlipat, tentu saja karena berkurangnya biaya operasional membuat harga bisa ditekan, pembeli ramai, maka dari keuntungan itulah Abdurrahman bin ‘Auf mendapat bagi hasil. Tak memerlukan waktu lama baginya untuk kembali memiliki harta dan keluar dari kebangkrutannya. Rully Attaqi dalam bukunya yang berjudul “Tunjukkan Saya di mana Pasar” menyebutkan kunci sukses Abdurrahman ada dalam rumus 5 beres, yaitu 1) beres akidahnya, di 3



mana Abdurrahman yakin bahwa Allah yang memberi rezeki dan tidak memasukkan unsur riba ke dalam dagangannya dan tidak merugikan orang lain; 2) beres pemikirannya, yaitu pola pikir positif terhadap rezeki Allah dan mental sukses; 3) beres jam terbang yaitu ia sudah memiliki pengalaman cukup dalam berdagang, bahkan sebelum hijrah ke Madinah; 4) beres relasi; dan 5) beres reputasi. Yang tak kalah penting dari keteladan Abdurrahman yaitu selalu menginfakkan hartanya. Kekayaan yang diperoleh dari perputaran bisnisnya digunakan untuk membangun kepentingan umat. Sejarah mencatat, Abdurrahman menyumbangkan sebanyak 4.000 dirham, 500 kuda perang dan 1.500 Unta untuk keperluan Perang Tabuk pada tahun 9 Hijrah, ia menyantuni para alumni Perang Badar yang masih hidup waktu itu dengan santunan sebesar 400 dinar emas (sekitar Rp 480 juta) per orang untuk veteran yang jumlahnya tidak kurang dari 100 orang dan banyak lagi kedermawanan yang diperlihatkan oleh Abdurrahman. Orang-orang Madinah pernah berkata, “Seluruh penduduk Madinah berserikat (menjalin usaha) dengan Abdurrahman bin Auf pada hartanya. Sepertiga dipinjamkan kepada mereka, sepertiga digunakan untuk membayar hutang mereka, dan sepertiga sisanya diberikan dan dibagibagikan kepada mereka.” Sikap inilah yang kemudian menumbuhkan sikap saling tolongmenolong, tidak hanya mengejar keuntungan semata. Hasilnya, Abdurrahman bersama saudagar lainnya berhasil mematahkan dominasi pasar Yahudi di Madinah dan membantu masyarakat muslim yang membutuhkan. Begitulah kisah Abdurrahman, sahabat nabi yang dijamin masuk surga. Kisahnya dalam menguasai pasar terbukti mampu menghidupkan perekonomian umat Islam di Madinah. Tidak mengejar keuntungan sebesar-besarnya seperti pandangan kapitalisme, ia berdagang untuk kepentingan dunia akhirat. Berdagang dengan mematuhi etika ekonomi Islam. Alasan : Berkaca dari apa yang dialami Abdurrahman bin ‘Auf, kita bisa merasakan spiritnya, bangkit dari keterpurukan dan menolak untuk sekadar berpangku tangan menerima kebaikan dari orang lain. Ia tidak takut untuk memulai kembali dari titik nol, dan mendayagunakan segala kesungguhan dan kreativitasnya untuk menafkahi diri, keluarga, dan kembali menjadi kaya raya seperti semula. Banyak orang berhasil menjalankan bisnis atau perdagangan karena terinspirasi dari keberhasilan orang lain. Abdurrahman bin Auf, seorang sahabat Rasulullah Sollollohu’alaihi wassallam, telah menginspirasi banyak orang dalam menjalankan bisnis atau perdagangan. Dengan izin Allah, Abdurrahman menjadi sahabat Rasulullah yang banyak membawa manfaat untuk umat Islam karena bisnis dan perdagangannya. 4



Berikut adalah cara bisnis menguntungkan ala Abdurrahman bin Auf, 1. Modal mental lebih penting daripada modal harta Mental kaya lebih penting daripada kaya. Abdurrahman memulai bisnisnya dari nol dan mampu mengumpulkan kekayaan lebih banyak karena dia memiliki mental kaya. Bentuk dari mental kaya ini adalah selalu mau memberi bukan hanya menerima, siap dengan kerasnya usaha, tangguh, bersungguh-sungguh dalam usaha dan meyakini keberhasilan usahanya. Perhatikan perkataan Abdurrahman bin Auf dalam meyakini keberhasilannya. Beliau berkata,”Seandainya aku membalik sebuah batu, maka, aku akan menemukan emas atau perak.” 2. Paham seluk beluk perdagangan Abdurrahman bin Auf tidak hanya bermodalkan harta dan mental kaya. Tapi, beliau juga memahami secara mendalam seluk beluk perdagangan secara teknis di Madinah. Abdurrahman mengetahui kondisi pasar. Sesampainya di Madinah, Abdurrahman mendatangkan minyak samin dan keju dari wilayah lain untuk dijual di Madinah. Hal ini menunjukkan bahwa Abdurrahman paham betul masalah supplier, jalur distribusi, networking, marketing, dan juga selling di Madinah. Beliau juga menjalankan strategi dalam memilih jenis usaha, serta selektif dalam memilih kualitas barang dan layanan yang mengandalkan kejujuran. 3. Memiliki kepribadian teladan Persahabatan yang dianjurkan dalam Islam menjadi salah satu dasar yang mendorong keberhasilan Abdurrahman. Abdurrahman dikenal memiliki kepribadian yang baik sampai sempat menjadi kandidat pengganti Khalifah sebelumnya, namun jiwanya yang tidak ambisius mengarahkannya untuk mundur. Beliau dikenal sebagai seseorang yang berpenampilan sederhana. Meskipun sudah menjadi saudagar yang kaya raya, beliau tidak lantas lari dari kewajiban perang, di tubuhnya paling tidak terdapat 20 bekas luka, beberapa gigi seri yang patah, serta kaki yang pincang akibat peperangan melawan kaum kafir. 4. Rajin berinfak dan bersedekah Abdurrahman bin Auf saat sudah berdagang, beliau meniatkan semua hartanya untuk diinfakkan di jalan Allah semaksimal mungkin. Saat perang Tabuk, beliau menginfakkan 200 uqiyah setara dengan 5,95 kg emas, apabila 1 gram emas setara 500 ribu rupiah, maka, Abdurrahman bin Auf sudah memberikan 2,9 milyar dalam perang Tabuk.



5



Abdurrahman bin Auf yang pernah menjual tanah seharga 40 ribu dinar setara 90,4 milyar, uang tersebut dibagikan kepada Bani Zuhrah dan orang-orang fakir dari kalangan Muhajirin dan Anshar. Begitulah saat seseorang membantu agama Allah, Allah akan membantunya. Siapa yang memberi pinjaman kepada Allah, akan dilipatgandakan. Abdurrahman bin Auf bertambah kaya karena menginfakkan hartanya di jalan Allah. Allah berfirman dalam qur’an surat Al Baqarah ayat 245, “Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rizki) dan kepada-Nya lah kamu dikembalikan.” 5. Melibatkan Allah subhanahu wa ta’ala Cara bisnis dengan melibatkan Allah akan membuat bisnis yang kita jalani mencapai kejayaan dan kesuksesan. Bagaimana cara melibatkan Allah? Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “Barangsiapa membantu menghilangkan satu kesedihan (kesusahan) dari sebagian banyak kesusahan orang mu’min ketika di dunia, maka Allah akan menghilangkan satu kesusahan (kesedihan) dari sekian banyak kesusahan dirinya pada hari kiamat kelak. Dan barangsiapa yang memberikan kemudahan (membantu) kepada orang yang kesusahan, niscaya Allah akan membantu memudahkan urusannya di dunia dan di akhirat. Dan barangsiapa yang menutupi aib orang muslim, niscaya Allah akan menutup aibnya dunia dan akhirat. Sesungguhnya Allah akan selalu menolong seorang hamba selama dia gemar menolong saudaranya.” (HR.Muslim) Abdurrahman menjadi sahabat yang mengendalikan hartanya, bukan seorang budak yang dikendalikan oleh hartanya. Ia tidak mau celaka dengan menyimpan harta, ia mengumpulkan dengan santai dan dari jalan yang halal, tetapi, ia tidak menikmatinya sendirian. Orang-orang Madinah pernah berkata, “Seluruh penduduk Madinah berserikat (menjalin usaha) dengan Abdurrahman bin Auf pada hartanya. Sepertiga dipinjamkan kepada mereka, sepertiga digunakan untuk membayar hutang mereka, dan sepertiga sisanya diberikan dan dibagibagikan kepada mereka.” Abdurrahman dan penduduk Madinah saling mendahulukan kepentingan saudaranya, sehingga Allah membukakan keberkahan dan Allah membukakan peluang menguasai ekonomi umat. Bahkan, pasar Madinah yang tadinya dikuasai Yahudi berpindah ke tangan Muslimin. Berawal dari sikap tolong-menolong (ta’awun) sesama muslimin, lalu saling memecahkan masalah saudaranya, dan menjadi penguasa ekonomi saat itu. Inilah hasil dari mematuhi hukum Allah.



6