LP Abortus Imminens [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPOR LAPORAN PENDAHULUAN ABORTUS Disusun Untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Maternitas



PEMBIMBING Yuliani Budiarti., Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.Mat Nurhikmah., S.Kep., Ns



Oleh : Isful Harnani. S.Kep 1914901210116



PROGRAM STUDI PROFESI NERS B FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN 2020-2021



A. Pengertian Abortus atau lebih dikenal dengan istilah keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar rahim. Janin belum mampu hidup di luar rahim, jika beratnya kurang dari 500 g, atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu karena pada saat ini proses plasentasi belum selesai. Pada bulan pertama kehamilan yang mengalami abortus, hampir selalu didahului dengan matinya janin dalam rahim. (Manuaba, 2013). Abortus Imminens ialah terjadinya pendarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan atau tanpa kontraksi uterus yang nyata dengan hasil konsepsi dalam uterus dan tanpa adanya dilatasi servik uteri (Sarwono, 2010). Abortus imminen adalah perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman terhadap kelangsungan sauatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan. (Syaifudin. Bari Abdul, 2000) B. Etiologi Pada kehamilan muda abortus tidak jarang didahului oleh kematian mudigah. Sebaliknya, pada kehamilan lebih lanjut biasanya janin dikeluarkan dalam keadaan masih hidup. Hal-hal yang menyebabkan abortus dapat dibagi sebagai berikut. 1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin atau cacat. Kelainan berat biasanya menyebabkan kematian mudigah pada hamil



mudah.



Faktor-faktor



yang



menyebabkan



kelainan



dalam



pertumbuhan ialah sebagai berikut: a. Kelainan kromosom. Kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan ialah trisomi, poliploidi dan kemungkinan pula kelainan kromosom seks. b. Lingkungan kurang sempurna. Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi kurang sempurna sehingga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu.



c. Pengaruh dari luar. Radiasi, virus, obat-obat, dan sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen. 2. Kelainan pada plasenta Endarteritis dapat terjadi dalam villi koriales dan menyebabkan oksigenisasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini bisa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun. 3. Penyakit ibu Penyakit mendadak, seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria, dan lain-lain dapat menyebabkan abortus. Toksin, bakteri, virus, atau plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin, sehingga menyebabkan kematian janin, dan kemudian terjadilah abortus. Anemia berat, keracunan, laparotomi, peritonitis umum, dan penyakit menahun seperti brusellosis, mononukleosis infeksiosa, toksoplasmosis juga dapat menyebabkan abortus walaupun lebih jarang. 4. Kelainan traktus genitalis Retroversio uteri, mioma uteri, atau kelainan bawaan uterus dapat menyebabkan abortus. Tetapi, harus diingat bahwa hanya retroversio uteri gravidi inkarserata atau mioma submukosa yang memegang peranan penting. Sebab lain abortus dalam trimester ke-2 ialah servik inkompeten yang dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan pada serviks, dilatasi serviks berlebihan, konisasi, amputasi, atau robekan serviks luas yang tidak dijahit. 5. Kelainan



endokrin



(hyperthiroid,



diabetes



melitus,



kekurangan



progesteran) 6. Trauma 7. Gangguan nutrisi 8. Stress psikologis C. Manifestasi Klinis Biasanya, tetapi tidak selalu, pertama-tama akan terjadi perdarahan, yang setelah beberapa jam sampai beberapa hari akan diikuti oleh kram abdomen. Nyeri pada abortus dapat terletak di sebelah anterior dan berirama seperti nyeri pada persalinan biasa; serangan nyeri tersebut bisa berupa nyeri pinggang bawah yang persisten disertai perasan tekanan pada pangggul; atau



nyeri tersebut bisa berupa nyeri tumpul atau rasa pegal di garis tengah pada daerah suprasimpisis yang disertai dengan nyeri tekan di daerah uterus. Bagaimanapun bentuk nyeri yang terjadi, kelangsungan kehamilan dengan perdarahan dan rasa nyeri memperlihatkan prognosis yang jelek. Meskipun demikian, pada sebagian wanita yang menderita nyeri dan terancam mengalami abortus, perdarahan bisa berhenti, rasa nyeri menghilang dan kehamilan yang normal terjadi. Pada mulanya perdarahan hanya sedikit kemudian berulang dan bertambah banyak. Kadang-kadang perdarahan berulang dapat berlangsung berhari-hari atau beberapa minggu bahkan berbulan lamanya. Warna darah lebih banyak merah segar, kecuali telah bercampur dengan darah tua sehingga warnanya kecoklatan. Tanda-tanda kehamilan muda tetap ada. Rasa nyeri pada suprasimfisis atau pinggang mulanya belum ada atau ringan saja. Tanda dan gejala pada abortus Imminen: 1. Terdapat keterlambatan datang bulan 2. Terdapat perdarahan, disertai sakit perut atau mules 3. Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan terjadi kontraksi otot Rahim 4. Hasil periksa dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, dan kanalis servikalis masih tertutup, dapat dirasakan kontraksi otot Rahim 5. Hasil pemeriksaan tes kehamilan masih positif. D. Patofisiologi   Pada awal abortus terjadilah perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti oleh nekrosis jaringan disekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi koriales menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu ke atas umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta. Perdarahan tidak banyak



jika plasenta segera terlepas dengan lengkap. Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniatur.



E. Klasifikasi Klasifikasi abortus digolongkan menjadi 2 yaitu: 1. Abortus spontaneous yaitu abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau medisinalis, tetapi karena faktor alamiah. Aspek klinis abortus spontaneus meliputi: a. Abortus Imminens Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks. Diagnosis abortus imminens ditentukan apabila terjadi perdarahan pervaginam pada paruh pertama kehamilan. Yang pertama kali muncul biasanya adalah perdarahan, dari beberapa jam sampai beberapa hari kemudian terjadi nyeri kram perut. Nyeri abortus mungkin terasa di anterior dan jelas bersifat ritmis, nyeri dapat berupa nyeri punggung bawah yang menetap disertai perasaan tertekan di panggul, atau rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul di garis tengah suprapubis. Kadang-kadang terjadi perdarahan ringan selama beberapa minggu. b. Abortus insipiens Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih sering dan kual perdarahan bertambah. c. Abortus inkompletus Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Apabila plasenta (seluruhnya atau sebagian) tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang merupakan tanda utama abortus inkompletus. Pada abortus yang lebih lanjut, perdarahan kadang-kadang sedemikian masif sehingga menyebabkan hipovolemia berat. d. Abortus kompletus



Pada abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah banyak mengecil. Diagnosis dapat dipermudah apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar dengan lengkap. e. Abortus Servikalis Pada abortus servikalis keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh ostium uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya terkumpul dalam kanalis servikalis dan serviks uteri menjadi besar, kurang lebih bundar, dengan dinding menipis. Pada pemeriksaan ditemukan serviks membesar dan di atas ostium uteri eksternum teraba jaringan. Terapi terdiri atas dilatasi serviks dengan busi Hegar dan kerokan untuk mengeluarkan hasil konsepsi dari kanalis servikalis. f. Missed Abortion Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin yang telah mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi missed abortion tidak diketahui, tetapi diduga pengaruh hormone progesterone. Pemakaian Hormone progesterone pada abortus imminens mungkin juga dapat menyebabkan missed abortion. g. Abortus Habitualis Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut turut. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, tetapi kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu 2. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat) yaitu menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap bayi belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan belum mencapai umur 28 minggu, atau berat badanbayi belum 1000 gram, walaupun terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat terus hidup. Abortus ini terbagi menjadi dua yaitu : a. Abortus medisinalis (abortus therepeutika) Adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu ( berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan dua sampai tiga tim dokter ahli



b. Abortus kriminalis Adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan – tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis. F. Komplikasi 1. Perdarahan Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian tranfusidarah .Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tedak segera diberikan pada waktunya. 2. Perforasi Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiperetrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini penderita perlu diamatamati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomie, dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomie. Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam menimbulkan persoalan gawat karena perlukaan uterus biasanya luas;mungkin pula terjadi perlukaan pada kandung kencing atau usus. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomie harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya



cedera,



untuk



selanjutnya



mengambil



tindakan-tindakan



seperlunya guna mengatasi komplikasi. 3. Infeksi  Abortus Infeksiosus ialah abortus yang disertai infeksi pada genetalia. Diagnosis ditentukan dengan adanya abortus yang disertai gejala dan tanda infeksi alat genital, seperti panas, takikardia, perdarahan pervaginam yang berbau, uterus yang membesar, lembek, serta nyeri tekan, dan leukositosis. 4. Syok Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik), dan karena infeksi berat (syok Endoseptik). G. Prognosis Ketika terjadi abortus imminens, kondisi janin di dalam kandungan masih dalam keadaan baik sehingga kehamilan masih dapat terus dipertahankan. Apabila kondisi janin dalam keadaan berbahaya, maka perlu diambil tindakan



yang tepat untuk menyelamatkan janin atau terpaksa dilakukan penghentian kehamilan. Perdarahan pada abortus iminens yang terus dibiarkan tanpa penanganan tepat, dapat memicu terjadinya kelahiran bayi prematur ataupun abortus yang sesungguhnya, dimana janin dapat meninggal. H. Pemeriksaan Diagnostic 1. Pemeriksaan penunjang a. Tes kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif bila janin sudah mati b. pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup c. pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada missed abortion 2. Data laboratorium a. Tes urine b. hemoglobin dan hematocrit : hemoglobin terjadi Penurunan (< 10 mg%) dan hematokrit terjadi Penurunan (< 35 mg%) c. menghitung trombosit d. kultur darah dan urine I. Penatalaksanaan Penanganan abortus imminens terdiri atas: 1. Istirahat-baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan, karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanik. 2. Tentang pemberian hormon progesteron pada abortus imminens belum ada persesuaian faham. Sebagian besar ahli tidak menyetujuinya, dan mereka yang menyetujui menyatakan bahwa harus ditentukan dahulu adanya kekurangan hormon progesteron. Apabila dipikirkan bahwa sebagian besar abortus didahului oleh kematian sel hasil konsepsi dan kematian ini dapat disebabkan oleh banyak faktor, maka pemberian hormon progesteron memang tidak banyak manfaatnya. 3. Pemeriksaan USG penting dilakukan untuk menentukan apakah janin masih hidup. 4. Berikan obat penenang, biasanya fenobarbital 3 x 30 mg. Berikan preparat hematinik misalnya sulfas ferosus 600 / 1.000 mg



5. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C 6. Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptik untuk mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat 7. Bila perdarahan a. Berhenti: lakukan asuhan antenatal terjadwal dan penilaian ulang bila terjadi perdarahan lagi. b. Berlangsung lama: nilai kembali kondisi janin. Konfirmasikan kemungkinan adanya penyebab lain (hamil ektopik atau mola). J. Pathway



Infeksi akut



Gangguan Gizi/Anemia



Gangguan endokrin



Trauma



Gangguan faal organ



Abortus (mati janin