Abortus Imminens [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Abortus Imminens Dmitri Rifanda RS Kepresidenan Rumah Sakit Gatot Soebroto



Definisi Abortus iminens (threatened miscarriage) adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan sebelum 20 minggu tanpa disertai keluarnya hasil konsepsi dan dilatasi uterus (Cunningham,2006)



Gambar 1. Ilustrasi jenis-jenis abortus 1. USU Institutional Repository : Open Access Repository Home



[Internet].



Repository.usu.ac.id.



2011



[cited



24



August



2016].



Available



from:



http://repository.usu.ac.id



Etiologi Menurut Cunningham (2006) hal-hal yang dapat menyebabkan abortus, dikelompokkan



menjadi 3 faktor yaitu : a.



Faktor fetal



Temuan morfologis yang paling sering terjadi dalam abortus dini spontan adalah kelainan perkembangan zigot, embrio fase awal janin, atau kadang-kadang plasenta. Perkembangan janin yang abnormal, khususnya dalam trimester pertama kehamilan, dapat diklasifikasikan menjadi perkembangan janin dengan kromosom yang jumlahnya abnormal (aneuploidi) atau perkembangan janin dengan komponen kromosom yang normal (euploidi). Laporan menyatakan bahwa abortus aneuploidi terjadi pada atau sebelum kehamilan 8 minggu, sedangkan abortus euploidi mencapai puncaknya sekitar 13 minggu. Insiden abortus euploidi akan meningkat secara dramatis setelah usia maternal 35 tahun. Namun sebab-sebab terjadinya peristiwa tersebut belum diketahui secara pasti. Penyebab abortus euploidi umumnya tidak diketahui,tetapi mungkin bisa disebabkan oleh; kelainan genetik, berbagai faktor ibu, mungkin beberapa faktor ayah. b. 1)



Faktor Maternal Infeksi



Beberapa infeksi kronis pernah terlibat atau sangat dicurigai sebagai penyebab abortus, diantaranya Listeria monocytogenes dan Toxoplasma. 2)



Penyakit kronik



Pada awal kehamilan, penyakit kronik yang menyebabkan penyusutan tubuh, misalnya tuberculosis



atau



karsinomatosis



jarang



menyebabkan



abortus.



Hipertensi



jarang



menyebabkan abortus di bawah 20 minggu, tetapi dapat menyebabkan kematian janin dan kelahiran preterm. 3)



Kelainan endokrin



Autoantibodi tiroid dilaporkan menyebabkan peningkatan insiden abortus walaupun tidak terjadi hipertiroidisme yang nyata. Abortus spontan dan malformasi kongenital mayor meningkat pada wanita dengan diabetes mellitus. Risiko ini berkaitan dengan derajat kontrol metabolik pada trimester pertama. Defisiensi progesteron, karena kurangnya sekresi hormon progesteron tersebut dari korpus luteum atau plasenta, mempunyai kaitan dengan insiden abortus. Karena progesteron berfungsi mempertahankan desidua, defisiensi hormon tersebut secara teoritis akan mengganggu nutrisi pada hasil konsepsi dan berperan dalam peristiwa kematian janin. 4)



Nutrisi



Tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa defisiensi salah satu zat gizi merupakan penyebab abortus. Mual dan muntah yang timbul agak sering pada awal kehamilan, dan semua penyakit yang dipicunya, jarang diikuti oleh abortus spontan. 5)



Pemakaian obat dan faktor lingkungan



Berbagai zat dilaporkan berperan, tetapi belum dapat dipastikan sebagai penyebab meningkatnya insidensi abortus seperti : tembakau, alkohol, kafein, sinar radiasi, dll. 6)



Faktor imunologis



Ada dua mekanisme utama pada abnormalitas imunologis yang berhubungan dengan abortus, yaitu :mekanisme autoimun (imunitas terhadap tubuh sendiri) dan mekanisme aloimun (imunitas terhadap orang lain). 7)



Gamet yang menua



Baik umur sperma atau ovum dapat mempengaruhi angka insiden abortus spontan.Garnet yang bertambah tua dalam traktus genitalis wanita sebelum fertilisasi, dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya abortus.



8)



Trauma fisik



Trauma yang tidak menyebabkan terhentinya kehamilan sering dilupakan, yang di ingat hanya kejadian tertentu yang tampaknya mengakibatkan abortus. Diagnosa Menurut Kusmiyati (2009), diagnosa abortus imminens dapat ditegakkan berdasarkan: a.



Anamnesis



1)



Kram perut bawah



2)



Perdarahan sedikit dari jalan lahir



b.



Pemeriksaan fisik



1)



Flukus ada (sedikit)



2)



Ostium uteri tertutup



3)



Ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan



4)



Uterus lunak



c.



Pemeriksaan penunjang



1)



Pemeriksaan penunjang



1. Tes kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif bila janin sudah mati 2. pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup 3. pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada missed abortion Penatalaksanaan Penatalaksanaan Abortus Imminen (Manuaba ,et. al, 2008) a. Bed rest



b. Tokolitik c. Plasetogenik hormonal d. ANC‐hamil Komplikasi Menurut Cunningham (2006), komplikasi abortus imminens adalah sebagai berikut : a.



Perdarahan (hemorrhage)



b.



Perforasi: sering terjadi sewaktu dilatasi dan kuretase yang dilakukan oleh tenaga yang



tidak ahli seperti bidan dan dukun c.



Infeksi dan tetanus



d.



Syok, pada abortus dapat disebabkan oleh: perdarahan yang banyak dan infeksi atau



sepsis.



Daftar pustaka Cunningham F. Obstetric Williams. 21st ed. Jakarta: ECG; 2006.p 2-33 Kusmiyati Y. Perawatan Ibu hamil. Yogyakarta: Fitramaya; 2009. Manuaba. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi dan Obstetri Ginekologi Sosial untuk Profesi Bidan. Jakarta : EGC; 2008.