13 0 656 KB
ABSES PEDIS A. Pengertian Abses (Latin: abscessus) merupakan kumpulan nanah (netrofil yang telah mati) yang terakumulasi di sebuah kavitas jaringan karena adanya proses infeksi (biasanya oleh bakteri atau parasit) atau karena adanya benda asing (misalnya serpihan, luka peluru, atau jarum suntik). Proses ini merupakan reaksi perlindungan oleh jaringan untuk mencegah penyebaran/perluasan infeksi ke bagian tubuh yang lain. Abses adalah infeksi kulit dan subkutis dengan gejala berupa kantong berisi nanah. (Siregar, 2004). Abses adalah pengumpulan nanah yang terlokalisir sebagai akibat dari infeksi yang melibatkan organisme piogenik, nanah merupakan suatu campuran dari jaringan nekrotik, bakteri, dan sel darah putih yang sudah mati yang dicairkan oleh enzim autolitik (Morison, 2003 dalam Nurarif & Kusuma, 2013) Abses (misalnya bisul) biasanya merupakan titik “mata”, yang kemudian pecah; rongga abses kolaps dan terjadi obliterasi karena fibrosis, meninggalkan jaringan parut yang kecil (Harrison, 2005) Pedis adalah anggota badan yang menopang tubuh dan dipakai untuk berjalan (dari pangkal paha ke bawah) (Mansjoer,2007). Dari pengertian diatas dapat disimpulkan abses pedis adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri / parasit atau karena adanya benda asing (misalnya luka peluru maupun jarum suntik) dan mengandung nanah yang merupakan campuran dari jaringan nekrotik, bakteri, dan sel darah putih yang sudah mati yang dicairkan oleh enzim autolitik yang timbul di kaki.
B. Anatomi dan Fisiologi Pedis
Terdiri atas 26 tulang,yaitu :14 phalanges, 5 os metatarsal dan 7 os Tarsi. Os tarsi terdiri atas os calcaneus,os talus, os navicular,3 os cuneiform, dan os cuboid. Berdasarkan fungsinya dibedakan menjadi 3 yaitu: 1. forefoot (metatarsal dan toes), 2. midfoot (cuneiform, navicular, dan cuboid), 3. hindfoot (talus/astragalus, dan calcaneus(os calcis). Tulang kaki dibentuk dan bersatu untuk membentuk kesatuan longitudinal dan arcus transversal. Bagian permukaan anterior (superior) kaki disebut dengan dorsum atau permukaan Dorsal, dan inferior(posterior) aspek dari kaki disebut permukaan plantar. Karena ketebalan yang beragam pada anatomi kaki, maka harus kita perhatikan pemberian faktor eksposi untuk dapat menunjukkan densitas keseluruhan bagian tulang kaki. C. Etiologi Menurut Siregar (2004) abses dapat disebabkan karena adanya: 1. Infeksi mikrobial Salah satu penyebab yang paling sering ditemukan pada proses radang ialah infeksi mikrobial. Virus menyebabkan kematian sel dengan cara multiplikasi intraseluler. Bakteri melepaskan eksotoksin yang spesifik yaitu suatu sintesis kimiawi yang secara spesifik mengawali proses radang atau melepaskan endotoksin yang ada hubungannya dengan dinding sel. 2. Reaksi hipersentivitas Reaksi hipersentivitas terjadi bila perubahan kondisi respons imunologi mengakibatkan tidak sesuainya atau berlebihannya reaksi imun yang akan merusak jaringan. 3. Agen fisik
Kerusakan jaringan yang terjadi pada proses radang dapat melalui trauma fisik, ultraviolet atau radiasi ion, terbakar atau dingin yang berlebih (frosbite). 4. Bahan kimia iritan dan korosif Bahan kimiawi yang menyebabkan korosif (bahan oksidan, asam, basa) akan merusak jaringan yang kemudian akan memprovokasi terjadinya proses radang. Disamping itu, agen penyebab infeksi dapat melepaskan bahan kimiawi spesifik yang mengiritasi dan langsung mengakibatkan radang. D. Manifestasi Klinis Abses bisa terbentuk diseluruh bagian tubuh, termasuk di kaki. Menurut Smeltzer & Bare (2001), gejala dari abses tergantung kepada lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ saraf. Gejalanya bisa berupa: 1. Nyeri 2. Nyeri tekan 3. Teraba hangat 4. Pembengakakan 5. Kemerahan 6. Demam Suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak sebagai benjolan. Adapun lokasi abses antara lain ketiak, telinga, dan tungkai bawah. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih putih karena kulit diatasnya menipis. Suatu abses di dalam tubuh, sebelum menimbulkan gejala seringkali terlebih tumbuh lebih besar. Paling sering, abses akan menimbulkan Nyeri tekan dengan massa yang berwarna merah, hangat pada permukaan abses , dan lembut.
1. Abses yang progresif, akan timbul "titik" pada kepala abses sehingga Anda dapat melihat materi dalam dan kemudian secara spontan akan terbuka (pecah).
2. Sebagian besar akan terus bertambah buruk tanpa perawatan. Infeksi dapat menyebar ke jaringan di bawah kulit dan bahkan ke aliran darah. Jika infeksi menyebar ke jaringan yang lebih dalam, Anda mungkin mengalami demam dan mulai merasa sakit. Abses dalam mungkin lebih menyebarkan infeksi keseluruh tubuh.
E. Patofisiologi Proses abses merupakan reaksi perlindungan oleh jaringan untuk mencegah penyebaran atau perluasan infeksi ke bagian lain tubuh. Organisme atau benda asing membunuh sel-sel lokal yang pada akhirnya menyebabkan pelepasan sitokin. Sitokin tersebut memicu sebuah respon inflamasi (peradangan), yang menarik
kedatangan sejumlah besar sel-sel darah putih (leukosit) ke area tersebut dan meningkatkan aliran darah setempat. Struktur akhir dari suatu abses adalah dibentuknya dinding abses, atau kapsul, oleh sel-sel sehat di sekeliling abses sebagai upaya untuk mencegah pus menginfeksi struktur lain di sekitarnya. Meskipun demikian, seringkali proses enkapsulasi tersebut justru cenderung menghalangi sel-sel imun untuk menjangkau penyebab peradangan (agen infeksi atau benda asing) dan melawan bakteri-bakteri yang terdapat dalam pus.Abses harus dibedakan dengan empyema. Empyema mengacu pada akumulasi nanah di dalam kavitas yang telah ada sebelumnya secara normal, sedangkan abses mengacu pada akumulasi nanah di dalam kavitas yang baru terbentuk melalui proses terjadinya abses tersebut. Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi bakteri. Jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih yang mati inilah yang membentuk nanah, yang mengisi rongga tersebut. Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan di sekitarnya akan terdorong. Jaringan pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas abses, hal ini merupakan mekanisme tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut. Jika suatu abses pecah di dalam maka infeksi bisa menyebar di dalam tubuh maupun dibawah permukaan kulit, tergantung kepada lokasi abses ( Price, 2005 )
Bakteri Gram Positif (Staphylococcus aureus Streptococcus mutans) Mengeluarkan enzim hyaluronidase dan enzim koagulase merusak jembatan antar sel transpor nutrisi antar sel terganggu
Jaringan rusak/ mati/ nekrosis Media bakteri yang baik
Jaringan terinfeksi Peradangan Sel darah putih mati Demam Jaringan menjadi abses & berisi PUS Gangguan
Pecah
Thermoregulator (Pre Operasi)
Pembedahan
Reaksi Peradangan
(Rubor, Kalor, Tumor, Dolor, Fungsiolaesea)
Nyeri
Resiko Penyebaran Infeksi (Pre dan Post Operasi)
(Pre Operasi)
Luka Insisi Nyeri (Post Operasi)
Sumber : Hardjatmo Tjokro Negoro, PHD dan Hendra Utama, 2001
F. Komplikasi Komplikasi mayor dari abses adalah penyebaran abses ke jaringan sekitar atau jaringan yang jauh dan kematian jaringan setempat yang ekstensif (gangren). Pada sebagian besar bagian tubuh, abses jarang dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tindakan medis secepatnya diindikasikan ketika terdapat kecurigaan akan adanya abses. Suatu abses dapat menimbulkan konsekuensi yang fatal. Meskipun jarang, apabila abses tersebut mendesak struktur yang vital, misalnya abses leher dalam yang dapat menekan trakea. (Siregar, 2004). G. Pemeriksaan Diagnosis Pemeriksaan laboratorium 1. Pada pemeriksaan laboratorium biasanya ditemukan peningkatan sel darah putih(leukosit) yang diakibatkan oleh terjadinnya inflamasi atau infeksi pada skrotum. 2. Selain itu dapat dilakukan Kultur urin dan pewarnaan gram untuk mengetahui kuman penyebab infeksi.
3. Analisa urin untuk melihat apakah disertai pyuria atau tidak 4. Kultur darah bila dicurigai telah terjadi infeksi sistemik pada penderita Pemeriksaan pencitraan USG, CT, Scan, atau MRI dan rongsen dilakukan untuk menentukan lokasi dan ukuran abes
H. Penatalaksanaan Medis Abses luka biasanya tidak membutuhkan penanganan menggunakan antibiotik. Namun demikian, kondisi tersebut butuh ditangani dengan intervensi bedah dan debridement. Suatu abses harus diamati dengan teliti untuk mengidentifikasi penyebabnya, terutama apabila disebabkan oleh benda asing, karena benda asing tersebut harus diambil. Apabila tidak disebabkan oleh benda asing, biasanya hanya perlu dipotong dan diambil absesnya, bersamaan dengan pemberian obat analgetik dan antibiotik. Drainase abses dengan menggunakan pembedahan diindikasikan apabila abses telah berkembang dari peradangan serosa yang keras menjadi tahap nanah yang lebih lunak. Drain dibuat dengan tujuan mengeluarkan cairan abses yang senantiasa diproduksi bakteri. Apabila menimbulkan risiko tinggi, misalnya pada area-area yang kritis, tindakan pembedahan dapat ditunda atau dikerjakan sebagai tindakan terakhir yang perlu dilakukan. Memberikan kompres hangat dan meninggikan posisi anggota gerak dapat dilakukan untuk membantu penanganan abses kulit. Karena sering kali abses disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus, antibiotik antistafilokokus seperti flucloxacillin atau dicloxacillin sering digunakan. Dengan adanya kemunculan Staphylococcus aureus resisten Methicillin (MRSA) yang didapat melalui komunitas, antibiotik biasa tersebut menjadi tidak efektif. Untuk menangani MRSA yang didapat melalui komunitas, digunakan antibiotik lain: clindamycin, trimethoprim-sulfamethoxazole, dan doxycycline. Adapun hal yang perlu diperhatikan bahwa penanganan hanya dengan menggunakan antibiotik tanpa drainase pembedahan jarang merupakan tindakan yang efektif. Hal tersebut terjadi karena antibiotik sering tidak mampu masuk ke dalam abses, selain itu antibiotik tersebut seringkali tidak dapat bekerja dalam pH yang rendah.
Untuk meringankan nyeri dan mempercepat penyembuhan, suatu abses bisa ditusuk dan dikeluarkan isinya. Suatu abses tidak memiliki aliran darah, sehingga pemberian antibiotik biasanya sia-sia. Antibiotik biasanya diberikan setelah abses mengering dan hal ini dilakukan untuk mencegah kekambuhan. Antibiotik juga diberikan jika abses menyebarkan infeksi kebagian tubuh lainnya.
I.
Pencegahan Menjaga kebersihan kulit dengan sabun cair yang mengandung zat anti-bakteri merupakan cara terbaik untuk mencegah terjadinya infeksi atau mencegah penularan.
J. Asuhan Keperawatan 1.
Pengkajian
a.
Identitas Abses bisa menyerang siapa saja dan dari golongan usia berapa saja, namun yang paling sering diserang adalah bayi dan anak-anak.
b.
Riwayat Kesehatan 1)
Keluhan utama Nyeri, panas, bengkak, dan kemerahan pada area abses.
2)
Riwayat kesehatan sekarang a) Abses di kulit atau dibawah kulit sangat mudah dikenali, sedangkan abses dalam seringkali sulit ditemukan. b) Riwayat trauma, seperti tertusuk jarum yang tidak steril atau terkena peluru, dll. c) Riwayat infeksi (suhu tinggi) sebelumnya yang secara cepat menunjukkan rasa sakit diikuti adanya eksudat tetapi tidak bisa dikeluarkan.
3)
Riwayat kesehatan keluarga Riwayat penyakit menular dan kronis, seperti TBC dan diabetes mellitus.
2.
Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan fisik ditemukan : a. b. c. d. e. f.
3.
Luka terbuka atau tertutup Organ / jaringan terinfeksi Massa eksudat dengan bermata Peradangan dan berwarna pink hingga kemerahan Abses superficial dengan ukuran bervariasi Rasa sakit dan bila dipalpasi akan terasa fluktuaktif.
Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik a. Hasil pemeriksaan leukosit menunjukan peningkatan jumlah sel darah putih. b. Untuk menentukan ukuran dan lokasi abses dilakukan pemeriksaan rontgen, USG, CT, Scan, atau MRI.
4.
Diagnosa Keperawatan Tahap selanjutnya yang harus dilakukan setelah memperoleh data melalui pengkajian
adalah
merumuskan
diagnosa.
Pengertian
dari
diagnosa
keperawatan itu sendiri adalah sebuah pernyataan singkat dalam pertimbangan
perawat menggambarkan respon klien pada masalah kesehatan aktual dan resiko. Menurut Herdman (2007), diagnosa keperawatan untuk abses adalah : a. Pre operasi 1) Nyeri Akut berhubungan dengan agen injuri biologi 2) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit b. Post Operasi 1) Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan 2) Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan luka terbuka 3) Kerusakan Intergritas kulit berhubungan dengan trauma jaringan. 5.
Perencanaan Keperawatan Berdasarkan diagnosa keperawatan dengan menetapkan tujuan, kriteria hasil, dan menentukan rencana tindakan yang akan dilakukan : a. Pre operasi 1) Nyeri berhubungan dengan reaksi peradangan. Tujuan
:
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
diharapkan gangguan rasa nyaman nyeri teratasi. Kriteria Hasil
: Klien mengungkapkan secara verbal rasa nyeri berkurang,
klien
mendemonstrasikan
dapat
rileks,
keterampilan
klien
mampu
relaksasi
dan
aktivitas sesuai dengan kemampuannya, TTV dalam batas normal; TD : 120 / 80 mmHg, Nadi : 80 x / menit, pernapasan : 20 x / menit. Intervensi 1) Observasi TTV 2) Kaji lokasi, intensitas, dan lokasi nyeri.
Rasional 1) Sebagai data awal untuk melihat keadaan umum klien 2) Sebagai data dasar mengetahui seberapa
hebat
dirasakan
klien
mempermudah 3) Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan. 4) Dorong menggunakan
teknik
manajemen relaksasi. 5) Kolaborasikan
obat
analgetik
sesuai indikasi.
nyeri
sehingga intervensi
selanjutnya 3) Reaksi non verba menandakan nyeri yang dirasakan klien hebat 4) Untuk mengurangi ras nyeri yang dirasakan
klien
farmakologis 5) Mempercepat
dengan
peradangan
thermoregulator
berhubungan
dengan
non
penyembuhan
terhadap nyeri 2) Gangguan
yang
proses
Tujuan
:
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
diharapkan Hipertermi dapat teratasi. Kriteria hasil
: Suhu tubuh dalam batas normal (36 0C – 37 0C).
Intervensi 1) Observasi TTV, terutama suhu
1) Untuk
tubuh klien. 2) Anjurkan klien
intervensi 2) Untuk mencegah
untuk
banyak
minum, minimal 8 gelas / hari. 3) Lakukan kompres hangat. dalam
memudahkan
dehidrasi
akibat
penguapan tubuh dari demam 3) Membantu vasodilatasi pembuluh darah sehingga
4) Kolaborasi
Rasional awal dan
data
pemberian
antipiretik.
mempercepat
hilangnya
demam 4) Mempercepat penurunan demam
b. Post Operasi 1) Nyeri berhubungan dengan luka insisi akibat pembedahan. Tujuan
:
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
diharapkan gangguan rasa nyaman nyeri teratasi. Kriteria Hasil
: Klien mengungkapkan secara verbal rasa nyeri berkurang,
klien
mendemonstrasikan
dapat
rileks,
keterampilan
klien
mampu
relaksasi
dan
aktivitas sesuai dengan kemampuannya, TTV dalam batas normal; TD : 120 / 80 mmHg, Nadi : 80 x / menit, pernapasan : 20 x / menit. Intervensi 1) Observasi TTV
1) Sebagai
2) Kaji lokasi, intensitas, dan lokasi nyeri.
Rasional data awal
untuk
keadaan umum klien 2) Sebagai data dasar
melihat
mengetahui
seberapa hebat nyeri yang dirasakan klien sehingga mempermudah intervensi
3) Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan. 4) Dorong menggunakan
teknik
manajemen relaksasi. 5) Kolaborasikan
obat
sesuai indikasi.
selanjutnya 3) Reaksi non verba menandakan nyeri yang dirasakan klien hebat 4) Untuk mengurangi ras nyeri dirasakan
analgetik
Pelaksanaan Keperawatan
dengan
non
farmakologis 5) Mempercepat penyembuhan terhadap nyeri
6.
klien
yang
Pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan dari pelaksanaan yaitu
mencapai
tujuan
yang
telah
ditetapkan,
peningkatan
kesehatan,
pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. Pelaksanaan Keperawatan untuk abses adalah Drainase abses dengan menggunakan pembedahan diindikasikan apabila abses telah berkembang dari peradangan serosa yang keras menjadi tahap nanah yang lebih lunak, Karena sering kali abses disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus, antibiotik antistafilokokus seperti flucloxacillin atau dicloxacillin sering digunakan, kompres hangat
bisa
membantu
mempercepat
penyembuhan
serta
mengurangi
peradangan dan pembengkakan. 7.
Evaluasi Keperawatan Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaan sudah berhasil. Evaluasi Keperawatan pada klien dengan abses adalah : a. b. c. d.
Klien melaporkan rasa nyeri berkurang Rasa nyaman klien terpenuhi Daerah abses tidak terdapat pus Tidak ditemukan adanya tanda – tanda infeksi ( pembengkakan,
demam,kemerahan ) e. Tidak terjadi komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA Carpenito, Lynda Juall & Moyet, Buku Saku; Diagnosis Keperawatan, 13th Edition, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2013 Harrison. Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Editor dalam bahasa Inggris : kurt J. Lessebacher. Et. Al : editor bahasa Indnesia Ahmad H. Asdie. Edisi 13. jakarta : EGC. 2005. Nanda International, Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2012 Nurarif, Amin Huda & Hardi Kusuma, Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA; NIC-NOC, Mediaction Publishing, Jakarta, 2013 Siregar, R,S. Atlas Berwarna Saripati Kulit. Editor Huriawati Hartanta. Edisi 2. Jakarta:EGC,2004. Suzanne, C, Smeltzer, Brenda G Bare. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Bruner and Suddarth. Ali Bahasa Agung Waluyo. ( et,al) Editor bahasa Indonesia :Monica Ester. Edisi 8 jakarta : EGC,2007.
LAPORAN PENDAHULUAN ABSES PEDIS
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Profesi Departemen Surgikal Di Ruang 14 Rumah Sakit dr. Saiful Anwar Malang
Oleh : Sri Indah Novianti 115070201111020
JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015
Gambar Luka Abses Tn.F
Sebelum Perawatan
Setelah Perawatan